Pengujian
substantif saldo
aktiva tidak
berwujud dan
ekuitas pemegang
saham
Nama Anggota
1 Elistiani Ayu Lestari
19310300102
2 Yesa Elvira
19310300130
Aktiva tak berwujud (intangible assets) adalah aktiva jangka panjang yang secara fisik
tidak bisa dinyatakan dan tidak untuk diperjual belikan, tetapi digunakan dalam
kegiatan perusahaan. Aktiva tak berwujud mencerminkan hak istimewa atau posisi
yang menguntungkan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan.
Akuntansi untuk aktiva tak berwujud mempunyai masalah yang sama dengan
akuntansi aktiva jangka panjang lainya, yaitu menentukan nilai terbawa awalnya,
akuntansi untuk jumlah setelah akuisisi dalam kondisi bisnis normal (amortisasi), dan
akuntansi untuk jumlah jika nilainya turun secara substansial serta terus-menerus.
Aktiva tidak berwujud mempunyai karakteristik
penting, yaitu :
1. Kurang memiliki eksistensi fisik, tidak seperti aktiva berwujud seperti
property,pabrik, dan peralatan, aktiva tak berwujud memperoleh nilai dari hak dan
keistimewaan atau privilege yang diberikan pada perusahaan yang
menggunakannya.
2. Bukan merupakan instrument keuangan, aktiva seperti deposito bank, piutang
usaha, dan investasi jangka panjang dalam obligasi serta saham tidak memiliki
substansi fisik, tetapi tidak diklasifikasikan sebagai aktiva tak berwujud.
3. Bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi, Aktiva tak berwujud
menyediakan jasa selama periode bertahun tahun. Investasi dalam aktiva ini
biasanya dibebankan pada periode masa mendatang melalui beban amortisasi
periodic.
Prinsip Akuntansi Berterima Umum Dalam Penyajian
Aktiva Tidak Berwujud Di Dalam Neraca
1. Aktiva tidak berwujud harus disajikan secara terpisah dalam neraca
2. Jika mungkin, aktiva tidak berwujud yang mempunyai umur
ekonomis yang terbatas harus disajikan terpisah dari aktiva tidak
berwujud yang mempunyai umur ekonimis tidak terbatas.
3. Dasar penilaian aktiva tidak berwujud harus disebutkan, dan
metode amortisasinya harus dijelaskan dalam laporan keuangan.
Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Aktiva Tidak
Berwujud
Tujuan pengujian substantif terhadap aktiva tidak berwujud adalah :
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan aktiva tidak berwujud.
2. Membuktikan keberadaan aktiva tidak berwujud dan keterjadian transaksi
yang berkaitan dengan aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca.
3. Membuktikan asersi kelengkapan aktiva tidak berwujud yang dicantumkan
di neraca.
4. Membuktikan hak kepemilikan klien atas aktiva tidak berwujud yang
dicantumkan di neraca.
5. Membuktikan asersi penilaian aktiva tidak berwujud yang dineraca
Program Pengujian Substantif Terhadap Aktiva Tidak Berwujud
Program pengujian substantif terhadap aktiva tidak berwujud berisi prosedur audit
yang dirancang untuk mencapai tujuan audit. Prosedur audit diklasifikasikan menjadi
empat yaitu :
1. Prosedur audit awal
Sebelum membuktikan apakah saldo aktiva tidak berwujud yang dicantumkan oleh
klien di dalam neracanya sesuai dengan aktiva tidak berwujud yang benar-benar ada
pada tanggal neraca, auditor melakukan rekonsiliasi antara informasi aktiva tidak
berwujud yang dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya.
Rekonsiliasi ini penting untuk dilakukan agar auditor memperoleh keyakinan bahwa
informasi aktiva tidak berwujud yang dicantumkan neraca didukung dengan catatan
akuntansi yang dapat dipercaya.
2. Prosedur Analitik
Ratio Formula
1.Tingkat Perputaran aktiva Hasil penjualan bersih÷rerata
tidak berwujud saldo aktiva tidak berwujud.
Pengujian substantif
ekuitas pemegang
saham
DESKRIPSI MODAL (EQUITY)
Modal sendiri adalah jumlah komulatif kontribusi yang diberikan oleh
pemilik kepada perusahaan sebagai suatu entitas, ditambah dengan laba
yang diperoleh perusahaan yang ditahan didalam perusahaan.
Pengujian substantif terhadap ekuitas pemegang saham adalah berbeda
dengan pengujian substantif terhadap aktiva lancar dan utang lancar.
Dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar dan utang lancar, auditor
menghadapi transaksi perubahan unsur neraca yang frekuensi terjadinya
tinggi dengan jumlah rupiah setiap transaksi relative kecil. Sedangkan
dalam pengujian substantif terhadap ekuitas ekuitas pemegang saham,
auditor menghadapi transaksi perubahan unsur neraca yang rendah
frekuensi terjadinya, tetapi melibatkan jumlah rupiah yang besar dalam
setiap transaksinya.
PRINSIP AKUNTANSI BERTERIMA UMUM DALAM
PENYAJIAN EKUITAS PEMEGANG SAHAM DI
NERACA
Ratio Formula
Nilai buku saham biasa Ekuitas pemegang saham ÷ rerata
jumlah saham biasa yang beredar