Anda di halaman 1dari 7

Nama : Muhammad Jazuli Yusuf

Nim : 1703101014
6A/Akuntansi
BAB 6 AUDIT TERHADAP SIKLUS PENGELUARAN: PENGUJIAN SUBSTANTIF
TERHADAP AKTIVA TETAP

A. DESKRIPSI AKTIVA TETAP


Aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang memilik wujud, mempunyai manfaat
ekonomis lebih dari satu tahun dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan
perusahaan, bukan untuk dijual kembali. Karena kekayaan ini mempunyai wujud,
seringkali aktiva tetap disebut dengan aktiva tetap berwujud (tangible fixed assets).
Aktiva tetap dalam perusahaan manufaktur umumnya digolongkan menjadi:
1. Tanah dan perbaikan tanah (land and land improvement)
2. Gedung dan perbaikan gedung (building and building improvement)
3. Mesin dan ekuipmen pabrik
4. Mebel
5. Kendaraan

1. Perbedaan Karakteristik Aktiva Tetap dengan Aktiva Lancar


Aktiva tetap memiliki karakteristik yang berbeda dengan aktiva lancar. Perbedaan
karakteristik ini berdampak terhadap pengujian substantif kedua golongan aktiva
tersebut. Jika auditor tidak menyadari dampak perbedaan karakteristik aktiva lancar
dengan aktiva tetap, ia tidak akan dapat melakukan pengujian substantif dengan
efektif terhadap kedua golongan aktiva tersebut.
Sebelum membahas secara mendalam pengujian substantif terhadap aktiva tetap,
akan diuraikan lebih dahulu perbedaan karakteristik aktiva tetap dengan aktiva lancar,
dan bagaimana perbedaan tersebut berdampak terhadap pengujian substantif
terhadapnya. Perbedaan karakteristik aktiva tetap dibanding dengan aktiva lancar
adalah sebagai berikut:
1. Akun aktiva tetap mempunyai saldo yang besar di dalam neraca; transaksi
perubahannya relatif sangat sedikit namun umumnya menyangkut jumlah rupiah
yang besar.
2. Kesalahan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap
mempunyai pengaruh kecil terhadap perhitungan rugi-laba, sedangkan kesalahan
pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva lancar berpengaruh
langsung terhadap perhitungan rugi-laba tahun yang diaudit.
3. Aktiva tetap disajikan di neraca pada kosnya dikurangi dengan depresiasi
akumulasian, sedangkan aktiva lancar disajikan di neraca pada nilai bersih yang
dapat direalisasikan pada tanggal neraca.

2. Perbedaan Pengujian Substantif Terhadap Aktiva Tetap Dengan Terhadap


Aktiva Lancar

1
Perbedaan karakteristik aktiva tetap dengan aktiva lancar tersebut di atas
mengakibatkan perbedaan pengujian substantif terhadap kedua macam aktiva
tersebut.
1. Karena frekuensi transaksi yang menyangkuta aktiva tetap relatif sedikit, maka
jumlah waktu yang dikonsumsi untuk pengujian substantif terhadap aktiva tetap
relative lebih sediit bila dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk
pengujian substantif terhadap aktiva lancar.
2. Karena ketepatan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap
sedikit pengaruhnya terhadap perhitungan rugi-laba, maka audit tidak
mengarahkan perhatiannya terhadap masalah ketelitian pisah batas transaksi
yangbbersangkutan dengan aktiva tetap pada akhir tahun. Dalam pengujiian
substantif terhadap aktiva lancar, auditor memusatkan perhatiannya terhadap
ketepatan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva lancar, karena
kesalahan atau ketidaktelitian penentuan pisah batas transaksi yang bersangkutan
dengan aktiva lancar berdampak langsung terhadap perhitungan rugi-laba tahun
yang diaudit.
3. Pengujian substantif terhadap aktiva tetap dititikberatkan pada verifikasi mutasi
aktiva tetap yang terjadi dalam tahun yang diaudit. Verifikasi saldo aktiva tetap
pada tanggal neraca tidak mendapat perhatian audit, karena aktiva tetap disajikan
pada kosnya, bukan nilai bersih yang dapat direalisasikan pada tanggal neraca
seperti halnya dengan aktiva lancar..

3. Pengujian Substantif terhadap Aktiva Tetap dalam Audit yang Pertama Kalinya
Adakalanya auditor menghadapi klien baru. Mungkin laporan keuangan klien ini
pernah di audit oleh auditor independen lain dalam tahun sebelumnya, atau mungkin
juga laporan keuangan klien ini baru pertama kalinya diaudit oleh auditor independen.
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam audit terhadap aktiva tetap
pada audit yang pertama kalinya:
1. Apakah laporan keuangan tahun sebelumnya telah diaudit oleh auditor
independen lain?
2. Apakah klien menyelenggarakan catatan rinci untuk aktiva tetapnya?
3. Apakah klien mengarsipkan dokumen-dokumen yang mendukung transaksi
yang bersangkutan dengan pemerolehan dan mutasi aktiva tetap sampai dengan
saat audit yang pertama dilaksanakan?
Jika laporan keuangan klien belum pernah diaudit oleh auditor independen lain,
dan audit yang sekarang ini merupakan audit yang pertama kalinya, auditor
mempunyai kewajiban untuk memverifikasi saldo awal aktiva tetap , untuk
memperoleh keyakinan mengenai kewajaran saldo tersebut.

B. PRINSIP AKUNTANSI BERTERIMA UMUM DALAM PENYAJIAN AKTIVA


TETAP DI NERACA
Sebelum membahas pengujian substantif terhadap saldo aktiva tetap, perlu
diketahui lebih dahulu prinsip akuntansi Berterima umum dalam penyajian aktiva tetap
di neraca berikut ini:

2
1. Dasar penelitian aktiva tetap harus dicantumkan di dalam neraca.
2. Aktiva tetap yang digadaikan harus dijelaskan.
3. Jumlah depresiasi akumulasi dan biaya depresiasi untuk tahun Kini harus
ditunjukkan di dalam laporan keuangan.
4. Metode yang digunakan dalam perhitungan depresiasi golongan besar aktiva tetap
harus diungkapkan di dalam laporan keuangan.
5. Aktiva tetap harus dipecah ke dalam golongan yang terpisah jika jumlahnya
material.
6. Aktiva tetap yang telah habis depresiasi namun masih digunakan untuk beroperasi,
jika jumlahnya material harus dijelaskan.

C. TUJUAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP SALDO AKTIVA TETAP


Tujuan pengujian substantif terhadap saldo aktiva tetap adalah:
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan
dengan aktiva tetap.
2. Membuktikan kebenaran aktiva tetap dan keterjadian transaksi yang berkaitan
dengan aktiva tetap yang dicantumkan di neraca.
3. Membuktikan hak kepemilikan klien atas aktiva tetap yang dicantumkan di neraca.
4. Membuktikan kewajaran penilaian aktiva tetap yang dicantumkan di neraca.
5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan aktiva tetap di neraca.

1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang


bersangkutan dengan aktiva tetap.
Sebelum auditor melakukan pengujian mengenai kewajaran saldo aktiva tetap
yang dicantumkan di neraca dan mutasinya selama tahun yang diaudit, ia harus
memperoleh keyakinan mengenai ketelitian dan keandalan catatan akuntansi yang
mendukung informasi saldo dan mutasi aktiva tetap tersebut. Untuk itu auditor
melakukan rekonsiliasi antara saldo aktiva tetap yang dicantumkan di dalam neraca
dengan akun aktiva tetap yang bersangkutan di dalam buku besar dan selanjutnya ke
jurnal pengeluaran kas, jurnal umum dan buku pembantu aktiva tetap.
2. Membuktikan asersi kebenaran aktiva tetap dan asersi keterjadian transaksi
yang berkaitan dengan aktiva tetap dicantumkan di neraca.
Seperti dalam audit terhadap aktiva pada umumnya, pengujian substantif
ditunjukkan untuk membuktikan Apakah aktiva yang dicantumkan di dalam neraca
sesuai dengan aktiva sesungguhnya ada pada tanggal neraca tersebut. Untuk tujuan
ini, auditor melakukan berbagai Prosedur audit guna membuktikan: kebenaran aktiva
yang bersangkutan dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan aktiva tersebut,
kelengkapan, hak kepemilikan atas aktiva tersebut, kewajaran penilaian aktiva
tersebut pada tanggal neraca, dan kewajaran penyajian dan pengungkapan aktiva
tersebut dalam laporan keuangan. Dalam hubungannya dengan pengujian substantif
terhadap aktiva tetap, pengujian diarahkan untuk mencapai salah satu tujuannya yaitu
membuktikan kebenaran aktiva tetap yang dicantumkan di neraca dan keterjadian
transaksi penambahan, pengurangan, penghentian pemakaian aktiva tetap dalam tahun
yang diaudit. Untuk membuktikan asersi kebenaran aktiva tetap dan keterjadian

3
transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tersebut auditor melakukan berbagai
pengujian substantif berikut ini:
1. Pengujian analitik.
2. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan aktiva tetap.
3. Inspeksi terhadap aktiva tetap.
4. Pemeriksaan terhadap dokumen hak milik dan kontrak.
5. Review terhadap pembentukan depresiasi akumulasi yang.

3. Membuktikan asersi kelengkapan aktiva tetap yang dicantumkan di neraca.


Untuk membuktikan bahwa aktiva tetap yang dicantumkan di neraca
mencangkup semua aktiva tetap klien pada tanggal neraca dan mencangkup semua
transaksi yang berkaitan dengan aktiva tetap dalam tahun yang diaudit,auditor
melakukan berbagai pengujian substantif berikut ini:
1. Pengujian analitik.
2. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan aktiva tetap.
3. Inspeksi terhadap aktiva tetap.
4. Pemeriksaan terhadap dokumen hak milik dan kontrak.
5. Review terhadap pembentukan depresiasi akumulasi.

4. Membuktikan asersi hak kepemilikan klien atas aktiva tetap yang dicantumkan
di neraca.
Untuk membuktikan hak kepemilikan klien atas aktiva tetap yang
dicantumkan di neraca auditor melakukan pengujian substantif melalui berikut ini :
1. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan aktiva tetap.
2. Inspeksi terhadap aktiva tetap.
3. Pemeriksaan terhadap dokumen hak milik dan kontrak.

5. Membuktikan asersi penilaian aktiva tetap yang dicantumkan di neraca.


Seperti tersebut dalam prinsip akuntansi Berterima umum aktiva tetap harus
disajikan di neraca pada nilai buku (book value)pada tanggal neraca atau dengan kata
lain sebesar cost aktiva tetap dikurangi dengan depresiasi akumulasi and sampai
dengan tanggal neraca. Dengan demikian akun depresiasi akumulasan aktiva tetap
merupakan akun penilaian (valuation Account)untuk mengurangi saldo aktiva tetap
menjadi sebesar nilai bukunya pada tanggal neraca. Untuk membuktikan bahwa
kewajaran penentuan jumlah akun depresiasi akumulasian aktiva tetap yang
dicantumkan di neraca, auditor melakukan pengujian substantif berikut ini:
1. Prosedur audit awal.
2. Pengujian analitik
3. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan aktiva tetap.
4. Inspeksi terhadap aktiva tetap.
5. Pemeriksaan terhadap dokumen hak milik dan kontrak.
6. Review terhadap pembuatan depresiasi akumulasian.

1. Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan aktiva tetap di neraca.

4
Penyajian dan pengungkapan unsur-unsur laporan keuangan harus didasarkan
pada prinsip akuntansi Berterima umum. Pengujian substantif terhadap aktiva tetap
diarahkan untuk mencapai salah satu tujuan membuktikan Apakah unsur aktiva tetap
telah disajikan dan diungkapkan oleh klien di neraca nya Sesuai dengan prinsip
akuntansi Berterima umum. Satu-satunya pengujian substantif untuk membuktikan
asersi penyajian dan pengungkapan aktiva tetap di neraca adalah dengan
membandingkan penyajian dan pengungkapan aktiva tetap di neraca yang diaudit
dengan prinsip akuntansi Berterima umum.
1. Prosedur Audit Awal
Sebelum membuktikan apakah dalso aktiva tetap yang dicantumkan oleh klien
di dalam neracanya sesuai dengan aktiva tetap yang benar-benar ada pada tanggal
neraca, audit melakukan rekosiliasi antara informasi aktiva tetap yang dicantumkan di
neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya. Rekonsiliasi ini perlu
dilakukan agar auditor memperoleh keyakinan bahwa informasi aktiva tetap yang
dicantumkan di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya. Oleh
karena itu, auditor melakukan enam prosedur audit berikut ini dalam melakukan
rekonsilasi informasi aktiva tetap di neraca dengan catatan akuntansi yang
bersangkutan :
1. Usut saldo aktiva yang tercantum di neraca ke saldo akun aktiva tetap yang
bersangkutan di dalam buku besar.
2. Hitung kembali saldo akun aktiva tetap di buku besar.
3. Usut saldo awal akun aktiva tetap kekertas kerja tahun yang lalu.
4. Lakukan review terhadap nutasi luar biasa dengan jumlah dan sumber posting
dalam akun aktiva tetap dari Depresiasi Akumulasinya.
5. Usut posting pendebatan dan pengkreditan akun aktiva tetap ke jurnal yang
bersangkutan.
6. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu aktiva tetap dengan akun control aktiva tetap
di buku besar.
Rerangka prosedur audit awal yang diterapkan dalam pengujian subtantif
terhadap aktiva tetap adalah sama dengan yang dilukiskan dalam gambar 14.3.
prosedur audit awal dalam pengujian subtantif atau akun yang disajikan dalam alporan
keuangan. Berikut ini diuraikan lebih rinci prosedur audit awal daam pengujian
subtantif terhadap aktiva tetap.
Usut saldo aktiva tetap yang tercantum di neraca ke saldo akun aktiva tetap
dan depresiasi akumulasian yang bersangkutan di buku besar. Untuk memperoleh
keyakinan bahwa saldo aktiva tetap yang tercantum di neraca di dukung dengan
catatan akuntansi yangdapat dipercaya kebenarnya mekanisme pencatatannya,maka
saldo aktiva tetap yang dicantumkan di neraca diusut kea kun buku besar berikut ini :
Aktiva Tetap
Akun ini digunakan untuk menampung transaksi timbulnya dan berkurangnya aktiva
tetap dari transaksi pembelian, pembuatan/pembangunan, dan penghentian pemakaian
aktiva tetap serta pengeluaran modal yang bersangkutan dengan aktiva tetap.
Depresiasi Akumulasion

5
Akun ini merupakan akun penilia yang digunakan untuk mengurangi kas aktiva tetap
bruto menjadi nilai buku aktiva tetap. Akun ini dibentuk untuk setiap golongan aktiva
tetap yang didepresiasi.
Hitung kembali saldo akun aktiva tetap dan depresiasi akumulasion yang
bersangkutan di buku besar. Untuk memperoleh keyakinan mengenai ketelitian
penghitungan saldo akun aktiva tetap dan depresiasi akumulasion yang bersangkutan,
auditor menghitung kembali saldo akun aktiva tetap dan depresiasi akumulasion yang
bersangkutan dengan cara menambah saldo awal dengan jumlah pengkreditan dengan
jumlah pendebitan tiap-tiap akun tersbut.
Prosedur Analitik
Rasio berikut ini seringkali digunakan oleh auditor dalam pengujian analitik terhadap
aktiva tetap :
Rasio Formula

Tingkat perputaran aktiva tetap Hasil penjualan bersih + Rerata saldo aktiva
tetap

Ratio laba bersih dengan aktiva tetap Hasil penjualan bersih + Rerata saldo
aktiva tetap

Ratio aktiva tetap dengan modal saham Aktiva tetap+modal saham

Rasio biaya reprasi dan pemeliharaan Biaya represi dan pemeliharann+ hasil
dengan aktiva tetap penjualan bersih

Berbagai ratio tersebut jika dihitung oleh auditor dan kemudian dibandingkan
dengan angka harapan akan dapat memberikan indikasi lagi auditor ke focus mana
perhatian auditor perlu diarahkan dalam pelaksanaan pengujian transaksi rinci dan
saldo akun rinci. Misalnya penuruan rasio niaya reparasi dan pemeliharaan dengan
hasil penjualan bersih tahun yang diaudit dibandingkan dengan ratio yang sama thun
sebelumnya mungkin sebagai akibat dari tidak di catatnya sebagaian biaya reparasi
dan pemeliharaan atau adanya pengkapitalisasian biaya yang salah.
3. Pengujian terhadap Transaksi Rinci
i. Periksa tambahan aktiva tetap ke dokumen yang mendukung transaksi
pemerolehan aktiva tetap tersebut.
ii. Periksa Berkurangnya Aktiva Tetap ke Dokumen yang Mendukung
Transaksi Tersebut.
iii. Periksa Ketepatan Pisah Batas Transaksi Aktiva Tetap.
iv. Lakukan Review terhadap Akun Biaya Reparasi dan Pemeliharaan
Aktiva Tetap

4. Pengujian Terhadap Transaksi Rinci


a. Lakukan Inspeksi terhadap Tambahan Aktiva Tetap dalam Tahun yang Diaudit.
b. Periksa Dokumen Kontrak dan Dokumen Hak Kepemilikan Klien atas Aktiva Tetap
c. Perikasa dokumen yang mendukung pemerolehan dan penghentian pemakaian aktiva
tetap.

6
d. Periksalah dokumen yang bersangkutan dengan biaya sewa.
e. Lakukan inspeksi terhadap polis asuransi aktiva tetap.
f. Mintalah informasi aktiva tetap yang dijadikan jaminan dalam penarikan utang..
g. Lakukan inspeksi terhadap perjanjian leasing.
h. Lakukan Review terhadap Perhitungan Depresiasi dan Deplesi Aktiva Tetap.

i. Lakukan rekonsiliasi aktiva tetap tertentu ke dalam buku pembantu aktiva tetap.
j. Hitung kembali jumlah rupiah yang dicatat di dalam akun-akun yang terkait dalam
transaksi penghentian pemakaian aktiva tetap.

5. Verifikasi Penyajian Dan Pengungkapan


Periksa Klasifikasi Aktiva Tetap di dalam Neraca
Aktiva tetap harus disajikan di dalam neraca dalam kelompok aktiva tidak lancar pada
kosnya dikurangi dengan depresiasi akumulasian atau deplesi. Auditor melakukan
pemeriksaan terhadap klasifikasi aktiva tetap di dalam neraca berdasarkan prinsip
akuntansi berterima umum dalam penyajian aktiva tetap di neraca.

Periksa Pengungkapan yang Bersangkutan dengan Aktiva Tetap


Menurut prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian aktiva tetap di neraca.
klien berkewajiban mencantumkan pengungkapan yang memadai mengenai metode
depresiasi atau deplesi yang dipakainya, aktiva tetap yang dijaminkan atau digadaikan
didalam penarikan utang, dan aktiva tetap yang telah habis didepresiasi namun masih
digunakan dalam kegiatan perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai