Anda di halaman 1dari 5

PENGAUDITAN II

RMK BAB 7

Oleh :
Kelompok 4
Kadek Dela Adriana Putri 119211169
I Made Kusuma Wardana 119211171
Putu Adelia Ariasih 119211172
Ida Ayu Putu Diah Puspita 119211177
Ida Ayu Putu Dyah Medianasuari 119211204
I Gede Eka Sujaya Harta 119211218

AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL
2021
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 16 paragraf 5
menyebutkan bahwa: “Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap
pakai atau dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun”.

A. Karakteristik Aktiva Tetap


Menurut Jerry J. Weygandt (2007), karakteristik aktiva tetap yaitu:
 Memiliki bentuk fisik (bentuk dan ukuran yang jelas)
 Digunakan dalam kegiatan operasional
 Tidak untuk dijual ke konsumen
Sedangkan menurut Soemarso S.R (2005), karakteristik aktiva tetap adalah sebagai
berikut:
 Masa manfaatnya lebih dari satu tahun
 Digunakan dalam kegiatan perusahaan
 Dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan
 Nilainya cukup besar

B. Tujuan Pengujian Substantive Terhadap Aktiva Tetap


Tujuan pengujian substantif terhadap saldo aktiva tetap:
1) Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang dengan aktiva tetap
2) Membuktikan keberadaan aktiva tetap dan keterjadian transaksi yang berkaitan
dengan aktiva tetap yang dicantumkan dineraca
3) Membuktikan hak kepemilikan klien atas aktiva tetap yang dicantumkan dineraca
4) Membuktikan kewajaran penilaian aktiva tetap yang dicantumkan di neraca
5) Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan aktiva tetap di neraca

C. Prosedur Audit Terhadap Aktiva Tetap


Prosedur audit atas aktiva tetap adalah sebagai berikut:
1. Lakukan pemeriksaan pada top dan supporting schedule aktiva tetap yang berisikan:
saldo awal, penambahan serta pengurangannya dan saldo akhir, baik untuk harga
perolehan maupun akumulasi penyusutannya. Periksa footing dan cross footing dan
cocokkan totalnya dengan general ledger atau sub-ledger, saldo awal dengan working
paper tahun lalu.
2. Lakukan vouching atas penambahan dan pengurangan dari aktiva tetap tersebut. Untuk
penambahan lihat approval dan kelengkapan supporting document-nya. Untuk
pengurangan, periksa otorisasi dan penjurnalannya, misalnya jika terjadi keuntungan
atau kerugian pada saat penjualan aktiva tetap. Periksa penerimaan hasil penjualan
aktiva tetap.
3. Melakukan pemeriksaan fisik, periksa kondisi dan nomor kode aktiva tetap.
4. Memeriksa bukti kepemilikan aktiva dan mencocokkannya dengan aktiva terkait.
Apakah aktiva seperti tanah atau gedung benar-benar dimiliki oleh perusahaan
berdasarkan dokumen-dokumen terkait.
5. Pelajari dan lakukan pemeriksaan atas capitalization serta depreciation policy-nya,
apakah pemberlakuannya dilakukan secara konsisten dengan tahun sebelumnya dan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan standar. Tentang capitalization policy, perhatikan
jumlahnya apakah perlu dikapitalisasi atau tidak; berdasarkan masa manfaat; atau
berdasarkan jumlah dan masa manfaatnya. Mengenai depreciation policy, perhatikan
kapan aktiva mulai disusutkan, apakah berdasarkan tanggal pembelian atau pemakaian,
perhatikan pula masa penyusutannya apakah pada 15 hari pertama atau terakhir dalam
bulan disusutkan.
6. Lakukan analisis mengenai perkiraan repair and maintenance, apakah nilainya harus
dikapitalisasi pada modal atau merupakan revenue expenditure. Dalam akun ini
terdapat kemungkinan terjadinya overstatement pada revenue expenditure (yang
seharusnya biaya merupakan capital expenditure) untuk tujuan memperkecil laba.
7. Kecukupan insurance coverage, jangan terlalu besar atau terlalu kecil. Penilaian
kecukupannya didasarkan pada mendekati harga pasar.
8. Tes perhitungan penyusutan dan alokasi biaya penyusutan aktiva tetap dengan
melakukan cross reference angka penyusutan dengan biaya penyusutan di perkiraan
L/R. Auditor harus memeriksa keakuratan dalam penghitungan penyusutan oleh klien
dan ketepatan alokasi biaya penyusutan sebagai bagian dari biaya produksi tidak
langsung (overhead). Perhatikan pula aktiva-aktiva tetap yang tidak perlu dilakukan
penyusutan, seperti tanah atau tanah dengan hak guna bangun.
9. Periksa notulensi rapat, perjanjian kredit, atau jawaban dari Bank sekiranya aktiva
dijaminkan. Jika ada, maka perlu dilakukan pengungkapan atas jaminan terhadap aktiva
terkait.
10. Untuk construction in progress, lakukan pengecekan apakah penambahannya
mencukupi dan harus ditransfer ke nilai aktiva tetap.
11. Untuk aktiva tetap yang diperoleh melalui perjanjian leasing, lakukan pemeriksaan
pada berkas-berkas perjanjiannya dan periksalah accounting treatment-nya apakah
telah sesuai dengan standar.
Periksa penyajian aktiva tetap dalam LK, baik di neraca (akun (perolehan) aktiva tetap dan
akumulasi penyusutan) dan beban penyusutan pada Laporan L/R, apakah telah sesuai
dengan standar (SAK/ETAP/IFRS); pada catatan atas LK yaitu mengenai kebijakan
kapitalisasi dan penyusutan garis besar aktiva tetap maupun di lampiran berupa rincian
aktiva tetap.

D. Perbedaan Karakteristik Dan Pengujian Substantive Terhadap Aktiva Tetap


Dengan Aktiva Lancar
1) Perbedaan Karakteristik Aktiva Tetap dan Aktiva Lancar
 Akun aktiva tetap mempunyai saldo yang besar di dalam neraca, transaksi
perubahannya relatif sangat sdikit namun umumnya menyangkut jumlah rupiah
yang besar.
 Kesalahan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap
mempunyai pengaruh kecil terhadap perhitungan rugi laba, sedangkan kesalahan
pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva lancar berpengaruh
langsung terhadap perhitungan rugi laba tahun yang diaudit.
 Aktiva tetap disajikan di neraca pada kosnya dikurangi dengan depresiasi
akumulasian, sedangkan aktiva lancar disajikan di neraca pada nilai bersih yang
dapat direalisasikan pada tanggal neraca.
2) Perbedaan Pengujian Substantif terhadap Aktiva Tetap dengan Aktiva Lancar
 Frekuensi transaksi yang menyangkut aktiva tetap relatif sedikit, maka jumlah
waktu yang dikonsumsi untuk pengujian substantif terhadap aktiva tetap relatif
lebih sedikit dibandingkan dengan waktu untuk pengujian substantif aktiva
lancar.
 Ketepatan waktu pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap
sedikit pengaruhnya terhadap perhitungan rugi laba, maka auditor tidak
mengarahkan perhatianya terhadap masalah ketelitian. Sedangkan dalam
pengujian substantif terhadap transaksi aktiva lancar, auditor memusatkan
perhatiannya.
 Pengujian substantif terhadap aktiva tetap lebih dititikberatkan pada verifikasi
mutasi aktiva tetap yang terjadi dalam tahun yang diaudit.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.jurnal.id/id/blog/aktiva-tetap-pengertian-jenis-dan-cara-
memperolehnya/#Karakteristik_Aktiva_Tetap
http://www.skripsi.id/2014/05/prosedur-audit-pengujian-substantif_11.html
https://modul.mercubuana.ac.id
https://www.academia.edu/23911528/BAB_17_AUDIT_TERHADAP_SIKLUS_PENGELU
ARAN_PENGUJIAN_SUBSTANTIF_TERHADAP_AKTIVA_TETAP

Anda mungkin juga menyukai