A
Teorrii Akunttansi
NAMA
ANGGOTA
#01
KELOMPOK
I Made Kusuma Wardana 119211171
OPERASI KENAIKAN
UTAMA YANG KEWAJIBA
MENERUS N
Agar menjadibiaya konsumsi tersebut harus Semua badan autoritatif mendefinisi biaya tidak hanya dari
berkaitan dengan kegiatan utamadala atau kegiata sudut penurunan aset tetapi juga dari kenaikan kewajiban.
sentral kesatuan usaha. Kegiatan n
m utama adalah Bila barang dan jasa telah dimanfaatkan oleh perusahaan
kegiatan penciptaan pendapatan (laba) Opera yangata
barang tetapi perusahaan tidak mengakuinya sebagai aset
si
direpresentasi memproduksi/mengirim u sebelumnya atau perusahaan belum mengakui kewajiban
menyerahkan/melaksanakan jasa. utama utam atas penggunaan barang dan jasa yang dikuasai pihak lain,
a perusahaan mempunyai keharusan untuk membayar atau
perusahaan merupakan basis
untuk melakukan pengorbanan elektronik di masa datang sehingga
menghubungkan biaya dan
kewajiban timbul.
pendapatan.
PENURUNAN ALIRAN
EKUITAS
Definisi APB dan IAI secara eksplisit menyebutkan
bahwa penurunan aset akhirnya akan mengubah ekuitas
FISIS/MONETER
/ menurunkan ekuitas. Pendefinisian ini sebenarnya Biaya timbul dari penyerahan/produksi barang (from delivering or
menegaskan bahwa akuntansi menganut konsep producing goods) atau dari pelaksanaan jasa (rendering servises)
kesatuan usaha sehingga ekuitas secara konseptual memberi isyarat bahwa FASB memaknai biaya (penurunan aset)
sebagai kejadian fisis (physical event). Bila aset diganti dengan
adalah utang perusahaan kepada pemilik. Oleh karena
barang dan jasa (seperti disarankan Kam), aliran tersebut jelas
itu, turunnya aset sebagai biaya harus mengakibatkan
menunjukkan aliran fisis. Secara semantik, biaya seharusnya
turunnya ekuitas. Bila ekuitas akhirnya tidak didefinisi sebagai perubahan atau penurunan nilai sehingga
terpengaruh, jelas turunnya aset bukan merupakan timbulnya biaya harus merupakan kejadian moneter (monetary
biaya. event).
RUG
I
Sebagai lawan makna untung, kata-kata kunci yang melekat pada pengertian rugi adalah:
(1)Penurunan ekuitas (aset bersih).
(2)Transaksi periferal atau insidental.
(3)Selain apa yang didefinisi sebagai biaya atau selain distribusi ke pemilik.
Karena secara konseptual dan esensial karakteristik biaya tidak berbeda dengan rugi, IAI dan APB tidak mendefinisi rugi sebagai
elemen tersendiri. APB memandang pembedaan antara biaya dan rugi semata-mata bertujuan untuk pengungkapan sebagaimana
pembedaan antara pendapatan dan untung.
Empat sumber rugi yang diidentifikasi FASB adalah :
a.Periferal dan insidental
b.Transfer nontimbal-balik (nonreciprocal transfers) dengan pihak lain
c. Penahanan aset (holding assets)
d.Faktor lingkungan
KAIDAH ATAU SAAT PENGAKUAN
Sebagai pedoman bagi penyusun standar
atau manajemen (kebijakan akuntansi
perusahaan), pedoman umum saat
perlu dirumuskan
pengakuan di tingkat rerangka konseptual. FASB
memberikan pedoman umum di bawah ini.
KAIDAH ATAU SAAT PENGAKUAN
Sebagai pedoman bagi penyusun standar atau
PENGAKUAN manajemen (kebijakan akuntansi
perusahaan), perlu dirumuskan pedoman
BIAYA umum saatdi tingkat rerangka konseptual.
pengakuan
FASB memberikan pedoman umum di bawah ini.
LENYAPNYA ATAU BERKURANGNYA MANFAAT DIMASA
DEPAN
Biaya atau rugi diakui bila telah menjadi nyata atau
jelas bahwa manfaat ekonomik masa datang suatu
aset yang diakui sebelumnya telah berkurang atau
Henyap atau bahwa kewajiban timbul atau
bertambah tanpa adanya manfaat.
Mengasosiasi sebab dan akibat (associating cause and effect).
Beberapa kos diakui sebagai biaya atas dasar asosiasi langsung dengan pendapatan
tertentu
Bila tidak ada cara langsung untuk mengasosiasi sebab dan akibat, beberapa kos
KAIDAH
diasosiasi dengan perioda sebagai biaya atas dasar usaha (attempt) untuk mengalokasi
kos secara sistematik dan rasional ke beberapa perioda yang diperkirakan menikmati
manfaat.
PENGAKUAN APB
Kaidah pengakuan di atas sebenarnya dilandasi oleh basis asosiasi yang oleh APB
Pengakuan segera (immediate recognition). Beberapa kos diasosiasi dengan
perioda berjalan sebagai biaya karena:
disebut sebagai prinsip pengakuan biaya pervasif atau luas (pervasiue ex-
penserecognition principles). Hal ini dinyatakan oleh APB sebagai berikut (APB
1)kos yang terjadi dalam perioda berjalan tidak memberi manfaat masa datang yang
Statement No. 4, prg. 157-160): cukup nyata (discernible),
2)kos yang dicatat sebagai aset dalam perioda-perioda sebelumnya tidak
lagi mempunyai manfaat ekonomik yang cukup nyata,
3)mengalokasi berbagai kos baik atas dasar asosiasi dengan pendapatan atau atas
dasar perioda akuntansi dipandang tidak mempunyai manfaat yang berarti.
HUBUNGAN KOS DAN PROSES DAN KONSEP
BIAYA
Beberapa sumber mendefinisi biaya dalam kaitannya dengan pengertian PENANDINGAN
kos karena memang biaya tidak dapat dipisahkan dengan kos. Perlu
ditegaskan kembali bahwa kos adalah pengukur biaya atau biaya
Untuk menentukan laba yang bermakna (meaningful), perlu
direpresentasi dengan kos sehingga secara teknis dan praktis biaya
sering disebut kos saja (sebagaimana digunakan oleh APB di atas). dipahami dua pengertian penting yaitu proses
Memang biaya selalu dapat disebut kos karena kos melekat di penandingan (matching process) dan konsep atau prinsip
dalamnya (konsep dasar kos melekat). Akan tetapi, kos tidak selalu
dapat disebut biaya karena kos dapat juga merepresentasi aset.
penandingan (matching concept or principle). Proses
Walaupun demikian, untuk pembahasan selanjutnya, biaya sering penandingan adalah proses penentuan laba dengan cara
disebut dengan kos. mengukur atau menakar dahulu pendapatan
KELAYAKAN MENANDINGKAN
EKONOMIK LIUKAN
Dasar penandingan yang paling utama adalah kelayakan MENGKOMPENSASI
ekonomik (economic reasonableness) bukannya dasar
aliran fisis semata-mata. Dalam industri sepatu misalnya, Semua kos yang merepresentasi upaya harus tetap dicatat sebagai
kos (atau biaya kalau langsung dibebankan). Sebaliknya, seluruh
nilai atau kos kulit, yang dibebankan ke produksi adalah
hasil penjualan produk harus dicatat seluruhnya secara utuh
semua kos lembar kulit yang masuk proses walaupun
sebagai pendapatan. Alasannya adalah aliran pendapatan dan kos
scecara fisis banyak bagian dari kulit yang tidak menjadi
berbeda dan keduanya mencerminkan dua faktor yang berbeda
sepatu tetapi menjadi potongan-potongan sisa kulit (upaya dan hasil) sehingga tiap faktor harus ditunjukkan secara
sebagai bahan buanganJadi, kos suatu faktor jasa yang utuh sesuai dengan fungsinya. Pos yang satu tidak selayaknya
digunakan dalam operasi hanya akan dibebankan ke dikompensasi dengan pos yang lain. Penyimpangan terhadap
pendapatan sebanding dengan produk yang dianggap prinsip ini jelas akan mengaburkan faktor-faktor penting dalam
telah menghasilkan pendapatan. penentuan laba walaupun besarnya laba tidak terpengaruh
BASIS
Dalam rangka menghubungkan biaya dan biaya, perlu dipertimbangkan basis asosiasi yang menggambarkan
ASOSIASI
penandingan yang secara ekonomik layak. Berbagai basis asosiasi akan dibahas dibawah ini :
Depresiasi aset tetap merupakan contoh masalah ini. Alasan lain yang
mendukung dasar penandingan ini adalah:
1. Banyak jenis biaya perioda yang berkaitan secara tidak langsung
dengan pendapatan perioda berjalan sehingga tidaklah terlalu
menyimpang dari asosiasi sebab-akibat meskipun kos potensi jasa
diakui dan dilaporkan sebagai biaya pada saat potensi jasa tersebut
dikonsumsi.
2. Dalam banyak hal, memang sulit untuk mencari kaitan langsung antara.
biaya-biaya tertentu dengan pendapatan.
3. Bila biaya tidak dapat diasosiasi dengan cukup pasti dengan pendapatan
masa datang atau manfaat ekonomik tidak dapat dikaitkan dengan perio-
da-perioda masa datang, tidak ada alasan kuat untuk menunda
pembebanan manfaat ke masa datang.
KRITERIA PENANGGUHAN
Apa yang dikemukakan Hendriksen kriteria untuk menunda pembebanan bila hal
tersebut memang dapat dijustifikasi. Kriteria penguji umum yang dapat dijadikan dasar untuk menentukan apakah
suatu jenis kos jasa yang terjadi pada suatu perioda akan dibebankan langsung atau akan ditunda dapat
dikemukakan sebagai berikut:
Pertama, apakah kos jasa tersebut merupakan pengeluaran yang sah? Artinya pengeluaran tersebut terjadi
karena transaksi, kejadian, atau keadaan yang didukung oleh bukti yang sah. Jawaban ya atas kriteria ini berarti
bahwa kos yang terjadi merupakan poten- si jasa yang memenuhi kriteria aset. Dengan kata lain, kos
merepresentasi manfaat ekonomik yang terjadi karena transaksi masa lalu (past transactions or events) sehingga
sah menjadi aset bukan karena kos hipotetis.
Kedua, apakah kos jasa tersebut merupakan pengeluaran yang normal dan wajar? Artinya pengeluaran tersebut
dapat dibenarkan dari segi perusahaan pada umumnya dan bukan merupakan pengeluaran yang
bersifat pemborosan, kecerobohan, atau ketakbijaksanaan. Jawaban ya terhadap pertanyaan ini menjadikan kos
jasa tersebut jelas tidak dapat diperlakukan sebagai rugi meskipun tia dapat menjadi pengurang pendapatan
(biaya) perioda terjadinya.
ALOKASI KOS BERGABUNG ATAU BERSAMA
Argumen pendukung alokasi oleh Hendriksen di atas sebenarnya menjadi dasar pikiran bahwa alokasi
merupakan proses yang tidak dapat dihindari untuk mencapai penandingan sebab-akibat. Karena
karakteristik operasi perusahaan pada umumnya, penentuan kos produk secara tepat membutuhkan
alokasi untuk kos bergabung (joint cost) atau kos bersama (common cost) betapapun dasar aloka- si
tersebut agak bersifat arbitrer. Kedua jenis kos ini sama-sama merupakan kos fasilitas, kegiatan, proses,
atau departemen jasa yang dinikmati oleh beberapa angkatan produk atau objek kos lain (misalnya
departemen produksi). Alokasi kos bergabung atau bersama bersifat internal dalam suatu perioda
sehingga hasilnya tidak mempengaruhi kos operasi total untuk perioda tersebut meskipun dasar alokasi
agak arbitrer. Alokasi semacam ini hendaknya tidak diterapkan untuk alokasi kos faktor jasa antarperioda.
Hendriksen menyatakan bahwa alokasi secara arbitrer antarperioda akan lebih menyesatkan hasilnya
daripada tidak dilakukan alokasi karena alokasi memberi kesan adanya ketepatan (preciseness) yang
dalam kondisi tertentu mungkin tidak dapat dipenuhi.
ALOKASI BUKAN SARANA PEMERATAAN LABA
Dalam akuntansi manajerial dikenal metoda yang disebut pengkosan normal (nor- mal costing). Dengan metoda ini, kos overhead
dibebankan ke produk atas dasar tarif taksiran untuk suatu perioda. Tujuannya adalah agar kos produksi untuk perioda interim
(bulanan) menggambarkan kos yang tepat dibanding kos aktual perioda tersebut. Untuk mengatasi fluktuasi laba tahunan, cara
terbaik adalah menerbitkan serangkaian statemen laba-rugi tahunan seperti apa adanya bukan serangkaian statemen laba yang
telah diratakan.
PENDEKATAN NONALOKASI
Telah dibahas di atas, keperluan untuk penandingan biaya dan pendapatan secara tepat menuntut adanya alokasi. Alokasi, baik interim maupun
antarperioda tidak dapat dihindari. Pendapat yang cukup kontroversal dan ekstrem dikemukakan oleh Thomas (1987) tentang alokasi dalam
akuntansi.20 Thomas menyatakan bah- wa alokasi hanya dapat dipertahankan bila tiga karakteristik berikut dipenuhi:
1. Ketertambahan (additivity). Keseluruhan harus sama dengan hasil penggunggungan bagian-bagian. Kalau alokasi dilakukan untuk suatu total,
alokasi harus menghabiskan total. Jadi, jumlah-jumlah alokasian (allocated amounts) kalau digunggung kembali harus menjadi total sebe-
lum alokasi.
2. Ketakraguan (unambiguity). Metoda alokasi harus unik dan jelas untuk tiap tujuan. Artinya untuk tujuan yang sama tidak boleh terdapat
bebera- pa pilihan metoda.
3. Ketepertahankanan (defensibility)." Untuk metoda alokasi yang diplih, penentu kebijakan harus dapat mempertahakan argumen yang
meyakinkan bahwa pilihannya unik dan lebih baik dari alternatif lain.
PEMBEBANAN ARBITRER
Kalau tidak ada alasan yang kuat untuk menunda pembebanan kos untuk mencapai penandingan sebab-akibat dan
juga tidak ada dasar alokasi yang layak, suatu kos biasanya akan langsung dibcbankan dalam perioda terjadinya
(immediate rec- ognition). Ini berarti bahwa kos ditandingkan dengan pendapatan secara arbitrer. Konsep yang
melandasi pembebanan semacam ini semata-mata adalah kepraktisan (expediency). Memang pada umumnya
pengakuan segera kos sebagai biaya atau rugi dilakukan karena manfaat masa datang tidak terukur atau tidak cukup
pasti.
1. Penentuan besarnya kos barang terjual untuk ditandingkan dengan pen- jualan sehingga
dapat ditentukan besarnya laba perusahaan. Penentuan ini melibatkan berbagai metoda
asosiasi sebagai dasar pemecahan kos produksi menjadi kos yang melekat pada sediaan dan
yang melekat pada barang terjual.
2. Penentuan nilai sediaan sebagai unsur aset lancar perusahaan. Penentuan nilai sediaan
sangat penting untuk menilai likuiditas operasi perusahaan.
METODE ASOSIASI
Metoda asosiasi menjadi basis untuk menentukan unit fisik terjual dan kos yang melekat dengan jumlah rupiah penjualan. Dengan
demikian metoda asosiasi dapat pula diartikan sebagai asumsi aliran kos dalam mengikuti aliran fisis barang. Asumsi ini diperlukan
karena pada umumnya barang atau produk tidak tersedia sekaligus untuk satu perioda. Barang biasanya disediakan secara bertahap
melalui beberapa kali pembelian atau melalui beberapa angkatan produksi. Dalam banyak hal, setiap kali pembelian atau angkatan
produksi melibatkan kos per unit yang berbeda. Metoda asosiasi atau asumsi aliran kos yang telah dikenal adalah:
IDENTIFIKASI KHUSUS
Kalau tujuan asosiasi adalah penandingan yang tepat antara pendapatan tertentu dan kos tertentu, metoda ini adalah yang paling
ideal. Bila sistem akuntansi memungkinkan, metoda ini sangat dianjurkan penerapannya. Namun demikian, meto- da ini
mengandung beberapa kelemahan antara lain:
1)Jarang sekali pendapatan khusus ditandingkan dengan kos khusus karena pendapatan perusahaan merupakan hasil dari
seluruh upaya perusahaan sebagai kesatuan. Oleh karena itu, identifikasi khusus tidak memberi nilai tambahan informasi.
2)Untuk jenis barang yang homogen dan harganya relatif murah, metoda ini menjadi terlalu mahal dan tidak sepadan
dengan nilai tambahan infor- masi yang diperoleh.
3)Kalau fluktuasi harga sangat mencolok, metoda ini dapat digunakan sebagai alat manipulasi laba atau earnings
management. Bila perusahaan menginginkan laba yang tinggi, perusahaan dapat memilih barang yang kosnya rendah.
Sebaliknya, bila perusahaan menginginkan laba yang rendah, perusahaan dapat memilih barang yang kosnya tinggi.
MASUK PERTAMA KELUAR PERTAMA (MPKP)
Metoda ini berasumsi bahwa faktor kos mengalir melalui perusahaan secara ber- urutan seperti antrean tidak ada saling
mendahului. Dalam banyak kasus, aliran fisis faktor jasa yang sesungguhnya memang harus mengalir seperti ini terutama kalau
bahan, barang, atau produk harus segera digunakan karena meretia merupakan jenis yang mudah rusak atau usang karena
waktu. Metoda ini sangat logis dalam merefleksi asosiasi sebab-akibat karena sangat sederhana dan jelas untuk memecah kos
ke dalam dua komponen (sediaan dan barang terjual) atas dasar kos yang benar-benar melekat dalam kedua komponen
tersebut.
RATA-RATA BERBOBOT
Metoda ini menganggap bahwa dalam proses produksi terjadi peleburan faktor produksi yang sama selama satų perioda
menjadi satu massa yang homogenus. Artinya, bahan baku tertentu yang dibeli berkali-kali atau produk yang dihasilkan dari
beberapa angkatan produk dalam suatu perioda dianggap sebagai satu ke- satuan (massa). Barulah kemudian massa tersebut
dipecah menjadi dua bagian yaitu sediaan barang dan barang terjual. Sebagai konsekuensi, tiap sediaan yang ada pada saat
tertentu akan selalu mengandung proporsi tertentu tiap pembelian yang pernah terjadi. Dengan demikian, metoda rata-rata
akan menjadi logis, objektif, atau valid.
SEDIAA
Metoda ini sering disebut dengan metoda sediaan permanen (iron-stock method).
Dengan metoda ini dianggap perusahaan melakukan investasi permanen dalam
sediaan. Tujuannya adalah penandingan pendapatan sekarang dengan kos sekarang
sekaligus meniadakan kebutuhan pelaporan untung atau rugi menahan sediaan atay
fluktuasi harga. Metoda ini menyajikan sediaan di neraca dengan harga satuan yang
N
cukup pasti. Biasanya harga satuan yang ditentukan untuk sediaan minimal cukup
rendah. Karena pendapatan sekarang ditandingkan dengan kos sekarang, laba yang
diperoleh tidak mengandung untung atau rugi akibat menahan sediaan.
NORMAL
MASUK
Metoda ini berasumsi bahwa-sediaan merupakan aset tetap yang tidak berkaitan
dengan aliran kos. Dengan demikian, begitu sejumlah sediaan tertentu telah
tertimbun maka aliran faktor kos berikutnya dianggap hanya melewati timbunan
TERAKHIR tersebut dan dan langsurg melekat pada penjualan (sebagai kos barang terjual). Untuk
perusahaan-perusahaan pada umumnya aliran kos dengan metoda ini tidak sejalan
dengan aliran fisis yang sesungguhnya terjadi terutama untuk perusahaan
PERTAMA
(MTKP)
Implikasi Metoda
Asosiasi Terhadap FASILITAS
Laba
Dalam bidang-bidang usaha tertentu yang voluma penjualan dan harga bahan bakunya berfluktuasi
FISIS
Dalam hal fasilitas fisik, kos yang terjadi pada saat
pemerolehan pada umumnya diakui sebagai aset dan baru
cukup besar antarperioda, metoda MTKP mendapat dukungan yang kuat sebagai salah satu cara untuk kemudian kos tersebut diakui sebagai biaya sesuai
menstabilkan laba periodik sampai tingkat tertentu. Dalam suatu sistem perpajakan yang sangat
menekankan perhitungan laba periodik, praktik penstabilan laba tersebut menjadi konsekuensi logis dengan pola penyerapan manfaat yang direpresentasi
yang akhirnya banyak dianut. Namun demikian, laba yang distabilisasi hendaknya tidak dilaporkan
sebagai laba sebenarnya untuk tahun tertentu. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, pemecahan dengan kos.
yang terbaik untuk mengatasi fluktuasi harga adalah melengkapi (to supplement) statemen tahunan
dengan beberapa laporan kumulatif dan rata-rata bukan mengembangkan metoda untuk menghilangkan
fluktuasi tahunan yang memang benar-benar atau nyata-nyata terjadi.
Karakteristik ISTILAH
dan Tujuan Istilah yang digunakan untuk menunjuk aset yang
mempunyai karakteristik di atas tentunya harus cukup
BASIS
bentuk daya giling untuk mesin giling). Oleh karena itu, kos daya atau kapasitas fasilitas fisis
tersebut jelas harus diserap menjadi bagian kos produksi dan akhirnya menjadi beban pendapatan.
Masalah unik yang berkaitan dengan penyerapan manfaat fasilitas fisis adalah penentuan kapasitas
taksiran dalam kondisi tertentu dan pola penyerapan manfant sampai dapat dikatakan bahwa
PEMBEBANAN manfaat tersebut habis. Berbeda dengan sediaan, masalah timbul karena pada umumnya kapasitas
akan habis dalam jangka panjang dan penyerapan manfaat tidak dapat diobservasi secara langsung
atas dasar kelonyapan secara fisis. di lain pihak, sediaan dikonsumsi dalam bentuk unit fisis
sehingga kos yang terserap dapat dihubungkan serara objektif dengan konsunusi fisis tersebut.
Dari segi akuntansi, depresiasi merupakan suatu proses alokasi kos secara sistematik
MAKNA DEPRESIASI dan rasional dan jumlah rupiahnya diukur atas dasar bagian kos potensi jasa yang
dianggap telah dimanfaatkan dalam menciptakan pendapatan. Depresiasi sebagai
biaya tidak berbeda dengan jenis biaya operasi lainnya. Kos fasilitas fisis mempunyai
kedudukan yang sama seperti kos manfaat ekonomik lain yang diperoleh dan
dimanfaatkan sekaligus dalam perioda terjadinya. Depresiasi merupakan biaya yang
benar-benar terjadi dan dikeluarkan (out of pocket costs) seperti biaya lainnya.
Acapkali depresiasi dianggap sebagai sumber dana oleh karena kebiasaan untuk
DEPRESIASI menghitung sumber dana atau aliran kas masuk (proceeds) dengan cara
menambahkan kembali depresiasi ke laba akuntansi. Hal ini banyak dijumpai dalam
literatur manajemen keuangan yang membahas topik penganggaran kapital (capital
SEBAGAI PROSES budgeting). Cara menghitung semacam itu sebenarnya hanyalah salah satu teknik
penghitungan sumber dana karena data yang tersedia adalah statemen laba-rugi. Hal
ini juga terjadi dalam menghitung aliran kas dari kegiatan operasi untuk menyusun
AKUMULASI DANA statemen aliran kas dengan metoda taklangsung. Walaupun demikian, tidak berarti
bahwa depresiasi merupakan suatu sumber dana atau penyisihan dana untuk
penggantian.
PEMULIHAN
depresiasi.
INVESTASI
DEPRESIASI
SEBDEPRESIASI SEBAGAI
PROSES PENILAIAN
Pendefinisian depresiasi sebagai bagian kos yang dibebankan secara sistematik dan rasional merupakan pemaknaan depresiasi secara sintaktik. Artinya, depre- 6iasi didefinisi sebagai penerapan
prosedur. Kelemahan pendefinisian ini adalah bahwa alokasi sistematik dalam banyak hal tidak merepresentasi fenomena atau kegiatan operasi yang sesungguhnya. Dengan kata lain, alokasi kos hanya
merupakan mekanisma yang tidak merepresentasi realitas ekonomik. Misalnya, dengan metoda garis lurus, depresiasi tetap diperhitungkan meskipun mungkin dalam suatu perioda kegiatan produksi
sedang rendah atau berhenti sehingga depresiasi tidak merepresentasi realitas yang ada
KONTRIBUSI
NILAI SETARA PENDAPATAN NETO
TUNAI DISKUNAN
Dengan basis ini, penurunan nilai fasilitas fisis Dengan penilaian ini, depresiasi ditentukan dengan cara
ditentukan dengan cara menghitung selisih nilai setara menghitung selisih nilai diskunan aliran kontribusi pendapatan neto
tunai pada awal dan akhir perioda. Nilai ini adalah pada awał dan akhir perioda. Kontri- busi pendapatan neto adalah
tambahan aliran kas masuk (pendapatan) karena adanya investasi
harga pasar aset yang sama dalam kondisi yang sama
fasilitas fisis bersangkutan. Penilaian ini mirip dengan peneri-
sebagai barang bekas. Di sini dianggap bahwa daya maan kas masa datang diskunan (discounted future cash receipts)
beli uang stabil. Ka- lau tidak, dalam hal tertentu nilai untuk penilaian investasi jangka panjang misalnya obligasi.
pasar dapat naik sehingga nilai tidak turun atau bahkan Bedanya, aliran kas masuk investasi jangka panjang berasal
menjadi lebih tinggi. Untuk mengat.asi hal ini, kadang- langsung dari investasi yang jumlah dan saatnya cukup pasti
kadang nilai jual ini disesuaikan dengan indeks harga sedangkan aliran kas masuk dari fasilitas fisis tidak langsung dan
yang berlaku untuk menghilangkan pengaruh kenaikan harus di- taksir melalui pendapatan neto (laba tunai) yang
dikontribusi oleh penggunaan aset. Penilaian semacam ini
harga karena perubahan daya beli uang.
merupakan contoh imputasi pendapatan. Tambahan aliran masuk
ini juga dapat berupa penghematan kos (cost saving).
DEPRESIASI SEBAGAI SARANA PENANDINGAN KOS DENGAN KONTRIBUSI PENDAPATAN
NETO
Pemaknaan depresiasi ini sebenarnya sama dengan pemaknaan depresiasi secara konvensional yaitu alokasi kos atas dasar pola penyerapan. Perbedaannya adalah pola penyerapan tidak langsung
didasarkan atas penyerapan jasa tetapi atas dasar pendapatan neto yang dihasilkan oleh fasilitas fisik bersangkutan. Pendapatan neto di sini adalah pendapatan yang dihasilkan oleh fasilitas fisik
dikurangi biaya pengoperasian fasilitas fisis. Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa variasi pendapatan merefleksi variasi penyerapan jasa fasilitas fisik. Dengan kata lain, pola penyerapan sejalan
dengan pola kontribusi pendapatan neto.
Kos Penyajian
Organisasi
Pengeluaran-pengeluaran yang terjadi sebelum perusahaan mulai beroperasi
Biaya
Penyajian biaya tidak dapat dilepaskan dari
biasanya ditampung dalam satu akun menjadi kos pendirian atau kos
organisasi (organization cost). Pengeluaran tersebut meliputi kos pencetakan
saham, tarif akte notaris, pengeluaran untuk ijin perusahaan, dan kos kegiatan
penyajian pendapatan dan sarana untuk itu
selama proses pendirian. Kos organisasi diperlakukan sebagai aset adalah statemen laba-rugi. Penyajian elemen
takberwujud karena kos tersebut tidak dapat dikaitkan dengan aset tetap
berwujud yang ada dalam perusahaan. Seperti telah diuraikan dalam pendapatan, untung, biaya, dan rugi
pembahasan tanah, kos organisasi menunjukkan suatu aset permanen (tidak
perlu diamortisasi) sepanjang perusahaan dapat mempertahankan diri
bergantung pada konsep tentang apa saja
sebagai perusahaan yang beroperasi secara penuh dan yang bertumbuh yang membentuk laba. Masalah ini akan
sebagaimana ditunjukkan oleh kemampuan untuk menghasilkan laba dan
posisi keuangannya. Jadi, kos organisasi tidak semestinya diamortisasi dalam dibahas di Bab 11 tentang laba
hal perusahaan berjalan terus dan berkembang tetapi tidak semestinya
dipertahankan tetap utuh dalam hal perusahaan mengalami kemunduran yang komprehensif.
terus-menerus.
TERIMAKASIH