Disusun Oleh :
1. Mega Putri Andni 1703101031
2. Nindya Mariana Agustin 1703101033
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur sepantasnya kita panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi yang hingga
saat ini masih berkenan memberikan kepercayaan-Nya kepada kita semua untuk menikmati
karunia-Nya, dan hanya dengan qudrat dan iradat-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Manajemen Berdasarkan Aktivitas.
Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi
Manajemen. Semoga dengan penyusun makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman diri penyusun tentang mata kuliah ini. Demi kesempurnaanya, penyusun selalu
mengharapkan adanya saran dan masukan dari berbagai pihak.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Akuntansi
Manajemen dan kepada semua pihak yang telah mendukung hingga terselesaikan makalah ini.
Harapan penyusun semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi
penyusun sendiri dan umunya bagi siapa saja yang membacanya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
JUDUL································································································i
KATA PENGANTAR···············································································ii
DAFTAR ISI·························································································iii
BAB I PENDAHULUAN··········································································1
1.1 Latar Belakang··············································································1
1.2 Rumusan Masalah···········································································1
1.3 Tujuan Masalah·············································································1
BAB II KAJIAN TEORI············································································2
2.1 Manajemen Biaya Berdasarkan aktivitas················································2
2.2 Analisis Nilai Proses········································································6
2.3 Ukuran Kinerja Aktivitas··································································8
2.4 Perhitungan Biaya Pelanggan dan Pemasok Berdasarkan Aktivitas·················11
BAB III STUDI KASUS············································································14
3.1 Pembahasan Kasus 1·······································································14
3.2 Pembahasan Kasus 2·······································································15
BAB IV PENUTUP·················································································17
4.1 Kesimpulan··················································································17
DAFTAR PUSTAKA···············································································18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
KAJIAN TEORI
Dimensi Biaya
Sumber Daya
Dimensi Proses
Produk dan
Pelanggan
1. Mengimplementasikan ABM
Manajemen berdasarkan aktivitas (ABM) adalah sistem yang lebih
komprehensif daripada sistem ABC. ABM menambahkan pandangan proses pada
pandangan biaya dalam ABC. ABM melibatkan ABC dan menggunakannya sebagai
sumber informasi utama. ABM dapat dipandang sebagai sistem informasi yang
bertujuan memperbaiki pengambilan keputusan dengan menginformasikan biaya yang
akurat dan mengurangi biaya dengan mendorong serta mendukung berbagai usaha
perbaikan berkelanjutan. Tujuan pertama adalah domain dari ABC, sedangkan tujuan
kedua merupakan bagian dari analisis nilai proses.
2
Model ABM
Perencanaan
Sistem
ABC
PVA
Membebankan
Membuat Biaya Sumber
Penilaian atas Daya ke Aktivitas
Aktivitas
Mengidentifikasi
Menentukan Akar Objek Biaya dan
Penyebab Masalah Penggerak
Aktivitas
Mengurangi Memperbaiki
Biaya Keputusan
Meningkatkan
Profitabilitas
Mencari Peluang Membebankan
untuk Perbaikan Biaya ke Objek
Biaya
4
tanggung jawab pada berbagai unit perusahaan dan menyatakan berbagai ukuran
kinerja dalam bentuk keuangan. Pada dasarnya, perusahaan memiliki sistem akuntansi
pertanggungjwaban yang sesuai dengan berbagai kebutuhan dan nilai ekonomi dari
lingkungan operasionalnya. Perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan yang
dinamis dan berubah dengan cepat akan mendapati adaptasi dan perubahan adalah
sangat penting untuk bertahan hidup. Jadi, akuntansi pertanggungjawaban
berdasarkan aktivitas adalah sistem akuntansi pertanggungjawaban yang
dikembangkan untuk perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan yang mengalami
perbaikan berkelanjutan. Sistem akuntansi ini mengukur kinerja sehingga
menekankan pada pandangan keuangan dan non keuangan. Perbandingan untuk setiap
elemen model akuntansi pertanggungjawaban untuk setiap sistem
pertanggungjawaban menunjukkan berbagai perbedaan utama antara pendekatan
tersebut.
a. Pemberian Tanggung Jawab
Sistem pertanggung jawaban berdasarkan aktivitas atau proses, titik
utamanya akan mengubah inti dan individu menjadi proses dan tim. Optimalisasi
keseluruhan sistem adalah penekanannya. Selain itu, tanggung jawab keuangan
tetap merupakan hal penting. Alasannya adanya berbagai perubahan dalam fokus
tersebut sangatlah sederhana. Dalam lingkungan perbaikan berkelanjutan,
perspektif keuangan menandakan adanya peningkatan pendapatan, penurunan
biaya, dan peningkatan penggunaan aset secara berkelanjutan.
Tiga metode yang memungkinkan perubahan cara berbagai hal dilakukan,
yaitu perbaikan proses, inovasi proses, dan penciptaan proses. Perbaikan proses
merujuk pada peningkatan bertahap dan konstan dalam efisiensi suatu proses
yang telah ada. Inovasi proses (rekayasa ulang bisnis) merujuk pada kinerja
proses dalam cara baru yang radikal dengan tujuan mencapai perbaikan yang
dramatis dalam hal waktu respons, kualitas, dan efisiensi. Penciptaan proses
merujuk pada instalasi sebuah proses yang seluruhnya baru dengan maksud
memenuhi tujuan pelanggan dan keuangan.
b. Penetapan Ukuran Kinerja
Ukuran kinerja harus diidentifikasi dan standar harus ditetapkan untuk
berfungsi sebagai benchmarking untuk ukuran kinerja. Anggaran dan
perhitungan biaya standar adalah tahap penting dalam aktivitas benchmarking
untuk sistem berdasarkan keuangan. Hal ini tentu berarti ukuran kerja bersifat
objektif dan relatif stabis sepanjang waktu. Ukuran kinerja berorientasi pada
proses sehingga harus memperhatikan berbagai atribut proses, seperti waktu
proses, kualitas, dan efisiensi. Kemudian, standar ukuran kinerja berubah untuk
mencerminkan berbagai kondisi dan tujuan baru, serta membantu
mempertahankn kemajuan apa pun yang telah dicapai. Terakhir, standar optimal
membutuhkan suatu peran penting. Standar ini menentukan pencapaian utama
target sehingga identifikasi potensi digunakan untuk perbaikan. Mengidentifikasi
standar bernilai-tambah untuk tiap aktivitas jauh lebih ambisius daripada sistem
5
pertanggungjawaban keuangan tradisional. Hal ini memperluas pengendalian
hingga mencakup seluruh perusahaan.
c. Evaluasi Kinerja
Kerangka kerja berdasarkan aktivitas lebih berkaitan dengan kinerja
daripada hanya perspektif keuangan. Perspektif proses menambah waktu,
kualitas, dan efisiensi sebagai berbagai dimensi yang sangat penting atas kinerja.
Menurunkan waktu yang dibutuhkan suatu proses untuk memberikan hasil
kepada pelanggan dipandang sebagai tujuan yang sangat penting. Jadi, ukuran
nonkeuangan yang berorientasi pada proses, seperti waktu siklus dan
pelaksanaan yang tepat waktu menjadi hal penting. Oleh karena itu, berbagai
ukuran pengurangan biaya yang dicapai, trend dalam biaya, dan biaya per unit
hasil adalah berbagai indikator yang sangat berguna untuk melihar apakah suatu
proses telah membaik atau belum. Kemajuan atas pencapaian standar optimal
dan standar interim haruslah diukur. Tujuannya adalah menghasilkan biaya yang
rendah, produk yang berkualitas tinggi, dan pengiriman secara tepat waktu.
d. Pemberian Penghargaan
Dalam kedua sistem tersebut, tiap orang akan diberi penghargaan atau
hukuman sesuai dengan berbagai kebijakan dan kehendak pihak manajemen
yang lebih atas. Bonus dapat diberikan kepada tim terkait, kapan pun kinerja
mereka sesuai dengan semua ukuran dan memperbaiki, paling tidak, salah satu
ukuran terkait. Para karyawan diizinkan berbagi dalam keuntungan yang
berkaitan dengan proyek perbaikan tertentu. Berbagi keuntungan membantu
mendapatkan keberhasilan untuk proyek perbaikan tertentu yang merupakan
bagian dari manajemen berdasarkan aktivitas.
6
Inti analisis nilai proses adalah analisis aktivitas. Analisis aktivitas adalah
proses untuk mengindentifikasikan, menjelaskan, dan mengevaluasi berbagai
aktivitas yang dilakukan perusahaan. Analisis aktivitas harus menunjukkan empat
hasil: (1) aktivitas apa saja yang dilakukan, (2) berapa anyak orang yang melakukan
aktivitas tersebut, (3) waktu dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan
berbagai aktivitas, dan (4) penilaian atas nilai aktivitas bagi perusahaan, termasuk
saran untuk memilih dan mempertahankan berbagai aktivitas yang menambah nilai.
a. Aktivitas Bernilai-Tambah
Berbagai aktivitas yang dibutuhkan untuk dapat bertahan dalam bisnis
disebut aktivitas yang bernilai tambah. Beberapa aktivitas yang disyaratkan
memang dibutuhkan untuk memenuhi peraturan hukum. Aktivitas discretionary
diklasifikasikan sebagai aktivitas yang bernilai-tambah jika secara simultan
memenuhi berbagai syarat: (1) aktivitas yang menghasilkan perubahan kondisi,
(2) perubahan kondisi yang tidak dapat dicapai melalui aktivitas sebelumnya, (3)
aktivitas yang memungkinkan berbagai aktivitas lainnya dilakukan. Biaya
bernilai-tambah adalah berbagai biaya yang timbul dari melakukan berbagai
aktivitas bernilai-tambah dengan efisiensi yang sempurma.
b. Aktivitas Tak-Bernilai-Tambah
Semua aktivitas selain berbagai aktivitas yang paling penting untuk tetap
bertahan dalam bisnis sehingga dipandang tidak perlu, disebut sebagai aktivitas
tak-bernilai-tambah. Aktivitas tak bernilai-tambah dapat diidentifikasi melalui
ketidakmampuannya memenuhi salah satu dari tiga syarat yang disebutkan
diatas. Pelanggaran atas dua syarat pertama adalah contoh umum dari aktivitas
tak-bernilai-tambah. Biaya tak-bernilai-tambah adalah berbagai biaya yang
disebabkan oleh aktivitas tak-bernilai-tambah atau kinerja tidak efisien dari
aktivitas bernilai-tambah. Jadi, analisis aktivitas mencoba untuk
mengidentifikasi yang pada akhirnya mengeliminasi semua aktivitas yang tidak
dibutuhkan, dan pada saat yang sama akan meningkatkan efisiensi aktivitas yang
dibutuhkan.
c. Biaya Kaizen
Berbagai usaha untuk mengurangi biaya dari berbagai produk dan proses
yang ada akan disebut sebagai perhitungan biaya kaizen. Perhitungan biaya
kaizen memiliki ciri perbaikan yang konstan dan meningkat atas berbagai proses
dan produk yang ada. Analisis aktivitas adalah elemen penting dalam
perhitungan biaya kaizen. Analisis aktivitas dapat mengurangi biaya melalui
empat cara, yaitu:
1) Eliminasi Aktivitas. Berfokus pada berbagai aktivitas yang tak-bernilai-
tambah. Jika aktivitas yang gagal menambah nilai telah diidentifikasikan,
maka pengukuran harus dilakukan untuk mengarahkan perusahaan
mengeliminasi aktivitas-aktivitas ini.
2) Pemilihan Aktivitas. Melibatkan pemilihan berbagai rangkaian aktivitas
yang ditimbulkan oleh beberapa strategi saling bertentangan. Berbagai
strategi yang berbeda dapat menyebabkan aktivitas yang berbeda.
7
3) Pengurangan Biaya. Pengurangan biaya mengurangi waktu dan sumber daya
yang dibutuhkan suatu aktivitas. Pendekatan pengurangan biaya ini
seharusnya ditunjukkan, terutama untuk memperbaiki efisiensi dari berbagai
aktivitas yang dibutuhkan atau menjadi strategi jangka pendek untuk
memperbaiki berbagai aktivitas tak-bernilai-tambah sampai aktivitas-
aktivitas tersebut dapat ditiadakan.
4) Penyatuan Aktivitas. Penyetuan aktivitas meningkatkan efisiensi dari
berbagai aktivitas yang dibutuhkan dengan menggunakan economy of scale.
Secara khusus, kuantitas dari penggerak biaya ditingkatkan tanpa
menambah biaya total aktivitas terkait. Hal ini dapat menurunkan biaya per
unit dari penggerak biaya terkait dan jumlah biaya yang dapat ditelusuri
pada produk yang menggunakan aktivitas tersebut.
d. Pengukuran Kinerja Aktivitas
Pengukuran kinerja aktivitas terdapat dalam bentuk keuangan dan
nonkeuangan. Berbagai ukuran ini didesain untuk menilai seberapa baik suatu
aktivitas dilakukan dan seberapa baik hasil yang dicapai. Ukuran-ukuran ini juga
didesain untuk menunjukkan apakah ada perbaikan konstan atau tidak. Ukuran
kinerja aktivitas berpusat pada tiga dimensi utama, yaitu:
1) Efisiensi. Efisiensi berfokus pada hubungan berbagai input aktivitas dengan
output aktivitas.
2) Kualitas. Kualitas berkaitan dengan melakukan aktivitas yang benar sejak
aktivitas tersebut dilakukan pertama kali.
3) Waktu. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan suatu aktivitas yang
merupakan hal penting.
8
memungkinkan para manajer untuk menilai efektivitas dari program manajemen
aktivitas mereka.
Biaya bernilai-tambah adalah berbagai biaya yang harus ditanggung
perusahaan. Standar nilai-tambah membutuhkan eliminasi atas seluruh aktivitas tak-
bernilai-tambah. Dengan membandingkan biaya aktivitas seseungguhnya dengan
biaya aktivitas bernilai-tambah, pihak manajemen dapat menilai tingkat
ketidakefisienan aktivitas serta menentukan potensi untuk perbaikan. Untuk
mengidentifikasi serta menghitung biaya bernilai dan tak bernilai-tambah, berbagai
ukuran output untuk tiap aktivitas harus ditetapkan terlebih dahulu. Jika urusan
output telah ditetapkan, maka jumlah standar bernilai-tambah untuk tiap aktivitas
dapat ditetapkan. Biaya bernilai-tambah dapat dihitung dengan mengalikan kualitas
standar bernilai-tambah dengan standar harga. Biaya tak-bernilai-tambah dapat
dihitung sebagai berikut.
Biaya bernilai tambah = SP × P
Biaya tak-bernilai-tambah = (AQ – SQ) SP
Di mana:
SQ = tingkat output bernilai-tambah untuk suatu aktivitas
SP = harga standar per unit dari ukuran output aktivitas
AQ = penggunaan kuantitas sesungguhnya sumber daya refleksibel atau kapasitas
praktis aktivitas yang diadakan untuk sumber daya yang serikat.
Sebagai gambaran dari kelebihan konsep ini, bayangkan keempat aktivitas
produksi di RTP Inc.: pengelasan, pengerjaan ulang produk cacat, penyetelan
peralatan, dan pengawasan komponen yang dibeli. Penyetelah dan penggunaan bahan
baku adalah aktivitas yang dibutuhkan; pengawasan dan pengerjaan ulang adalah
aktivitas yang tidak dibutuhkan. Dan berikut ini terkait dengan keempat aktivitas
tersebut.
Biaya Tak-Bernilai-Tambah
Aktivitas 2007 2008 Perubahan
Pengelasan $ 80.000 $ 50.000 $ 30.000
Pengerjaan Ulang 90.000 70.000 20.000
Penyetelan 360.000 200.000 160.000
Pengawasan 60.000 35.000 25.000
Total $590.000 $355.000 $235.000
10
2.4 Perhitungan Biaya Pelanggan dan Pemasok Berdasarkan Aktivitas
Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas, keakuratan perhitungan
biaya produk diperbaiki dengan penelusuran biaya aktivitas pada produk yang memakai
aktivitas. Pengetahuan biaya pelanggan dan pemasok dapat menjadi informasi penting
untuk memperbaiki profitabilitas suatu perusahaan. Sistem ini bekerja untuk mengubah
pelanggan yang tidak menguntungkan menjadi menguntungkan dan membiarkan pihak
yang tidak memberikan pengembalian yang memadai untuk membawa bisnisnya ke
tempat lain. Sebagai konsekuensinya, penjualan akan menurun, tetapi labanya menjadi
tiga kali lipat.
1. Perhitungan Biaya Pelanggan Berdasarkan Aktivitas
Para pelanggan adalah objek biaya yang cukup berpengaruh. Mengetahui
besarnya biaya untuk melayani para pelanggan yang berbeda adalah informasi yang
sangat penting untuk beberapa tujuan, seperti penentuan harga, penentuan baura
pelanggan, dan perbaikan profitabilitas. Selanjutnya, karena keanekaragaman
pelanggan, beberapa penggerak dibutuhkan untuk menelusuri biaya secara akurat.
Hasil ini berarti ABC dapat berguna bagi organisasi yang mungkinhanya memiliki
satu produk, produk sejenis, atau struktur JIT di mana penelusuran langsung
mengurangi nilai ABC untuk perhitungan biaya produk.
Perhitungan Biaya Pelanggan versus Perhitungan Biaya Produk
Pembebanan biaya layanan pelanggan pada pelanggan dilakukan dengan
cara yang sama dengan biaya produksi dibebankan pada produk. Aktivitas
yang digerakkan pelanggan – seperti memasukkan pesanan, mengambil
pesanan, mengirim, melakukan tindakan penjualan, dan mengevaluasi kredit
klien – diidentifikasi dan dimasukkan ke dalam daftar kamus aktivitas. Biaya
sumber daya yang dipakai dibebankan pada aktivitas dan biaya aktivitas
dibebankan kepada setiap pelanggan. Model dan prosedur sama yang berlaku
pada produk, juga berlaku pada pelanggan.
Contoh, anggaplah RPT Inc. memproduksi suku cadang kecil untuk 11
pembeli utama. ABC digunakan untuk membebankan biaya produksi pada
produk. Dari kesebelas pelanggan, terdapat satu rekening yang mencatat 50
persen dari total penjualan dan 10 rekening untuk penjualan lainnya. Pesanan
yang dibuat oleh kesepuluh pelanggan yang lebih kecil memiliki ukuran yang
kira-kira sama. Data mengenai aktivitas pelanggan RPT adalah sebagai berikut.
Pelanggan Sepuluh
Besar pelanggan yang
Lebih Kecil
Unit yang dibeli 500.000 500.000
Pesanan yang dibuat 2 200
Jumlah tindakan penjualan 10 210
Biaya produksi $3.000.000 $3.000.000
Biaya pemenuhan pesanan yang $202.000 $202.000
dialokasikan*
11
Biaya tenaga penjualan yang $110.000 $110.000
dialokasikan*
*dialikasikan berdasarkan volume
penjualan.
12
BAB III
STUDI KASUS
Pembahasan:
1. Laporan biaya.
Aktivitas Biaya bernilai- Biaya tak- Biaya aktual
tambah bernilai-tambah
Pembelian peralatan $ 450.000 $1.800.000 $2.550.000
Perakitan peralatan 2.160.000 234.000 2.394.000
Administrasi peralatan 1.980.000 858.000 2.838.000
Pemeriksaan peralatan 0 1.125.000 1.125.000
Total $4.590.000 $2.397.000 $6.987.000
Perhitungan:
Biaya bernilai-tambah = (SQ × SP)
- Pembelian peralatan = 1.500 × $300
= $ 450.000
- Perakitan peralatan = 180.000 × $12
= $ 2.160.000
- Administrasi peralatan = 18.000 × $110
= $1.980.000
- Pemeriksaan peralatan = 0 × $15
=0
13
= (600) $300
= $1.800.000
- Perakitan peralatan = (199.500 – 180.000) $12
= (19.500) $12
= $234.000
- Administrasi peralatan = (25.800 – 18.000) $110
= (7.800) $110
= $858.000
- Pemeriksaan peralatan = (75.000) $15
= $1.125.000
2. Pemeriksaan peralatan merupakan aktivitas tak-bernilai-tambah (SQ = 0
menunjukkan bahwa aktivitas tak-bernilai-tambah). Pemeriksaan bukan merupakan
aktivitas tak-bernilai-tambah karena hanya mendeteksi aktivitas, bukan aktivitas yang
mengubah keadaan. Aktivitas bernilai tambah dapat memiliki aktivitas tak-bernilai-
tambah jika tidak dilakukan secara efisien.
Pembahasan
1. Biaya tak-bernilai-tambah 2006
Biaya tak-bernilai-tambah = (AQ – SQ) SP
- Pembelian peralatan = (1.800 – 1.500) $300
= (300) $300
= $90.000
- Perakitan peralatan = (186.000 – 180.000) $12
= (6.000) $12
= $72.000
- Administrasi peralatan = (24.000 – 18.000) $110
= (6.000) $110
= $660.000
- Pemeriksaan peralatan = (45.000) $15
= $675.000
14
Biaya Tak-Bernilai-Tambah
Aktivitas 2005 2006 Perubahan
Pembelian peralatan $180.000 $90.000 $ 90.000
Perakitan peralatan 234.000 72.000 162.000
Administrasi peralatan 858.000 660.000 198.000
Pemeriksaan peralatan 1.125.000 675.000 450.000
Total $2.397.000 $1.497.000 $900.000
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Manajemen berdasarkan aktivitas berfokus pada aktivitas dengan tujuan
memperbaiki nilai bagi pelanggan dan meningkatkan profitabilitas yang kokoh. ABM
memiliki sudut pandang biaya dan sudut pandang proses. Sudut pandang biaya berkaitan
15
dengan pembebanan biaya secara akurat dan sudut pandang proses berkaitan denngan
pengurangan biaya dengan mengeliminasi pemborosan.
Analisis nilai prses adalah hal yang fundamental bagi akuntansi pertanggungjawaban
berdasarkan aktivitas; analisis ini berfokus pada akuntabilitas berbagai aktivitas sebagai
ganti pada biaya; dan analisis ini menekankan pada maksimalisasi kinerja keseluruhan
sistem sebagai ganti kinerja individual. Analisis nilai proses membantu mengubah
berbagai konsep akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan aktivitas dari tingkat
konseptual menjadi operasional.
Ukuran keuangan dari kinerja seharusnya memberikan informasi khusus mengenai
pengaruh dalam bentuk uang atas perubahan kinerja aktivitas. Ukuran keuangan untuk
efisiensi aktivitas meliputi laporan biaya bernilai-tambah dan tak-bernilai-tambah,
laporan tren, penetapan standar kaizen, benchmarking dan perhitungan biaya siklus
hidup.
Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas, keakuratan perhitungan
biaya produk diperbaiki dengan penelusuran biaya aktivitas pada produk yang memakai
aktivitas. Pengetahuan biaya pelanggan dan pemasok dapat menjadi informasi penting
untuk memperbaiki profitabilitas suatu perusahaan. Perhitungan biaya berdasarkan
aktivitas juga dapat membantu manajer untuk mengidentifikasi biaya yang sebenarnya
dari para pemasoknya. Biaya pemasok lebih banyak daripada harga pembelian komponen
atau bahan yang dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Hansen dan Mowen. 2009. Akuntansi Manajerial. Buku 1 Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat.
16