Anda di halaman 1dari 29

Pengauditan II

Perolehan Aset Tetap


Kelompok 4 :
- Andrianti Suherman 43220110125
- Dian M Silalahi 43220110129
- Aslamah Meta Agustin 43220110152
- Annisa Afra Fauziyah 43220110166

Dosen : Indraguna Kusumabrata, SE.Ak.,MM, CPSAK, CA, CPA


Materi yang akan dibahas
01 02 03
Pengertian Aset Cara Perolehan Aset Pengujian Substantif atas
Saldo Aset Tetap
Tetap Tetap

04 05 06
Tujuan Audit Aset Prosedur
Tetap Pemeriksaan atau Langkah-Langkah Prosedur
Audit Atas Aset Tetap Audit Atas Aset Tetap
Pengertian Aset Tetap

Aset tetap (Fixed Assets) disebut jugaa


Property, Plant and equipment. Menurut
Standar Akuntasi Keuangan (PSAK No 16,
Hal. 16.2 dan 16.3-IAI, 2002): Aset tetap
adalah aset berwujud yang diperoleh dalam
bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih
dahulu, yang digunakan dalam operasi
perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual
dalam kegiatan normal perusahaan dan
mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun.
Karakteristik Aset Tetap

1. Berwujud fisik.
2. Tidak untuk dijual lagi seperti barang
dagang dan investasi.
3. Memiliki nilai material dan ekonomi.
4. Masa manfaat ekonominya lebih dari
satu tahun buku.
5. Digunakan untuk aktivitas normal
perusahaan.
Berdasarkan Jenisnya
• Bangunan atau gedung merupakan bangunan yang berdiri di atas lahan yang
mana pencatatannya harus dipisahkan dari tanah tempat gedung berada.
• Mesin yakni semua aset yang berhubungan dengan mesin misalnya mesin
produksi, mesin penggiling, dan mesin foto kopi.
• Kendaraan misalnya saja traktor, truk, mobil dinas, sepeda motor dan lain-
lain.
• Perabotan yang termasuk di dalamnya seperti meja, kursi, peralatan
laboratorium dan masih banyak contoh lainnya.
• Inventaris yakni peralatan besar yang digunakan oleh perusahaan contohnya
inventaris pabrik, inventaris kantor, dan sebagainya.
• Prasarana yakni fasilitas yang dibangun perusahaan untuk mendukung
jalannya bisnis misalnya jalan, pagar, jembatan, dan sebagainya.
Perolehan Aset Tetap

Pembelian Tunai Pembelian Angsuran

Barter Surat Berharga Penukaran Aset Lain

Aset Hibah Membuat Aset Sendiri


1. Pembelian secara tunai

Aset tetap yang dibeli dari pembelian tunai dicatat sebesar jumlah uang yang dikeluarkan yaitu
termasuk harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan agar aset tetap tersebut siap untuk
dipakai seperti bea balik nama, biaya angkut, biaya pemasangan, biaya pengiriman dll.

2. Pembelian Angsuran

Harga perolehan yang dibeli secara angsuran tidak boleh termasuk biaya bunga. Bunga selama
angsuran dibebankan ke beban bunga, dan yang termasuk ke harga perolehan adalah total
angsuran ditambah biaya tambahan seperti biaya angkut, biaya pemasangan, biaya pengiriman,
dll.

3. Membuat Aset Sendiri


Melalui pertimbangan tertentu perusahaan seringkali membuat sendiri aktiva tetap yang
diperlukan seperti gedung, alat-alat dan perabot. Pembuatan aktiva ini biasanya dengan tujuan
untuk mengisi kapasitas atau karyawan yang masih idle
4. Ditukar dengan surat berharga
Aset tetap yang ditukar dengan surat berharga, baik saham atau obligasi, dicatat
dalam buku sebesar harga pasar saham atau obligasi yang digunakan sebagai
penukar.

5. Ditukar dengan aset tetap lain


Aset yang diperoleh dengan menukar dengan aset tetap lain, harga perolehan aset
yang baru tetap harus dikapitalisasi dengan jumlah sebesar harga pasar aset lama
ditambah dengan uang yang dibayarkan (jika ada). Dan selisih antara harga
perolehan dengan harga nilai buku aset lama diakui sebagai laba atau rugi
pertukaran.

6. Diperoleh dari donasi


Jika aset tetap diperoleh sebagai donasi maka aset tetap dicatat dan diakui sebesar
harga pasarnya.
Pengujian Substantif atas Saldo
Aset Tetap
1. Melakukan prosedur analitis
Jenis prosedur analitis bergantung pada sifat pelaksanaan bisnis klien. Tabel dibawah ini mengilustrasikan
prosedur analitis yang biasa dilakukan untuk peralatan manufaktur.
2. Melakukan verifikasi akuisisi tahun berjalan

Pengujian audit aktual dan jumlah sampel sangat bergantung pada salah saji
yang dapat diterima, resiko bawaan, dan penilaianrisiko pengendalian.
Salah saji yang dapat diterima merupakan hal penting untuk melakukan
verifikasi atas penambahan aset tahun berjalan karena transaksi ini
bervariasi dari jumlah yang tidak material dalam beberapa tahun sampai
jumlah yang sangat besaruntuk akuisisi lainnya
3. Melakukan verifikasi penghentian aset tahun berjalan

Transaksi yang mencakup penghentian peralatan manufakturbiasanya


mengalami salah saji bila pengendalian internal perusahaanlemah dalam
menjalankan metode formal untuk menginformasikanmanajemen untuk
transaksi penjualan, tukar-tambah, pembatalan,atau pencurian mesin dan
peralatan. Jika klien tidak mencatatpenghentian aset, maka harga perolehan dari
peralatan tersebuttentunya akan lebih saji sampai tak terhingga, dan nilai buku
bersihakan lebih saji hingga aset benar-benar habis didepresiasi.
4. Melakukan verifikasi saldo akhir pada akun asset

Terdapat dua tujuan auditor saat melakukan audit peralatan manufaktur, yaitu
menentukan bahwa:
a. Seluruh perlengkapan yang dicatat secara fisik ada pada tanggal neraca
(keberadaan)
b. Seluruh perlengkapan yang dimiliki sudah dicatat (kelengkapan) Auditor
pertama kali harus mempertimbangkan sifat pengendalian internal atas
peralatan manufaktur.

Idealnya, auditor dapat menentukan apakah pengendalian cukup memadai agar


mereka dapat mengandalkan saldo yang tercatat dari tahun sebelumnya.
5. Melakukan verifikasi beban depresiasi

Beban depresiasi adalah satu dari sedikit akun beban yang tidak diverifikasi
sebagai bagian dari pengujian pengendalian danpengujian substantif atas
transaksi. Jumlah tercatat ditentukan dari alokasi internal, bukan dari
transaksi pertukaran dengan pihak luar.Tujuan audit-terkait saldo yang
paling penting untuk beban depresiasi adalah akurasi. Auditor berfokus pada
penentuan apakah klien telah mengikuti kebijakan depresiasi yang konsisten
dari periode ke periode, dan apakah perhitungan klien sudah benar.
6) Melakukan verifikasi saldo akhir dalam akumulasi depresiasi

Debet atas akumulasi depresiasi secara normal diuji sebagaibagian dari audit
penghentian aset dan kreditnya diverifikasi sebagai bagian dari beban
depresiasi. Jika auditor menelusuri transaksitertentu ke catatan akumulasi
depresiasi dalam berkas utama asset sebagai bagian dari pengujian ini, maka
perlu dilakukan pengujian tambahan atas saldo akhir akumulasi depresiasi.
Tujuan Audit Aset
Tetap
1. Bertujuan memeriksa flow internal control yang diberlakukan di suatu perusahaan atas aset
yang bersangkutan. Jadi, apakah internal control yang dilakukan sudah sesuai dan baik
atau belum.

2. Tujuan selanjutnya adalah untuk memeriksa aset-aset yang tercantum pada neraca sudah
benar adanya dan merupakan (hak) milik dari perusahaan terkait. Selain itu, juga perlu
diperiksa apakah aset tersebut masih dipergunakan atau tidak.

3. Untuk memeriksa dan mengetahui apakah terjadi penambahan aktiva dalam periode
berjalan masa audit yang telah didukung oleh kewenangan otoritas pejabat perusahaan
yang bersangkutan serta dilengkapi dengan bukti audit aktiva tetap yang mendukung, serta
dicatat dengan sebenar-benarnya
4. Tujuan audit aktetap untuk memeriksa pencatatan disposal dengan otoritas pejabat
perusahaan yang berwenang. Disposal aset dapat berupa pencatatan dalam bentuk
penjualan (laba/rugi penjualan), tukar tambah (trade-in), atau penghapusan aset yang
dicatat sebagai kerugian.

5. Untuk memeriksa atas pembebanan penyusutan dalam tahun periode masa


pemeriksaan audit yang telah sesuai dengan SAK (Standar Akuntansi Keuangan),
konsistensi pencatatan audit dengan perhitungan yang benar, tepat, serta akurat.

6. Untuk mengetahui apakah terdapat kekayaan aset tetap suatu perusahaan yang dapat
dijadikan jaminan.

7. Untuk memeriksa apakah penyajian aset tetap dalam worksheet atau kertas kerja telah
sesuai dan telah memenuhi standar ketentuan laporan keuangan perusahaan.
Prosedur Pemeriksaan atau Audit
Atas Aset Tetap
1. Inspeksi
Langkah prosedur yang pertama dilakukan adalah inspeksi atau penyelidikan pada setiap
transaksi atas aktiva tetap suatu perusahaan, langkah penulisan dokumen audit terkait, serta
prosedur audit atas aktiva tetap itu sendiri.

Inspeksi dilakukan untuk menilai apakah terdapat perbedaan dan informasi yang tidak
konsisten dalam worksheet atau kertas kerja audit aktiva tetap. Jika telah sesuai, maka
auditor dapat langsung menuju langkah prosedur yang selanjutnya.

2. Melakukan Pengamatan
Pengamatan ini dilakukan oleh seorang auditor untuk mengamati segala prosedur yang
berjalan dalam perusahaan tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dan
mengidentifikasi apakah terdapat kelemahan pada prosedur audit atas aktiva tetap terkait.

Melakukan pengamatan pada prosedur juga memiliki peran penting untuk menghitung
inventaris dan uang tunai dalam catatan dan evaluasi akhir tahun perusahaan.
4. Melakukan Permintaan Keterangan
Selanjutnya, auditor akan melakukan permintaan dan pemeriksaan keterangan atas
kecukupan dokumentasi pada audit aktiva tetap yang dipersiapkan untuk worksheet atau
kertas kerja audit aktiva tetap. Umumnya seorang auditor melakukan prosedur pemeriksaan
keterangan secara manual agar pengecekan dilakukan secara mendetail dan terperinci.

Inilah yang disebut dengan vouching. Vouching adalah kegiatan yang dilakukan untuk
memeriksa kebenaran dan keabsahan suatu transaksi yang telah tercatat dan didukung oleh
bukti-bukti audit aktiva tetap.
5. Penelusuran Atas Aset Tetap
Setelah melakukan vouching, auditor akan melakukan penelusuran dalam
prosedur audit yang berfokus pada meminta kejelasan pada klien. Tentunya,
langkah prosedur ini harus telah disetujui oleh pihak perusahaan terkait terlebih
dahulu.

Hal ini dilakukan agar auditor diberi hak untuk mendapatkan informasi yang
faktual demi tujuan kegiatan audit. Auditor diberi akses yang dirasa perlu untuk
mendapatkan bukti atas transaksi yang berkaitan dengan aset tetap milik
perusahaan. Biasanya prosedur penelusuran ini mengharuskan auditor memiliki
dan memperoleh bukti secara verbal.
6. Perhitungan
Proses perhitungan atau recalculation merupakan proses prosedur audit atas aktiva tetap untuk
memastikan bahwa jumlah dalam laporan keuangan sesuai dengan sebagaimana mestinya dan
sebenar-benarnya. Auditor juga melakukan identifikasi perbedaan antara jumlah yang
diharapkan dengan jumlah aktual yang sebenarnya untuk kepentingan penyelidikan lebih
lanjut. Recalculation digunakan untuk pengujian terhadap penilaian dan alokasi, serta asersi
akurasi.

Asersi (assertions) audit adalah representasi pernyataan yang sesuai dan diekspresikan pada
kelas transaksi dan akun dalam laporan keuangan. Dalam asersi audit dilakukan secara tersirat
dengan pengungkapan pada laporan keuangan.
Audit apa saja yang termasuk dalam PSA 07 (SA 326) adalah sebagai berikut :
- Asersi mengenai keberadaan atau keterjadian.
- Asersi mengenai kelengkapan.
- Asersi mengenai hak dan kewajiban.
- Asersi mengenai penilaian dan alokasi.
- Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan.
7. Pemeriksaan Mendalam Atas Bukti Pendukung
Dalam prosedur audit, perlu juga dilakukan pemeriksaan pada bukti audit aktiva tetap yang
mendukung. Bukti audit aktiva tetap pendukung yang diperiksa dapat berwujud pabrik, properti,
dan peralatan lainnya yang dapat membuktikan keberadaan aktiva berwujud.

Auditor akan menggunakan asersi akurasi pada prosedur ini, dengan melakukan pemeriksaan
aset secara fisik yang dicatat dalam bagian aktiva tetap. Auditor juga dapat memeriksa dokumen
hukum aset terkait.

8. Pelaksanaan Ulang oleh Auditor


Langkah prosedur audit atas aktiva tetap yang terakhir adalah pelaksanaan ulang oleh auditor
secara independen. Pada tahap ini auditor akan melakukan pelaksanaan ulang sebagai bentuk
prosedur kontrol yang merupakan bagian dari sistem kontrol pada proses audit.

Proses prosedur pelaksanaan ulang ini dilakukan untuk pengujian dalam proses audit atas aktiva
tetap di suatu perusahaan. Pada proses prosedur ini juga memungkinkan auditor melakukan
penghitungan ulang sebagai bentuk dari bagian pengendalian internal.
Langkah-Langkah Prosedur
Audit Atas Aset Tetap
1. Langkah pertama pada prosedur audit atas aktiva tetap yang harus dilakukan adalah
melakukan pemeriksaan pada top dan supporting schedule materi audit aktiva tetap
yang berisi: saldo awal, penambahan dan pengurangan, serta saldo akhir (baik untuk
harga perolehan, akumulasi, dan penyusutan).

2. Lakukan pemeriksaan pada footing dan cross footing serta kecocokan total saldo


dengan general ledger atau sub-legder dengan worksheet atau kertas kerja audit
aktiva tetap dengan periode audit tahun sebelumnya.

3. Selanjutnya, lakukanlah metode vouching atas penambahan maupun pengurangan


aset tetap terkait. Untuk melakukan vouching pada bagian penambahan, dapat
melihat pada approval dan kelengkapan supporting bukti audit aset tetap.
4. Sedangkan pada vouching bagian pengurangan,dapat memeriksa pada bagian otoritas
dan penjurnalan, misal jika terjadi keuntungan atau kerugian pada suatu aset tetap
perusahaan pada saat penjualan maka transaksi penerimaan hasil dari keuntungan atau
kerugian aset tetap tersebutlah yang harus diperiksa (dilakukan vouching).

5. Setelah melakukan vouching, lakukan audit fisik pada aktiva tetap perusahaan.
Periksalah kebenaran kondisi aset tetap serta nomor pengkodean aset tetap yang sesuai. Jika
masih belum sesuai maka perlu perbaikan dan evaluasi lebih lanjut.

6. Tak lupa juga untuk melakukan audit pada bukti kepemilikan aktivatetap. Lakukan
pencocokan antara aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan dengan dokumen pendukung
sebagai bukti dari kepemilikan aset tetap tersebut.
7. Lakukan pemeriksaan dengan mempelajari capitalization dan depreciation policy. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui apakah pemberlakuannya dilakukan secara konsisten dan sesuai
dengan ketentuan standar lainnya. Pastikan tidak berbeda dengan tahun sebelumnya.

8. Perhatikan jumlah pada capitalization policy yang berdasarkan masa manfaat atau jumlah
dan masa manfaat aset tetap perusahaan.

9. Pada depreciation policy, perlu memperhatikan kapan suatu aset tetap mulai mengalami
penyusutan. Perhatikan tanggal pemakaian dan pembelian aset tetap, apakah penyusutan
pada 15 hari pertama atau 15 hari terakhir dalam bulan disusutkan.

10. Melakukan analisa terkait perkiraan repairment (perbaikan) dan maintenance


(perawatan/pembaruan). Perhatikan apakah nilainya harus dikapitalisasi pada modal atau
merupakan bagian dari revenue expenditure.
11. Dalam akun ini ada kemungkinan terjadinya overstatement pada revenue expenditure yang
seharusnya merupakan biaya capital expenditure, namun hal ini dilakukan dengan tujuan
memperkecil laba perusahaan.

12. Langkah selanjutnya adalah menentukan kecukupan anggaran insurance coverage dengan


penilaian kecukupan yang didasarkan pada mendekati harga pasar. Jadi jangan
menganggarkan insurance coverage aset tetap yang terlalu kecil maupun terlalu besar.

13. Lakukanlah tes perhitungan penyusutan serta alokasi biaya penyusutan aset tetap dengan
melakukan cross reference pada angka penyusutan. Wajib dilakukan pemeriksaan atas
keakuratan dalam penghitungan penyusutan.
14. Selain itu, tes perhitungan juga terdapat ketepatan alokasi biaya penyusutan sebagai
bagian dari biaya produksi tidak langsung. Penting juga untuk memperhatikan pula aset-
aset tetap yang tidak perlu dilakukan penyusutan.

15. Selain dokumen laporan keuangan, audit juga perlu dilakukan pada dokumen
notulensi rapat, perjanjian kredit, atau respon dari pihak bank terkait atas aset yang
dijaminkan.

16. Jika ada, maka perlu dilakukan pengungkapan atas aset tetap tersebut yang
dijaminkan.

17. Selanjutnya adalah construction in progress, dengan melakukan pengecekan apakah


penambahannya mencukupi. Atau apakah perlu dilakukannya transfer (perubahan) ke
nilai aset tetap.
18. Untuk aktiva tetap yang diperoleh dan dimiliki dari perjanjian leasing, dilakukan dengan
melakukan pemeriksaan audit pada berkas dokumen perjanjian. Periksa bagian accounting
treatment apakah telah sesuai dengan standar dan ketentuan tertentu atau belum.

19. Lakukan audit pada penyajian aktiva tetap yang dicantumkan pada laporan keuangan
perusahaan. Lakukan pemeriksaan baik pada neraca maupun beban penyusutan pada laporan
laba rugi.

20. Pastikan penyajian aset tetap pada laporan perusahaan telah sesuai dengan SAK (Standar
Akuntansi Keuangan), ETAP (Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik), dan IFRS (International
Financial Accounting Standard).
Kasus
PT Masraffi yang membeli kendaraan dengan harga Rp 7.000.000, biaya
registrasi kendaraan Rp 600.000, biaya kirim kendaraan Rp 500.000 dan PPN
Rp 810.000. Bagaimana jurnal penyesuaian jika perusahaan salah dalam
menentukan biaya perolehan.

Kertas kerja pemeriksaan aktiva tetap dan penyelesaiannya akan


membandingkan antara catatan perusahaan dengan jurnal yang sebenarnya
harus dibuat. Maka jurnal penyesuaian pemeriksaan aset tetap yang diberikan
akuntan publik adalah
Pencatat Keterangan Debit Kredit
Klien Aktiva Tetap Rp7.000.000  
Biaya Registrasi Kendaraan Rp600.000  
Biaya Kirim Rp500.000  
PPn Masukan Rp810.000  
Kas Rp8.910.000
Auditor
Aktiva Tetap Rp8.910.000  
Kas Rp8.910.000
Jurnal Penyesuaian Aktiva Tetap Rp1.910.000  
Biaya Registrasi Kendaraan Rp600.000
Biaya Kirim Rp500.000
PPn Masukan Rp810.000
     

Anda mungkin juga menyukai