Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : Mardiman Umasugi

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 024619267

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4534/Manaj. Logistik Organisasi Publik

Kode/Nama UPBJJ : 89/Ternate

Masa Ujian : 2020/21.2 (2022.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
JAWABAN

NOMOR 1

Karena dengan adanya bukti legal maka aset tersebut sangat sulit untuk di
ganggu gugat oleh pihak manapun.

NOMOR 2

Legal Audit adalah suatu pemeriksaan dan/atau penilaian permasalahan-


permasalahan hukum mengenai atau berkaitan dengan suatu perusahaan.

Legal Audit diperlukan untuk hal-hal antara lain sebagai berikut:

a. Perusahaan yang akan melakukan Initial Public Offering (IPO);

b. Perusahaan yang akan melakukan merger, konsolidasi, akuisisi;

c. Perusahaan yang akan melakukan transaksi kredit sindikasi;

d. Perusahaan yang akan dijual (Legal Audit dilaksanakan apabila pihak pembeli
menginginkannya);

e. dan sebagainya.

Sehubungan keperluan suatu Legal Audit tersebut di atas, maka dokumen-


dokumen yang diperlukan, antara lain, sebagai berikut:

a. Anggaran dasar perusahaan, antara lain berupa akta pendirian perusahaan,


berita acara rapat pemegang umum saham, daftar pemegang saham
perusahaan, struktur organisasi perusahaan, daftar bukti penyetoran modal
perusahaan dan anggaran dasar perusahaan yang telah disesuaikan dengan
Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas;

b. Dokumen-dokumen mengenai asset perusahaan, antara lain berupa


sertifikat-sertifikat tanah, surat-surat tanda bukti kepemilikan kendaraan
bermotor, dokumen-dokumen kepemilikan saham pada perusahaan lain, da
sebagainya;

c. Perjanjian-perjanjian yang dibuat dan ditandatangani oleh perusahaan


dengan pihak ketiga, antara lain berupa perjanjian hutang piutang,
perjanjian kerja sama, perjanjian dengan (para) pemegang saham, perjanjian-
perjanjian dengan supplier, dan sebagainya;

d. Dokumen-dokumen mengenai perizinan dan persetujuan perusahaan,


antara lain berupa surat keterangan domisili perusahaan, tanda daftar
perusahaan, perijinan dan persetujuan yang dikeluarkan oleh instansi
pemerintah, dan sebagainya;

e. Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan permasalahan kepegawaian


perusahaan, antara lain berupa peraturan perusahaan, dokumen mengenai
jaminan social tenaga kerja (jamsostek), dokumen mengenai ijin tenaga kerja
asing, dokumen mengenai perijinan dan kewajiban pelaporan mengenai
kepegawaian, dokumen mengenai upah tenaga kerja, dokumen mengenai
kesepkatan kerja bersama, dan sebagainya;

f. Dokumen-dokumen mengenai asuransi perusahaan, antara lain berupa


polis asuransi gedung, polis kendaraan, polis mengenai gangguan usaha,
polis untuk pihak ketiga (misalnya konsumen), polis koperasi, polis dana yang
tersimpan, dan sebagainya;

g. Dokumen-dokumen mengenai pajak perusahaan, antara lain berupa nomor


pokok wajib pajak (NPWP) perusahaan, dokumen mengenai pajak bumi
bangunan, dokumen mengenai pajak-pajak terhutan, dan sebagainya;

h. Dokumen-dokumen yang berkenaan dengan terkait atau tidak terkaitnya


perusahaan dengan tuntutan dan/atau sengketa baik di dalam maupun di
luar Pengadilan.

Hal-hal yang termasuk ke dalam katagori Legal Audit antara lain, yaitu:

1. Penelitian secara fisik atau penelitian area, peninjauan lapangan dan


pengamatan terhadap suatu obyek untuk memastikan kebenaran;
2. Penelitian dokumen yang berkaitan dengan obyek;
3. Penelitian yang didasarkan pada sumber informasi lainnya, misalnya
pengadilan, laporan keuangan, keterangan direksi, dan sebagainya.

NOMOR 3
1. Financial Perspective (Perspektif Keuangan)
Financial perspective atau perspektif keuangan erat kaitannya dengan pemasukan dan
pengeluaran perusahaan. Dengan kata lain, perusahaan harus mampu mengelola
keuangan dengan baik agar keuangannya terus stabil. Misalnya, biaya operasional,
biaya produksi, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, termasuk keuntungan dari
aktivitas penjualan.
Baik pemasukan maupun pengeluaran, keduanya harus dicatat secara runtut dan jelas.
Agar pihak keuangan dapat mengamati laju pertumbuhan keuangan dari perusahaan
yang bersangkutan.

Ada tiga tolok ukur dalam perspektif keuangan, yaitu:

• Pertumbuhan dari pertambahan yang didapatkan selama proses bisnis berlangsung.

• Penurunan aset ke arah yang optimal dan memaksimalkan strategi investasi.


• Penurunan biaya dan peningkatan produktivitas kerja,

Ketiga tolok ukur di atas dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menjalankan bisnis.
Dengan begitu, pemilik perusahaan mengetahui di tahap mana perusahaan tersebut
berada.

2. Customer Perspective (Perspektif Pelanggan)

Customer perspective atau perspektif pelanggan berkaitan erat dengan cara


perusahaan melayani pelanggan. Dalam hal ini, setiap pelanggan harus diperlakukan
secara layak. Dengan begitu, mereka merasa puas atas pelayanan yang diberikan.
Adanya pelayanan yang bagus tentu akan meningkatkan loyalitas konsumen terhadap
perusahaan. Sebaliknya, apabila pelayanannya buruk, konsumen pasti mencari
perusahaan lain yang memiliki sistem yang lebih bagus.

Ada pun ukuran yang ditetapkan perusahaan dalam perspektif pelanggan, antara lain:

• Seberapa besar omzet penjualan.

• Tingkat keuntungan yang didapatkan perusahaan.

• Berapa banyak pelanggan yang didapatkan.

• Persentase loyalitas pelanggan terhadap produk.

• Tingkat kepuasan pelanggan.

• Tingkat profitabilitas pelanggan.

• Kebutuhan pelanggan.

3. Internal Process Perspective (Perspektif


Proses Bisnis Internal)
Dalam internal process perspective, perusahaan menilai seberapa besar ukuran dan
sinergi dari setiap unit kerja. Untuk mengukur poin ini, pemimpin perusahaan harus rutin
mengamati bagaimana kondisi internal dalam perusahaan. Apakah semuanya
dijalankan sesuai dengan metode yang ditetapkan atau malah melenceng dari
peraturan.
Kemampuan dan keahlian yang dimiliki setiap karyawan akan menghasilkan proses
bisnis internal yang bagus. Selain bertambahnya jumlah konsumen, omzet dan
keuntungan yang didapat perusahaan juga akan bertambah.
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam perspektif proses bisnis internal, antara lain:

• Proses inovasi berkaitan dengan ide-ide terhadap produksi barang.

• Proses operasi berkaitan dengan aktivitas dan rutinitas sehari-hari yang dilakukan bagian internal.

• Proses pasca penjualan berkaitan dengan metode pemasaran yang tepat untuk meningkatkan
omzet penjualan.

4. Learning and Growth Perspective (Perspektif


Pembelajaran dan Pertumbuhan)

Karyawan menjadi elemen penting yang harus dijaga perusahaan. Tanpa adanya
karyawan, proses pertumbuhan dan perkembangan perusahaan akan menghadapi
banyak kendala. Karyawan juga berfungsi sebagai pendukung dalam perspektif
keuangan dan pelanggan. Karena itu, apa yang direncanakan perusahaan dapat
mencapai target yang maksimal.

Selain keberadaan karyawan, perusahaan juga perlu memerhatikan sistem dan prosedur
kerja yang seperti apa yang perlu diterapkan dalam internal perusahaan. Ada baiknya
jika semua elemen terkontrol dan terkoordinasi dengan baik sehingga timbul
keselarasan selama bisnis berlangsung.

Ada tiga hal yang dijadikan tolok ukur dalam perspektif ini, antara lain:

• Kapabilitas atau kemampuan karyawan.

• Kemampuan mengelola sistem informasi.

• Motivasi, dorongan, dan garis tanggung jawab

NOMOR 4
1. Evaluasi Aset
Evaluasi aset menurut Hariyono (2007:46) adalah kegiatan untuk menentukan apakah
kinerja aset memadai untuk mendukung strategi penyediaan pelayanan yang telah ditentukan.
Evaluasi program pelayanan mencakup evaluasi atas kinerja aset. Kinerja aset ditinjau ulang
(review) secara rutin dengan pembanding praktik terbaik (best practice) untuk mengidentifikasi
aset-aset yang kinerjanya buruk, atau membutuhkan biaya terlalu tinggi untuk dimiliki atau
dioperasikan. Aset-aset yang dipelihara secara tidak memadai dapat menimbulkan
memungkinkan dilakukannya alih investasi dalam aset. Evaluasi hendaknya dapat menemukan
aset-aset yang memiliki kapasitas berlebih, atau melebihi kebutuhan potensi risiko keamanan
atau kesehatan, mengganggu pelayanan utama, atau menimbulkan pengeluaran tak terduga untuk
perbaikan kerusakan. Menurut Hariyono (2007:46), dalam evaluasi aset hal-hal yang perlu
dilakukan antara lain:
a. Mengevaluasi Kinerja Aset
Seluruh aset yang saat ini sedang digunakan untuk memberikan pelayanan perlu diidentifikasi
dan dibuatkan suatu daftar (register). Juga harus ditentukan seberapa efektif aset-aset tersebut
mendukung kebutuhan pelayanan. Sebagai bagian dari proses evaluasi kinerja aset, adapun
aspek-aspek yang perlu dianalisis sebagai berikut:
1) Kondisi Fisik
2) Fungsionalitas
3) Utilisasi
4) Kinerja Finansial
b. Mengevaluasi Proyek yang sedang Berjalan
Penentuan aset-aset yang telah ada harus mencakup aset-aset yang masih dalam proses
pengadaan atau sedang berjalan (seperti fasilitas yang masih dalam pembuatan
atau underconstruction, atau aset-aset yang tergabung dalam program modal kerja yang telah
diotorisasi). Hasil dari mengevaluasi aset-aset yang telah ada dan aset-aset baru yang
direncanakan adalah pernyataan atau laporan mengenai aset-aset yang tersedia, atau diharapkan
akan tersedia, untuk mendukung strategi penyediaan pelayanan yang telah ditentukan.
2. Pengukuran Kinerja Aset
Menurut Hariyono (2007:37), terdapat beberapa ukuran yang digunakan untuk
menentukan kinerja aset, yaitu kondisi fisik aset, fungsionalitas aset, utilisasi aset, dan kinerja
finansial aset, seperti terlihat pada Gambar.

Gambar : Proses Pemantauan Kinerja Aset


Sumber : Hariyono (2007) Asset Management Handbook

Berikut penjelasan mengenai ukuran-ukuran dalam menentukan kinerja aset menurut


Hariyono (2007).

1. Kondisi Fisik
Suatu aset harus dapat digunakan secara aman dan efektif. Hal ini berarti bahwa aset perlu
dipelihara agar berada dalam kondisi yang memadai untuk digunakan sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan dan memenuhi standar kesehatan dan keamanan yang relevan. Apabila aset
tersebut tidak mengalami masalah, maka kemampuan aset untuk memberikan pelayanan akan
sesuai dengan standar yang disyaratkan. Penilaian yang memadai atas kondisi aset menurut
Hariyono (2007:65) meliputi:
a. Penyusunan kondisi yang disyaratkan atas suatu aset relatif terhadap kebutuhan pemberian
pelayanan dan nilai dari aset tersebut (kriteria hendaknya mencakup keterkaitannya dengan
keamanan dan kesehatan publik, kemudahan dan keramahan lingkungan);
b. Pemeriksaan aset dan membandingkan kondisinya dengan kondisi yang dipersyaratkan;
c. Perencanaan kondisi aset di masa mendatang.
Pada dasarnya, penilaian terhadap kondisi aset dapat memberikan input yang bermanfaat
bagi kepatuhan terhadap peraturan dan perencanaan pemeliharaan aset. Ditambahkan
dari handout penilaian aset (Sugiama, 2012) secara umum kondisi fisik dilakukan dengan
mengidentifikasi dari luas tanah dan bangunan, peruntukan, kepemilikan, jumlah lantai, hingga
mengenai kebijakan pengelola.
2. Fungsionalitas
Fungsionalitas aset menurut Hariyono (2007:66) merupakan ukuran efektivitas dari suatu
aset dalam mendukung aktivitas yang akan dilakukan. Untuk memantau dan menilai
fungsionalitas aset, entitas harus menenentukan:
a. Peranan yang dimainkan aset dalam pencapaian hasil melalui pemberian pelayanan; dan
b. Karakter fungsional yang disyaratkan dari suatu aset untuk mendukung aktivitas tertentu
(persyaratan fungsional yang dibuat bagi aset-aset yang dibangun).
Fungsionalitas suatu aset hendaknya ditinjau ulang secara rutin. Hal ini akan
memungkinkan untuk mengidentifikasi pengaruh signifikan atas pelayanan. Hal ini juga akan
memungkinkan adanya perubahan berkala yang dibuat untuk memperbaiki pemberian pelayanan
dan standar fungsional. Fungsional juga diukur dari kemudahan aksesibilitasnya. Menurut
Tarigan (2006) aksesibilitas adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi apakah suatu
lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak. Tingkat aksesibilitas merupakan tingkat kemudahan
di dalam mencapai dan menuju arah suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya. Tingkat
aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai
sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan
untuk melalui jalur tersebut. Dalam analisis kota yang telah ada atau rencana kota,
dikenal standar lokasi (standard for location requirement) atau standar jarak seperti terlihat pada
Tabel.

3. Utilisasi
Utilisasi aset merupakan ukuran seberapa intensif suatu aset digunakan untuk memenuhi
tujuan pemberian pelayanan, sehubungan dengan potensi kapasitas aset. Adapun kriteria-kriteria
yang perlu dipertimbangkan menurut Hariyono (2007:66) hendaknya memperhatikan:
a. Nilai dari unit potensi manfaat/pelayanan aset yang sedang digunakan relatif terhadap unit
manfaat/pelayanan yang sekarang diberikan.
b. Ukuran fisik dari kapasitas aset relatif terhadap unit manfaat/pelayanan yang sedang diberikan.
c. Penggunaan suatu aset relatif terhadap ketersediaan optimal dari jenis aset tersebut.
Aset-aset yang sudah tidak bermanfaat harus diidentifikasi, dan disertai alasannya. Sebagai
contoh aset-aset yang sudah tidak efektif dalam melakukan aktivitas-aktivitas yang disyaratkan
bagi aset tersebut atau yang lebih rendah dari kondisi optimalnya. Hal ini juga berarti bahwa
kebutuhan pelayanan yang diberikan atau didukung oleh aset tersebut telah berkurang.
4. Kinerja Finansial
Kinerja finansial dari suatu aset harus dievaluasi untuk menentukan apakah aset tersebut
dapat memberikan pelayanan yang sehat secara ekonomis atau tidak. Untuk melakukan hal
tersebut, entitas perlu untuk memantau dan menilai (Hariyono, 2007:67):
a. Beban operasi (operating expenses);
b. Arus kas saat ini dan proyeksinya, termasuk pengeluaran modal (capital expenditures).
Informasi-informasi ini selanjutnya diperlukan untuk menentukan pengembalian ekonomis
saat ini dan proyeksinya dari suatu aset. Analisis arus kas didiskontokan (Discounted Cash Flow)
dapat digunakan untuk memberikan ukuran dari Net Present Value dan Internal Rate of
Return untuk suatu aset. Aspek penting lainnya dari kinerja finansial aset adalah pemeliharaan
ekuitas atau modal. Ukuran ini memberikan dasar untuk mengevaluasi kinerja aset dan entitas.

Anda mungkin juga menyukai