Anda di halaman 1dari 15

METODE PENILAIAN DALAM AKUNTANSI

Disusun Oleh Kelompok 14/Kelas A:


1. Ayub Binsar Tamado (20013010283)
2. Raihan Danurwenda (20013010288)
3. Muhammad Choirul Iqbal (20013010291)
4. Gloria Angelina Theresia (20013010292)
5. Vallery Seannanda A. (20013010293)
6. Aurelio Dicky Suwanto (20013010295)
7. Albert Jeremia B.G. Sinurat (2399100257)

TEORI AKUNTANSI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
SURABAYA
2023
ACCOUNTING MEASUREMENT SYSTEMS

HISTORICAL COST ACCOUNTING


a. Objective of accounting
Perkembangan perusahaan memainkan peran penting dalam konteks akuntansi,
khususnya dalam memberikan informasi kepada pemilik dan pengendali perusahaan.
Pemilik dan pengendali seringkali merupakan entitas yang berbeda, dengan pemilik yang
tidak terlibat dalam operasional perusahaan. Mereka bergantung pada laporan akuntansi
untuk memahami operasional dan kondisi perusahaan.
Perusahaan besar harus memberikan laporan yang jelas kepada pemilik, kreditur, dan
pemangku kepentingan lainnya. Fungsi "stewardship" dari manajemen bertujuan untuk
fokus pada pelaporan akuntansi untuk pemangku kepentingan, sementara pemilik dan
kreditur mengawasi bagaimana modal yang mereka percayakan digunakan oleh
manajemen. Akuntabilitas juga menjadi fokus penting dalam proses ini.
Penggunaan historical cost accounting menekankan konservatisme dan hubungan
kontraktual antara perusahaan dan penyedia sumber dana. Ini membuat manajemen
bertanggung jawab atas penggunaan aset dalam operasi perusahaan dan dampaknya pada
nilai tambah ekuitas. Laporan laba rugi menjadi kunci dalam komunikasi ini.
Dalam teori historical cost accounting, perubahan nilai aset dan kewajiban diabaikan
hingga saat aset tersebut dijual atau dilepaskan. Informasi tentang nilai sisa bersih
perusahaan menjadi kurang penting, sementara fokus utama adalah pada laba. Akuntansi
konvensional mengukur "nilai bersih" yang tidak selalu relevan bagi pemilik, yang lebih
tertarik pada keuntungan investasi mereka. Oleh karena itu, fungsi utama akuntansi
adalah untuk menunjukkan laba bukan "nilai bersih" pemilik perusahaan.
b. Capital and Profit
Dalam sistem historical cost, akuntansi menjaga agar nilai modal (aset dikurangi
kewajiban) tetap sama dengan nilai awal saat aset dan kewajiban dibeli. Laporan laba
rugi mencerminkan hasil perusahaan selama periode tertentu, sementara biaya
mencerminkan sumber daya yang digunakan, dan keuntungan menunjukkan efisiensi
operasional perusahaan. Laporan laba rugi dianggap paling penting dalam laporan
keuangan, menggambarkan kinerja operasional. Sementara itu, neraca dianggap kurang
signifikan. FASB menggunakan istilah "pandangan pendapatan-biaya" dan "pandangan
aset-kewajiban". Dalam pandangan historical cost pendapatan-biaya, konsep dasarnya
adalah "penyesuaian biaya" dan "konservatisme" untuk mencatat dengan akurat transaksi
perusahaan.
c. Matching Cost Theory
Akuntan melacak aliran biaya yang keluar, terutama yang terkait dengan pendapatan
(cost attach). Setiap transaksi biaya dicatat dan disesuaikan dengan pendapatan yang
dihasilkan dari biaya tersebut. Biaya yang sudah digunakan (expired) dipasangkan
(matching) dengan pendapatan di laporan laba rugi, sementara biaya yang belum
digunakan (unexpired) dilaporkan di neraca sebagai aset belum dipasangkan (unmatched
assets). Ini adalah konsep penting "matching cost against revenue" dalam akuntansi
historical cost.
d. Conservatism
Biaya harus diakui segera, sementara pendapatan hanya jika ada keyakinan tinggi bahwa
akan diterima. Konsep konservatif ini menghasilkan perbedaan perlakuan antara
pengakuan biaya dan pendapatan. Prinsip konservatif lainnya adalah mengakui
penurunan nilai daripada peningkatannya, dengan aturan "nilai lebih rendah dari biaya
atau nilai pasar." Konsep konservatif menggunakan pendekatan transaksi dalam
akuntansi, hanya mengakui transaksi dengan bukti kredit atau uang tunai, tidak mengakui
perubahan nilai yang tidak timbul dari transaksi, seperti kenaikan harga.
e. Arguments of Historical Cost Accounting
Historical cost accounting sering dikritik karena dianggap tidak mampu memberikan
gambaran yang akurat atau nilai terkini tentang "nilai bersih" perusahaan. Namun, para
pembela mengemukakan argumen berikut:

1. Relevansi dalam pengambilan keputusan ekonomi: Manajer menggunakan data


transaksi masa lalu untuk membuat komitmen masa depan, dan biaya historis
adalah ukuran upaya masa lalu yang relevan.
2. Dasar pada transaksi aktual: Historical cost didasarkan pada transaksi yang benar-
benar terjadi, bukan hanya yang mungkin atau belum terjadi.
3. Kemudahan temuan data: Laporan keuangan berdasarkan biaya historis
memudahkan akses dan lebih informatif.
4. Konsep yang baik untuk memahami profit: Historical cost memungkinkan
perhitungan profit dengan membandingkan harga jual dan harga perolehan.
5. Mencegah manipulasi: Dengan menjaga data berdasarkan nilai historis, historical
cost accounting dapat mengurangi praktik manipulasi dibandingkan dengan
sistem biaya aktual atau harga jual.
6. Informasi alternatif kurang bermanfaat: Sistem lain seperti biaya aktual atau harga
jual dianggap kurang bermanfaat dalam memberikan informasi tentang profit.
7. Mengungkap perubahan harga pasar: Perubahan dalam harga pasar dapat
disajikan melalui data pendukung tambahan.
8. Tidak ada bukti yang cukup untuk menolak historical cost accounting secara
keseluruhan.
f. Criticisms of Historical Cost Accounting
1. Objective of Accounting
“Menyediakan informasi dalam rangka melaksanakan stewardship function dari
management merupakan interpretasi yang terlalu sempit atas tujuan akuntansi”
Fungsi stewardship memiliki peran penting dalam pelaporan ternyata merupakan
tujuan kedua dari akuntansi dimana berdasarkan sejarah tujuan utama akuntansi
adalah untuk memenuhi kebutuhan pengambil keputusan para pengguna
informasi. Pendekatan decision-usefulness dewasa ini memerlukan posisi
‘forward-looking’ sehingga dapat memberikan informasi yang lebih sesuai
daripada hanya menyajikan informasi masa lalu. Historical cost system sendiri
berkali-kali berpendapat bahwa system gagal menjamin tercapainya tujuan
penyediaan informasi yang objektif.
2. Information of Decision Making
“Akuntansi biaya historis meskipun bermanfaat namun tidak cukup untuk
mengevaluasi keputusan-keputusan bisnis. Pernyataan biaya historis yang
mengaitkan pada assets (cost attach theory) hanyalah fiksi”
Biaya historis memang mempunyai manfaat tetapi tidak cukup untuk
mengevaluasi keputusan bisnis. Ketika asset diperoleh biaya historis adalah tepat
karena nilainya mengacu pada kejadian saat ini (saat itu up to date). Akan tetapi
segera setelah periode akuisi lewat, nilai ini tidak lagi up to date dan oleh karena
nya tidak lagi logis untuk dijadikan dasar untuk mengevaluasi keputusan bisnis.
Modal sangat berguna dalam pengambilan keputusan. Jika modal adalah
kemampuan operating perusahaan, maka laba merupakan perubahan dalam
kemampuan tersebut dalam suatu periode tertentu yang diperoleh setelah
memelihara modal fisik perusahaan. Lalu, jika laba adalah perubahan dalam
kemampuan membeli (purchasing power), konsep modal yang sedang
dipertahankan merupakan modal finansial yang diukur pada harga saat ini (current
prices). Kedua informasi ini berguna dalam keputusan perusahaan di masa depan.
Sementara, kritikus berargumen bahwa profit yang dilaporkan historical cost
system tidak memiliki interpretasi “prospective” melainkan “retrospective”.
Capital hanya dianggap sebagai nominal dollar yang diinvestasikan pada
perusahaan bukan sebagai daya beli (purchasing power). Setelah tahun akuisisi
biaya historis tidak menghubungkan kejadian pada tahun tersebut dan setelahnya.
Akuntansi menciptakan sebuah kenyataan yg fiksi yang harus dipercayai bahwa
biaya historis berhubungan dengan operasi saat ini.
3. Basis of Historical Cost
“Basis biaya historis yaitu going concern tidaklah realistis”
Sebuah pembelaan dari pemakain biaya historis adalah adanya prinsip going
concern assumption. Dimana menggang bahwa uum perusahaan adalah tidak
dapat ditentukan jadi ekspektasi normal mengenai item non-monetary akan
terpenuhi. Inventori sepenuhnya akan terjual dan non-current asset akan
sepenuhnya digunakan dalam bisnis. Oleh karena itu nilai histori asset atau bagian
yang dialokasikan merupakan jumlah yang tepat untuk disandingkan dengan
pendapatan. Namun pada kenyataannya tidak ada bisnis yang berlangsung “tidak
pasti” ke masa depan.
4. Matching
“Penggunaan konsep penandingan tidak menghasilkan informasi yang relevan
dan terpercaya”
Dalam matching konsep tidak ada konsep penandingan yang pasti, tidak ada cara
untuk metode lain dalam penyandingan kecuali secara arbitrary. Sebuah
konsekuensi dari konsep ini adalah meletakkan neraca sebagai posisi kedua
setelah laporan laba rugi (karena lebih memfokuskan pada net profit) akan
menyebabkan bias terhadap neraca. Padahal neraca memiliki kepentingannya
sendiri dimana neraca adalah sumber informasi dari posisi keuangan perusahaan.
5. Nortion of Investor Needs
“Historical cost accounting system hanya memberikan ide untuk kebutuhan
investor yang tertarik pada analisa pasar bukan intelegent investor yang tertarik
pada apa yang terjadi pada perusahaan”
Fokus historical cost accounting yang hanya tertuju pada penentuan net-profit
menyebabkan penyimpangan dan penyembunyian atas pengungkapan penting
informasi perusahaan. Hal ini karena tujuan akuntansi konvensional telah
diartikan dengan salah dimana akuntansi konvensional memandang bahwa
prosedur mendasar dalam analisis perusahaan menekankan pada profit dan
dividen, dan pendekatan tersebut adalah pendekatan yang tepat untuk semua
perusahaan.

CURRENT COST ACCOUNTING


Current Cost Accounting adalah sistem akuntansi dimana asset dinilai berdasarkan harga pasar
saat membeli dan profit ditentukan oleh alokasi berdasarkan biaya saat ini. Untuk memahami
tujuan dari penggunaan current cost accounting terlebih dahulu kita harus memahami macam-
macam keputusan yang dihadapi oleh manajer dalam menjalankan perusahaan. Dalam hal ini
kita bisa asumsikan bahwa manajer perusahaan ingin mengetahui bagaimana mereka harus
mengalokasikan sumber daya perusahaan untuk memaksimalkan laba.
Keuntungan utama dari akuntansi berbasis nilai sekarang:
- Dikotomi antara laba operasi sekarang dan keuntungan dan kerugian penyimpanan adalah
bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja manajer di masa lampau.
- Dikotomi antara laba operasi sekarang dan keuntungan dan kerugian penyimpanan
manfaat untuk pembuatan keputusan bisnis memungkinkan penilaian profitabilitas
perusahaan jangka panjang.
- Laba operasi sekarang berhubungan dengan laba yang memberi kontribusi pada
pemeliharaan kapasitas produk fisik, yaitu jumlah maksimum yang dapat didistribusikan
dan digunakan untuk memelihara kapasitas produksi fisik perusahaan.
- Dikotomi antara laba operasi sekarang dan keuntungan dan kerugian penyimpanan
memberikan informasi penting yang dapat digunakan untuk menganalisis dan
membandingkan keuntungan kinerja antar periode dan antar perusahaan.
- Metode harga beli sekarang memungkinkan dibuat pemisahan antara keuntungan dan
kerugian yang terealisasi dengan keuntungan dan kerugian yang tidak terealisasi.

FINANCIAL CAPITAL DAN PHYSICAL CAPITAL


Di bawah sistem akuntansi nilai pasar, perhitungan laba bergantung pada ukuran modal.
Artinya, keuntungan lebih tepat didefinisikan sebagai perubahan modal selama periode
pelaporan dan bukan sebagai alokasi biaya perolehan yang ditentukan oleh banyak konvensi
akuntansi. Dalam akuntansi biaya saat ini, ada dua pandangan dasar dan bersaing tentang apa
yang merupakan modal awal dan akhir konsep keuangan dan konsep fisik
a. Dalam Dukungan Modal Fisik
Para pendukung modal fisik berpendapat modal merupakan unit fisik yang
menunjukkan kemampuan operasi perusahaan. Sebagaimana dicatat sebelumnya,
dimasukkannya pemegang saham sebagai laba terutama didasarkan pada dua argumen :
● Mereka adalah penghematan biaya
● Mereka merupakan peningkatan arus kas masa depan atas aset yang bersangkutan.
b. Fitur Utama Dari Sistem Modal Fisik: Capital Maintenance
Capital Maintenance adalah konsep akuntansi didasarkan pada prinsip bahwa
pendapatan hanya diakui setelah modal telah dipertahankan. Pemeliharaan modal telah
dicapai jika jumlah modal perusahaan pada akhir periode tidak berubah dari yang pada
awal periode, apabila terdapat jumlah yang berlebih maka diperlakukan sebagai
keuntungan.
Sistem biaya saat ini didasarkan pada konsep entitas utuh untuk mempertahankan
kemampuan perusahaan untuk terus memberikan jumlah yang sama antara barang dan
jasa terhadap kemampuan operasinya. Sistem ini berdasarkan pada konsep analisis
marjinal dalam faktor pasar. Mengacu pada permintaan dan penawaran, pergerakan
permintaan dan penawaran sangat mempengaruhi faktor pada pasar.
c. Monetary Items dan Non-monetary
Items Monetary items adalah aktiva yang mempunyai klaim untuk menerima
sejumlah manfaat mata uang (rupiah, dollar) di masa mendatang tanpa memperhatikan
perubahan keadaan ekonomi dan daya beli masyarakat, seperti inflasi. Pengukuran
monetary item berdasarkan pada nilai historical cost. Item kebanyakan berasal dari
kreditur, debitur, kas, pembayaran dimuka dan cerukan bank.
Sebaliknya non-monetary items berpengaruh terhadap keadaan sekitar sehingga
dibutuhkan penyesuaian pada mata uangnya, sehingga pengukuran berdasarkan pada nilai
kini, nilai tersebut berasal dari :
● Harga perolehan masa kini
● Indeks spesifik karena tidak ada harga pasarnya
● Untuk spesifik atau untuk digantikan
d. Argumen yang Mendukung dan Menentang Current Cost
● Pengakuan Prinsip
Para pendukung historical cost berpendapat bahwa nilai masa kini
melanggar konservatisme prinsip yang menyatakan bahwa keuntungan diakui
pada saat aset non-moneter dijual. Pendukung current cost berpendapat bahwa
unrealised holding gain menunjukkan adanya fenomena pergerakan nilai aset
yang terjadi pada waktu tersebut sehingga harus diakui, apabila memiliki bukti
yang cukup kuat.
● Objektivitas Current Cost
Para pendukung historical cost berpendapat bahwa nilai masa kini tidak
objektif karena kebanyakan kasus, nilai masa kini penggunaannya tidak
berdasarkan pada transaksi aktual yang perusahaan lakukan. Namun objektivitas
dalam historical cost sendiri juga sulit untuk mengukurnya. Sebagai contoh
barang-barang yang mudah didapat seperti bahan baku, persediaan barang dan
lainnya, karena barang-barang tersebut bersifat operasional dan pemakaiannya
bersifat jangka pendek, maka susah untuk menebak berapa historical cost-nya,
mengingat tiap waktu harga berubah-ubah. Dibutuhkan sistem current cost/nilai
kini untuk mengukurnya agar lebih objektif.
● Perubahan Teknologi
Sebelumnya dikatakan bahwa current operating profit sebagai indikasi
bahwa adanya kontribusi positif pada masa depan terhadap ekonomi dan
produktivitas perusahaan semakin efektif. Namun hal ini ditentang karena
pemberian kontribusi tidak memperhatikan adanya perubahan teknologi pada
masa mendatang.
Walaupun current operating profit sebagai dasar prospek masa depan,
tetapi hanya apabila teknologi bersifat stagnan, padahal di masa depan teknologi
tersebut sudah usang. Resvine juga berpendapat bahwa perubahan teknologi
mempengaruhi biaya produksi juga, sehingga dibutuhkan penyesuaian terhadap
harga mesin.
e. Kritik Spesifik Terhadap Current Cost
● Pendukung Historical Cost
Para pendukung historical cost banyak yang menolak current cost/aktual,
hal ini karena current cost melanggar prinsip awal realisasi. Permasalahan berada
pada pengukuran terhadap kenaikan biaya. Apabila tidak ada pasar yang dapat
dibandingkan, maka dasar pembanding terhadap nilai aset masa kini berdasarkan
pada pembelian aset baru untuk menggantikan aset lama. Penilaian terhadap
adanya keuntungan dan kerugian operasional aset juga tidaklah mudah. Selain
perubahan nilai aset, current cost/aktual juga juga dibutuhkan adanya penyesuaian
terhadap seluruh biaya operasi dan biaya-biaya yang terkait di dalamnya, serta
penyesuaian terhadap nilai output.
● Perbandingan antara Historical Cost dan Current Cost
Perbedaan antara perhitungan historical cost dan current cost berada pada
perhitungan terhadap perhitungan profit. Pada historical cost, profit yang
dihasilkan justru lebih besar dibandingkan perhitungan current cost. Hal ini
karena current cost memiliki adanya unrealised holding gain. Dalam Current cost,
pemisahan antara profit dan unrealised profit menunjukkan adanya 2 (dua)
keuntungan dengan aktivitas yang berbeda, profit muncul karena adanya aktivitas
operasional yang dikelola oleh manajemen, dan unrealised profit muncul karena
adanya aktivitas ‘holding’ perusahaan. Sedangkan dalam historical cost, kedua
profit ini dianggap satu kesatuan.
● Pendukung Exit Price
Pendukung teori ini menganggap bahwa biaya berarti opportunity cost
atau pengorbanan terhadap alternatif lain. Di beberapa kasus, pengorbanan yang
dihadapi perusahaan terhadap aset yaitu pada saat ingin menjualnya dibanding
menggunakannya. Sehingga penggunaan current cost menjadi tidak relevan.
Penggunaan exit price atau realisable value menjadi lebih logis dalam kasus ini
karena objektivitas current cost yang sulit dinilai. Current cost memerlukan
perhitungan matematis karena dalam praktiknya, current cost diukur melibatkan
variasi metode pengukuran. Selain itu current cost dianggap tidak relevan dalam
beberapa keputusan investasi karena tidak berfokus pada kemampuan perusahaan
dalam mengelola sumber dananya.

EXIT PRICE ACCOUNTING


a. Pengertian Exit Price Accounting
Exit price accounting merupakan sistem akuntansi yang menggunakan harga jual
pasar untuk mengukur posisi keuangan perusahaan dan kinerja keuangan. Menurut
Edwards and Bell (1961) exit value adalah harga maksimum dari aset yang saat ini
ditahan apabila dijual dan dikurangi dengan biaya transaksi. Sebutan lain untuk exit value
adalah nilai realisasi bersih (net relizable value) dari aset. Exit Price Accounting ini
memiliki dua hal utama dari biaya historis konvensional:
• Nilai aktiva non-moneter disesuaikan untuk mengukur perubahan harga jual pasar
khusus untuk aktiva dan dimasukkan dalam pendapatan sebagai keuntungan yang
belum direalisasi
• Perubahan daya beli umum uang dipertimbangkan ketika mengukur modal keuangan
dan hasil usaha
b. Support Terhadap Exit Price Accounting
Berikut beberapa pernyataan yang mendukung exit price accounting
1) Menyediakan informasi yang berguna
Laporan keuangan perusahaan sebagai media informasi utama mengenai perusahaan
tersebut, sehingga Laporan keuangan dari akuntan eksternal menjadi sangat penting.
Menurut MacNeal, Prinsip-prinsip Akuntansi yang Konvensional yang didasari historical
cost berpotensi menghasilkan laporan keuangan yang salah dan menyesatkan serta tidak
berorientasi pada keputusan pemilik saham.
2) Pengambilan Keputusan yang Adaptif
Chambers telah mengajukan pendapat secara komprehensif mengenai Exit Price
Accounting dalam Continuously Contemporary Accounting (CoCoA) dan dikembangkan
menjadi Current Cash Equivalents (CCE). Chambers melihat bahwa perusahaan sebagai
suatu entitas yang adaptif terlibat dalam pembelian dan penjualan barang dan jasa. Dalam
bisnisnya, sebuah perusahaan harus dapat ikut serta dalam transaksi pasar dan hal ini
diungkap dalam Laporan Keuangan. Pada Lingkungan pasar, monetary asset dan
liabilities dapat ditentukan dengan harga pasar, contohnya harga beli atau current cost
tidak menampakkan kemampuan masuk kedalam pasar untuk tujuan adaptasi. Sedangkan
harga jual atau Current Cash Equivalent menunjukkan harga realisasi pada dasar
likuidasi.
3) Informasi yang Relevan dan dapat dipercaya.
Sterling yakin bahwa ada suatu metode terbaik dalam menentukan keuntungan. Kriteria
dalam menentukan metode penilaian mana yang terbaik adalah metode yang memberikan
informasi lebih banyak dimana isi informasi tersebut harus relevan dan dapat dipercaya.
4) Additivity
Chambers mempertimbangkan masalah aditif menjadi faktor kunci dalam mendukung
akuntansi CCE. Produk utama dari sistem akuntansi laporan akuntansi - neraca dan
laporan laba rugi. Jika kita memberikan nilai yang berbeda dengan karakteristik yang
relatif kecil dari fakta dan menggunakan skala pengukuran relatif kecil, maka tidak ada
arti tertentu atau komersial dapat dideduksi dari agregat - mereka tidak dapat secara logis
ditambahkan bersama-sama. Sebagai contoh, kita tidak bisa menilai kewajiban sebesar
harga perolehan (surat hutang), beberapa aset sebesar biaya penggantian (persediaan),
yang lain sebesar nilai kini (sewa aset) dan yang lain di setara kas (debitur) dan
memperoleh neraca yang sesuai. Juga tidak bisa kita gunakan untuk mencampuradukan
biaya historis pada tanggal yang berbeda dan makna berbeda pada perhitungan aktiva
bersih.
5) Alokasi
Thomas mengeluhkan kenyataan bahwa sistem akuntansi biaya (historical dan current)
sangat bergantung pada alokasi biaya untuk penilaian asset dan penentuan keuntungan. Ia
Berpendapat Exit Price Accounting dimasa mendatang mempunyai laporan keuangan
bebas alokasi. Laporan laba-rugi tidak melaporkan perubahan dalam jumlah yang
dialokasikan, tapi melaporkan arus masuk aktiva dan perubahan nilai-nilai keluar dari
aset perusahaan dan kewajiban dalam suatu periode tertentu. Laba menampilkan jumlah
perubahan daya beli riil dari aktiva bersih, tidak termasuk investasi tambahan oleh dan
distribusi kepada pemilik.
6) Kenyataan (Reality)
Exit price melibatkan referensi untuk contoh-contoh yang nyata karena, setiap contoh
mengacu pada saat ini, harga pasar sebenarnya. Penyusutan tidak didefinisikan dengan
cara konvensional, namun dalam arti ekonomi penurunan harga pasar. Penyusutan tidak
mungkin terjadi dalam beberapa tahun jika harga naik atau tetap konstan. Jika tidak ada
nilai realisasi dapat dikaitkan dengan item, maka item tersebut akan memiliki saldo nol.
7) Obyektifitas
Hal ini sering dikatakan bahwa harga pasar saat ini tidak objektif. Namun, beberapa studi
penelitian menunjukkan bahwa harga pasar relatif lebih objektif daripada kebanyakan
orang percaya. Parker melakukan studi penelitian tentang perbandingan relatif dan
objektivitas untuk exit price dan jumlah biaya historis tercatat. Objektivitas didefinisikan
sebagai konsensus di antara penilai. Komparatif didefinisikan sebagai sebuah konsensus
dalam pengukuran. Menggunakan 148 perusahaan bisnis, Parker menunjukkan bahwa
untuk mengukur objektivitas dan komparatif, exit price mengungkapkan dispersi yang
sedikit dari jumlah tercatat.
c. Kritik terhadap Exit Price Accounting
1) Konsep laba
2) Additivity
3) Kelemahan Lainnya
VALUE IN USE VS VALUE IN EXCHANGE
Nilai suatu barang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu nilai pakai (Value In Use) dan Nilai tukar
(Value in Exchange).
A. Nilai Pakai (Value in Use)
Nilai pakai adalah kemampuan suatu barang untuk dapat memuaskan kebutuhan. Misalnya
buku pelajaran, tas sekolah, beras, kendaraan, semua yang mempunyai nilai pakai. Tinggi
atau rendahnya nilai pakai barang ditentukan oleh intensitas kebutuhan, tempat dan waktu.
Contohnya baju dingin akan tinggi nilainya saat dibutuhkan didaerah pegunungan yang
berhawa dingin, apalagi saat musim dingin atau salju.
Nilai pakai terdiri dari dua macam, yaitu:
1. Nilai pakai subjektif
Nilai pakai subjektif adalah nilai yang diberikan oleh seseorang pada suatu barang,
sehubungan dengan kemampuan barang untuk memenuhi/memuaskan kebutuhan.
Misalnya buku pelajaran ekonomi bagi mahasiswa, nasi bagi orang yang kelaparan.
2. Nilai pakai objektif
Nilai pakai subjektif adalah kemampuan suatu barang untuk dapat memuaskan
kebutuhan manusia pada umumnya. Misalnya sandang, pangan, papan yang sangat
bernilai.
B. Nilai Tukar (Value in Exchange)
Nilai tukar adalah kemampuan suatu barang untuk dapat ditukarkan dengan barang lain.
Tinggi rendahnya nilai tukar suatu barang ditentukan oleh nilai pakai barang tersebut.
Misalnya beras memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding pasir, sehingga nilai tukar beras
lebih tinggi daripada nilai tukar pasir. Bila semakin tinggi nilai pakai barang, maka nilai
tukarnya semakin tinggi. Faktor yang menyebabkan tinggi atau rendahnya nilai tukar suatu
barang juga disebabkan oleh persediaan. Makin sedikit persediaan, maka nilai tukarnya
makin tinggi.
Nilai tukar dari dua macam, yaitu:
1. Nilai tukar subjektif
Nilai tukar subjektif adalah nilai atau arti yang diberikan seseorang pada suatu barang,
sehubungan kemampuan suatu barang untuk dapat ditukar dengan barang lain. Seorang
petani memberikan penilaian pada padi yang dihasilkannya menurut ukurannya sendiri.
2. Nilai tukar objektif
Nilai tukar objektif adalah kemampuan suatu barang untuk ditukarkan dengan barang
lain. Hampir semua barang yang ada di dalam masyarakat mempunyai nilai tukar
objektif, karena setiap manusia tidak membuat sendiri barang-barang yang ia butuhkan.
Semakin maju pembagian kerja dalam masyarakat, makin mudah kita memperoleh
barang-barang dengan jalan pertukaran. Maka dengan sendirinya barang-barang tersebut
mempunyai nilai tukar objektif.

RELEVANSI ANTARA ACCOUNTING MEASUREMENT SYSTEM KEPADA


PRAKTEK AKUNTANSI SAAT INI
Accounting Measurement System (Sistem Pengukuran Akuntansi) adalah kerangka kerja yang
digunakan dalam akuntansi untuk mengukur dan merekam transaksi keuangan suatu entitas
bisnis. Ini sangat penting dalam praktik akuntansi saat ini karena berpengaruh langsung pada
cara informasi keuangan disajikan dan diinterpretasikan. Berikut adalah kaitan antara
Accounting Measurement System dengan praktik akuntansi saat ini beserta kendala-kendala
penerapannya:

Kaitan dengan Praktik Akuntansi Saat Ini:

1. Pemahaman Keuangan: Accounting Measurement System membantu perusahaan dalam


mengukur nilai aset, kewajiban, dan modal, sehingga memungkinkan manajemen dan
pemangku kepentingan untuk memahami posisi keuangan saat ini.
2. Pengambilan Keputusan: Informasi keuangan yang dihasilkan dari sistem pengukuran
akuntansi digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, baik oleh manajemen
internal maupun oleh pihak luar seperti investor dan kreditur.
3. Transparansi dan Akuntabilitas: Sistem pengukuran akuntansi membantu menciptakan
transparansi dalam pelaporan keuangan, yang diperlukan untuk menjaga akuntabilitas
perusahaan terhadap pemangku kepentingan.

Kendala Penerapannya:

1. Kompleksitas Bisnis: Bisnis modern seringkali memiliki transaksi dan operasi yang
kompleks, sehingga mengukur aset dan kewajiban dengan akurat bisa menjadi sulit.
2. Perubahan Standar Akuntansi: Standar akuntansi sering berubah, dan perusahaan harus
beradaptasi dengan perubahan ini agar tetap sesuai dengan pedoman terbaru.
3. Pemilihan Metode: Sistem pengukuran akuntansi sering memberikan opsi pemilihan
metode pengukuran tertentu. Keputusan pemilihan metode ini dapat memengaruhi
laporan keuangan, dan pemilihan yang tidak tepat bisa menjadi kendala.
4. Biaya Implementasi: Penerapan atau perubahan sistem pengukuran akuntansi bisa sangat
mahal dan memerlukan investasi sumber daya yang signifikan.
5. Sumber Daya Manusia: Mengelola sistem pengukuran akuntansi memerlukan personel
yang terampil dan berpengetahuan luas tentang akuntansi, dan kekurangan sumber daya
manusia yang kompeten bisa menjadi kendala.
6. Teknologi yang Tidak Memadai: Sistem pengukuran akuntansi memerlukan perangkat
lunak dan infrastruktur yang memadai. Perusahaan yang tidak memiliki teknologi yang
memadai mungkin akan menghadapi kendala.
7. Ketidakpastian Regulasi: Perubahan dalam peraturan dan regulasi akuntansi bisa
mempengaruhi cara perusahaan mengukur dan melaporkan informasi keuangan mereka.

Untuk mengatasi kendala-kendala ini, perusahaan perlu memiliki strategi yang baik, sumber
daya yang memadai, dan kedisiplinan untuk menjaga integritas sistem pengukuran akuntansi
mereka agar laporan keuangan tetap dapat dipercaya oleh semua pemangku kepentingan.

Anda mungkin juga menyukai