Anda di halaman 1dari 16

Analisis Break Even Point (BEP) “Warkop Inomata” Desa Inomata, Kecamatan

Bone raya, Kabupaten Bone bolango, Gorontalo.

FIRMANSYA MOKODOMPIT
651420027

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2024
Pendahuluan
Pertumbuhan industri kuliner di Gorontalo, termasuk di Desa Inomata,
Kecamatan Bone Raya, Kabupaten Bone Bolango, semakin pesat seiring dengan
perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin dinamis. Di tengah maraknya usaha
kuliner, "Warkop Inomata" muncul sebagai salah satu pelaku industri yang menarik
perhatian di kawasan tersebut. Untuk memahami dan mengelola keberlanjutan
bisnisnya, analisis Break Even Point (BEP) menjadi suatu langkah yang penting.
Analisis Break Even Point memiliki peran krusial dalam merencanakan strategi
keuangan dan operasional suatu bisnis. Melalui pemahaman titik impas ini, "Warkop
Inomata" dapat mengidentifikasi jumlah penjualan minimum yang diperlukan agar
dapat menutup semua biaya tetap dan variabel yang terkait dengan operasionalnya.
Dengan kata lain, analisis BEP membantu manajemen untuk menentukan sejauh mana
kegiatan usaha dapat mencapai titik impas, di mana pendapatan sama dengan total
biaya.
Laporan ini akan membahas secara mendalam mengenai analisis BEP "Warkop
Inomata" Desa Inomata, dengan fokus pada identifikasi biaya-biaya tetap dan variabel
yang terkait dengan operasional kafe. Selain itu, laporan ini juga akan membahas faktor-
faktor yang memengaruhi BEP, strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan titik
impas, serta implikasi analisis ini terhadap pengambilan keputusan manajemen.
Dengan analisis BEP yang cermat, diharapkan "Warkop Inomata" dapat
meningkatkan efisiensi operasionalnya, mengoptimalkan pengeluaran, dan pada
gilirannya, mencapai pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan di tengah persaingan
industri kuliner yang semakin ketat.
Landasan teori
A. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses sistematis yang melibatkan identifikasi tujuan,
pengumpulan informasi, penilaian sumber daya yang tersedia, dan pembuatan
keputusan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam konteks manajemen atau bisnis,
perencanaan merujuk pada upaya yang dilakukan untuk menetapkan tujuan organisasi,
mengevaluasi sumber daya yang dibutuhkan, dan merancang strategi atau langkah-
langkah untuk mencapai tujuan tersebut.
Proses perencanaan melibatkan beberapa tahapan, antara lain:
1) Identifikasi Tujuan
Menentukan tujuan yang ingin dicapai, baik jangka pendek, menengah, maupun
jangka panjang. Tujuan tersebut harus spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan
berbatasan waktu (SMART).
2) Analisis Situasi
Mengumpulkan dan mengevaluasi informasi terkait dengan kondisi internal dan
eksternal organisasi. Ini termasuk kekuatan dan kelemahan internal, peluang dan
ancaman eksternal, serta faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
perencanaan.
3) Penentuan Rencana Alternatif:
Membuat berbagai opsi atau rencana alternatif yang dapat mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Setiap alternatif memiliki kelebihan dan kekurangan yang harus
dipertimbangkan.
4) Penilaian dan Pemilihan Rencana:
Mengevaluasi setiap rencana alternatif berdasarkan kriteria tertentu dan memilih
rencana yang dianggap paling sesuai untuk mencapai tujuan.
5) Implementasi Rencana:
Menetapkan langkah-langkah konkret untuk mewujudkan rencana yang telah
dipilih. Ini melibatkan alokasi sumber daya, penugasan tugas, dan pelaksanaan
aktivitas sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
6) Monitoring dan Evaluasi: Mengawasi pelaksanaan rencana dan menilai sejauh mana
tujuan telah dicapai. Jika ditemukan perubahan kondisi atau kendala, perencanaan
dapat disesuaikan untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan.
Proses perencanaan bersifat dinamis dan memerlukan adaptabilitas terhadap
perubahan lingkungan dan kondisi. Perencanaan yang baik membantu organisasi atau
individu untuk mengelola sumber daya dengan efisien, mengurangi ketidakpastian, dan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
B. Biaya Produksi
Biaya Produksi adalah total pengeluaran yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan
atau pabrik dalam proses pembuatan barang atau penyediaan jasa. Biaya produksi
mencakup berbagai elemen yang berkontribusi langsung maupun tidak langsung
terhadap proses produksi. Elemen-elemen utama biaya produksi meliputi:
1) Biaya Bahan Baku (Raw Materials Cost):
Biaya yang terkait dengan pembelian atau pengadaan bahan mentah yang
digunakan dalam proses produksi. Ini mencakup biaya bahan langsung yang digunakan
dalam barang jadi.
2) Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost):
Biaya yang terkait dengan upah pekerja yang secara langsung terlibat dalam
produksi barang atau penyediaan jasa. Ini mencakup gaji, tunjangan, dan manfaat
lainnya untuk pekerja produksi.
Total Biaya Produksi = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung
Dalam konteks biaya produksi, ada dua jenis biaya yang perlu diidentifikasi:
1. Biaya Variabel (Variable Costs): Biaya yang berubah seiring dengan volume
produksi. Contoh biaya variabel meliputi bahan baku dan tenaga kerja langsung.
2. Biaya Tetap (Fixed Costs): Biaya yang tetap atau tidak berubah terlepas dari volume
produksi. Contoh biaya tetap meliputi biaya overhead pabrik dan biaya penyusutan.
Penting untuk memahami struktur biaya produksi karena ini memengaruhi penetapan
harga produk, analisis titik impas (Break Even Point), dan keputusan strategis lainnya
dalam manajemen bisnis. Analisis biaya produksi membantu perusahaan untuk efisien
dalam alokasi sumber daya dan meningkatkan profitabilitas.
C. Tujuan Penggunaan Data Biaya
Penggunaan data biaya dalam suatu organisasi memiliki beberapa tujuan utama,
yang semuanya mendukung proses pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan
yang efektif. Berikut adalah beberapa tujuan penggunaan data biaya:
1) Perencanaan dan Anggaran:
- Menentukan Tujuan Finansial: Data biaya membantu organisasi menetapkan tujuan
finansial jangka pendek dan panjang, serta menyusun anggaran yang realistis.
- Mengidentifikasi Sumber Daya yang Diperlukan: Organisasi menggunakan data biaya
untuk mengevaluasi sumber daya yang dibutuhkan dalam pencapaian tujuan dan
mengalokasikan anggaran dengan bijaksana.
2.) Pengendalian dan Evaluasi Kinerja:
- Monitoring Kinerja Finansial: Data biaya membantu dalam memantau kinerja finansial
organisasi secara rutin dan mengidentifikasi perbedaan antara anggaran dan hasil aktual.
- Evaluasi Efisiensi Operasional: Dengan menganalisis data biaya, organisasi dapat
mengevaluasi efisiensi operasionalnya, mengidentifikasi area-area yang memerlukan
perbaikan, dan merancang strategi untuk meningkatkan efisiensi.
3) Pengambilan Keputusan:
- Penetapan Harga Produk atau Jasa: Data biaya digunakan untuk menetapkan harga
produk atau jasa agar mencakup biaya produksi dan memungkinkan perolehan laba
yang diinginkan.
- Analisis Break Even Point (BEP): Data biaya membantu dalam mengidentifikasi titik
impas di mana pendapatan sama dengan biaya total, membantu manajemen membuat
keputusan yang lebih baik terkait volume penjualan.
- Pemilihan Produk atau Proyek yang Optimal: Dengan membandingkan biaya dan
manfaat dari berbagai produk atau proyek, organisasi dapat memilih yang paling
menguntungkan.
4) Evaluasi Investasi:
- Analisis Pengembalian Investasi (Return on Investment - ROI): Data biaya digunakan
untuk mengevaluasi kelayakan investasi dengan membandingkan keuntungan yang
diharapkan dengan biaya yang dikeluarkan.
- Penilaian Risiko Finansial: Data biaya membantu organisasi memahami risiko
finansial yang terkait dengan investasi dan membuat keputusan yang lebih terinformasi.
5) Pelaporan Keuangan:
- Laporan Keuangan: Data biaya adalah komponen penting dari laporan keuangan,
seperti laporan laba rugi, neraca, dan arus kas, yang memberikan gambaran menyeluruh
tentang kesehatan finansial suatu organisasi.
Penggunaan data biaya secara efektif membantu organisasi mengelola sumber
daya, mengoptimalkan operasi, dan membuat keputusan yang berbasis pada informasi
yang akurat dan relevan.
D. Perencanaan Laba
Perencanaan Laba merupakan suatu proses perencanaan keuangan yang
ditujukan untuk mengidentifikasi dan menetapkan target laba yang diinginkan oleh
suatu organisasi dalam suatu periode waktu tertentu. Perencanaan laba melibatkan
analisis dan peramalan pendapatan, biaya, dan keuntungan untuk mencapai tujuan
keuangan yang telah ditetapkan. Berikut adalah beberapa aspek yang terkait dengan
perencanaan laba:
1) Penetapan Tujuan Laba: Menetapkan tujuan laba yang spesifik dan realistis. Tujuan
ini dapat dinyatakan dalam bentuk persentase laba bersih, laba operasional, atau
parameter keuangan lainnya.
2) Analisis Pendapatan: Menganalisis sumber-sumber pendapatan seperti penjualan
produk atau jasa, harga jual, volume penjualan, dan faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi pendapatan organisasi.
3) Peramalan Biaya: Mengidentifikasi dan meramalkan biaya-biaya yang terkait dengan
operasional organisasi, termasuk biaya produksi, biaya overhead, biaya penjualan, dan
biaya administrasi. Peramalan ini membantu dalam menentukan berapa banyak
pendapatan yang harus dihasilkan untuk mencapai laba yang diinginkan.
4) Margin Keuntungan: Menghitung dan menganalisis margin keuntungan yang
diharapkan dari setiap produk atau jasa. Hal ini melibatkan perbandingan antara harga
jual dan biaya variabel untuk mengukur kontribusi margin dari setiap unit penjualan.
5. Analisis Break Even Point (BEP): Menentukan titik impas di mana pendapatan sama
dengan biaya total, membantu organisasi untuk memahami sejauh mana penjualan harus
mencapai agar tidak mengalami kerugian.
6) Pengelolaan Risiko Finansial: Menganalisis potensi risiko yang dapat mempengaruhi
pencapaian target laba. Ini termasuk perubahan kondisi pasar, fluktuasi harga bahan
baku, dan faktor-faktor ekonomi lainnya.
7) Strategi Pencapaian Laba: Menetapkan strategi untuk mencapai target laba, termasuk
strategi penetapan harga, strategi pemasaran, dan strategi pengendalian biaya. Strategi
ini harus sesuai dengan kondisi pasar dan lingkungan bisnis.
8) Pemantauan dan Evaluasi: Menyusun sistem pemantauan dan evaluasi untuk melacak
kinerja keuangan secara berkala. Melibatkan pembandingan antara hasil aktual dengan
rencana, dan membuat penyesuaian jika diperlukan.
Perencanaan laba membantu pengusaha untuk memiliki visi yang jelas tentang
tujuan keuangan dan memberikan kerangka kerja untuk pengambilan keputusan yang
terinformasi dalam rangka mencapai laba yang diinginkan. Hal ini juga menjadi dasar
untuk menyusun strategi bisnis yang efektif.
D. Break Even Point (BEP)
Break Even Point (BEP) atau Titik Impas adalah suatu titik di mana total
pendapatan atau hasil penjualan suatu produk atau jasa sama dengan total biaya
produksinya. Artinya, pada titik ini, perusahaan mencapai titik netral di mana tidak ada
laba maupun kerugian. BEP menjadi indikator penting dalam analisis keuangan dan
perencanaan bisnis. Berikut adalah beberapa aspek terkait BEP:
1) Komponen BEP:
- Biaya Tetap (Fixed Costs): Biaya yang tetap atau tidak berubah terlepas dari volume
produksi atau penjualan.
- Biaya Variabel (Variable Costs): Biaya yang berubah seiring dengan volume
produksi atau penjualan.
- Harga Jual per Unit: Harga jual satu unit produk atau jasa.
2) Arti BEP:
- Jika volume penjualan di bawah BEP, perusahaan akan mengalami kerugian.
- Jika volume penjualan sama dengan atau melebihi BEP, perusahaan akan mencapai
atau melampaui titik impas dan mulai menghasilkan laba.
3) Analisis Kontribusi Margin:
- BEP dapat dianalisis melalui konsep Margin Kontribusi, yaitu selisih antara harga
jual per unit dan biaya variabel per unit. Kontribusi Margin per unit digunakan untuk
menutupi biaya tetap dan mencapai titik impas.
4) Faktor-faktor yang Mempengaruhi BEP:
- Perubahan Harga Jual: Kenaikan harga jual meningkatkan BEP, sedangkan penurunan
harga jual dapat menurunkan BEP.
- Perubahan Biaya Variabel: Kenaikan biaya variabel akan meningkatkan BEP,
sedangkan penurunan biaya variabel dapat menurunkan BEP.
- Perubahan Biaya Tetap: Kenaikan biaya tetap meningkatkan BEP, sedangkan
penurunan biaya tetap dapat menurunkan BEP.
5) Strategi Menghadapi BEP:
- Peningkatan Volume Penjualan: Meningkatkan volume penjualan untuk mencapai atau
melampaui BEP.
- Peningkatan Harga Jual: Jika memungkinkan, menaikkan harga jual per unit untuk
meningkatkan Margin Kontribusi.
- Pengurangan Biaya Variabel: Mengoptimalkan proses produksi untuk mengurangi
biaya variabel.
- Pengurangan Biaya Tetap: Mengidentifikasi dan mengurangi biaya tetap yang tidak
efisien.
6) Pemantauan dan Pengelolaan:
- BEP perlu dipantau secara terus-menerus, terutama ketika ada perubahan dalam
kondisi pasar, biaya, atau strategi bisnis.
- Pengelolaan efektif terhadap BEP dapat membantu perusahaan menghindari kerugian
dan mencapai profitabilitas yang diinginkan.
Analisis BEP memberikan wawasan yang berharga kepada perusahaan untuk
membuat keputusan strategis terkait harga, volume penjualan, dan manajemen biaya.
Metode penelitian
Penelitian ini dilakukan di warung kopi inomata, kecamatan boneraya,
kabupaten bone bolango, Gorontalo. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif,
menggunakan teknik wawancara dan observasi langsung. Penulis menggunakan 2
macam pengumpuln data yaitu:
1) Data primer
Pengumpulan data primer dalam penulisan laporan ini yaitu mengumpulkan data
yang diperoleh hasil wawancara dengan pemiliki usaha di desa inomata
2) Data Sekunder
Penulis memperoleh data sekunder untuk penelitian ini yaitu data dari pemiliki
usaha terkait uraian tugas, penjualan pada Bulan Desember, Penentuan harga jual
produk dan lainya. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dihitung secara matematis
untuk mndapatkan nilai BEP unit dan BEP rupiah dari usaha warung kopi inomata.
Dalam melalukan Break Even Point (BEP) rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
FC
BEP(unit)=
(P−VC )

FC
BEP(Rupiah)=
1−VC / P
keterangan:
BEP: Analisis Break Even Point
FC: Fixed Cost (Biaya Tetap)
VC: Variabel Cost (Biaya Variabel)
P: Harga Jual Per Unit
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil survei atau penelitian yang telah dilakukan di warkop desa
inomata diperoleh informasi daftar dan penjualan selama bulan Desemver sebagai
berikut.
No Menu Terjual Harga Per Cup Total Penerimaan
1 Kopi Gula Aren 400 14.000 5600000
2 Kopi Cappuccino 300 15.000 4500000
3 Kopi Hitam 150 7.000 1050000
4 Kopi ABC moka 200 14.000 2800000
Total 1050 13950000
Tabel 1. Daftar Menu Kopi dan Total Penerimaan
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 4 menu kopi yang dijual
diwarung kopi inomata. Kisaran harga kopi yang dijual yaitu 7.000 – 15.000/cup.
Penjualan tertinggi yaitu Kopi Gula Aren sebanyak 545 pada bulan Desember 2023.
Selama Bulan Desember telah terjual 1.050 cup kopi dari 4 menu yang berbeda.
Sehingga total penerimaan yang didapatkan pada bulan tersebut yaitu Rp 13.950.000.
Adapun data lain yang diperoleh pada saat penelitian yaitu biaya penyusutan
alat, pajak usaha, biaya bahan baku, biaya pengadaan peralatan, biaya tenaga kerja,
biaya tagihan listrik dan air dan biaya transportasi.
No Jenis Biaya Jumlah Rp
1 Biaya pengadaan peralatan 500.000
2 Biaya bahan baku 6.450.000
3 Biaya tagihan listrik dan air 200.000
4 Biaya tenaga kerja 2.500.000
5 Biaya Transportasi 100.000
6 Pajak Usaha 10.000
7 Biaya penyusutan alat 9.000
Total biaya produksi 9.769.000
Tabel 2. Total Biaya Produksi
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 7 faktor biaya yang
diperhitungkan dalam pelaksanaan usaha warung kopi inomata tersebut. Biaya
penyusutan Rp. 9.000/Bulan, biaya pajak usaha Rp. 10.000/Bulan, biaya bahan baku
Rp. 6.450.000/Bulan, biaya pengadaan peralatan Rp. 500.000/Bulan, biaya tenaga kerja
Rp. 2.500.000/Bulan, biaya tagihan listrik dan air Rp. 200.000 dan biaya transportasi
Rp. 100.000/Bulan. Maka total biaya produksi pada Bulan Desember mencapai Rp.
9.769.000.
Berdasarkan perhitungan total penerimaan dan biaya produksi akan didapatkan
total kuntungan usaha, yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
No Uraian Total per bulan (Rp)
1 Total penerimaan 13.950.000
2 Total biaya produksi 9.769.000
Keuntungan usaha 4.181.000
Tabel 3. Total Keuntungan Usaha
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kentungan usaha dari Warung
Kopi inomata sebesar Rp. 4.181.000 pada Bulan Desember.
Perhitungan BEP Penjualan kopi gula aren
Dalam penjualan kopi memiliki biaya tetap sebesar (Fixed Cost) Rp. 980.000,
biaya variabel sebesar Rp. 200.000/dus (Lampiran 2), 1 dus bisa digunakan untuk 100
cangkir kopi sehingga biaya variabel (Variable Cost) per unit adalah Rp. 2.000 dengan
harga jual per unit produk Rp. 14.000. Biaya yang diperlukan dalam produksi kopi gula
aren dapat dilihat dibawah ini.
BEP Unit=Total Biaya Tetap / (Harga Jual Per Unit Produk – Biaya Variabel setiap unit
produk)
=980.000/(14.000-2.000)
=81,666
BEP Rupiah=Total Biaya Tetap / (1 - Biaya Variabel setiap unit produk /Harga jual per
unit)
=980.000/(1-2.000/14.000)
=1.143.333
Gambar 1. Analisis BEP Kopi gula aren Menggunakan POM QM
Berdasarkan perhitungan BEP dan analisis POM QM di atas yaitu ditemukannya
titik impas (Break Even Point) sebesar Rp. 1.143.333 dengan 82 cup Kopi gula aren per
bulan. Hal ini menunjukkan bahwa penjualan kopi gula aren belum memenuhi titik
impas, dimana yang terjual pada Bulan desember sebanyak 400 cup.
Perhitungan BEP Penjualan Kopi Cappuccino
Dalam penjualan kopi memiliki biaya tetap sebesar (Fixed Cost) Rp. 980.000, biaya
variabel sebesar Rp. 200.000/dus (Lampiran 2), 1 dus bisa digunakan untuk 100 cangkir
kopi sehingga biaya variabel (Variable Cost) per unit adalah Rp. 2.000 dengan harga
jual per unit produk Rp. 15.000. Biaya yang diperlukan dalam produksi kopi
Cappuccino dapat dilihat dibawah ini.
BEP Unit= Total Biaya Tetap / (Harga Jual Per Unit Produk – Biaya Variabel setiap
unit produk)
= 980.000/(15.000-2.000)
= 75,384
BEP Rupiah=Total Biaya Tetap / (1 - Biaya Variabel setiap unit produk /Harga jual per
unit)
=980.000/(1-2.000/15.000)
=1.130,769
Gambar 2. Analisis BEP Cappuccino Menggunakan POM QM
Berdasarkan perhitungan BEP dan analisis POM QM di atas yaitu ditemukannya
titik impas (Break Even Point) sebesar Rp. 1.130,769 dengan 75 cup kopi cappuccino
per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa penjualan kopi cappuccino belum memenuhi
titik impas, dimana yang terjual pada Bulan desember sebanyak 300 cup.
Perhitungan BEP Penjualan Kopi Hitam kapal api
Dalam penjualan kopi memiliki biaya tetap sebesar (Fixed Cost) Rp. 980.000,
biaya variabel sebesar Rp. 160.000/dus (Lampiran 2), 1 dus bisa digunakan untuk 100
cangkir kopi sehingga biaya variabel (Variable Cost) per unit adalah Rp. 1.600 dengan
harga jual per unit produk Rp. 7.000. Biaya yang diperlukan dalam produksi kopi Hitam
kapal api BEP Unit= Total Biaya Tetap / (Harga Jual Per Unit Produk – Biaya Variabel
setiap unit produk)
= 980.000/(7.000-1.600)
= 181,481
BEP Rupiah=Total Biaya Tetap / (1 - Biaya Variabel setiap unit produk /Harga jual per
unit)
=980.000/(1-1.600/7.000)
=1.270.370

Gambar 3. Analisis BEP Kopi hitan kapal api Menggunakan POM QM


Berdasarkan perhitungan BEP dan analisis POM QM di atas yaitu ditemukannya
titik impas (Break Even Point) sebesar Rp. 1.270.370 dengan 181 cup kopi hitam kapal
api per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa penjualan kopi kopi hitam kapal api belum
memenuhi titik impas, dimana yang terjual pada Bulan desember sebanyak 150 cup.
Perhitungan BEP Penjualan Kopi ABC Moka
Dalam penjualan kopi memiliki biaya tetap sebesar (Fixed Cost) Rp. 980.000,
biaya variabel sebesar Rp. 200.000/dus (Lampiran 2), 1 dus bisa digunakan untuk 100
cangkir kopi sehingga biaya variabel (Variable Cost) per unit adalah Rp. 2.000 dengan
harga jual per unit produk Rp. 14.000. Biaya yang diperlukan dalam produksi Kopi
ABC Moka dapat dilihat dibawah ini.
BEP Unit= Total Biaya Tetap / (Harga Jual Per Unit Produk – Biaya Variabel setiap
unit produk)
= 980.000/(14.000-2.000)
= 81,666
BEP Rupiah=Total Biaya Tetap / (1 - Biaya Variabel setiap unit produk /Harga jual per
unit)
= 980.000/(1-2.000/14.000)
= 1.143.333

Gambar 1. Analisis BEP Cappuccino Menggunakan POM QM


Berdasarkan perhitungan BEP dan analisis POM QM di atas yaitu ditemukannya
titik impas (Break Even Point) sebesar Rp. 1.143.333 dengan 81 cup kopi hitam kapal
api per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa penjualan kopi kopi hitam kapal api belum
memenuhi titik impas, dimana yang terjual pada Bulan desember sebanyak 200 cup.
KESIMPULAN
Berdasarkan dara yang diperoleh dan dilkukan analsis Break Even Point pada
Kembang Sore Ceffee Shop bahwa penjualan pada Bulan November belum memenuhi
titik impas (BEP). Penjualan untuk masing-masing menu kopi belum memenuhi target
penjualan untuk mendapatkan titik impas.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, A. B. dan Woko, W. 2017. Analisis Rencana Bisnis Pada Usaha Café (Studi pada
Warkop Brewok di Jl. Kedawung, Malang). Jurusan Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Malang.
Buata, N., Ilat, V., & Pangemanan, S. S. (2015). Analisis Perencanaan Laba Perusahaan
melalui Penerapan Break Even Point pada PT. Tira Austenite Tbk Bitung. Jurnal
EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 3(1)
ANALISIS COST VOLUME PROFIT SEBAGAI DASAR PERENCANAAN LABA
YANG DIHARAPKAN (STUDI PADA PERUSAHAAN KOPI DI
KABUPATEN JEMBER). Jurnal RAK (Riset Akuntansi Keuangan), 2(2), 67-
76.
Lampiran
N Alat Harga Umur ekonomis Biaya
o produksi Awal Harga akhir (bulan) penyusutan
1 Thermo 130.000 0 60 2.167
2 Kompor 600.000 0 125 4.800
3 Aqua Galon 100.000 0 120 833
4 Tabung Gas 150.000 0 125 1.200
Jumlah 980.000 9.000

N Pemakaia Satua Total Biaya


o Bahan baku n bahan n Harga Beli(Rp/Kg)) (Rp/Bulan)
Kopi Gula Aren 5 Dus 200.000 1000000
Kopi Cappuccino 5 Dus 200.000 1000000
Kopi Hitam kapal
api 5 Dus 160.000 800000
Kopi ABC moka 5 Dus 160.000 800000
Susu 3 Dus 700.000 2100000
Gula 50 kg 15.000 750000
1.435.000 6.450.000

Pemakaian Harga Beli


Bahan baku bahan (Rp/Kg)
Wifi 1 250.000 250000
Lampu 15 15.000 225000
Buku Nota 1 3.000 3000
Tissue 2 11.000 22000
500000

Anda mungkin juga menyukai