Anda di halaman 1dari 33

PERTEMUAN 4

Anggaran Komprehensif
ISTILAH KOMPREHENSIF DAPAT
DIARTIKAN:
(1) Aplikasi konsep penganggaran secara luas
pada seluruh tahap operasi dalam suatu
perusahaan dan (2) aplikasi pendekatan sistem
total dalam kegiatan sehari-hari.
BERDASARKAN PEDOMAN TERSEBUT,
ANGGARAN KOMPREHENSIF DAPAT
DIRAIKAN MENJADI DUA KOMPONEN
DASAR:
(1) Rencana substantif dan (2) rencana keuangan
1. RENCANA SUBSTANTIF
Merupakan rencana yang mencerminkan tujuan
yang ingin dicapai perusahaan, menggambarkan
strategi, rencana spesifik dan program organisasi
serta komitmen manajemen yang sejalan dengan
pencapaian jangka panjang dari tujuan dan
perencanaan.
SECARA UMUM, RENCANA
SUBSTANTIF DICIRIKAN DENGAN
BENTUK NARASI DARI RENCANA,
BUKAN DALAM BENTUK BILANGAN
RENCANA YANG BIASANYA TERDAPAT
DALAM RENCANA KEUANGAN.
RENCANA SUBSTANTIF MENCAKUP:

1. Tujuan umum perusahaan


2. Sasaran-sasaran khusus perusahaan
3. Strategi-strategi perusahaan
4. Instruksi perencanaan manajemen eksekutif
2. RENCANA KEUANGAN
Merupakan angka-angka bilangan yang direncanakan
dengan menerapkan tujuan manajemen, strategi yang
direncanakan, perencanaan dan kebijakan. Sehingga
rencana keuangan ini menyajikan secara rinci semua
tujuan, rencana dan strategi manajemen ke dalam satuan
uang untuk periode waktu tertentu.
A. RENCANA LABA STRATEGIK
JANGKA PANJANG
Jangka waktu rencana ini relatif lama, yakni lebih
dari satu tahun. Rencana ini menjadi satu kesatuan
yang utuh dari rencana-rencana yang disusun untuk
kegiatan setiap tahun, dibuat sesuai dengan tujuan
umum perusahaan, sasaran spesifik dan strategi
jangka panjang perusahaan.
JADI, RENCANA LABA JANGKA
PANJANG MELIPUTI SEMUA BIDANG
AKTIVITAS UTAMA YANG
DIANTISIPASI, ANTARA LAIN:
a) Penjualan, harga pokok, dan laba
b) Proyek besar dan penambahan investasi modal
c) Arus kas dan pembiayaan
d) Persyaratan personel
B. RENCANA LABA TAKTIS
JANGKA PENDEK (TAHUNAN)
Merupakan perencanaan kegiatan-kegiatan tahunan
suatu perusahaan. Rencana laba taktis ini
dikelompokkan menjadi dua jenis: (1) rencana
operasional dan (2) rencan posisi keuangan
(anggaran keuangan)
1) RENCANA OPERASIONAL
Merupakan seluruh kegiatan-kegiatan perusahaan untuk
mencapai tujuan perusahaan. Rencana ini dibagi menjadi
dua bagian (a) Anggaran Proyeksi Laba Rugi, yaitu
penghitungan perkiraan laba menurut bagian, produk
maupun laba keseluruhan dan (b) Anggaran Pembantu
Laporan Laba/Rugi, penjelasannya adalah sebagai berikut:
Anggaran pembantu laporan laba
Rugi meliputi semua kegiatan
yang mendukung penyusunan
laporan laba rugi, sperti
• Rencana penjualan
• Rencana produksi
• Anggaran biaya distribusi/pemasaran
• Anggaran biaya administrasi
• Anggaran type appropriasi
RENCANA PENJUALAN

Anggaran penjualan ini menggambarkan tignkat


pendapatan yang akan diterima akibat
dilakukannya penjualan-penjualan dimasa yang
akan datang. Antara lain:
1. Jenis produk yang dijual
2. Volume produk
3. Harga satuan produk
4. Wilayah pemesanan
RENCANA PRODUKSI
Rencana produksi memiliki beberapa subanggaran:
a) Anggaran jumlah yang harus diproduksi
b) Anggaran bahan mentah (perencanaan
anggaran bahan mentah memiliki subanggaran:
anggaran kebutuhan bahan mentah, anggaran
pembelian bahan mentah, anggaran persediaan
bahan mentah, anggaran biaya bahan mentah
yang habis dipakai untuk produksi.
c) Anggaran tenaga kerja langsung (anggaran ini
dapat disajikan menurut jam tenaga kerja
langsung atau biaya tenaga kerja langsung)
d) Anggaran biaya overhead pabrik (Biaya ini
mencakup biaya bahan mentah tidak
langsung/bahan penolong, biaya tenaga kerja
tidak langsung, semua jenis biaya seperti pajak,
asuransi, penyusutan, biaya barang persediaan,
perbaikan dan pemeliharaan)
ANGGARAN BIAYA
DISTRIBUSI/PEMASARAN

Biaya distribusi mencakup semua biaya yang berkaitan dengan


penjualan, distribusi dan pengiriman barang pada pelanggan.
Biaya distribusi bukan merupakan biaya produk dan tidak
dialokasikan ke produk-produk tertentu.
Biasanya aktivitas produksi yang sering digunakan untuk
berbagai pusat tanggung jawab dalam fungsi distribusi adalah
nilai penjualan.
ANGGARAN BIAYA ADMINISTRASI
DAN KEUANGAN
Biaya administrasi mencakup biaya-biaya di luar
biaya produksi dan biaya pemasaran. Biaya ini
muncul pada pusat-pusat tanggung jawab yang
menyediakan pengawasan dan jasa kepada semua
fungsi yang ada dalam perusahaan, bukan pada
salah satu fungsi saja. Oleh karena itu, sebagian
besar biaya ini bersifat tetap dan tidak dapat
dikendalikan.

Dengan demikian, Pengendalian biaya yang


mendasar sangat penting pada biaya administrasi
ini, karena manajemen seringkali mendapatkan
kegagalan dalam menunjuk siapa yang bertanggung
jawab atas biaya-biaya tersebut. Sebagai solusinya,
perusahaan akan sangat terbantu jika konsep biaya
variabel digunakan dalam biaya administrasi ini.
Karena dalam biaya variabel, biasanya dikaitkan
dengan nilai penjualan total; jika volume produksi
menurun, maka beberapa biaya harus menurun atau
laba potensial akan turut menurun.
ANGGARAN TIPE APROPRIASI
Anggaran ini merupakan anggaran biaya yang tidak
termasuk dalam kategori anggaran-anggaran
sebelumnya. Misalnya anggaran penelitian dan
pengembangan, anggaran promosi, anggaran
pemeliharaan dan lain-lain.
2) RENCANA POSISI KEUANGAN
Rencana posisi keuangan disusun sebagai akibat
terjadinya perubahan kekayaan, utang dan piutang
perusahaan. Anggaran ini meliputi: Anggaran
proyeksi neraca dan anggaran pembantu proyeksi
neraca
ANGGARAN PROYEKSI NERACA
Anggaran ini mencerminkan perkiraan semua
aktiva dan pasiva yang akan dimiliki perusahaan
pada akhir suatu periode produksi.
ANGGARAN PEMBANTU PROYEKSI NERACA, YAITU
ANGGARAN YANG MERINCI MASING-MASING POS YANG
ADA DALAM NERACA, TERUTAMA POS YANG
BERHUBUNGAN DENGAN LIKUIDITAS PERUSAHAAN.

Anggaran Kas
•Terdiri dari Aliran Kas Masuk dan Aliran Kas Keluar

Anggaran Piutang
•Anggaran piutang mendasarkan pada anggaran penjualan, yaitu pada saat penjualan
secara kredit.
Anggaran Utang
•Anggaran utang disusun berdasarkan pembelian secara kredit dan bunga pinjaman yang
belum dibayar
Anggaran penambahan Modal. Anggaran ini disusun untuk jangka panjang

Anggaran Penyusutan Aktiva

Rencana Arus Kas


3. ANGGARAN BIAYA VARIABEL
(RUMUS BIAYA OUTPUT)
Anggaran ini berupa informasi realistis mengenai biaya yang
dapat digunakan untuk menghitung jumlah aggaran untuk
berbagai macam volume output atau tingkat aktivitas setiap
pusat tanggung jawab.
Anggaran variabel menyediakan rumus untuk setiap biaya
pusat tanggung jawab, yang menunjukkan hubungan antara
biaya terhadap keluaran/outpun/volume kerja
CONTOH

Departemen A: Rumusan Biaya Anggaran Variabel

Jenis Biaya Rumus Biaya


Biaya Tarif
tetap/bulan variabel/Jam
kerja langsung
Gaji supervisor Rp 2.500.000 Rp 0
Bahan Penolong Rp 0 Rp 15.000
Listrik Rp 5.000.000 Rp 5.500
DEPARTEMEN A: DATA BIAYA
AKTUAL
Output (aktiva 200 jam kerja langsung
perusahaan)
Gaji Supervisor Rp 2.500.000
Bahan Penolong Rp 3.500.000
Listrik Rp 6.000.000
ANGGARAN BIAYA VARIABEL DAPAT
DIGUNAKAN UNTUK MENGEMBANGKAN
LAPORAN KINERJA BIAYA REALISTIS UNTUK
DEPARTEMEN A PADA AKHIR BULAN “X”
Jenis Biaya Perhitungan Sasaran Biaya Varians
sasaran Anggaran Aktual Biaya
anggaran biaya Variabel
Gaji {Rp 2.500.000 (FC) + Rp 2.500.000 Rp 2.500.000 Rp 0
Rp 0 (VC)}
supervisor

Bahan {Rp 0 (FC) +(Rp 15.000 Rp 3.000.000 Rp 3.500.000 (Rp 500.000)


x 200 jam) (VC)}
Penolong

Listrik {Rp 5.000.000 (FC) + Rp 6.100.000 Rp 6.000.000 Rp 100.000


(Rp 5.500 x 200 jam
(VC)}

Total Rp 11.600.000 Rp 12.000.000 (Rp 400.000)


DATA PELENGKAP

Contoh dari data pelengkap ini berupa Analisis


Biaya, Volume dan Keuntungan (Analisis Cost-
Provit-Volume atau Analisis Break Even). Analisis
ini akan menilai apakah sasaran penjualan yang
telah ditentukan mendapat keuntungan atau
tidak dan seberapa jauh kemunduran penjualan
dapat ditolerir.
Cara penentuan Tingkat Break Even:
1. Pendekatan Tabelaris
2. Pendekatan Grafis
3. Pendekatan Aritmatika
CONTOH KASUS:

Data Rencana Penjualan Perusahaan PRIMA GUNA

Penjualan Dianggarkan (200.000 unit Rp 10.000.000


@Rp50)
Biaya-Biaya: Tetap Variabel
1. Material - 1.800.000
2. TKL - 2.000.000
3. BOP 1.400.000 400.000
4. Administrasi 1.200.000 400.000
5. Penjualan 1.000.000 600.000
Total Biaya 3.600.000 5.200.000 Rp 8.800.000
Laba Dianggarkan Rp 1.200.000
1. PENDEKATAN TABELARIS

Berdasarkan data tersebut, diketahui:


1. Harga jual per unit Rp 50
2. Biaya variabel per unit Rp 26 (Rp5.200.000 :
200.000 unit)
3. Beban tetap produksi maupun biaya usaha
keseluruhan Rp 3.600.000
Berdasarkan data ini, kita dapat membuat
perkiraan laba pada berbagai tingkat
produksi/penjualan
TABEL PROYEKSI LABA RUGI
PERUSAHAAN PRIMA GUNA
Keterangan 100.000 125.000 unit 150.000 unit 200.000 unit
unit
Penghasilan 5.000.000 6.250.000 7.500.000 10.000.000
Biaya: VC 2.600.000 3.250.000 3.900.000 5.200.000
FC 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
TC 6.200.000 6.850.000 7.500.000 8.800.000
Laba -1.200.000 -600.000 - 1.200.000
Dianggarkan
KETERANGAN:
Pada tingkat penjualan terendah (100.000 unit atau Rp 5.000.000),
perusahaan akan merugi Rp 1.200.000. Sedangkan pada tingkat
penjualan tertinggi 200.000 unit atau Rp 10.000.000, perusahaan
akan mendapat laba Rp 1.200.000.
Volume Break Even Point (BEP) akan dicapai dengan tingkat
penjualan sebesar 150.000 unit atau pada nilai Rp 7.500.000. Hal ini
berdasarkan perhitungan berikut:

150.000 unit/200.000 unit = 75%


Atau
Rp 7.500.000/Rp 10.000.000 = 75%

Angka 75% menunjukkan bahwa jika terjadi penurunan penjualan


sebanyak 100%-75% = 25% dari volume yang dianggarkan, maka
perusahaan tidak dapat lagi mengharapkan keuntungan. Dengan
kata lain, angka 25% merupakan batas maksimal turunnya
penjualan yang dapat ditolerir untuk mencegah terjadinya
kerugian. Oleh sebab itu, angka 25% ini disebut juga dengan istilah
Margin of Savety.
2. PENDEKATAN GRAFIS
Dengan menggunakan sumbu X sebagai penunjuk
volume kegiatan dan sumbu Y untuk nilai rupiah
dari penghasilan dan biaya, maka titik BEP akan
diketahui dari perpotongan antara kurva
penghasilan Total dan Biaya Total (TR = TC)

Grafik BEP menunjukkan hasil yang sama, yaitu


BEP dicapai pada tingkat penghasilan sebesar Rp
7,500.000 (pada sumbu Y) atau 150.000 unit (pada
sumbu X)
3. PENDEKATAN ARITMATIK
BEP dapat dihitung secara aritmatika dengan
menggunakan dua rumus berikut:

a. Atas Dasar Keseluruhan

b. Atas Dasar Unit produk


BERDASARKAN TIGA CARA ANALISIS
BEP TERSEBUT, KITA MEMPEROLEH
HASIL YANG SAMA, YAITU BEP AKAN
TERCAPAI PADA NILAI PENJUALAN
RP 7.500.000 ATAU RP 150.000
UNIT.
PERTANYAANNYA:
Apa konsekuensi apabila perusahaan
memproduksi kurang dari 150.000 unit?
Dan apa pula konsekuensi perusahaan jika
memproduksi lebih dari 150.000 unit?

Anda mungkin juga menyukai