Anda di halaman 1dari 12

MANFAAT INFORMASI AKUNTANSI PENUH

Informasi akuntansi penuh bermanfaat bagi manajemen untuk :

1. Pelaporan Keuangan

Pelaporan keuangan dibagi menjadi dua golongan : pelaporan keuangan kepada manajemen puncak
dan pelaporan keuangan kepada pihak luar terkait kepada prinsip akuntansi yang lazim. Manajemen
puncak perusahaan memiliki kewajiban untuk mempertanggung jawabkan dana yang diinvestasikan
oleh para investor dan kreditur kedalam perusahaan yang dikelolanya. Disamping itu, manajemen
puncak berkewajiban pula untuk mempertanggung jawabkan hasil kegiatan usahanya kepada
pemerintah untuk memungkinkan pemerintah memungut pajak penghasilan atas laba yang
diperoleh perusahaan. Dalam laporan rugi laba, manajemen menyajikan pendapatan penuh dan
biaya penuh kepada pemakai luar karena informasi akuntansi penuh ditunjuk untuk pelaporan
keuangan kepada pemakai luar, maka agar dapat diperbandingkan informasi akuntansi penuh harus
disusun dan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim.

Contoh laporan rugi-laba perusahaan yang disajikan kepada pihak luar perusahaan, yang berisi
informasi akuntansi penuh yang didasarkan pada prinsip akuntansi yang lazim sebagai berikut :

Pendapatan penjualan kepada pihak luar Rp. 10.000.000,00

Harga pokok penjualan Rp. 5.500.000,00

Laba bruto Rp. 4.500.000,00

Biaya usaha Rp. 2.000.000,00

Laba bersih usaha Rp. 2.500.000,00

Pendapatan dan (biaya) diluar usaha Rp. 500.000,00

Laba bersih sebelum pajak Rp. 2.000.000,00

Dalam laporan rugi-laba diatas, manajemen menyajikan informasi akuntansi penuh yang berupa
informasi masa lalu yang terdiri dari pendapatan penuh biaya penuh. Pendapatan penuh yang
disajikan kepada pemakai luar harus sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim yaitu hanya berisi
pendapatan yang diperoleh perusahaan dari penjualan produk atau jasa kepada pihak luar. Jika antar
unit organisasi perusahaan terjadi penjualan produk atau jasa, pendapatan penuh tidak boleh berisi
pendapatan dari penjualan intern perushaan tersebut.
Biaya penuh yang disajikan untuk pemakai luar juga harus sesuai dengan prinsip akuntansi yang
lazim, biaya produksi yang merupakan unsur biaya penuh harus ditentukan menurut metode full
costing.

Sedangkan pelaporan keuangan yang ditujukan kepada pemakai intern atau manajemen puncak
perusahaan tidak selalu terikat pada prinsip akuntansi yang lazim. Dalam perusahaan yang memiliki
beberapa devisi yang merupakan pusat investasi, laporan rugi-laba yang disajikan kepada
manajemen puncak akan berisi pendapatan penuh dan biaya penuh. Pendapatan penuh tersebut
terdiri dari pendapatan yang diperoleh dari transaksi penjualan produk dan jasa kepada pihak luar
dan pendapatan yang diperoleh dari transaksi penjualan produk dan jasa antar devisi.

Biaya penuh terdiri dari biaya langsung devisi ditambah dengan biaya kantor pusat yang dialokasikan
kepada devisi. Biaya produksi yang merupakan unsur biaya penuh tidak harus dihitung dengan
metode full costing, namun dapat didasarkan pada metode variable costing.

Contoh laporan rugi-laba devisi bagi manajemen puncak yang penentuaan harga pokok produksinya
menggunakan metode full costing sebagai berikut :

Pendapatan penjualan kepada pihak luar Rp. 10.000.000,00

Pendapatan penjualan antar devisi Rp. 2.500.000,00

Pendapatan penuh Rp. 12.500.000,00

Biaya langsung devisi :

Biaya produksi Rp. 5.000.000,00

Biaya adm. & Umum Rp. 1.000.000,00

Biaya pemasaran Rp. 2.500.000,00

Biaya langsung devisi Rp. 8.500.000,00

Alokasi biaya kantor pusat Rp. 1.000.000,00

Biaya penuh Rp. 9.500.000,00

Laba bersih devisi Rp. 3.000.000,00

Contoh laporan rugi-laba devisi bagi manajemen puncak yang penentuan harga pokok produksinya
menggunakan metode variable costing disajikan sebagai berikut :

Pendapatan penjualan kepada pihak luar Rp. 10.000.000,00

Pendapatan penjualan antar devisi Rp. 2.500.000,00

Pendapatan penuh Rp. 12.500.000,00


Biaya variabel :

Biaya produksi variabel Rp. 4.000.000,00

Biaya adm.&umum variabel Rp. 500.000,00

Biaya pemasaran variabel Rp. 1.500.000,00

Total biaya variabel Rp. 6.000.000,00

Laba konstribusi Rp. 6.500.000,00

Biaya tetap:

Biaya produksi tetap Rp. 1.000.000,00

Biaya adm. & umum tetap Rp. 500.000,00

Biaya pemasaran tetap Rp. 1.000.000,00

Alokasi biaya kantor pusat Rp. 1.000.000,00

Total biaya tetap Rp. 3.500.000,00

Laba bersih devisi Rp. 3.000.000,00

2. Analisis Kemampuan Menghasilkan Laba (profitability Analysis)

Analisis kemampuan laba dapat diterapkan dalam berbagai obyek informasi :

Produk, keluarga produk (product line), aktivitas atau unit organisasi. Analisis ini ditujukan untuk
mendeteksi penyebab timbulnya laba atau rugi yang dihasilkan oleh suatu obyek informasi dalam
periode akuntansi tertentu.

Dalam perusahaan yang menghasilkan berbagai macam produk (product diversification),


mamajemen memerlukan informasi akuntansi penuh untuk memungkinkan manajemen melakukan
analisis kemampuan setiap produk dalam menghasilkan laba (product profitability analysis). Jika
analisis kemampuan menghasilkan laba diterapkan pada produk atau keluarga produk diperlukan
informasi akuntansi penuh yang berupa pendapatan penuh yang dihasilkan oleh produk dalam
periode tertentu, biaya penuh yang dikorbankan untuk memproduksi dan memasarkan produk
tersebut selama periode yang sama, dan aktiva penuh yang digunakan untuk memproduksi produk
tersebut. Dengan analisis kemampuan menghasilkan laba menurut produk yang menggunakan
informasi akuntansi penuh tersebut, manajemen dapat memperoleh gambaran sumber penyebab
timbulnya laba atau rugi masing-masing produk atau keluarga pokok dalam periode tertentu.
Untuk mengukur kemampuan menghasilkan laba suatu perusahaan atau suatu pusat laba dalam
perusahaan biasanya digunakan alat pengukur sebagai berikut :

a. Return On Investment (ROI) atau Kembalian Investasi

Dalam menghitung ROI ini diperlukan informasi pendapatan penuh dan informasi biaya penuh untuk
menghitung laba bersih dan informasi aktiva penuh pusat laba tersebut, besarnya tarif kembalian
investasi dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Pendapatan penuh – Biaya penuh

ROI = x 100 %

Aktiva penuh

b. Residual Income ( RI)

Residual Income dihitung dengan mengurangi laba bersih dengan beban modal (capital charge)
sebagai berikut :

Pendapatan penuh Rp. xx

Biaya penuh Rp. xx

Laba bersih Rp. xx

Beban modal Rp. xx

Residual income Rp. xx

Contoh :

Divisi produk konsumen merupakan salah satu divisi dari 3 divisi yang dimiliki oleh PT A. Aktiva
penuh divisi tersebut pada tanggal 31 Desember 200x adalah Rp. 4.000.000.000,00. Beban modal
atas investasi dalam aktiva tersebut sebesar 20 %. Pendapatan penuh yang diperoleh divisi tersebut
dalam tahun 200x adalah Rp. 3.600.000.000,00, sedangkan biaya penuh yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan tersebut adalah Rp. 2.400.000.000,00. Kemampuan divisi produk
konsumen diukur dengan cara menghitung tarif kembalian investasi (ROI) atau Residual Income (RI)
sebagai berikut :

Rp. 3.600.000.000,00 – Rp. 2.400.000.000,00

Tarif ROI = x100% =30 %

Rp. 4.000.000.000,00

Tariff kembalian investasi pada periode itu adalah 30% dari total investasi sebesar 4 Milyar.

Residual Income :
Pendapatan penuh Rp. 3.600.000.000,00

Biaya penuh Rp. 2.400.000.000,00

Laba bersih Rp. 1.200.000.000,00

Beban modal = 20% x Rp.4.000.000.000,00 Rp. 800.000.000,00

Residual Income Rp. 400.000.000,00

Kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada periode itu adalah sebesar Rp 400.000.000 dari
total investasi sebesar Rp 4 milyar atau baru tercapai 10% nya dari total investasi .

Penggunaan ROI atau Residual Income sebagai alat analisis kemampuan menghasilkan laba divisi
dipengaruhi oleh 4 faktor sebagai berikut :

(1) Konsep laba yang digunakan

(2) Komponen untuk menghitung laba

(3) Komposisi aktiva yang diperhitungkan dalam investment base

(4) Penilaian aktiva

3). Jawaban Atas Pertanyaan “Berapa Biaya Yang Telah Dikeluarkan Untuk Sesuatu?”

Penentuan Harga Jual Dalam Cost-Type Contract


Cost-type contract adalah kontrak pembuatan produk atau jasa yang pihak
pembeli setuju untuk membeli produk atau jasa pada harga yang didasarkan pada total
biaya yang sesungguhnya dikeluarkan oleh produsen ditambah dengan laba yang
dihitung sebesar prosentase tertentu dari total biaya sesungguhnya tersebut.
Dalam cost type contract biaya penuh masa lalu dipakai sebagai dasar penentuan harga
jual, sebagai berikut :

Biaya penuh sesungguhnya Rp. 1.000.000,-

Laba 10 % x Rp. 1.000.000,- Rp. 100.000,-

Harga yang harus dibayar oleh pembeli Rp. 1.100.000,-


Penentuan Harga Jual Normal

Jika pendekatan full costing digunakan dalam penentuan harga pokok


produksi, rumus penentuan harga jual adalah sebagai berikut :

Biayaproduksi+biayanonproduksi+labayangdiharapkan
Harga Jual = jumlahproduksi(dalamunit )
Atau
Harga Jual = Biaya produksi per unit + Mark Up
Biaya nonproduksi total + laba yang diharapkan

Mark Up = x 100%

Biaya Produksi total

Biaya nonproduksi total + (y % x Aktiva Penuh)

Mark Up = x 100%

Biaya Produksi total

Contoh:

Untuk menetapkan harga jual produknya dalam tahun anggaran 200x, PT ABC
mengumpulkan informasi akuntansi penuh sebagai berikut:

Taksiran biaya produksi untuk kapasitas pertahun 5.000 unit, total aktiva menurut
neraca awal tahun anggaran adalah Rp 4.800.000 dan laba yang diharapkan dari
investasi dalam aktiva tersebut adalah 25%. Harga jual produk untuk anggaran 200x
dihitung sebagai berikut:

Per Unit Total


Biaya Produksi:

Biaya Bahan Baku Rp 300 Rp 1.500.000

Biaya tenaga kerja lsg 150 750.000

Biaya ov. Pabrik variabel 200 1.000.000

Biaya ov. Pabrik tetap 250 1.250.000

Total Biaya Produksi Rp 900 Rp 4.500.000

Biaya nonproduksi :

Biaya adm & umum variabel Rp 75 Rp 375.000

Biaya pemasaran variabel 80 400.000

Biaya adm & umum tetap 25 125.000

Biaya pemasaran tetap 30 150.000

Biaya nonproduksi Rp 210 Rp 1.050.000

Biaya penuh Rp 1.110 Rp 5.550.000

Biaya nonproduksi total + laba yang diharapkan


Mark up = x100%

Biaya produksi total

1.050.000 + (25% x 4.800.000)

= x 100% =

4.500.000

2.250 .000
x 100 %
= 4 .500.000

= 50%

atau

Harga jual = Biaya produksi per unit + Mark up

= Rp 900 + (50% x 900)

= Rp 1.350 per unit

Atau

Harga jual = bi produksi total + bi non produksi total + laba yg diharapkan :


jumlah produksi dalam unit

= 4.500.000 + 1.050.000+ (25% x 4.800.000) : 5000

= 6.750.000 : 5000

= Rp 1.350 per unit


Jika variable costing digunakan dalam penentuan harga pokok produksi, maka rumus
penentuan harga jual adalah:

Bi. var iabel+bi. tetap+labayangdiharapkan


Harga jual = Jumlahproduksi (dalamunit )

Harga jual = Rp 4.025.000 + Rp 1.525.000+ (25% x Rp 4.800.000) : 5000

= Rp 6.750.000 : 5000

= Rp 1.350

Atau

Harga jual = Biaya variabel per unit + Mark up

Biaya tetap total + Laba yang diharapkan

Mark up = x100%

Biaya variabel total

Biaya tetap total + (y% x Aktiva penuh)

Mark up = x 100%
Biaya variabel total

Mark up = Rp 1.525.000 + (25% x Rp 4.800.000) : Rp 4.025.000 x 100%

= 67,70%

Harga jual = Biaya variabel per unit + Mark up

= Rp 805 + (67,70% x Rp 805)

= Rp 805 + Rp 544,985 (dibulatkan Rp 545)

= Rp 1.350

Penentuan Harga Jual Yang Diatur Dengan Peraturan Pemerintah

Produk atau jasa seperti listrik, air, telepon & telegraf dan pos diatur dengan Peraturan
Pemerintah. Harga jual Produk dan jasa tersebut ditentukan berdasarkan biaya penuh
masa yang akan datang ditambah dengan laba yang diharapkan. Informasi akuntansi
penuh yang bermanfaat untuk penetapan harga jual produk atau jasa yang diatur
dengan peraturan pemerintah terdiri dari biaya penuh masa yang akan datang yang
akan dikeluarkan untuk menghasilkan produk atau jasa dan aktiva penuh yang akan
digunakan untuk menghasilkan produk barang atau jasa tersebut.
Contoh :

Untuk menghasilkan air diperlukan investasi sebesar Rp 2.000.000.000 (2 M) untuk


pembelian mesin dan equipment serta modal kerja. Taksiran biaya produksi air adalah
Rp 300 per liter pada volume produksi 50.000.000 liter air per tahun. Biaya
nonproduksi (biaya pemasaran dan administrasi & umum) diperkirakan sebesar Rp
1.100.000.000 (1,1 M) diputuskan laba wajar untuk perusahaan air tersebut adalah
20% dari investasinya.

Harga jual dihitung sebagai berikut:

Biaya adm&umum + Laba yang diharapkan

Dan bi. Pemasaran

Presentase markup =

Biaya produksi volume produksi

Penuh per unitx dalam unit

Rp 1.100.000.000 + (20% x Rp 2.000.000.000)

= x 100%

Rp 300 x 50.000.000 lt

1,1 M +0,4 M
x100 %
= 15 M

1,5 M
x100 %
= 15 M

= 10%
Harga jual air per liter dihitung sebagai berikut:

Biaya produksi air per liter Rp 300

Markup 10% x 300 30

Target harga jual air per liter Rp 330

Anda mungkin juga menyukai