Anda di halaman 1dari 11

MANAJEMEN KEUANGAN

ANALISIS INDEKS COMMON SIZE, MVA DAN EVA

Dosen Pengampu : Dra. Ni Ketut Purnawati, M.S.

Disusun Oleh :

KELOMPOK 6

Maria M. Virginia De Pazzi 2007531039

Ni Luh Gede Ayu Sri Sedani 2007531043

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA

2021/2022
PENDAHULUAN
Suatu perusahaan dalam kegiatan bisnisnya mempunyai tujuan utama yaitu untuk
memaksimalkan kekayaan perusahaan dan juga para pemegang saham. Perkembangan dunia
usaha menyebabkan tingginya persaingan, sehingga setiap perusahaan perlu meningkatkan
efesiensi dan efektifitas usaha untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan dimasa
sekarang dan yang akan datang. Salah satunya yaitu perusahaan harus menyediakan informasi
keuangan guna melaporkan keadaan dan kondisi keuangannya kepada pihak berkepentingan,
terutama bagi pihak investor, kreditur, dan pihak manajemen perusahaan itu sendiri.

Informasi keuangan yang digunakan yaitu laporan keuangan, dimana perusahaan


merupakan salah satu pihak yang menyediakan informasi keuangan tersebut. Pihak
perusahaan dituntut untuk menyajikan informasi laporan keuangan tersebut dengan jelas dan
lengkap agar dapat digunakan secara optimal oleh para pemakainya. Laporan keuangan
adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan yang dapat digunakan untuk
menggambarkan kinerja perusahaan.

Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, maka diperlukan laporan keuangan


perusahaan seperti laporan neraca dan laporan laba rugi. Laporan keuangan tersebut
dianalisis, salah satunya melalui analisis indeks dan common size. Selain itu kinerja
keuangan perusahaan dapat diukur menggunakan metode EVA dan MVA. Metode EVA dan
MVA mulai digunakan untuk mengukur kinerja keuangan oleh perusahaan sebagai salah satu
upaya untuk menghubungkan antara kepentingan manajemen perusahaan dengan pemegang
saham perusahaan. EVA dan MVA merupakan salah satu cara yang tepat untuk dapat
mengetahui kinerja keuangan perusahaan dalam rangka peningkatan kesejahteraan para
penyandang dana. Maka dari itu kami akan membahas lebih lanjut mengenai materi,

A. Analisi Indeks dan Common Size


B. Market Value Added (MVA)
C. Economic Value Added (EVA)

1
PEMBAHASAN

A. Analisis Indeks dan Analisis common size


Analisis indeks/trend adalah salah satu metode analisis laporan keuangan untuk
mengetahui kecenderungan atau tendensi keadaan keuangan suatu perusahaan apakah
naik, turun atau tetap. Kecenderungan posisi keuangan yang disusun untuk tiga periode
atau lebih. Untuk melihat trend tersebut digunakan angka indeks 100. Oleh karena itu
teknik analisisnya disebut analisis indeks.
Analisis ini merubah semua angka dalam laporan keuangan pada tahun dasar
menjadi 100. Pemilihan tahun dasar bukanlah selalu tahun yang paling awal, tetapi tahun
yang diangga normal. Dengan demikian analisis ini dilakukan untuk membandingkan
perkembangan dari waktu ke waktu. Berdasarkan sifat analisis tersebut maka hanya
laporan neracalah yang bisa disajikan dalam bentuk indeks karena untuk laporan laba rugi
hanya tersedia satu tahun pelaporan. Cara penyusunan laporan dengan indeks :
a. Menentukan tahun dasar.
b. Menentukan angka indeks pada periode tahun yang dianalisis.
c. Pos-pos dari periode laporan yang dianalisis dibandingkan dengan pos-pos yang sama
dalam laporan keuangan tahun dasar.
d. Dalam menghitung rasio trend/kecenderungan pada umumnya tidak semua pos-pos
neraca dan laporan laba rugi dari beberapa periode tersebut dihitung, karena tujuan
utama dari perhitungan rasio adalah membut perbandingan anntara pos-pos yang
mempunyai hubungan informasi dengan pos-pos lainnya.
Trend dari suatu pos neraca atau laba rugi hanyalah merupakan data, dan belum
menjadi informasi. Ia akan menjadi informasi kalau dikaitkan dengan pos-pos lainnya.
Misalkan kenaikan penjualan dikaitkan dengan: aktiva produktif dalam periode yang
sama, harga pokok penjualan dan biaya operasi.
Kecenderungan naiknya penjualan selama beberapa periode dikaitkan dengan aktiva
yang beroperasi/produktif dalam periode yang sama akan diperoleh informasi besarnya
tingkat perputaran aktiva.
Analisis common size adalah analisis ini merubah angka-angka yang ada dalam
neraca dan laporan laba rugi menjadi presentase berdasarkan dasar tertentu. Untuk angka-
angka yang ada dalam neraca, common basenya adalah total aktiva. Dengan kata lain

2
total aktiva dipergunakan sebagai 100%. Untuk angka dalam laporan laba rugi, penjualan
neto dipergunakan sebagai 100%.
Penyajian dalam common size akan mempermudah pembaca laporan keuangan
memerhatikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam neraca. Laporan keuangan dalam
persentase per-komponen (Common-size statement) menyatakan masing-masing posnya
dalam satuan persen atas dasar total kelompoknya, cara penyusunan laporan keuangan ini
disebut teknik analisis common-size dan termasuk metode analisis vertikal.
Suatu neraca yang disusun dalam persentase per-komponen (Common-size
statement) dapat memberikan informasi sebagai berikut:
1. Komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dapat memberikan gambaran tentang
posisi relatif aktiva lancar terhadap aktiva tak lancar.
2. Struktur modal (komposisi pasiva), yang dapat memberikan gambaran mengenai
posisi relatif utang perusahaan terhadap modal sendiri.
Apabila Neraca dalam persentase per-komponen disusun secara komparatif
(misalnya dua tahun berturut-turut), dapat memberikan informasi mengenai perubahan
komposisi, baik komposisi investasi maupun struktur modal. Laporan laba-rugi yang
disusun dalam persentase per-komponen (Common-size percentage) dapat
menggambarkan distribusi/alokasi setiap Rp 1,00 penjualan kepada masing-masing
elemen biaya dan laba. Apabila disusun secara komparatif, dapat menggambarkan
perubahan distribusi tersebut.
Contoh Analisis Common-Size:
PT. BAGAS PERKASA JAYA
Neraca Komparatif dalam Persentase Per-Komponen
Per 31 Desember 2009 dan 2010
(Dalam Ribuan Rupiah)
31 Desember Common-Size (%)
NERACA
2009 2010 2009 2010
AKTIVA
Aktiva Lancar
Kas Rp 1.300 Rp 1.200 9,29 7,50
Piutang Dagang Rp 1.200 Rp 1.000 8,57 6,25

Persediaan Rp 2.200 Rp 2.600 15,71 16,25

3
Total Aktiva Lancar Rp 4.700 Rp 4.800 33,57 30,00
Aktiva Tetap
Tanah Rp 2.300 Rp 3.700 16,43 23,13
Gedung Rp 4.000 Rp 4.000 28,57 25,00
Mesin Rp 4.000 Rp 5.000 28,57 31,25

Akumulasi Depresiasi Rp(1.000) Rp(1.500) (7,14) (9,38)


Total Aktiva Tetap Rp 9.300 Rp11.200 66,43 70,00
Total Aktiva Rp14.000 Rp16.000 100% 100%
PASIVA (UTANG &
MODAL)
Utang Lancar Rp 2.500 Rp 2.200 17,86 13,75
Utang Jangka Panjang Rp 4.500 Rp 6.000 32,14 37,50
Modal Rp 7.000 Rp 7.800 50,00 48,75
Total Utang & Modal Rp14.000 Rp16.000 100% 100%

Cara perhitungan persentase per-komponen adalah: Pos-pos di dalam neraca


dikategorikan menjadi dua, yaitu aktiva dan pasiva. Masing-masing kategori ini (total
aktiva dan total pasiva) dinyatakan sebesar 100%, sedangkan masing-masing pos yang
termasuk pada masing-masing kategori dinyatakan dalam persentase atas dasar total
aktiva atau pasiva (kategori).
% Kas = (Saldo Kas/Total Aktiva) x 100%
= (Rp 1.300/Rp 14.000) x 100% = 9,92%
⇒ Yang lainnya dihitung dengan cara yang sama.
Dari neraca yang disusun dalam persentase per-komponen tersebut, tampak bahwa
selama dua tahun, telah terjadi perubahan pada komposisi, baik aktiva (misalnya kas,
persediaan) maupun pasiva (misalnya utang jangka panjang).

PT. BAGAS PERKASA JAYA


Laporan Laba-Rugi Komparatif dalam Persentase Per-Komponen
Per 31 Desember 2009 dan 2010
(Dalam Ribuan Rupiah)
LABA-RUGI Tahun Common-Size (%)

4
2009 2010 2009 2010
Penghasilan Rp 150.000 Rp 200.000 100% 100%
Harga Pokok
Penjualan Rp (50.000) Rp (60.000) (33,33) (30,00)
Laba Kotor Rp 100.000 Rp 140.000 66,67 70,00
Biaya Pemasaran Rp (25.000) Rp (34.000) (16,67) (17,00)
Biaya Administrasi Rp (20.000) Rp (28.000) (13,33) (14,00)
Biaya Bunga Rp (10.000) Rp (14.000) (6,67) (7,00)
Laba Sebelum Pajak Rp 45.000 Rp 64.000 30,00 32,00
Pajak (15%) Rp (6.750) Rp (9.600) (4,50) (4,80)
Laba Bersih Rp 38.250 Rp 54.400 25,50 27,20

Cara perhitungan persentase per-komponen adalah: Pos-pos dalam perhitungan laba-


rugi yang dinyatakan dalam persentase per-komponen atas dasar total penghasilan (total
penghasilan dinyatakan sebesar 100%).
% Harga Pokok Penjualan = (Saldo Harga Pokok Penjualan/Total Penghasilan) x
100%
= Rp 60.000/Rp 200.000 x 100%
= 30%
⇒ Yang lainnya dihitung dengan cara yang sama.
Dari perhitungan laba-rugi, tampak bahwa distribusi setiap Rp 1,00 penjualan kepada
harga pokok penjualan misalnya mengalami penurunan, meskipun distribusi untuk biaya
lainnya (pemasaran, administrasi, dan bunga), secara total mengalami kenaikan.

B. MVA (Market Value Added)


Salah satu alat ukur kinerja perusahaan adalah dengan menggunakan Market Value
Added (MVA). Secara sederhana, MVA adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan
(termasuk ekuitas dan uang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam
perusahaan. Tujuan Utama manajemen keuangan perusahaan adalah memaksimumkan
kemakmuran bagi para pemegang sahamnya. Tujuan ini jelas bermanfaat bagi para
pemegang saham biasa dan menjamin bahwa sumber daya yang terbatas dialokasikan
secara efisien. Kemakmuran bagi para pemegang saham dapat ditingkatkan dengan
memaksimumkan perbedaan antara nilai pasar ekuitas dengan jumlah modal ekuitas yang

5
dipasok oleh para investor kepada perusahaan. Perbedaan ini disebut sebagai nilai tambah
pasar Market Value Added (MVA).
Berdasarkan Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa MVA adalah perbedaan
antara nilai pasar saham perusahaan dengan jumlah ekuitas modal investor yang telah
diberikan. Manfaat dari MVA disamping untuk mengukur kinerja perusahaan adalah juga
untuk mengukur nilai perusahaan yang berhasil diciptakan nilai perusahaan dalam
kaitannya dengan pasar modal akan tampak pada harga saham perusahaan yang
bersangkutan. Sama seperti EVA, MVA memiliki penilaian sebagai berikut :
a. Jika MVA > 0 hal ini menunjukan terjadi nilai tambah finansial bagi perusahaan
b. Jika MVA < 0 hal ini menunjukan tidak terjadi nilai tambah finansial bagi perusahaan
c. Jika MVA = 0 hal ini menunjukan posisi impas
Adapun rumus MVA yaitu :
𝑀𝑉𝐴 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 − 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑚𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 = 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 × 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚

Contoh Soal Menghitung Nilai MVA :

Misalkan : Laporan keuangan PT S. Cristal Tbk untuk tahun yang berakhir


pada 31 Desember 2020, perbandingan 31 Desember 2019. Perhatikan Tabel Berikut :

PT S. Cristal Tbk
Laporan Keuangan
Tahun Yang Berakhir pada 31 Desember 2020
Keterangan 2020 2019
Jumlah Saham Yang Beredar 8,780,426,500 8,780,426,500
Harga Saham Akhir Tahun 5,175 6,750
Jumlah Ekuitas 43,121,593,000,000 40,274,198,000,000

• Mencari Nilai MVA


Tahun 2020 Tahun 2019
𝑀𝑉𝐴 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 − 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑚𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 = 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 × 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
𝑀𝑉𝐴 = (8.780.426.500 × 5.175) − 43.121.593.000.000 𝑀𝑉𝐴 = (8.780.426.500 × 6.750) − 40.274.198.000.000
𝑀𝑉𝐴 = 2.317.114.137.500 𝑀𝑉𝐴 = 18.993.680.875.000

Interpretasi Hasil MVA diatas :


Perhitungan diatas mendapatkan nilai MVA untuk tahun 2019 dan 2020 semua
nilainya bernilai positif atau diatas 1. Tampak pada perhitungan diatas MVA tahun 2019
sebesar Rp 18.993.680.875.000 dan pada tahun 2020 sebesar Rp 2.317.114.137.500.

6
Analisis : MVA > 0 memiliki arti bahwa PT S Cristal selama 2 tahun mampu
memberikan nilai tambah bagi para pemegang sahamnya. PT S. Cristal dapat
menghasilkan jumlah ekuitas yang lebih besar ketimbang nilai pasar sahamnya. Hal ini
menunjukan perusahaan mampu menghasilkan nilai tambah.

C. EVA (Economic Value Added)


Economic Value Added (EVA) adalah semacam sistem manajemen keuangan guna
mengukur besaran laba keuangan dalam perusahaan, yang memberikan pernyataan
tentang kesejahteraan hanya bisa tercipta apabila perusahaan mampu mencukupi seluruh
biaya baik biaya modal maupun biaya operasional. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa EVA merupakan metode analisis keuangan untuk menilai profitabilitas dan kinerja
manajemen dari operasi perusahaan. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut:
EVA = NOPAT – (WACC x IC)
• NOPAT = Net Operating Profit After Tex (laba operasi setelah pajak)
NOPAT = EBIT/Laba Sebelum Pajak – (1-T)
EBIT = L/R usaha + Beban Usaha
• IC = Invested Capital
IC = Total Hutang dan Ekuitas – Biaya Beban
• WACC = Weightet Average Cost of Capital (modal rata-rata tertimbang)
WACC = (D x Rd) (1-tax) + (E x Re)
Dimana:
D = Tingkat Mosal E = Tingkat Modal dna Ekuitas
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎
𝐷= × 100% 𝐸= × 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 + 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 + 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
Rd = Cost of Debt Re = Cost Of Equity
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ − 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑅𝑑 = × 100% 𝑅𝑒 = × 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
Tax = Tingkat Pajak
𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑎𝑥 = × 100%
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘

Interpretasi Nilai EVA :


EVA yang positif (EVA>0) menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi
pemilik modal karena perusahaan mampu menghasilkan tingkat penghasilan melebihi
tingkat biaya modal. Sebaliknya EVA yang negatif (EVA<0) menunjukkan bahwa nilai
perusahaan menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah daripada biaya
modalnya. EVA memberikan tolok ukur yang baik tentang apakah perusahaan telah
memberikan nilai tambah kepada pemegang saham. Oleh karena itu, jika manajer

7
memfokuskan pada EVA, maka hal ini membantu memastikan bahwa mereka beroperai
dengan cara yang konsisten untuk memaksimalkan nilai pemegang saham. Perhatikan
pula bahwa EVA dapat ditentukan untuk devisi dan perusahaan secara keseluruhan,
sehingga EVA memberikan dasar yang berguna dalam menentukan kompensasi
manajemen pada semua tingkatan. Sehingga pada saat ini banyak perusahaan
mengunakan EVA sebagai dasar utama untuk menentukan kompensasi manajemen.
Contoh perhitungan EVA:
Misalkan: diketahui Ikhtisar Laba Rugi Perusahaan Han Virgin pada Periode 31
Desember 2020, Hitunglah Nilai EVA perusahaan Han Virgin tersebut.
Perusahaan Han Virgin
Ikhtisar Laporan Keuangan
Periode Desember 2020
Uraian Nominal (Rp 000)
Total Hutang Jangka Panjang 95,000,000
Total Hutang Jangka Pendek 155,000,000
Ekuitas 152,000,000
Total Hutang 250,000,000
Laba 224,000,000
Beban Bunga 185,500,000
Pajak 6,750,000

EVA = NOPAT – (WACC x IC)


𝑁𝑂𝑃𝐴𝑇 = (224.000.000 + 185.500.000) – 6.750.000 250.000.000
𝐷= × 100%
𝑁𝑂𝑃𝐴𝑇 = 402.750.000 250.000.000 + 152.000.000
𝐷 = 62,2 %
185.000.000 185.500.000
𝐸= × 100% 𝑅𝑑 = × 100%
250.000.000 + 152.000.000 95.000.000
𝐸 = 37,8 % 𝑅𝑑 = 195,3 %
224.000.000 − 6.750.000 6.750.000
𝑅𝑒 = × 100% 𝑇𝑎𝑥 = × 100%
152.000.000 224.000.000
𝑅𝑒 = 143,3 % 𝑇𝑎𝑥 = 3,01 %
𝑊𝐴𝐶𝐶 = (62,2 % 𝑥 195,3 %)(1 − 3,01 %) + (37,8 % 𝑥 143,3 %) 𝐼𝐶 = (250.000.000 + 152.000.000) − 155.000.000
𝑊𝐴𝐶𝐶 = 1,7 𝐼𝐶 = 247.000.000

EVA = NOPAT – (WACC x IC)


= 402.750.000 – (1,7 x 247.000.000)
= Rp – 17.150.000
Interpretasi nilai EVA < 0 atau bernilai negatif, artinya perusahaan XYZ tidak
mengalami nilai tambah ekonomi. Sehingga, perusahaan tidak bisa memenuhi harapan
para pemodal karena laba yang tersedia tidak mampu memenuhinya

8
PENUTUP
• Kesimpulan
A. Analisi Indeks dan Common Size
1. Analisis indeks/trend adalah salah satu metode analisis laporan keuangan untuk
mengetahui kecenderungan atau tendensi keadaan keuangan suatu perusahaan apakah
naik, turun atau tetap. Analisis ini dilakukan untuk membandingkan perkembangan
dari waktu ke waktu. Berdasarkan sifat analisis tersebut maka hanya laporan neracalah
yang bisa disajikan dalam bentuk indeks
2. Analisis common size merubah angka-angka yang ada dalam neraca dan laporan laba
rugi menjadi presentase berdasarkan dasar tertentu. Penyajian dalam common size
akan mempermudah pembaca laporan keuangan memerhatikan perubahan-perubahan
yang terjadi dalam neraca. Suatu neraca yang disusun dalam persentase per-komponen
(Common-size statement) dapat memberikan informasi sebagai berikut:
- Komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dapat memberikan gambaran
tentang posisi relatif aktiva lancar terhadap aktiva tak lancar.
- Struktur modal (komposisi pasiva), yang dapat memberikan gambaran mengenai
posisi relatif utang perusahaan terhadap modal sendiri.
B. Market Value Added (MVA)
Kemakmuran bagi para pemegang saham dapat ditingkatkan dengan
memaksimumkan perbedaan antara nilai pasar ekuitas dengan jumlah modal ekuitas
yang dipasok oleh para investor kepada perusahaan. Perbedaan ini disebut sebagai nilai
tambah pasar Market Value Added (MVA). Jadi dapat disimpulkan bahwa secara
sederhana, MVA adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan
uang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan.
C. Economic Value Added (EVA)
Berdasarkan materi EVA yang sudah dijelaskan sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa pada dasarnya EVA merupakan metode analisis keuangan untuk
menilai profitabilitas dan kinerja manajemen dari operasi perusahaan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Wiagustini, Ni Luh Putu. 2014. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Denpasar: Udayana Press

Wadiyo. (2021). Analisis Rasio Keuangan Perusahaan, Manfaat, Rumus dan Contohnya.
Diakses pada 23/09/2021. Melalui Link:
https://manajemenkeuangan.net/rasio-keuangan/

Widyasari Press (2019). Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode


EVA dan MVA. Diakses Pada 20/09/2021. Melalui Link :
https://widyasari-press.com/analisis-kinerja-keuangan-dengan-menggunakan-metode-eva-
dan-mva/

El Heze (2017). Rumus dan Cara Menghitung MVA. Diakses pada 22/09/2021.
Melalui Link :
https://bahasekonomi.blogspot.com/2017/05/rumus-dan-cara-menghitung-market-value.html

Indahnya Belajar Akuntansi (2018) CARA 1 : MENGHITUNG EVA (ECONOMIC VALUE


ADDED). Diakses 20/09/2021. Melalui Link :
http://akuntan-si.blogspot.com/2011/10/menghitung-eva-economic-value-added.html

Herman DharmaWijaya (2017). Economic Value Added (EVA) dan Market Value
Added (MVA) pada Perusahaan Telekomunikasi yang Listing di Bursa
Efek Indonesia. Diakses 20/09/2021. Melalui Link :
https://docplayer.info/47928731-Economic-value-added-eva-dan-market-value-added-mva-
pada-perusahaan-telekomunikasi-yang-listing-di-bursa-efek-indonesia.html

Dafik (2021). Cara Menghitung EVA dan Manfaatnya. Diakses 22/09/2021.


Melalui Link :
https://www.obligasi.co.id/2021/06/economic-value-added-eva-adalah.html

10

Anda mungkin juga menyukai