Anda di halaman 1dari 9

RMK MANAJEMEN KEUANGAN

ANALISIS INDEKS COMMON SIZE, MVA,EVA DAN ANALISIS SUMBER


PENGGUNAAN DANA
Dosen Pengempu: Dr.Made Wianto Putra, S.E.,M.Si

OLEH:
KELOMPOK: 3

1. Komang Ayu Riana Dewi (202032121092)


2. Ni Gusti Ketut Sukmawati (202032121189)
3. Ni Komang Triana Radila Kori (202032121289)
4. Ni Ketut Trisna Yuliantini (202032121244)
5. Putu Ayu Sylvia Fransisca Dewi (202032121245)
6.I Komang Adi Sudirta (202032121709)

PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS WARMADEWA
TAHUN PELAJARAN 2021/2022
A. Analisis Indeks dan Common Size
Analisis indeks/trend adalah salah satu metode analisis laporan keuang untuk
mengetahui kecenderungan atau tendendi keadaan keuangan duatu perusahaan apakah
naik, turun atau tetap. Kecenderungan posisi keuangan yang disusun untuk tiga periode
atau lebih. Untuk melihat trend tersebut digunakan angka indeks 100. Oleh karena itu
teknk analisisnya disebut analisis indeks.
Analisis ini merubah semua angka dalam laporan keuangan pada tahun dasar
menjadi 100. Pemilihan tahun dasar bukanlah selalu tahun yang paling awal, tetapi tahun
yang diangga normal. Dengan demikian analisis ini dilakukan untuk membandingkan
perkembangan dari waktu ke waktu. Berdasarkan sifat analisis tersebut maka hanya
laporan neracalah yang bias disajikan dalam bentuk indeks karena untuk laporan laba rugi
hanya tersedia satu tahun pelaporan. Cara penyusunan laporan dengan indeks :
a. Menentukan tahun dasar.
b. Menentukan angka indeks pada periode tahun yang dianalisis.
c. Pos-pos dari periode laporan yang dianalisis dibandingkan dengan pos-pos yang sama
dalam laporan keuangan tahun dasar.
d. Dalam menghitung rasio trend/kecenderungan pada umumnya tidak semua pos-pos
neraca dan laporan laba rugi dari beberapa periode tersebut dihitung, karena tujuan
utama dari perhitungan rasio adalah membut perbandingan anntara pos-pos yang
mempunyai hubungan informasi dengan pos-pos lainnya.
Trend dari suatu pos neraca atau aba rugi hanyalah merupakan data, dan belum
menjadi informasi. Ia akan menjadi informasi kalau dikaitkan dengan pos-pos lainnya.
Misalkan kenaikan penjualan dikaitkan dengan: aktiva produktif dalam periode yang
sama, harga pokok penjualan dan biaya operasi.
Kecenderungan naiknya penjualan selama beberapa periode dikaitkan dengan
aktiva yang beroperasi/produktif dalam periode yang sama akan diperoleh informasi
besarnya tingkat perputaran aktiva.
Analisis common size adalah analisis ini merubah angka-angka yang ada dalam
neraca dan laporan laba rugi menjadi presentase berdasarkan dasar tertentu. Untuk angka-
angka yang ada dalam neraca, common basenya adalah total aktiva. Dengan kata lain
total aktiva dipergunakan sebagai 100%. Untuk angka dalam laporan laba rugi, penjualan
neto dipergunakan sebagai 100%.
Penyajian dalam common size akan mempermudah pembaca laporan keuangan
memerhatikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam neraca. Laporan keuangan dalam
persentase per-komponen (Common-size statement) menyatakan masing-masing posnya
dalam satuan persen atas dasar total kelompoknya, cara penyusunan laporan keuangan ini
disebut teknik analisis common-size dan termasuk metode analisis vertikal.
Suatu neraca yang disusun dalam persentase per-komponen (Common-size
statement) dapat memberikan informasi sebagai berikut: 
1. Komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dapat memberikan gambaran tentang
posisi relatif aktiva lancar terhadap aktiva tak lancar. 
2. Struktur modal (komposisi pasiva), yang dapat memberikan gambaran mengenai
posisi relatif utang perusahaan terhadap modal sendiri.
Apabila Neraca dalam persentase per-komponen disusun secara komparatif
(misalnya dua tahun berturut-turut), dapat memberikan informasi mengenai perubahan
komposisi, baik komposisi investasi maupun struktur modal. Laporan laba-rugi yang
disusun dalam persentase per-komponen (Common-size percentage) dapat
menggambarkan distribusi/alokasi setiap Rp 1,00 penjualan kepada masing-masing
elemen biaya dan laba. Apabila disusun secara komparatif, dapat menggambarkan
perubahan distribusi tersebut.

Contoh Analisis Common-Size:


PT. BAGAS PERKASA JAYA
Neraca Komparatif dalam Persentase Per-Komponen
Per 31 Desember 2009 dan 2010
(Dalam Ribuan Rupiah)
31 Desember Common-Size (%)
NERACA
2009 2010 2009 2010
AKTIVA
Aktiva Lancar
Rp
Kas Rp 1.300 1.200 9,29 7,50
Rp
Piutang Dagang Rp 1.200 1.000 8,57 6,25
Rp
Persediaan Rp 2.200 2.600 15,71 16,25
Rp
Total Aktiva Lancar Rp 4.700 4.800 33,57 30,00
Aktiva Tetap
Rp
Tanah Rp 2.300 3.700 16,43 23,13
Rp
Gedung Rp 4.000 4.000 28,57 25,00
Rp
Mesin Rp 4.000 5.000 28,57 31,25

Akumulasi Depresiasi Rp(1.000) Rp(1.500) (7,14) (9,38)

Total Aktiva Tetap Rp 9.300 Rp11.200 66,43 70,00

Total Aktiva Rp14.000 Rp16.000 100% 100%


PASIVA (UTANG &
MODAL)
Rp
Utang Lancar Rp 2.500 2.200 17,86 13,75
Rp
Utang Jangka Panjang Rp 4.500 6.000 32,14 37,50
Rp
Modal Rp 7.000 7.800 50,00 48,75

Total Utang & Modal Rp14.000 Rp16.000 100% 100%

Cara perhitungan persentase per-komponen adalah: Pos-pos di dalam neraca


dikategorikan menjadi dua, yaitu aktiva dan pasiva. Masing-masing kategori ini (total aktiva dan
total pasiva) dinyatakan sebesar 100%, sedangkan masing-masing pos yang termasuk pada
masing-masing kategori dinyatakan dalam persentase atas dasar total aktiva atau pasiva
(kategori).
% Kas = (Saldo Kas/Total Aktiva) x 100% = (Rp 1.300/Rp 14.000) x 100% = 9,92%
⇒ Yang lainnya dihitung dengan cara yang sama.
Dari neraca yang disusun dalam persentase per-komponen tersebut, tampak bahwa
selama dua tahun, telah terjadi perubahan pada komposisi, baik aktiva (misalnya kas, persediaan)
maupun pasiva (misalnya utang jangka panjang).
PT. BAGAS PERKASA JAYA
Laporan Laba-Rugi Komparatif dalam Persentase Per-Komponen
Per 31 Desember 2009 dan 2010
(Dalam Ribuan Rupiah)
Tahun Common-Size (%)
LABA-RUGI
2009 2010 2009 2010
Penghasilan Rp 150.000 Rp 200.000 100% 100%
Harga Pokok Penjualan Rp (50.000) Rp (60.000) (33,33) (30,00)
Laba Kotor Rp 100.000 Rp 140.000 66,67 70,00
Biaya Pemasaran Rp (25.000) Rp (34.000) (16,67) (17,00)
Biaya Administrasi Rp (20.000) Rp (28.000) (13,33) (14,00)
Biaya Bunga Rp (10.000) Rp (14.000) (6,67) (7,00)
Laba Sebelum Pajak Rp 45.000 Rp 64.000 30,00 32,00
Pajak (15%) Rp (6.750) Rp (9.600) (4,50) (4,80)
Laba Bersih Rp 38.250 Rp 54.400 25,50 27,20

Cara perhitungan persentase per-komponen adalah: Pos-pos dalam perhitungan


laba-rugi yang dinyatakan dalam persentase per-komponen atas dasar total penghasilan
(total penghasilan dinyatakan sebesar 100%).
% Harga Pokok Penjualan = (Saldo Harga Pokok Penjualan/Total Penghasilan) x 100%
= Rp 60.000/Rp 200.000 x 100%
= 30%
 
⇒ Yang lainnya dihitung dengan cara yang sama.
Dari perhitungan laba-rugi, tampak bahwa distribusi setiap Rp 1,00 penjualan
kepada harga pokok penjualan misalnya mengalami penurunan, meskipun distribusi untuk
biaya lainnya (pemasaran, administrasi, dan bunga), secara total mengalami kenaikan.

B. Analisis Market Value Added (MVA) & Economic Value Added (EVA)
Economic Value Added (EVA) didefinisikan secara umum sebagai laba yang
tertinggal setelah dikurangi biaya modalnya (cost of capital). Stewart (Utomo, 1999:36)
menyatakan:”Economic Value Added (EVA) is a residual income measure that substract
the cost of capital from the operating profits generated in the business”. EVA adalah nilai
tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya pada periode
tertentu.
Pengertian EVA menurut S.David Young & Stephen F. O’Byrne adalah tolok
ukur kinerja keuangan dengan mengukur perbedaan antara pengembalian atas modal
perusahaan dengan biaya modal (S.David Young & Stephen F. O’Byrne, 2001:831).
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa Economic
Value Added (EVA) merupakan jumlah uang yang diciptakan oleh perusahaan dengan
mengurangkan beban modal dari Net Operating After Tax (NOPAT) yang
menggambarkan pengembalian atas modal yang dikeluarkan untuk investasi oleh
perusahaan.
Konsep EVA/Nilai Tambah Ekonomis merupakan pendekatan baru dalam menilai
kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil ekspektasi para penyandang dana.
Tidak seperti ukuran kinerja konvensional, konsep EVA dapat berdiri sendiri tanpa perlu
dianalisa perbandingan dengan perusahaan sejenis ataupun membuat analisa
kecenderungan/trend. Nilai Tambah Ekonomis positif jika pengembalian yang dihasilkan
lebih tinggi daripada tingkat pengembalian yang diinginkan investor. Sedangkan Nilai
Tambah Ekonomis negatif menandakan bahwa nilai perusahaan berkurang sehingga
tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih rendah daripada tingkat pengembalian yang
dituntut oleh investor, yang berarti perusahaan tidak berhasil menciptakan nilai bagi
pemilik modal.
Kelebihan dan Kekurangan Economic Value Added (EVA)
Kelebihan Economic Value Added (EVA), antara lain:
1. Bermanfaat sebagai penilai kinerja yang berfokus pada penciptaan nilai (value
creation) membuat perusahaan lebih memperhatikan struktur modal, dan dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan
pengembalian dari pada biaya modal.
2. Manajemen dipaksa untuk mengetahui berapa the true cost of capital dari
bisnisnya sehingga tingkat pengembalian bersih dari modal yang merupakan
hal sesungguhnya menjadi perhatian para investor dapat diperlihatkan secara
jelas.
3. Nilai Tambah Ekonomis fokus penilaian kerja perusahaan pada penciptaan
nilai yaitu memaksimalkan nilai perusahaan dan meningkatkan nilai
pemegang saham. Sehingga para manajer akan berfikir dan bertindak seperti
halnya pemegang saham. Manajer memilih investasi yang memaksimalkan
tingkat pengembalian dan meminimkan tingkat biaya modal sehingga nilai
perusahaan dapat diminimumkan.
4. Nilai Tambah Ekonomis dapat digunakan untuk mengidentifikasi proyek yang
memberikan pengembalan yang lebih tinggi daripada biaya modalnya. Proyek
yang memberikan nilai sekarang dari total Nilai Tambah Ekonomis yang
positif menunjukkan bahwa proyek tersebut menciptakan nilai perusahaan.
Selain kelebihan yang dimiliki Nilai Tambah Ekonomis, Nilai Tambah
Ekonomis juga mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya sebagai berikut:
1. Nilai Tambah Ekonomis hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu
tahun tertentu. Seperti diketahui nilai suatu perusahaan adalah merupakan
akumulasi Nilai Tambah Ekonomis selama umur perusahaan. Dengan
demikian, bisa saja suatu perusahaan memiliki Nilai Tambah Ekonomis positif
pada tahun yang berlaku, tetapi nilai perusahaan tersebut rendah karena Nilai
Tambah Ekonomis dimasa mendatang negative.
2. Proses perhitungan Nilai Tambah Ekonomis memerlukan estimasi atas biaya
modal dan estimasi ini terutama untuk perusahaan-perusahaan yang belum go
public sulit dilakukan dengan tepat.
3. Dalam perhitungan Nilai Tambah Ekonomis masih disasarkan pada laporan
keuangan yang memungkinkan dapat direkayasa pembukuannya untuk
mendapatkan Nilai Tambah Ekonomis yang positif.

Pengertian Market Value Added (MVA)


Young & O’Byrne (2001:26) menyatakan bahwa Market Value Added (MVA)
adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan utang) dan modal
keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan. MVA secara teknis diperoleh dengan
cara mengalikan selisih antara harga pasar per lembar saham (stock price per share) dan
nilai buku per lembar saham (book value per share). Nilai pasar adalah nilai perusahaan.
Yakni jumlah nilai pasar dari semua tuntutan modal terhadap perusahaan oleh pasar
modal pada tanggal tertentu. MVA meningkat hanya jika modal yang diinvestasikan
mendapatkan angka pengembalian lebih besar dari pada biaya modal. Semakin besar
MVA, semakin baik. MVA yang negatif berarti nilai dari investasi yang dijalankan
manajemen kurang dari modal yang diserahkan kepada perusahaan oleh pasar modal,
yang berarti bahwa kekayaan telah dimusnahkan (Young, 2001:27).
MVA merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur keberhasilan
dalam memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan mengalokasikan sumber-
sumber yang sesuai.MVA juga merupakan indikator yang dapat mengukur seberapa besar
kekayaan perusahaan yang telah diciptakan untuk investornya atau MVA menyatakan
seberapa besar kemakmuran yang telah dicapai.
Kelebihan dan Kekurangan Market Value Added (MVA)
Kelebihan Market Value Added (MVA) menurut Zaky dan Ary (2002:139), MVA
merupakan ukuran tunggal dan dapat berdiri sendiri yang tidak membutuhkan analisis
trend maupun norma industry sehingga bagi pihak manajemen dan penyedia dana akan
lebih mudah dalam menilai kinerja perusahaan. Sedangakan kelemahan MVA adalah,
MVA hanya dapat diaplikasikan pada perusahaan yang sudah go public saja.
Hubungan EVA dan MVA
EVA dan MVA memiliki hubungan tetapi hubungan antara EVA dan MVA
merupakan hubungan yang tidak langsung. Jika pada perusahaan memiliki sejarah EVA
yang bagus maka secara tidak langsung juga memiliki MVA yang bagus juga. Harga
saham yang merupakan unsur utama MVA, lebih tergantung pada ekspektasi kinerja di
masa mendatang dari pada suatu kinerja historis oleh sebab itu, sebuah perusahaan
dengan sejarah nilai EVA negatif dapat saja memiliki MVA yang positif, asalkan para
investornya mengharapkan terjadinya suatu perubahan arah di masa mendatang.
Ketika EVA atau MVA digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajerial sebagai
bagian dari program kompensasi intensif, EVA adalah ukuran yang umum digunakan.
Alasan pertama, EVA menunjukkan nilai tambah yang terjadi selama suatu tahun
tertentu, sedangkan MVA mencerminkan kinerja perusahaan sepanjang hidupnya, bahkan
mungkin termasuk masa-masa sebelum manajer yang ada sekarang dilahirkan. Kedua,
EVA dapat diterapkan pada masing-masing divisi atau unit-unit yang lain dari sebuah
perusahaan besar, sedangkan MVA harus diterapkan untuk perusahaan secara
keseluruhan (Brigham&Weston, 2006:70).
Menurut Warsono (2003:49), MVA perusahaan selama periode tertentu, secara teoritis dapat
didefinisikan sebagai nilai sekarang dari seluruh EVA dimasa mendatang yang diharapkan
(expected fulure EVA). Ini berarti MVA merupakan jumlah nilai sekarang dari keseluruhan EVA
dimasa yang akan datang yang diharapkan. Berdasarkan definisi ini, jika investor mengharapkan
EVA nol pada satu tahun yang akan datang, maka mereka mengharapkan tidak ada nilai yang
diciptakan, sehingga saham akan dijual pada nilai bukunya. Saham akan dijual di atas nilai
bukunya. Jika investor mengharapkan EVA positif dan sebaliknya saham akan dijual di bawah
nilai bukunya jika EVA yang diharapkan negatif.

C. Analisis Sumber dan Penggunaan Dana


Analisis sumber dan penggunaan dana, atau sering juga disebut dengan analisa
aliran dana, merupakan alat analisa financial yang digunakan untuk mengetahui dari
mana dana didapatkan dan untuk apa dana itu digunakan. Laporan yang menggambarkan
dari mana dana didapatkan dan untuk apa dana itu digunakan disebut dengan Laporan
Sumber dan Penggunaan Dana.
Pengertian dana yang digunakan dalam analisis sumber dan penggunaan dana
dalam artian sempit diartikan sebagai Kas. Sedangkan dalam artian luas  diartikan
sebagai Modal Kerja. Untuk menyusun laporan sumber dan penggunaan dana, langkah
pertama yang harus dilakukan adalah membuat Laporan Perubahan Neraca yang disusun
dari neraca dari dua tahun berurutan. Laporan ini menggambarkan perubahan dari
masing-masing elemen neraca dari neraca awal menjadi neraca akhir. Perubahan masing-
masing elemen tersebut perlu dilakukan analisis, yaitu elemen-elemen mana saja yang
akan memperbesar dana dan elemen-elemen mana saja yang akan memperkecial dana.
Elemen yang memperbesar dana kan menjadi sumber dana, dan elemen yang
memperkecil dana akan menjadi penggunaan dana.
Dana dalam Artian Kas
Langkah-langkah penyusunan laporan sumber dan penggunaan dana :
1. Menyusun laporan perubahan neraca yang menggambarkan neraca dari dua periode
yang ingin dianalisa (bulanan atau tahunan)
2. Mengelompokkan perubahan-perubahan tersebut dalam golongan yang memperbesar
kas dan memperkecil jumlah kas
3. Mengelompokkan elemen-elemen dalam laporan rugi laba atau laporan laba yang
ditahan ke dalam golongan yang memperbesar jumlah kas atau memperkecil jumlah
kas
4. Mengadakan konsolidasi dari semua informasi tersebut ke dalam laporan sumber
sumber dan penggunaan dana
Sumber-sumber dana dalam artian kas
1. Berkurangnya aktiva lancar selain kas
2. Berkurangnya aktva tetap
3. Bertambahnya setiap jenis utang
4. Bertambahnya modal
5. Adanya keuntungan dari operasi perusahaan
6. Penyusutan
Penggunaan dana dalam artian kas
1. Bertambahnya aktiva lancar selain kas
2. Bertambahnya aktiva tetap
3. Berkurangnya setiap jenis utang
4. Berkurangnya modal
5. Pembayaran cash deviden
6. Adanya kerugian operasional perusahaan
Dana dalam Artian Modal Kerja
Dalam laporan sumber dan penggunaan modal kerja tidak tercantum di dalamnya
sumber-sumber dari penggunaan dana yang berasal dari unsur-unsur modal kerja sendiri,
karena perubahan-perubahan yang hanya menyangkut unsur-unsur  aktiva lancar  dan
utang lancar saja – kedua  accounts tersebut disebut current accounts – tidak akan
mengkibatkan perubahan modal kerja (netto).
Dengan demikian maka jumlah modal kerja hanya akan berubah jika ada
perubahan unsur-unsur Non-Current Account (aktiva tetap, utang jangka panjang dan
modal sendiri). Yang mempunya efek memperbesar modal disebut sebagai sumber modal
kerja. Sedangkan yang mempunyai efek mengurangi modal kerja disebut sebagai
penggunaan modal kerja.
Apabila Sumber > Penggunaan, berarti mempunyai efek positif terhadap modal
kerja yaitu akan menambah modal kerja, sebaliknya jika penggunaan > sumber, maka
efeknya adalah memperkecil modal kerja. Dan jika sumber = penggunaan, maka tidak
ada efek terhadap modal kerja, artinya modal kerja tidak berubah. Sumber-sumber dana
dalam artian modal kerja:
1. Berkurangnya aktiva tetap
2. Bertambahnya utang jangka panjang
3. Bertambahnya modal
4. Adanya keuntungan dari operasional perusahaan
5. Penyusutan
Penggunaan dana dalam artian modal kerja
1. Bertambahnya aktiva tetap
2. Berkurangnya utang jangka panjang
3. Berkurangnya modal
4. Pembayaran cash deviden
Adanya kerugian dari operasional perusahaan

Anda mungkin juga menyukai