OLEH:
KELOMPOK: 3
PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS WARMADEWA
TAHUN PELAJARAN 2021/2022
A. Analisis Indeks dan Common Size
Analisis indeks/trend adalah salah satu metode analisis laporan keuang untuk
mengetahui kecenderungan atau tendendi keadaan keuangan duatu perusahaan apakah
naik, turun atau tetap. Kecenderungan posisi keuangan yang disusun untuk tiga periode
atau lebih. Untuk melihat trend tersebut digunakan angka indeks 100. Oleh karena itu
teknk analisisnya disebut analisis indeks.
Analisis ini merubah semua angka dalam laporan keuangan pada tahun dasar
menjadi 100. Pemilihan tahun dasar bukanlah selalu tahun yang paling awal, tetapi tahun
yang diangga normal. Dengan demikian analisis ini dilakukan untuk membandingkan
perkembangan dari waktu ke waktu. Berdasarkan sifat analisis tersebut maka hanya
laporan neracalah yang bias disajikan dalam bentuk indeks karena untuk laporan laba rugi
hanya tersedia satu tahun pelaporan. Cara penyusunan laporan dengan indeks :
a. Menentukan tahun dasar.
b. Menentukan angka indeks pada periode tahun yang dianalisis.
c. Pos-pos dari periode laporan yang dianalisis dibandingkan dengan pos-pos yang sama
dalam laporan keuangan tahun dasar.
d. Dalam menghitung rasio trend/kecenderungan pada umumnya tidak semua pos-pos
neraca dan laporan laba rugi dari beberapa periode tersebut dihitung, karena tujuan
utama dari perhitungan rasio adalah membut perbandingan anntara pos-pos yang
mempunyai hubungan informasi dengan pos-pos lainnya.
Trend dari suatu pos neraca atau aba rugi hanyalah merupakan data, dan belum
menjadi informasi. Ia akan menjadi informasi kalau dikaitkan dengan pos-pos lainnya.
Misalkan kenaikan penjualan dikaitkan dengan: aktiva produktif dalam periode yang
sama, harga pokok penjualan dan biaya operasi.
Kecenderungan naiknya penjualan selama beberapa periode dikaitkan dengan
aktiva yang beroperasi/produktif dalam periode yang sama akan diperoleh informasi
besarnya tingkat perputaran aktiva.
Analisis common size adalah analisis ini merubah angka-angka yang ada dalam
neraca dan laporan laba rugi menjadi presentase berdasarkan dasar tertentu. Untuk angka-
angka yang ada dalam neraca, common basenya adalah total aktiva. Dengan kata lain
total aktiva dipergunakan sebagai 100%. Untuk angka dalam laporan laba rugi, penjualan
neto dipergunakan sebagai 100%.
Penyajian dalam common size akan mempermudah pembaca laporan keuangan
memerhatikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam neraca. Laporan keuangan dalam
persentase per-komponen (Common-size statement) menyatakan masing-masing posnya
dalam satuan persen atas dasar total kelompoknya, cara penyusunan laporan keuangan ini
disebut teknik analisis common-size dan termasuk metode analisis vertikal.
Suatu neraca yang disusun dalam persentase per-komponen (Common-size
statement) dapat memberikan informasi sebagai berikut:
1. Komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dapat memberikan gambaran tentang
posisi relatif aktiva lancar terhadap aktiva tak lancar.
2. Struktur modal (komposisi pasiva), yang dapat memberikan gambaran mengenai
posisi relatif utang perusahaan terhadap modal sendiri.
Apabila Neraca dalam persentase per-komponen disusun secara komparatif
(misalnya dua tahun berturut-turut), dapat memberikan informasi mengenai perubahan
komposisi, baik komposisi investasi maupun struktur modal. Laporan laba-rugi yang
disusun dalam persentase per-komponen (Common-size percentage) dapat
menggambarkan distribusi/alokasi setiap Rp 1,00 penjualan kepada masing-masing
elemen biaya dan laba. Apabila disusun secara komparatif, dapat menggambarkan
perubahan distribusi tersebut.
B. Analisis Market Value Added (MVA) & Economic Value Added (EVA)
Economic Value Added (EVA) didefinisikan secara umum sebagai laba yang
tertinggal setelah dikurangi biaya modalnya (cost of capital). Stewart (Utomo, 1999:36)
menyatakan:”Economic Value Added (EVA) is a residual income measure that substract
the cost of capital from the operating profits generated in the business”. EVA adalah nilai
tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya pada periode
tertentu.
Pengertian EVA menurut S.David Young & Stephen F. O’Byrne adalah tolok
ukur kinerja keuangan dengan mengukur perbedaan antara pengembalian atas modal
perusahaan dengan biaya modal (S.David Young & Stephen F. O’Byrne, 2001:831).
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa Economic
Value Added (EVA) merupakan jumlah uang yang diciptakan oleh perusahaan dengan
mengurangkan beban modal dari Net Operating After Tax (NOPAT) yang
menggambarkan pengembalian atas modal yang dikeluarkan untuk investasi oleh
perusahaan.
Konsep EVA/Nilai Tambah Ekonomis merupakan pendekatan baru dalam menilai
kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil ekspektasi para penyandang dana.
Tidak seperti ukuran kinerja konvensional, konsep EVA dapat berdiri sendiri tanpa perlu
dianalisa perbandingan dengan perusahaan sejenis ataupun membuat analisa
kecenderungan/trend. Nilai Tambah Ekonomis positif jika pengembalian yang dihasilkan
lebih tinggi daripada tingkat pengembalian yang diinginkan investor. Sedangkan Nilai
Tambah Ekonomis negatif menandakan bahwa nilai perusahaan berkurang sehingga
tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih rendah daripada tingkat pengembalian yang
dituntut oleh investor, yang berarti perusahaan tidak berhasil menciptakan nilai bagi
pemilik modal.
Kelebihan dan Kekurangan Economic Value Added (EVA)
Kelebihan Economic Value Added (EVA), antara lain:
1. Bermanfaat sebagai penilai kinerja yang berfokus pada penciptaan nilai (value
creation) membuat perusahaan lebih memperhatikan struktur modal, dan dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan
pengembalian dari pada biaya modal.
2. Manajemen dipaksa untuk mengetahui berapa the true cost of capital dari
bisnisnya sehingga tingkat pengembalian bersih dari modal yang merupakan
hal sesungguhnya menjadi perhatian para investor dapat diperlihatkan secara
jelas.
3. Nilai Tambah Ekonomis fokus penilaian kerja perusahaan pada penciptaan
nilai yaitu memaksimalkan nilai perusahaan dan meningkatkan nilai
pemegang saham. Sehingga para manajer akan berfikir dan bertindak seperti
halnya pemegang saham. Manajer memilih investasi yang memaksimalkan
tingkat pengembalian dan meminimkan tingkat biaya modal sehingga nilai
perusahaan dapat diminimumkan.
4. Nilai Tambah Ekonomis dapat digunakan untuk mengidentifikasi proyek yang
memberikan pengembalan yang lebih tinggi daripada biaya modalnya. Proyek
yang memberikan nilai sekarang dari total Nilai Tambah Ekonomis yang
positif menunjukkan bahwa proyek tersebut menciptakan nilai perusahaan.
Selain kelebihan yang dimiliki Nilai Tambah Ekonomis, Nilai Tambah
Ekonomis juga mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya sebagai berikut:
1. Nilai Tambah Ekonomis hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu
tahun tertentu. Seperti diketahui nilai suatu perusahaan adalah merupakan
akumulasi Nilai Tambah Ekonomis selama umur perusahaan. Dengan
demikian, bisa saja suatu perusahaan memiliki Nilai Tambah Ekonomis positif
pada tahun yang berlaku, tetapi nilai perusahaan tersebut rendah karena Nilai
Tambah Ekonomis dimasa mendatang negative.
2. Proses perhitungan Nilai Tambah Ekonomis memerlukan estimasi atas biaya
modal dan estimasi ini terutama untuk perusahaan-perusahaan yang belum go
public sulit dilakukan dengan tepat.
3. Dalam perhitungan Nilai Tambah Ekonomis masih disasarkan pada laporan
keuangan yang memungkinkan dapat direkayasa pembukuannya untuk
mendapatkan Nilai Tambah Ekonomis yang positif.