Anda di halaman 1dari 9

Tugas 11

Studi Kelayakan Bisnis (AGB 332)


Kelas Praktikum Paralel 1
“ANALISIS SENSITIVITAS DAN SWITCHING VALUE”

Oleh Kelompok 7 :
1. Depicha Zambustya Z (H341800
33)
2. Neng Yosi Angraeni (H341800
51)
3. Sem Abraham Mamre (H341800
86)
4. Siti Ira Sinta Wati (H341801
14)
5. Randhy Zuwendri (H341801
25)

Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
IPB University

Dosen Praktikum : Triana Gita Dewi, SE, M,Si, MS


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam membangun suatu bisnis, aspek modal menjadi salah satu aspek yang menjadi
perhatian khusus. Laporan arus kas merupakan salah satu aspek modal yang menjadi sumber
informasi serta menjadi acuan kelangsungan suatu usaha. Arus kas merupakan nadi dari sautu
usaha, sehingga perlu di atur agar tidak mengalami ketimpangan antara pemasukan dan
pengeluaran. Laporan arus kas merupakan laporan yang berisi informasi mengenai penerimaan
serta pengeluaran kas dari berbagai input dalam suatu bisnis pada suatu periode waktu.
Penyusunan laporan arus kas perlu dilakukan secara mendetail agar informasi yang disajikan
dapat jelas dipahami, baik oleh investor. Ada 3 aktivitas yang biasanya dicatat didalam laporan
arus kas diantaranya aktivitas operasi, meliputi segala kegiatan dan beban operasional
perusahaan secara langsung. Artinya semua transaksi seperti penggajian karyawan, penjualan
barang/jasa, utang dan lain lain termasuk dalam aktivitas operasi. Berikutnya adalah aktivitas
investasi, berbeda dengan aktivitas operasional yang bersifat langsung, aktivitas investasi
cenderung melakukan transaksi terhadap aset yang bersifat jangka panjang atau aset tetap.
Terakhir ada aktivitas pendanaan, kegiatan yang termasuk aktivitas pendanaan yaitu kegiatan
yang berkaitan erat dengan permodalan, seperti pengeluaran dan pemasukan dari ekuitas
pemilik maupun kewajiban jangka panjang.
Penyusunan arus kas perlu dilakukan secara teliti, karena apabila terjadi kesalahan
maka informasi yang disajikan akan menjadi rancu baik bagi perusahaan saat ini maupun
kedepannya. Hal itu karena laporan arus kas dipakai juga sebagai perbandingan dalam menilai
perkembangan suatu usaha dan menentukan kelayakan bisnis berdasarkan kriteria investasi.
Maka dari itu pengusaha perlu menyusun laporan arus kas dengan sebaik mungkin. Analisis
sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada
kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau manfaat, didasarkan
kepada proyeksi-proyeksi yang mengandung unsur ketidakpastian tentang apa yang terjadi di
masa yang akan datang. Ketidakpastian itu dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan
suatu proyek bisnis dalam beroperasi untuk menghasilkan laba perusahaan. Suatu proyek
sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan seperti: 1. Kenaikan biaya-biaya, hal ini
mempengaruhi biaya dan netto. Proyek cenderung sensitif terhadap biaya karena umumnya
biaya seringkali diperkirakan sebelum proyek dilaksanakan, sedangkan kenaikan biaya terjadi
saat setelah proyek dilaksanakan. 2. Harga jual output turun yang berpengaruh terhadap
manfaat dan tingkat penjualan secara finansial maupun ekonomi. 3. Hasil dari produksi yang
akan mempengaruhi manfaat 4. Keterlambatan dalam pemesanan dan penerimaan peralatan
baru, mempengaruhi biaya maupun manfaat yang akhirnya akan mempengaruhi manfaat
netto.
Switching value ini merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari
perubahan suatu komponen inflow penurunan harga output, penurunan produksi atau
perubahan komponen outflow peningkatan harga inputpeningkatan biaya produksi yang masih
dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Oleh karena itu perubahan jangan melebihi
nilai tersebut. Bila melebihi maka bisnis menjadi tidak layak untuk dijalankan. Perhitungan ini
mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol NPV=0.
Perbedaan mendasar antara analisis sensitivitas yang biasa dilakukan dengan analisis switching
value ini adalah pada analisis sensitivitas besarnya perubahan sudah diketahui secara empirik
misal: kenaikan harga bahan baku 4 untuk selanjutnya dihitung dampaknya terhadap hasil
kelayakan. Sedangkan pada switching value justru perubahan tersebut yang dicari misal:
berapa perubahan maksimum dari kenaikan harga bahan baku yang masih dapat ditoleransi
agar bisnis masih tetap layak. Hal ini menunjukkan bahwa harga bahan baku tidak boleh naik
melebihi nilai pengganti tersebut. Bila melebihi nilai pengganti tersebut, maka bisnis tidak
layak atau NPV 0. Analisis switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara coba-
coba perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat perubahan di dalam komponen inflow
atau outflow.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana hasil laporan cashflow dan laba rugi pada budidaya tanaman hias kaktus?
2. Bagaimana kriteria investasi pada budidaya tanaman hias kaktus?
3. Bagaimana analisis Sensitivitas dan Switching Value?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui hasil laporan cashflow dan laba rugi pada budidaya tanaman hias kaktus.
2. Mengetahui kriteria investasi pada budidaya tanaman hias kaktus.
3. Mengetahui analisis Sensitivitas dan Switching Value
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analisis hasil laporan cashflow dan laba rugi pada budidaya tanaman hias kaktus
2.1.1 Asumsi Finansial
1. Perusahaan menggunakan modal sendiri
(Pemilik usaha memiliki modal dari usaha sebelumnya, sehingga tidak perlu untuk
melakukan pinjaman)
2. Perusahaan dikenakan pajak (PPN 10%)
3. Lahan sewa seluas 1 ha dengan biaya 7.500.000 per tahun (Lokasi usaha berada di
wilayah padat penduduk, sehingga lahan hanya 1 ha)
4. Umur bisnis adalah 8 tahun (Lama usaha)
5. Perhitungan penyusutan dilakukan dengan metode garis lurus
6. Terjadi penurunan produksi kaktus sebesar 30%, karena perubahan iklim dan cuaca
7. Terjadi kenaikan harga input, yakni polybag sebesar 40% akibat adanya himbauan
untuk mengurangi penggunaan plastik.

2.1.2 Biaya Investasi Pada Istana Bunga Kaktus

2.1.3 Biaya Operasional pada Istana Bunga Kaktus

BIAYA TENAGA KERJA

BIAYA SARANA PRODUKSI

BIAYA AKTIVITAS PASCAPANEN


Biaya Tetap
Biaya Sewa Lahan

2.1.4 Penerimaan pada Usaha Istana Bunga Kaktus

2.1.5 Cashflow pada Usaha Budidaya Istana Bunga Kaktus


Berdasarkan cashflow Budidaya kaktus di Istana Bunga Kaktus, Lembang,
diketahui bahwa Net Benefit (keuntungan bersih) mengalami perbedaan pada tahun
tertentu. Pada tahun pertama, net benefitnya bernilai negatif yaitu Rp. - 206,009,750
daripada net benefit tahun lainnya. Pada tahun ke-2, 3, dan 5 Istana Bunga Kaktus
menerima net benefit sebanyak Rp 189,855,300 yang dikarenakan pada tahun
tersebut Istana Bunga Kaktus tidak melakukan investasi maupun reinvestasi. Pada
tahun ke- 4 dan 7, Istana Bunga Kaktus mendapatkan net benefit sebesar Rp
184,053,000 karena pada tahun ini Istana Bunga Kaktus melakukan reinvestasi
timba dan terpal (Rp 1,260,000), cangkul (Rp 1,226,000), golok dan sabit (Rp 2,568,300),
serta peralatan tambahan lainnya (Rp 748,000). Pada tahun ke -6 Istana Bunga
Kaktus mendapatkan net benefit sebesar Rp 178,149,300 karena melakukan
reinvestasi pompa air (Rp 6,840,000) serta selang air dan gunting (Rp 4,866,000). Pada
tahun ke -8 Istana Bunga Kaktus mendapatkan net benefit terbesar, yaitu Rp
196,961,800 karena Istana Bunga Kaktus memiliki nilai sisa sebesar Rp 7,106500

2.1.6 Laporan Laba Rugi Istana Bunga Kaktus

Berdasarkan laporan laba rugi Budidaya kaktus di Istana Bunga Kaktus, Lembang,
diketahui bahwa performa Istana Bunga Kaktus sangatlah bagus karena hasil laba bersih
setelah pajak setiap tahunnya bernilai positif dimulai pada tahun ke-2. Sedangkan pada
tahun pertama labanya negatif dikarenakan modal usaha dipergunakan seluruhnya untuk
investasi dan memulai usaha.

2.2 Kriteria investasi pada budidaya tanaman hias kaktus


Berdasarkan tabel kriteria investasi, nilai NPV nya adalah Rp. 732,351,028.25 yang
berarti niilainya positif. Artinya bisnis tersebut layak dijalani pada nilai discount factor 7,5%.
Sedangkan IRR yang berada di nilai 90.56% sementara nilai DF nya adalah 7,5% , yang berarti
bisnis tersebut layak untuk dijalankan. Nilai Gross B/C menunjukkan angka 1,62 , angka ini
mengambarkan pengaruh adanya tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima.
Angka 1,62 artinya tambahan manfaat yang didapatkan lebih besar dari tambahan biaya,
berarti bisnis tersebut layak untuk dijalankan. Net B/C Ratio dengan nilai 3.55 artinya rasio
manfaat bersih yang di hasilkan oleh bisnis ini lebih besar dibandingkan kerugian yang di dapat,
tandanya bisnis ini layak dijalankan. Nilai Payback Period yang berkisar 2 tahun 1 bulan
menurut kami tidak terlalu lama. Sehingga para investor bisa berinvestasi di bisnis ini dan
mendapatkan modalnya kembali pada 2 tahun dan 2 bulan setelah bisnis berkembang.
Akhirnya dari kriteria kriteria yang ada, bisnis kaktus ini sangat layak dijalankan Selain itu,
apabila para investor ingin menanamkan modal, payback period nya adalah 2 tahun 2 bulan.
Periode yang tidak cukup lama membuat bisnis layak untuk menjadi wadah investasi.

2.3 Analisis Sensitivitas dan Switching Value


2.3.1 Analisis Sensitivitas
Pada kondisi normal nilai bisnis budidaya kaktus ini layak untuk dijalankan karena telah
memenuhi kriteria kelayakan investasi. Pada saat terjadi kondisi terjadi penurunan produksi
sebesar 30%, usaha budidaya kaktus juga masih layak dijalankan walaupun terdapat
penurunan perolehan manfaat bersih. Pada kondisi kenaikan harga input polybag
menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan yang sangat signifikan pada bisnis kaktus
tersebut. Secara umum dapat disimpulkan bahwa bisnis budidaya ini lebih sensitif terhadap
perubahan pada nilai produksi (yakni penurunan produksi), sedangkan pada kenaikan harga
input polybag bisnis budidaya ini tidak terpengaruh secara signifikan. Secara umum dapat
disimpulkan bahwa bisnis budidaya ini lebih sensitif terhadap perubahan pada nilai produksi
(yakni penurunan produksi), sedangkan pada kenaikan harga input pupuk kimia bisnis budidaya
ini tidak terpengaruh secara signifikan.

2.3.2 Switching Value


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan laporan cashflow dan laba rugi Budidaya kaktus di Istana Bunga
Kaktus, Lembang, diketahui bahwa performa Istana Bunga Kaktus sangat bagus karena
hasil net benefit dan laba bersih setelah pajak setiap tahunnya bernilai positif dimulai
pada tahun ke-2. Sedangkan pada tahun pertama labanya negatif dikarenakan modal
usaha dipergunakan seluruhnya untuk investasi dan memulai usaha. Berdasarkan tabel
kriteria investasi, bisnis Budidaya kaktus di Istana Bunga Kaktus sangat layak dijalankan.
Selain itu, apabila para investor ingin menanamkan modal, dengan payback period nya
adalah 2 tahun 2 bulan menunjukkann periode yang tidak cukup lama membuat bisnis
layak untuk menjadi wadah investasi.

3.2 Saran
Pada hasil laporan cashflow dan laba rugi menunjukkan hasil yang positif bagi
budidaya tanaman hias kaktus di Lembang, sehingga harus terus dipertahankan dan juga
ditingkatkan bagi pengusaha agar terus berkembang. Begitu juga dengan tabel kriteria
investasi yang menunjukkan sangat layaknya bisnis Budidaya kaktus di Istana Bunga
Kaktus dijalankan sehingga diharapkan terus melakukan inovasi dan menggunakan
sumberdaya secara efektif dan efisien agar mendapat hasil yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA

123dok. Analisis Sensitivitas Analisis Nilai Pengganti Switching Value Analysis. https://text-
id.123dok.com/document/7q0g8lvlz-analisis-sensitivitas-analisis-nilai-pengganti-switching-
value-analysis.html. Diakses pada 30 November 2020
Agrowindo. 2015. Peluang Usaha Budidaya Kaktus dan Analisa
Usahanya. http://www.agrowindo.com/peluang-usaha-budidaya-kaktus-dan-analisa-
usahanya.htm.
diakses pada 16 November 2020
Hairia. 2017. Laporan Arus Kas : Pengertian, Cara, Tujuan, dan Contoh.
https://dosenakuntansi.com/laporan-arus-kas diakses pada 16 November 2020
LAMPIRAN

Tabel Biaya Investasi

Tabel Biaya Operasional

Tabel Analisis Sensitivas

Analisis Sensitivitas NPV (i = 7.5%) Net B/C Ratio IRR


Kondisi Normal 732,351,028.25 3.55 90.56%
Kondisi Produksi Turun 30% 213,231,132.74 1.04 35.18%
Kondisi Harga Polybag Naik 40% 644,491,474.93 2.92 77.05%

Tabel Analisis Switching Value

Anda mungkin juga menyukai