Anda di halaman 1dari 21

USAHATANI MASA DEPAN DAN ANALISA USAHATANI

KOMODITI WORTEL
Memenuhi Tugas Akhir Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Usahatani

Dosen Pengampu:
Ir. Heru Santoso Hadi Subagyo, SU.

Disusun Oleh:
Fajar Pradana 175040107111021

Kelas: M
Program Studi: Agribisnis

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
rahmat-Nya sehingga tugas akhir usahatani ini dapat disusun hingga selesai.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ir. Heru Santoso Hadi Subagyo, SU. Selaku dosen pengampu mata kuliah
Usahatani.
2. Pihak-pihak yang telah membantu dan berkontribusi dalam penyusunan
laporan akhir ini.
Penulis berharap semoga tugas akhir usahatani tentang pertanian masa
depan dan analisa usahatani wortel dapat bermanfaat guna menambah ilmu dan
wawasan serta pengetahuan pembaca serta dapat memenuhi kewajiban sebagai
tugas pertanggung jawaban atas ujian akhir semester. Harapan untuk kedepannya
agar dapat diperbaiki maupun menambah isi atau sejenisnya sehingga menjadi
lebih baik. Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis masih
mempunyai kesalahan maupun kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu,
diharapkan bila ada kritik, saran, dan tanggapan yang membangun dari pembaca
guna perbaikan makalah ini.

Malang, 12 November 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
Fungsi Produksi.....................................................................................................1
Analisa Usahatani wortel.......................................................................................2
Pertanian Masa depan............................................................................................7
Kesimpulan............................................................................................................14
Daftra Pustaka.......................................................................................................15
I. Fungsi produksi
Menurut Oxford Dictionary, function artinya “purpose of thing or person,
formal social event, part of a program”. Yaitu function adalah tujuan dalam
sesuatu atau bagian dari sebuah program. Fungsi produksi adalah suatu bagian
fungsi yang ada pada perusahaan yang bertugas untuk mengatur kegiatan-kegiatan
yang diperlukan bagi terselenggaranya proses produksi. Dengan mengatur
kegiatan itu maka diharapkan proses produksi akan berjalan lancar dan hasil
produksi pun akan bermutu tinggi sehingga dapat diterima oleh masyarakat
pemakainya.
Bagian produksi dalam menjalankan tugasnya tidaklah sendirian, akan
tetapi bersama-sama dengan bagian-bagian lain seperti bagian pemasaran, bagian
keuangan serta bagian akuntansi. Oleh karena itu haruslah diadakan koordinasi
agar semua bagian dapat berjalan dengan lancar. Tugas utama dari bagian
produksi dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan perusahaan secara umum
adalah berusaha mencapai biaya produksi yang rendah, mutu produk yang tinggi,
tanggapan yang cepat atas permintaan, dan fleksibilitas untuk membuat beragam
barang yang sesuai dengan selera dan spesifikasi pelanggan (Amirullah, 2002).
Fungsi produksi menggambarkan teknologi yang dipakai oleh perusahaan,
industri, atau suatu perekonomian secara keseluruhan. Selain itu, fungsi produksi
akan menggambarkan tentang metode produksi yang efisien secara teknis. Metode
produksi yang efisien merupakan hal yang sangat diharapkan oleh produsen
(Malahayati,2012). Secara umum, fungsi produksi menunjukkan bahwa jumlah
barang produksi tergantung pada jumlah faktor produksi yang digunakan. Jadi
hasil produksi merupakan variable tidak bebas. Fungsi produksi dapat di tulis
sebagai berikut:
Q = (K,L,R,T)
Keterangan :
Q = Output
K = Kapital atau modal
L = Labour atau tenaga kerja
R = Resource atau sumber daya
T = Teknologi
Menurut Boediono (2000), fungsi produksi adalah suatu fungsi atau
persamaan yang menunjukkan hubungan antara faktor-faktor produksi (input)
dengan output yang dihasilkan. Fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut :
Y = f (X1, X2, X3, … Xn)
Y = Output X1, X2,
X3 = Input ke-1,2,3
Xn = Input Ke-n
Dalam proses produksi, perusahaan mengubah masukan (input) faktor
produksi (factors of production) menjadi keluaran (output). Misalnya sebuah
pabrik roti menggunakan input yang mencakup tenaga kerja dan bahan baku
seperti; terigu, gula dan modal yang telah diinvestasikan untuk panggangan, mixer
serta peralatan lain yang digunakan. Tentu saja setelah proses produksi berjalan
akan menghasilkan produk berupa roti.
II. Analisa Usahatani Wortel

Tanaman Wortel (Daucus carota L.) berasal dari Asia Timur dan Tengah
yang memiliki iklim sub-tropis. Tanaman Wortel berbentuk semak (perdu) yang
tumbuh tegak dengan ketinggian antara 30 cm-100 cm. Tanaman Wortel memiliki
umbi berwarna jingga kemerahan berbentuk lonjong yang sering dimakan sebagai
sumber gizi terutama vitamin A. Warna jingga kemerahan pada umbi Wortel ini
menandakan bahwa itu kaya akan senyawa karoten dan flavonoid yang dapat
berfungsi sebagai antioksidan.

Gambar 1. Wortel

Umbi Wortel sering dikonsumsi sebagai tambahan pada masakan seperti


sup ataupun bihun. Umbi ini disenangi banyak orang di kalangan masyarakat
karena rasanya yang enak dan gizinya yang berlimpah. Berikut klasifikasi dari
wortel kingdom: Plantae (Tumbuhan) sub, kingdom: Tracheobionta (Tumbuhan
Berpembuluh), super divisi: Spermatophyta (Tumbuhan Berbiji), divisi:
Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga), kelas : Magnoliopsida (Tumbuhan
Dikotil), sub kelas:  Rosidae, ordo : Apiales, famili :  Apiaceae, genus : Daucus,
spesies : Daucus carota L.

Wortel meupakan salah satu tanaman yang mempunyai beberapa manfaat


terutama kandungan vitamin A dan betakaroten yang tnggi yang mampu menjaga
kesehatan mata. Selian itu, wortel juga sering dipakai untuk melengkapi sayuran
dalam pemenuhan makanan. Wortel di bidang industry makanan mempunyai
peran penting dalam suplai dan pemenuhan menu makanan sehingga tanaman ini
mempunyai permintaan yang cenderung tinggi. Harga pasar pada komoditi wortel
sebesar Rp5.275/kg sedangkan pada jenis wortel organik tiap volume penjualan
sebesar Rp10.500/kg. Maka dari itu tanaman wortel mempunyai potensi atau
peluag usahatani yang mampu memberikan keuntungan ebih pada petani wortel.
Berikut uraian dan perhitungan analisa usahatani wortel yang pada lahan seluas 1
ha.
Biaya adalah nilai dari seluruh sumberdaya yang digunakan untuk
memproduksi suatu barang. Menurut Carter (2009), biaya adalah suatu nilai tukar,
pengeluaran, pengorbanan yang dikeluarkan untuk menjamin memperoleh
manfaat.
1. Biaya Produksi
Merupakan keseluruhan biaya yang dilakukan selama proses produksi
tanaman. Biaya produksi terdiri dari :
A. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya relatif tetap, dan secara tetap
dikeluarkan meskipun jumlah produksi banyak atau sedikit. Sehingga besarnya
biaya tetap tidak terpengaruh oleh besar kecilnya produksi yang dijalankan. Biaya
tetap total dapat dirumuskan sebagai berikut:
n
TFC =∑ Xi . Pxi
i=1

Keterangan:
TFC = total biaya tetap (Rp)
Xi = jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap
Pxi = harga input (Rp)
n = jumlah atau banyaknya input
B. Biaya Variabel
Dalam usahatani, yang termasuk biaya variabel adalah pengeluaran untuk
pembelian pupuk, bibit, benih, pestisida, biaya persiapan dan persewaan lahan,
serta biaya pengolahan lahan. Biaya variabel total dapat dirumuskan sebagai
berikut:
n
TVC =∑ VC
i=1

Keterangan:
VC = variable cost/ biaya variabel (Rp)
TVC = total variable cost/ jumlah dari biaya variabel (Rp)
3. Biaya Total
Biaya total (total cost) dapat diperoleh dari penjumlahan biaya
tetap dan biaya variabel, dapat dirumuskan sebagai berikut :
TC = TFC + TVC
Keterangan:
TC = Total Cost (Biaya total (Rp))
TFC = Total Fixed Cost (Biaya tetap total (Rp))
TVC = Total Variable Cost (Biaya variabel total (Rp))
Q = Quantitas Produk
4. Penerimaan
Usahatani akan menghasilkan produk atau output yang merupakan
penerimaan bagi petani jika dikalikan dengan harga produk. Kelebihan
penerimaan dari total biaya biaya merupakan keuntungan usahatani. Besar
kecilnya keuntungan yang diperoleh tergantung pada tinggi rendahnya biaya
produksi, harga komoditas, dan jumlah produk yang dihasilkan. Menurut
Soekartawi (2006) penerimaaan usahatani adalah perkalian antara jumlah
produksi dengan harga jual. Penerimaan dapat dirumuskan sebagai berikut:
TR= P x Q
Keterangan:
TR = Penerimaan Total (Rp)
P = Harga Produk (Rp/ unit)
Q = Jumlah Produksi (unit)
5. Pendapatan Usahatani
Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang
dikeluarkan. Data dari pendapatan usahatani dapat dijadikan ukuran suatu
usahatani menguntungkan atau merugikan dan dapat menjadi data pengukuran
untuk meningkatkan keuntungan usahatani (Soekartawi, 2006). Faktor-faktor
yang mempengaruhi pendapatan usahatani, antara lain: luas lahan, tingkat
produksi, pilihan dan kombinasi cabang usaha, intensitas pengusahapertanaman,
dan efisiensi tenaga kerja. Pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut:
π = TR – TC
Keterangan:
π = Pendapatan (Rp)
TR = Total Revenue (Penerimaan total (Rp))
TC = Total Cost (Biaya total (Rp))

A. Biaya Penyusutan
Tabel 9. Analisis Usahatani Bapak Sujito mengenai Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan
Uraian Jumla Harga awal Harga Tahun Biaya Biaya penyusutan/
h unit (Rp) akhir (Rp) ekonomis susut musim tanam
Cangk 1 90.000 20.000 5 12.000 6000
ul
Traktor 1 2000.000 500.000 5 300.000 150.000
Sekop 1 60.000 35.000 8 3.125 1562,2
Sabit 1 50.000 28.000 5 4.400 2.200
Sempr 1 480.000 200.000 5 56.000 28.000
otan
Total 187.762,5
Kegiatan usahatani dari Bapak Sujito menggunakan beberapa peralatan
untuk mendukung kelancaran usahataninya. Setiap peralatan memiliki harga dan
umur ekonomis yang berbeda. Dari hasil perhitungan mengenai biaya penyusutan
peralatan Bapak Sujito mengeluarkan biaya sebesar Rp187.762,5/musim tanam.
Tabel 1. Analisa biaya usahatani wortel
No Uraian Biaya Usahatani Wortel

Satuan Biaya Total

1 Penerimaan (TR) 12.217.054,26 12.217.054,26

2 Total Biaya Tetap (FC)

Pajak Lahan (ha) 1 48.062,03 387.762,5


Biaya Penyusutan 287.762,5
3 Total Biaya Variabel

Biaya Tenaga kerja 129.37 2.212.488,10 4.524.879,2


Pupukkandang (kg) 7.344,31 814.851,08
Pupuk Anorganik
Urea (kg) 178,42 319.359,45
ZA (kg) 42,06 68.920,85
SP36 (kg) 92,86 185.077,52
KCL (kg) 19,50 43.492,45
Pestisida (l) 3,08 238.610,77
Benih (kg) 20,42 525.489,60
Pupuk daun (kg) 0,01 510,00
Ponska (kg) 4,90 9.791,92
Kapur (kg) 4,24 25.622,20
Irigasi 23.561,81
Transportasi 76.091,39
5 Total Biaya (TC) = TFC 200.000+ 4.760.703,81
+T VC 1.514.762,5
6. Keuntungan (TR - TC) 12.217.054,26- 7.456.350,45
(Pendapatan) 4.760.703,81
7. R/C Rasio (TR/TC) 3.535.800/ 2,75
1.714.762,5
Biaya pembelian benih sekitar 11,04 % dari seluruh biaya yang benar-benar
dikeluarkan petani karena harga benih wortel yang berupa umbi setengah tua
mencapai Rp. 25.734,06/kg. Biaya yang dikeluarkan petani untuk selamatan,
irigasi dan pengangkutan hasil panen lebih kecil jika dibandingkan dengan biaya-
biaya tersebut di atas. a. Break Even Point (BEP) Penjualan dalam Unit
BEP unit = TFC / (P – VC/Q)
=387.762,5/(4.980/kg -1.327.000/ 710 kg)
=387.762,5/(4.980/kg -1769,3333)
=387.762,5/3.210,6667
=120,7732 kg
Usahatani yang dilaksanakan oleh Bapak Sujito pada lahan sawah seluas
1300m2 menghasilkan Break Even Point unit sebesar 120,7732 kg. Hal ini berarti
produksi padi minimal agar usahatani ini tidak merugi ketika Bapak Sujito
memproduksi padi sebanyak 120,7732 kg.
b. Break Even Point (BEP) Rupiah
TC
BEP Rupiah=
Q
Rp 4.760.703,81
¿
1318,37 kg
= Rp 3611,6
Berdasarkan hasilanalisa Break Even Point Rupiah pada usahatani padi
diperoleh nilai 3.611,6. Hal ini berarti menyatakan bahwa usahatani padi Bapak
Sujito akan mengalami titik impas jika menjual dengan harga Rp. 3.611,6 per unit.
Biaya irigasi yang dikeluarkan lebih kecil karena usahatani wortel ini terletak di
kaki gunung sehingga memungkinkan petani langsung mengairi lahan
pertaniannya dari sumber air di pegunungan atau dari aliran sungai yang ada.
Rendahnya biaya angkut disebabkan karena sebagian besar petani menjual hasil
produksinya kepada para tengkulak yang langsung mendatangi lahan pertanian
wortel sehingga petani tidak perlu mengeluarkan biaya angkut untuk menjualnya
ke pasar, selain itu ada beberapa petani yang mengangkut hasil panennya dengan
menggunakan gerobak dari kayu yang ditarik manusia atau kerbau miliknya
sendiri. Rata-rata biaya dalam satu kali musim tanam dalam mengusahakan wortel
sebesar Rp 4.760.703,82 per hektar. Harga rata-rata wortel per kilogram adalah
Rp. 926,77 dengan produksi sebesar 13.182,37 kg/ha sehingga diperoleh
penerimaaan sebesar Rp. 12.217.054,26.
dapat dilihat pada Tabel 1. menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan dari
usahatani wortel oleh petani sampel adalah sebesar Rp 7.456.350,45 per hektar.
Dari besarnya penerimaan dan biaya yang dikeluarkan petani dapat dihitung
besarnya R/C ratio yang menunjukkan efisiensi usaha tani wortel. R/C ratio wortel
ini sebesar 2,75. Hal ini berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan
akan menghasilkan penerimaan sebesar 2,75 rupiah. Nilai R/C rasio yang lebih
besar daripada satu ini memberikan informasi bahwa usaha tani yang dilakukan
petani wortel sudah efisien dan layak untuk diterapkan.
III. Pertanian Masa Depan
Sektor pertanian masih memegang peranan penting dalam tatanan
pembangunan nasional, karena selain bertujuan untuk menyediakan pangan bagi
seluruh penduduk, sektor pertanian juga merupakan sumber mata pencaharian
bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Keadaan alam Indonesia memungkinkan
untuk dilakukan pembudidayaan berbagai jenis tanaman pangan, baik lokal
maupun berasal dari luar negeri. Hal tersebut menyebabkan Indonesia ditinjau dari
aspek klimatologis sangat potensial dalam bisnis tanaman pangan dan
hortikultura.
Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-
bidang di lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari
PDBdunia. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat
dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini
memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai
realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia.
Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan
lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun hanya menyumbang
sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.
Pertanian masa depan adalah pertanian berkelanjutan, berlanjut untuk saat
ini, saat yang akan datang, dan selamanya. Artinya pertanian tetap ada,
bermanfaat dan tidak menimbulkan masalah bagi semuanya. Usaha tani (farming)
adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang
dilakukan dalam budidaya. Petani adalah sebutan bagi mereka yang
menyelenggarakan usaha tani. Pertanian ini meliputi komponen fisik, biologis,
dan social ekonomi yang direpresentasikan dengan sistem pertanian yang
terintegrasi secara baik, hal ini dapat didukung dengan penerapan usahatani.
Beberapa studi kasus future urban farming yang telah dlaksanakan anatara lain:
1. Precision Agriculture – Pertanian Berbasis Data

Di negara seperti AS dan New Zealand, pertanian sedang berubah menuju


industri besar yang sepenuhnya memakai teknologi canggih. Dengan jumlah
tenaga kerja minim, mereka mengembangkan teknologi yang mampu menggarap
lahan luas tanpa melewatkan setiap jengkal tanah dengan ketelitian luar biasa. Ini
yang disebut dengan Precision Agriculture.

Gambar Pertanian Berbasis Data

Umumnya pestisida dan bahan kimiawi ditebar atau disemprotkan ke


berbagai arah di ladang. Jumlahnya dilebihkan sebab petani menganggap itu lebih
baik daripada kekurangan. Namun selain boros, tanaman yang sehat pun ikut
terkena dampaknya.

2. Robot Cerdas Blue River

Robot dengan teknologi dari Blue River membantu traktor ‘melihat’ dan
‘memahami’ tanaman garapannya. Caranya, robot dipasang pada traktor seperti
layaknya alat penyemprot hama lain. Bedanya, kamera-kameranya yang
terhubung dengan software pintar bisa membedakan mana tumbuhan yang baik
dan mana yang mesti dibuang. Ketika dipakai di kebun selada, sasaran robot ini
adalah semak serta tanaman selada yang terlalu kecil atau tumbuhnya tumpang
tindih. Semburan herbisidanya menuju sasaran dengan ketepatan beberapa
sentimeter persegi. Teknik ini menghemat herbisida sampai 90%.

3. Drone Pertanian & Sensor Tanah

Teknologi lainnya adalah Agricultural drones dan Precision Hawks Data


Mapper. Drone memantau kondisi kesehatan tanaman dari atas area yang sangat
luas. Dari data terhimpun, petani tahu bagian mana kelebihan atau kekurangan
nitrogen, mana tanaman yang sehat dan mana yang sakit dan perlu diberi
perlakuan khusus. Sistem ini juga mampu memberi peringatan dini akan hadirnya
serangga perusak atau masalah lain yang bisa mengancam kehidupan tanaman.

Untuk membantu memahami karakter tanah, banyaknya sinar matahari,


serta kondisi cuaca terus menerus, mereka menancapkan banyak sensor di tanah.
Petani jadi tahu berapa banyak pupuk yang diperlukan di satu petak dan berapa di
petak yang lain. Selain hemat, cara ini mencegah kerusakan lingkungan sebab sisa
nitrogen dari pupuk yang tidak terserap tumbuhan bisa mencemari air tanah dan
merugikan habitat ikan atau mahluk hidup lain.

Gambar Drone Pertanian & Sensor Tanah

Traktor tanpa supir sudah banyak diproduksi. Penggunaannya pun tidak


butuh perizinan rumit. Lebih dari 200.000 self-driving tractors buatan JOHN
DEERE sudah dioperasikan di ladang-ladang gandum dan jagung di sana.
Semuanya terhubung dengan sistem terpadu bersama drone dan sensor tersebut.

Gambar Traktor
4. Petani masa depan harus melek data

Semua contoh teknologi ini bekerja efektif karena melibatkan pengolahan


data secara cermat. Dengan teknologi canggih berbasis data analytics,
penghematan sekecil apapun punya nilai sangat besar jika kita bicara di tingkat
nasional. Semua pihak tentu akan menikmati hasil lebih baik, terutama si petani.

Bayangkan, dengan data analytics, petani bisa menemukan jenis benih yang
paling sesuai untuk ladangnya. Bahkan dengan benih tersebut, panen tahun ini
bisa diprediksi lebih akurat dengan hasil lebih baik.

Negeri kita punya lahan sangat luas namun masih banyak yang belum
digarap dengan maksimal. Iklimnya cukup bersahabat, namun petani
penggarapnya makin sedikit. Dengan keahlian di bidang teknologi baru, banyak
persoalan di lahan yang sangat luas bisa ditangani beberapa tenaga kerja saja.
Syaratnya, harus ada kemauan untuk terjun ke dunia pertanian.

Siapkan Mindsetmu

Apakah kita mampu menjadikan Indonesia negeri agraris yang makmur


dari hasil pertanian? Tentu, namun pertama- tama kita perlu anak muda yang mau
terjun ke industri ini. Syaratnya, buang anggapan lama bahwa pertanian selalu
berkonotasi kemiskinan, keterbelakanan dan kehidupan serba sulit. Petani dengan
teknologi modern mampu mengatasi berbagai persoalan di ladang dengan cepat.
Inti dari pertanian abad 21 adalah pengolahan data. Faktor penentu utamanya
adalah kemampuan menghimpun data dan mengolahnya. Orang seperti apa yang
dibutuhkan? Dual knowledge (pengetahuan ganda) akan sangat berguna. Caranya,
masuk dan pelajari ranah ilmu lain yang terkait. Contohnya sarjana pertanian tapi
mau belajar data analytics dan coding (pemrograman), atau sarjana matematika
atau ilmu komputer tapi sangat berminat pada persoalan industri pangan,
khususnya di hulu, yakni pertanian.

Selain itu, beberapa karakter akan menentukan daya saingmu kelak.


Pertama, sikap Inovatif, yakni selalu menganggap segala sesuatu masih bisa
disempurnakan. Kedua, intense intellectual curiosity alias rasa ingin tahu yang
sangat kuat, khususnya ketika menemukan sebuah persoalan. Ketiga, peka akan
data. Aneka unsur di industri pertanian melibatkan data yang sangat besar.

Masalah ekonomi di Indonesia semakin komplek saja, hal ini mencakup


pendapatann rakyat rendah, tingkat kemiskinan tinggi, pengangguran banyak,
hutang luar negeri yang relatif tinggi, ketahanan pangan keropos, dan
kemerosotan mutu lingkungan hidup. Tuntutan konsumen di lapangan selalu saja
terjadi perubahan, tuntutan tersebut antara lain terhadap keamanan pangan, nilai
gizi, cita rasa, serta ketersediaan pangan.
Para petanilah yang berperan sebagai produsen, yang dituntut untuk
mampu menyediakan pangan sesuai dengan keinginan konsumen. Hal inilah yang
menjadi tantangan bagi petani ketika faktanya adalah SDM (Sumber Daya
Manusia) dalam masyarakat kita termasuk rendah, inilah kendala serius dalam
pembangunan pertanian. Kemampuan petani dalam perannya sebagai produsen
pun dipertanyakan. Pentingnya peran pertanian di Indonesia didasari oleh: (1)
potensi sumberdayanya yang besar dan beragam, (2) pangsa terhadap pendapatan
nasional cukup besar, (3) besarnya penduduk yang menggantungkan hidupnya
pada sector ini, dan (4) menjadi basis pertumbuhan di pedesaan.
Untuk itu, bagaimana petani dan pertanian di Indonesia ini dapat
mempertahankan eksistensinya serta mampu berperan sebagai produsen aktif
dalam kehidupan, maka pertanian berkelanjutan pun harus dilakukan demi
pertanian masa depan, yaitu pertanian dengan memperhatikan segala aspek yang
berpengaruh. Agar tercapainya kemakmuran pangan yang bukan hanya sementara
waktu, namun untuk selanjutnya.
Pertanian masa depan adalah pertanian berkelanjutan, berlanjut untuk saat
ini, saat yang akan datang, dan selamanya. Artinya pertanian tetap ada,
bermanfaat bagi dan tidak menimbulkan masalah bagi semuanya. Pertanian ini
meliputi komponen fisik, biologis, dan social ekonomi yang direpresentasikan
dengan sistem pertanian yang melaksanakan:
1. Pengurangan input bahan-bahan kimia di bandingkan pada sistem pertanian
tradisional.
2. Pengendalian erosi tanah dengan baik.
3. Pengendalian gulma.
4. Memiliki efisiensi kegiatan pertanian (on farm) dan bahan-bahan input
maksimum.
5. Pemeliharaan kesuburan tanah dengan menambahkan nutrisi tanaman.
6. Penggunaan dasar-dasar biologi pada pelaksanaan pertanian.
7. Mantab secara ekologis
8. Dapat berlanjut secara ekonomis
9. Adil
10. Manusiawi
Pertanian masa depan yang mempertahankan keberlangsungannya,
keberlanjutannya dapat dilakukan dengan mengadakan pertanian organik, dan atau
pertanian agroforestry. Pertanian organik yaitu pertanian yang ramah lingkungan,
dengan hasil yang bersifat ramah lingkungan dan sehat serta bernilai gizi tinggi.
Menghormati seluruh kehidupan adalah prinsip yang menakjubkan dari pertanian
organik. Pertanian agroforetry adalah pertanian berdasarkan fungsi hutan, yaitu
menyerap dan menyimpan air ketika musim hujan dan mengeluarkan cadangan air
dalam tanah tersebut melalui mata air. Didalamnya dikembangkan kombinasi
produksi tanaman budidaya, tanaman hutan, dan hewan-hewan pada lahan yang
sama.
Tuntutan konsumen pun semakin menjadi tolok ukur keberhasilan
pertanian. Karena perubahan tuntutan konsumen yang terus menerus ini akan
mengakibatkan menjamurnya pasar-pasar modern seperti hypermart, supermarket,
dan lainnya yang berkemang pesat dan mempengaruhi keseimbangan dimana
kekuatan produsen/petani bergeser menjadi perusahaan multinasional. Maka
untuk mempertahankan eksistensi petani dan pertanian dilakukan cara:
1. Pengembangan SDM
2. Penyempurnaan kelembagaan petani
3. Peningkatan produktifitas dan efisiensi
4. Peningkatan nilai tambah produksi
5. Usaha kemandirian pangan
6. Pengelolaan lingkungan hidup yang produktif
7. Penyempurnaan sistem pemasaran produk pertanian
8. Kebijakan makro yang mendukung pertanian
Dalam usahanya untuk menuju pertanian masa depan, menjaga agar
pertanian tetap berlangsung hingga anak cucu kita nanti, maka haruslah teliti,
memperhatikan setiap kegiatan pertanian. Untuk menyambut pertanian masa
depan, pola pertanian yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut:
1. Pertanian konvensional: mengandalkan input luar (pupuk, pestisida).
2. Pertanian konservasi: tuntutan terhadap pangan bebas pestisida & kimia.
3. Pertanian teknologi tinggi: produk mutu tinggi, dan kandungan zat dapat
diatur sesuai kebutuhan.
Kehidupan ini bukan hanya berlangsung untuk kita yang hidup saat ini
saja, namun kita juga harus memikirkan kehidupan keturunan kita, anak cucu kita.
Kita sadar akan peran pertanian terhadap kehidupan, untuk itu perlu adanya upaya
untuk menjaga kelangsungan kehidupan dengan pertanian berkelanjutan,
pertanian masa depan.Dengan memperhatikan keseimbangan kehidupan dan tidak
melupakan tuntutan konsumen, pertanian masa depan ini menggunakan cara yang
alami, jauh dari unsur merusak alam, dan cenderung mempertahankan
kelangsungan kehidupan makhluk yang hidup di dalamnya.melakukan kegiatan-
kegiatan yang ramah lingkungan, dan mencoba memperbaiki lingkungan yang
telah rusak sebelumnya. Satu hal yang menjadi ciri pertanian masa depan, yaitu
menjaga kelangsungan kehidupan untuk saat ini, dan juga saat yang akan datang
dengan menghormati seluruh kehidupan.
5 Kesimpulan
Kegiatan Pertanian merupakan kegiatan yang kompleks dan menyatukan
segala aspek baik sosial, budaya, IPTEK, dan ekonomi. Cara mengalokasikan
dengan tepat semua aspek tersebut menggunakan usahatani terpadu. Usahatani
mampu memberikan informasi yang mampu mempengaruhi kebiasaan pelaku
pertanian untuk melakukan budidaya pada komoditi pertanian tertentu. Dengan
memanfaatkan teknologi yang canggih mampu memberikan kinerja yang efisien
dengan didukung dengan finansial yang sesudai dengan kebutuhan. Alokasi
sumberdaya yang efektif mampu memberikan hasil yang optimum.
Salah satu usahatani yang dapat dilakukan yaitu pada komoditi wortel.
Komoditi wortel termasuk kategori komoditi yang mempunyai permintaan tinggi
karena wortel dapat digunakan pada semua makanan. Selain itu, di dunia
kesehatan dan industri makanana serta obat-obatan wortel memberikan banyak
manfaat karena kandungan mineral, vitamin, dan betakaroten yang tinggi.
Permintaan konsumsi wortel yang tinggi memberi peluang petani untuk
melakukan usahatani guna untuk memperoleh keuntungan. Dengan penekanan
biaya yang minim dihdarapkan mampu menghasilkan produksi dan profit yag
optimum.
DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G.N. 2005. Plant Pathology. L Sovier Academic Press. London.


Carter.K William. 2009. Akuntansi Biaya. Buku 1. Edisi Keempat Belas, Jakarta:
Salemba Empat.
Meilin, Araz dan Nasamsir. 2016. Serangga dan Peranannya dalam Bidang
Pertanian dan Kehidupan. Jurnal Media Pertanian Vol 1 (1). Program Studi
Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Batanghari
Setiadi dan Parimin. 2004. Budidaya Jeruk Asam di Kebun dan di Pot. Jakarta:
Penebar Swadaya
Pitojo, Setijo. 2008. Seri Penangkaran: Benih Bawang Merah. Yogyakarta:
Kanisius.
Samadi, Budi dan Bambang Cahyono. 2005. Bawang Merah, Intensifikasi Budi
Daya. Yogyakarta: Kanisius.
Jaelani. 2007. Khasiat Bawang Merah. Yogyakarta: Kanisius.
Wibowo, S.. 2009. Budidaya Bawang. Jakarta: Penebar Swadaya.
Zulkarnain. 2013. Budidaya Sayuran Tropis. Jakarta: Bumi Aksara.
Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta: UI Press.
Sastrosiswoyo, S & Rubiati, T 2001, ‘Pengaruh aplikasi insektisida klorpirifos
dan deltametrin pada tanaman bawang merah terhadap resurgensi
Spodoptera exigua Hubn. (Lepidoptera: Noctuidae)’, J. Hort., vol. 11, no. 3,
hlm. 170-77.
Setiawati, W, Sutarya, R, Sumiarta, K, Kamandalu, A, Suryawan, IB, Latifah IE
& Luther, G 2011, ‘Incidence and severity of pest and diseases on
vegetables in relation to climate change (with emphasis on East Java and
Bali)’, Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Hortikultura Indonesia,
Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang, pp. 88-99.
Nurhayati. 2011. Penggunaan Jamur dan Bakteri dalam Pengendalian Penyakit
Tanaman secara Hayati yang Ramah Lingkungan. Bidang Ilmu-ilmu
Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat
Tjahjadi, Nur. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta : Kanisius

Anda mungkin juga menyukai