Anda di halaman 1dari 19

DECISION SUPPORT SYSTEM ANALYTICAL HIERARCHY

PROCESS (AHP)

TUGAS MANDIRI I

oleh :

GOVINDA KHARISMA DEWA


11653103458

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan teknologi informasi sudah sedemikian pesat.


Perkembangan yang pesat tidak hanya teknologi perangkat keras dan perangkat
lunak saja, tetapi metode komputasi juga ikut berkembang. Salah satu metode
komputasi yang cukup berkembang saat ini adalah metode sistem pengambilan
keputusan (Decisions Support System). Dalam teknologi informasi, sistem
pengambilan keputusan merupakan cabang ilmu yang letaknya diantara system
informasi dan sistem cerdas.
Sistem pengambilan keputusan juga membutuhkan teknologi informasi,
hal ini dikarenakan adanya era globalisasi, yang menuntut sebuah perusahaan
untuk bergerak cepat dalam mengambil suatu keputusan dan tindakan. Dengan
mengacu kepada solusi yang diberikan oleh metode AHP (Analytical Hierarcy
Process) dalam membantu membuat keputusan, seorang decision maker dapat
mengambil keputusan tentang pemilihan supplier secara objektif berdasarkan
multi kriteria yang ditetapkan.
Metode AHP adalah metode pengambilan keputusan yang multi kriteria,
sedangkan pengambilan keputusan dibidang pembelian juga mengandalkan
kriteria-kriteria yaitu kualitas barang, kecepatan pengiriman barang, harga barang
dan status supplier. Dengan melihat adanya kriteria-kriteria yang dipergunakan
untuk mengambil keputusan, maka akan sangat cocok untuk menggunakan
metode AHP dengan multi kriteria.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu A.H.P?
2. Bagaimana Penerapannya?

2
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah memberi pengetahuan tentang arti dari
metode AHP dan untuk membuat keputusan yang dapat membantu pihak-pihak
tertentu dalam mengambil keputusan yang terbaik untuk mencapai hasil yang
maksimal. Diharapkan pembaca dapat menerapkan metode ini dengan sebaik-
baiknya.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian AHP
AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang
dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan
menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi
suatu hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu
representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur
multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor,
kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari
alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke
dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk
hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis.
AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding
dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut:

a. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang


dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam.
b. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.
c. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan
keputusan.

2.2 Kelebihan dan Kelemahan AHP

Layaknya sebuah metode analisis, AHP pun memiliki kelebihan dan


kelemahan dalam system analisisnya. Kelebihan-kelebihan analisis ini adalah :

a. Kesatuan (Unity) AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak


terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah dipahami.
b. Kompleksitas (Complexity) AHP memecahkan permasalahan yang
kompleks melalui pendekatan sistem dan pengintegrasian secara deduktif.
c. Saling ketergantungan (Inter Dependence) AHP dapat digunakan pada
elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak memerlukan
hubungan linier.
d. Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring) AHP mewakili pemikiran
alamiah yang cenderung mengelompokkan elemen sistem ke level-level
yang berbeda dari masing-masing level berisi elemen yang serupa.

4
e. Pengukuran (Measurement) AHP menyediakan skala pengukuran dan
metode untuk mendapatkan prioritas.
f. Konsistensi (Consistency) AHP mempertimbangkan konsistensi logis
dalam penilaian yang digunakan untuk menentukan prioritas.
g. Sintesis (Synthesis) AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan
mengenai seberapa diinginkannya masing-masing alternatif.
h. Trade Off AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada
sistem sehingga orang mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan
tujuan mereka.
i. Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus) AHP tidak
mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil
penilaian yang berbeda.
j. Pengulangan Proses (Process Repetition) AHP mampu membuat orang
menyaring definisi dari suatu permasalahan dan mengembangkan
penilaian serta pengertian mereka melalui proses pengulangan.

Sedangkan kelemahan metode AHP dapat dirincikan sebagai berikut: a.


Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa
persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas sang
ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut memberikan
penilaian yang keliru. b. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada
pengujian secara statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari
kebenaran model yang terbentuk

2.3 Tahapan Metode AHP

Dalam metode AHP dilakukan langkah-langkah sebagai berikut


(Kadarsyah Suryadi dan Ali Ramdhani, 1998) :

a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.


Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita
pecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang
ada kita coba tentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut.
Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih dari satu. Solusi
tersebut nantinya kita kembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya.
b. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama. Setelah
menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hirarki
yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk
mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita berikan dan
menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas
yang berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin
diperlukan).

5
c. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau
kriteria yang setingkat di atasnya.
d. Melakukan Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga
diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah,
dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. Hasil
perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1
sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu
elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan
dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah
terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen.
Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan
elemen yang dibandingkan.
e. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya. Jika tidak konsisten
maka pengambilan data diulangi.
f. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
g. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan
berpasangan Perbandingan berpasangan yang merupakan bobot setiap
elemen untuk penentuan prioritas elemenelemen pada tingkat hirarki
terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan lewat cara
menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai
dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh
normalisasi matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan
membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata.
h. Memeriksa konsistensi hirarki. Yang diukur dalam AHP adalah rasio
konsistensi dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang
diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan
keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang
sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan
10% atau juga dapat dinyatakan dalam bentuk desimal kecil dari atau sama
dengan 0,1.

2.4 Tahapan Pemeriksaan Nilai Konsistensi

1) Pendekatan Pertama
Pada keseluruhan tahapan pada metode AHP terdapat tahapan-
tahapan yang lain yang harus dicari nilainya yaitu Rasio Konsistensi.

6
Beberapa tahapan atau langkah-langkah tersebut diantaranya adalah
(Saaty, 2008):
a. Menentukan Weighted Sum Vector (WSV). WSV dihitung
dengan cara mengalikan matriks perbandingan berpasangan
dengan nilai eigen matriks perbandingan berpasangan.
𝑊𝑆� = 𝐴𝑊
(1)
Dimana:
WSV : Weighted Sum Vector
A : Matriks Perbandingan Berpasangan
𝑊 : Eigen Vector
b. Menghitung Consistence Vector (CV). CV dihitung dengan
cara membagi hasil dari WSV dengan nilai eigen matriks
perbandingan berpasangan.

wsv
𝐶� =
w
(2)
Dimana:
CV : Consistence Vector
𝑊𝑆� : Weighted Sum Vector
𝑊 : Eigen Vector
c. Menghitung Lambda (λ)
Lambda adalah nilai rata - rata CV.
λ=¿∑ n
CV

(3)
Dimana:
λ = Nilai rata - rata dari keseluruhan kriteria.
CV = Consistence Vektor.
n = Jumlah matriks perbandingan suatu kriteria
d. Consistence Index (CI).
CI = λ – n
n–1 (4)
Dimana :
CI = Consistency Index.
λ = Nilai rata - rata dari keseluruhan kriteria.
n = Jumlah matriks perbandingan suatu kriteria
e. Perhitungan Consistence Ratio (CR) CR bernilai konsisten
jika hasil penilaian bernilai ≤ 10 %, jika Rasio Konsistensi
(CR) > 10 % pertimbangan harus diperbaiki.
CI
CR = (5)
RI
Dimana :

7
CR = Consistency Ratio
CI = Consistency Index
RI = Random Index
2) Pendekatan Kedua

Pendekatan kedua merupakan titik balik dari matriks perbandingan


berpasangan yang konsisten dan tidak konsisten. Pada dasarnya memiliki
prinsip yang sama dengan Pendekatan Pertama, hanya saja berbeda pada
pengujian vector bobotnya. Berikut prosedur dalam pemeriksaan
konsistensi dengan pendekatan kedua:

a. Matriks perbandingan berpasangan


b. Persamaan Vector Bobot yang dibentuk:

Dimana:
A : Matriks perbandingan berpasangan
W : Eigen vector
n : Jumlah kriteria/ alternatif
Dengan dua cara pendekatan, yaitu
1. Menormalkan setiap kolom jdalam matriks A
sedemikian, sehingga:

Sebut sebagai A’ dan A adalah matriks perbandingan


berpasangan.
2. Untuk setiap baris i dalam A’, hitunglah nilai
rataratanya

Dengan Wi adalah bobot tujuan ke-i dari vector


bobot
c. Misalkan A adalah matriks perbandingan berpasangan, dan
W adalah vector bobot maka konsistensi dari vector bobot
W dapat diuji dengan persamaan berikut:
1. Hitung:

2. Hitung:

3. Hitung index konsistensi :

4. Jika CI=0 maka A konsisten; jika

cukup konsisten; jika maka A sangat tidak


konsisten.

8
Dimana:
A : Matriks perbandingan berpasangan
WT : Transvoce eigen vector
CI : Consistence Index
t : Nilai normal matriks perbandingan berpasangan
dan eigen vector n : Jumlah kriteria/ alternatif
RI : Random Index
3) Pendekatan Ketiga
Pendekatan ketiga merupakan pendekatan yang lebih simple dibandingkan
dengan pendekatan pertama dan kedua. Perhatikan beberpa prosedur
berikut:
a. Hitung bobot kriteria (priority vector) dengan cara :
1. Normalisasi nilai setiap kolom matrik perbandingan
berpasangan dengan membagi setiap nilai pada
kolom matrik dengan hasil penjumlahan kolom
yang bersesuaian.
2. Hitung nilai rata-rata dari penjumlahan setiap baris
matriks.
b. Cek Konsistensi Ratio (CR) dengan persamaan berikut:

Dimana:
A : Matriks perbandingan berpasangan
𝑊� : Nilai eigen/ eigen vector (Transvoce)
𝜆𝑚𝑎� : Nilai lambda maksimum, untuk:

Dengan n adalah jumlah kriteria/ alternatif.

2.5 Pengaplikasian AHP


Beberapa contoh aplikasi AHP adalah sebagai berikut:
1. Membuat suatu set alternatif
2. Perencanaan
3. Menentukan prioritas
4. Memilih kebijakan terbaik setelah menemukan satu set alternatif
5. Alokasi sumber
6. Menentukan kebutuhan/persyaratan
7. Memprediksi outcome
8. Merancang sistem
9. Mengukur performa
10. Memastikan stabilitas sistem
11. Optimasi
12. Penyelesaian konflik

9
2.6 Contoh Kasus
Adi berulang tahun yang ke-17, Kedua orang tuanya janji untuk
membelikan sepeda motor sesuai yang di inginkan Adi. Adi memiliki pilihan yaitu
motor Ninja, Tiger dan Vixsion. Adi memiliki criteria dalam pemilihan sepeda
motor yang nantinya akan dia beli yaitu : sepeda motornya memiliki desain yang
bagus, berkualitas serta irit dalam bahan bakar.
1. Tahap pertama
Menentukan botot dari masing – masig kriteria.
Desain lebih penting 2 kali dari pada Irit
Desain lebih penting 3 kali dari pada Kualitas
Irit lebih penting 1.5 kali dari pada kualitas

Pair Comparation Matrix


Kriteria Desain Irit Kualitas Priority Vector
Desain 1 2 3 0,5455
Irit 0,5 1 1,5 0,2727
Kualitas 0,333 0,667 1 0,1818
Jumlah 1,833 3,667 5,5 1,0000
Pricipal Eigen Value (lmax) 3,00
Consistency Index (CI) 0
Consistency Ratio (CR) 0,0%
(1,833 x 0,5455) + (3,667 x 0,2727) + (5,5 x 0,1818) = 3 (Imax)
Dari gambar diatas, Prioity Vector (kolom paling kanan) menunjukan
bobot dari masing-masing kriteria, jadi dalam hal ini Desain merupakan bobot
tertinggi/terpenting menurut Adi, disusul Irit dan yang terakhir adalah Kualitas.
Cara membuat table seperti di atas:
a. Untuk perbandingan antara masing – masing kriteria berasal dari
bobot yang telah di berikan ADI pertama kali.
b. Sedangkan untuk Baris jumlah, merupakan hasil penjumalahan
vertikal dari masing – masing kriteria.
c. Untuk Priority Vector di dapat dari hasil penjumlahan dari semua sel
disebelah Kirinya (pada baris yang sama) setelah terlebih dahulu

10
dibagi dengan Jumlah yang ada dibawahnya, kemudian hasil
penjumlahan tersebut dibagi dengan angka 3.
d. Untuk mencari Principal Eigen Value (lmax)
Rumusnya adalah menjumlahkan hasil perkalian antara sel
pada baris jumlah dan sel pada kolom Priority Vector.
e. Menghitung Consistency Index (CI) dengan rumus
CI = (lmax-n)/(n-1)
f. Sedangkan untuk menghitung nilai CR
g. Menggunakan rumuas CR = CI/RI , nilai RI didapat dari
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
Jadi untuk n=3, RI=0.58. Jika hasil perhitungan CR lebih kecil atau
sama dengan 10%, ketidak konsistenan masih bisa diterima,
sebaliknya jika lebih besar dari 10%, tidak bisa diterima.

2. Tahap Kedua
Kebetulan teman ADI memiliki teman yang memiliki motor yang
sesuai dengan pilihan ADI. Setelah Adi mencoba motor temannya tersebut
adi memberikan penilaian ( disebut sebagai pair-wire comparation)
Desain lebih penting 2 kali dari pada Irit
Desain lebih penting 3 kali dari pada Kualitas
Irit lebih penting 1.5 kali dari pada kualitas

Ninja 4 kali desainnya lebih baik daripada tiger


Ninja 3 kali desainnya lebih baik dari pada vixsion
tiger 1/2 kali desainnya lebih baik dari pada Vixsion

Ninja 1/3 kali lebih irit daripada tiger


Ninja 1/4 kali lebih irit dari pada vixsion

11
tiger 1/2 kali lebih irit dari pada Vixsion

Berdasarkan penilaian tersebut maka dapat di buat table (disebut Pair-wire


comparation matrix)
Desain Ninja Tiger Vixsion Priority Vector
Ninja 1 4 3 0,6233
Tiger 0,25 1 0,5 0,1373
Vixsion 0,333 2 1 0,2394
Jumlah 1,583 7 4,5 1,0000
Pricipal Eigen Value (lmax) 3,025
Consistency Index (CI) 0,01
Consistency Ratio (CR) 2,2%

Irit Ninja Tiger Vixsion Priority Vector


Ninja 1 0,333 0,25 0,1226
Tiger 3 1 0,5 0,3202
Vixsion 4 2 1 0,5572
Jumlah 8 3,333 1,75 1,0000
Pricipal Eigen Value (lmax) 3,023
Consistency Index (CI) 0,01
Consistency Ratio 2,0%
(CR)

kualitas Ninja Tiger Vixsion Priority Vector


Ninja 1,00 0,010 0,10 0,0090
Tiger 100,00 1,00 10,0 0,9009
Vixsion 10,00 0,100 1,0 0,0901
Jumlah 111,00 1,11 11,10 1,0000
Pricipal Eigen Value (lmax) 3
Consistency Index (CI) 0
Consistency Ratio (CR) 0,0%

3. Tahap ketiga

12
Setelah mendapatkan bobot untuk ketiga kriteria dan skor untuk
masing-masing kriteria bagi ketiga motor pilihannya, maka langkah
terakhir adalah menghitung total skor untuk ketiga motor tersebut. Untuk
itu ADI akan merangkum semua hasil penilaiannya tersebut dalam bentuk
tabel yang disebut Overall composite weight, seperti berikut.

Cara membuat Overall Composit weight adalah:


a. Kolom Weight diambil dari kolom Priority Vektor dalam matrix
Kriteria.
b. Ketiga kolom lainnya (Ninja, Tiger dan Vixsion) diambil dari
kolom Priority Vector ketiga matrix Desain, Irit dan Kualitas.
c. Baris Composite Weight diperoleh dari jumlah hasil perkalian sel
diatasnya dengan weight.
Berdasarkan table di atas maka dapat di ambil kesimpulan bahwa
yang memiliki skor paling tinggi adalah Ninja yaitu 0,3751 , sedangkan
disusul tiger dengan skor 0,3260 dan yang terakhir adalah Vixsion dengan
skor 0,2989. Akhirnya Adi akan membeli motor Ninja.
Kasus Ke-2

Kasus yang dibahas ini adalah pemilihan ponsel masa kini yang terbaik dari
berbagai brand ternama. Antara Nokia, Samsung, Sony Ericson.

Penentuan kriteria-kriteria dalam SPPK ini didasarkan padahal-hal yang


sekiranya sangat berpengaruh dalam sebuah telepon seluler (ponsel) baik
hardware, teknologi, software maupun jaringan. Pada setiap kriteria diberikan
bobot yang berbeda-beda karena setiap kriteria memiliki pengaruh yang dominan
atau tidak dalam spesifikasi sebuah ponsel,berikut penjelasan setiap kriteria :

Meliputi : kamera, music, ketajaman warna, layar, internet mobile dll.

Sistem Operasi diberikan bobots sebanyak 15%.

Meliputi : Touch screen, Touch Pad

13
Teknologi diberikan bobot sebanyak 5%.

Meliputi : Low End, High End

Harga diberikan bobot sebanyak 20%.

Yang pertama kali dilakukanadalah Menentukan bobot kriteria mana yang paling
penting, yang dalam terminologi AHP disebut pair-wire comparation :

 Harga 4 kali lebih penting dari Teknologi

 Harga 1,5 kali lebih penting dari fitur

 Fitur 3 kali lebih penting dari teknologi.

Selanjutnya hasil pair-wire comparation diatasakan dibuat tabulasinya, yang


dalam istilah AHP disebutsebagai pair comparation matrix.

Pair comparation matrix

Kriteria Harga Fitur Teknologi Priority Vector


Harga 1 1,5 4 0,5143
fitur 0,7 1 3 0,3620
teknologi 0,25 0,33 1 0,1232
Jumlah 1,95 2,83 8 0,9995
Pricipal Eigen Value (max) 3,0
Consistency Index (CI) 0
Consistency Ratio (CR) 0,0%

Keterangan :

 Jumlah merupakan penjumlahan dari semua angka yang ada pada baris
diatasnya dalam satu kolom.

 Priority Vector merupakan hasil penjumlahan dari semua sel disebelah


Kirinya (padabaris yang sama) setelah terlebih dahulu dibagi dengan jumlah yang
ada dibawahnya, kemudian hasil penjumlahan tersebut dibagi denganangka 3.

Menghitung Consistency Ratio (CR) diperoleh denganrumus CR=CI/RI, nilai RI


bergantung pada jumlah kriteria seperti pada tabel berikut:

n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

14
RI 0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49

Jadi untuk n=3, RI=0.58.

CR=CI/RI = 0/5,8 = 0,0

Jika hasil perhitungan CR lebih kecil atau sama dengan 10% , ketidak
konsistenan masih bisa diterima, sebaliknya jika lebih besar dari 10%, tidak bisa
diterima.

 Yang kedua memberi penilaian terhadap ponsel ,disebut pair-wire


comparation.

 Memberikan penilaian bobotharga :

 Samsung harganya 4 kali lebih murah dari Nokia

 Samsung harganya 3 kali lebih murah dari Sony Ericson

 Nokia harganya 1/2 kali lebih murah dari Sony ericson.

Pair comparation matrix


Kriteria Samsung Nokia sonyericson Priority Vector
Samsung 1 4 3 0,6232
Nokia 0,25 1 0,5 0,3333
Sony ericson 0,33 2 1 0,2332
Jumlah 1,5833 7 4,5 1,1897
Pricipal Eigen Value (max) 3,02
Consistency Index (CI) 0,1
Consistency Ratio (CR) 2,0%

Arti dari tabel diatas adalah dari ketiga ponsel, yang paling murah adalah samsung
dengan skor 0,6232 ,disusul Nokia dengan skor 0,3333 dan sony ericson dengan
skor 0,2332.

Nilai CI adalah 0,1 yang berarti pembobotan tidak terlalu konsisten ,tetapi karena
nilai CR=2,0% lebih kecil dari 10%, maka ketidak konsistenan masih bisa
diterima.

15
 Memberikan penilaian bobot fitur

 Kelengkapan Fitur Samsung ½ kali dari Nokia

 Kelengkapan Fitur Samsung 2 kali dari Sony Ericson

 Kelengkapan Fitur Nokia 3 kali dari Sony Ericson

Pair-wire comparation :

Pair comparation matrix


Kriteria Samsung Nokia sonyericson Priority Vector
Samsung 1 0,5 2 0,3645
Nokia 2 1 3 0,3333
Sony ericson 0,5 0,33 1 0,3332
Jumlah 3,2 1,83 6 1,0310
Pricipal Eigen Value (max) 3,76
Consistency Index (CI) 0,38
Consistency Ratio (CR) 0,06%

Arti dari tabel diatas adalah dari ketiga ponsel, yang paling lengkap fiturnya
adalah samsung dengan skor 0,3645 ,disusul Nokia dengan skor 0,3333 dan sony
ericson dengan skor 0,332.

Nilai CI adalah 0,38 yang berarti pembobotan tidak terlalu konsisten ,tetapi
karena nilai CR=0,06% lebih kecil dari 10%, maka ketidak konsistenan masih
bisa diterima.

 Memberikan penilaian bobot teknologi

 Kecanggihan Teknologi Samsung 1/3 darinokia

 Kecanggihan Teknologi Samsung 2 kali darisony Ericson

 Kecanggihan Teknologinokia 3 kali darisony Ericson

Pair-wire comparation :

Pair comparation matrix

16
Kriteria Samsung Nokia sonyericson Priority Vector
Samsung 1 0,33 2 0,3332
Nokia 3,03 1 3 0,9998
Sony ericson 0,5 0,33 1 0,3332
Jumlah 4,53 1,66 6 1,6662
Pricipal Eigen Value (max) 5,16
Consistency Index (CI) 1,08
Consistency Ratio (CR) 0,36%

Arti dari tabel diatas adalah dari ketiga ponsel, yang paling canggih teknologinya
adalah Nokia dengan skor 0,9998 ,disusul Samsung dan sony ericson dengan skor
0,3332.
Nilai CI adalah 1,08 yang berarti pembobotan tidak terlalu konsisten ,tetapi
karena nilai CR=0,36% lebih kecil dari 10%, maka ketidak konsistenan masih
bisa diterima.

 Tahap ketiga Setelah mendapatkan bobot untuk ketiga kriteria, maka


langkah terakhir adalah menghitung total skor untuk ketigaponsel.
 Semua hasil penilaiannya tersebut dalam bentuk tabel yang
disebut Overall composite weight.
Overall composite weight :
Overall composite weight weight Samsung Nokia Sony Ericson
Harga 0,5143 0,6232 0,3333 0,2332
Fitur 0,3620 0,3645 0,3333 0,3332
Teknologi 0,1232 0,3332 0,9998 0,3332
Composite Weight 0,4934 0,4151 0,2715

 Weight diambil dari kolom Priority Vektordalam matrix kriteria.

 Kolom (Samsung, Nokia, Sony Ericson) diambil darikolom priority


vectirketiga matrix harga, fitur, teknologi.

 Composite weight diperoleh dari hasil jumlah perkalian diatasnya dengan


weight.

Samsung = (0,5143.0,6232)+(0,3620.0,3645)+(0,1232.0,3332) = 0,4934

17
Nokia = (0,5143.0,3333)+(0,3620.0,3333)+(0,1232.0,9998) = 0,4151

Sony Ericson = (0,5143.0,2332)+(0,3620.0,3332)+(0,1232.0,3332) = 0,2715

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa Samsung mempunyaiskor paling tinggi
yaitu 0,4934 , kemudian Nokia denganskor 0,4151 dan paling bawah Sony
Ericson 0,2715. Sehingga Ponsel yang paling baik dan dipilih adalah ponsel
brand Samsung.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan yang akan dipecahkan dalam suatu
kerangka berpikir yang terorganisir sehingga memungkinkan dapat diekspresikan
untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalaan tersebut. Persoalaan
yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan
keputusannya.
Perhitungan dengan Metode AHP langkah pertama yaitu : Penentuan
Sasaran yang ingin dicapai, Penentuan criteria pemilihan Penentuan alternative
pilihan.

18
3.2 Saran

Suatu tingkat konsisten yang tertentu memang diperlukan dalam


penentuan prioritas untuk mendapatkan hasil yang sah. Nilai CR semestinya tak
lebih dari 10 persen. Jika tidak, penilaian yang telah dibuat mungkin dilakukan
secara random dan perlu revisi.

DAFTAR PUSTAKA

http://rezaadityaug.blogspot.com/2017/03/ahp-analytic-hierarchy-process.html

http://www.academia.edu/4086228/Makalah_SPK_AHP

19

Anda mungkin juga menyukai