PROCESS (AHP)
TUGAS MANDIRI I
oleh :
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah memberi pengetahuan tentang arti dari
metode AHP dan untuk membuat keputusan yang dapat membantu pihak-pihak
tertentu dalam mengambil keputusan yang terbaik untuk mencapai hasil yang
maksimal. Diharapkan pembaca dapat menerapkan metode ini dengan sebaik-
baiknya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian AHP
AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang
dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan
menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi
suatu hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu
representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur
multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor,
kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari
alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke
dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk
hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis.
AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding
dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut:
4
e. Pengukuran (Measurement) AHP menyediakan skala pengukuran dan
metode untuk mendapatkan prioritas.
f. Konsistensi (Consistency) AHP mempertimbangkan konsistensi logis
dalam penilaian yang digunakan untuk menentukan prioritas.
g. Sintesis (Synthesis) AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan
mengenai seberapa diinginkannya masing-masing alternatif.
h. Trade Off AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada
sistem sehingga orang mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan
tujuan mereka.
i. Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus) AHP tidak
mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil
penilaian yang berbeda.
j. Pengulangan Proses (Process Repetition) AHP mampu membuat orang
menyaring definisi dari suatu permasalahan dan mengembangkan
penilaian serta pengertian mereka melalui proses pengulangan.
5
c. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau
kriteria yang setingkat di atasnya.
d. Melakukan Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga
diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah,
dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. Hasil
perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1
sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu
elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan
dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah
terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen.
Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan
elemen yang dibandingkan.
e. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya. Jika tidak konsisten
maka pengambilan data diulangi.
f. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
g. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan
berpasangan Perbandingan berpasangan yang merupakan bobot setiap
elemen untuk penentuan prioritas elemenelemen pada tingkat hirarki
terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan lewat cara
menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai
dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh
normalisasi matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan
membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata.
h. Memeriksa konsistensi hirarki. Yang diukur dalam AHP adalah rasio
konsistensi dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang
diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan
keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang
sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan
10% atau juga dapat dinyatakan dalam bentuk desimal kecil dari atau sama
dengan 0,1.
1) Pendekatan Pertama
Pada keseluruhan tahapan pada metode AHP terdapat tahapan-
tahapan yang lain yang harus dicari nilainya yaitu Rasio Konsistensi.
6
Beberapa tahapan atau langkah-langkah tersebut diantaranya adalah
(Saaty, 2008):
a. Menentukan Weighted Sum Vector (WSV). WSV dihitung
dengan cara mengalikan matriks perbandingan berpasangan
dengan nilai eigen matriks perbandingan berpasangan.
𝑊𝑆� = 𝐴𝑊
(1)
Dimana:
WSV : Weighted Sum Vector
A : Matriks Perbandingan Berpasangan
𝑊 : Eigen Vector
b. Menghitung Consistence Vector (CV). CV dihitung dengan
cara membagi hasil dari WSV dengan nilai eigen matriks
perbandingan berpasangan.
wsv
𝐶� =
w
(2)
Dimana:
CV : Consistence Vector
𝑊𝑆� : Weighted Sum Vector
𝑊 : Eigen Vector
c. Menghitung Lambda (λ)
Lambda adalah nilai rata - rata CV.
λ=¿∑ n
CV
(3)
Dimana:
λ = Nilai rata - rata dari keseluruhan kriteria.
CV = Consistence Vektor.
n = Jumlah matriks perbandingan suatu kriteria
d. Consistence Index (CI).
CI = λ – n
n–1 (4)
Dimana :
CI = Consistency Index.
λ = Nilai rata - rata dari keseluruhan kriteria.
n = Jumlah matriks perbandingan suatu kriteria
e. Perhitungan Consistence Ratio (CR) CR bernilai konsisten
jika hasil penilaian bernilai ≤ 10 %, jika Rasio Konsistensi
(CR) > 10 % pertimbangan harus diperbaiki.
CI
CR = (5)
RI
Dimana :
7
CR = Consistency Ratio
CI = Consistency Index
RI = Random Index
2) Pendekatan Kedua
Dimana:
A : Matriks perbandingan berpasangan
W : Eigen vector
n : Jumlah kriteria/ alternatif
Dengan dua cara pendekatan, yaitu
1. Menormalkan setiap kolom jdalam matriks A
sedemikian, sehingga:
2. Hitung:
8
Dimana:
A : Matriks perbandingan berpasangan
WT : Transvoce eigen vector
CI : Consistence Index
t : Nilai normal matriks perbandingan berpasangan
dan eigen vector n : Jumlah kriteria/ alternatif
RI : Random Index
3) Pendekatan Ketiga
Pendekatan ketiga merupakan pendekatan yang lebih simple dibandingkan
dengan pendekatan pertama dan kedua. Perhatikan beberpa prosedur
berikut:
a. Hitung bobot kriteria (priority vector) dengan cara :
1. Normalisasi nilai setiap kolom matrik perbandingan
berpasangan dengan membagi setiap nilai pada
kolom matrik dengan hasil penjumlahan kolom
yang bersesuaian.
2. Hitung nilai rata-rata dari penjumlahan setiap baris
matriks.
b. Cek Konsistensi Ratio (CR) dengan persamaan berikut:
Dimana:
A : Matriks perbandingan berpasangan
𝑊� : Nilai eigen/ eigen vector (Transvoce)
𝜆𝑚𝑎� : Nilai lambda maksimum, untuk:
9
2.6 Contoh Kasus
Adi berulang tahun yang ke-17, Kedua orang tuanya janji untuk
membelikan sepeda motor sesuai yang di inginkan Adi. Adi memiliki pilihan yaitu
motor Ninja, Tiger dan Vixsion. Adi memiliki criteria dalam pemilihan sepeda
motor yang nantinya akan dia beli yaitu : sepeda motornya memiliki desain yang
bagus, berkualitas serta irit dalam bahan bakar.
1. Tahap pertama
Menentukan botot dari masing – masig kriteria.
Desain lebih penting 2 kali dari pada Irit
Desain lebih penting 3 kali dari pada Kualitas
Irit lebih penting 1.5 kali dari pada kualitas
10
dibagi dengan Jumlah yang ada dibawahnya, kemudian hasil
penjumlahan tersebut dibagi dengan angka 3.
d. Untuk mencari Principal Eigen Value (lmax)
Rumusnya adalah menjumlahkan hasil perkalian antara sel
pada baris jumlah dan sel pada kolom Priority Vector.
e. Menghitung Consistency Index (CI) dengan rumus
CI = (lmax-n)/(n-1)
f. Sedangkan untuk menghitung nilai CR
g. Menggunakan rumuas CR = CI/RI , nilai RI didapat dari
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
Jadi untuk n=3, RI=0.58. Jika hasil perhitungan CR lebih kecil atau
sama dengan 10%, ketidak konsistenan masih bisa diterima,
sebaliknya jika lebih besar dari 10%, tidak bisa diterima.
2. Tahap Kedua
Kebetulan teman ADI memiliki teman yang memiliki motor yang
sesuai dengan pilihan ADI. Setelah Adi mencoba motor temannya tersebut
adi memberikan penilaian ( disebut sebagai pair-wire comparation)
Desain lebih penting 2 kali dari pada Irit
Desain lebih penting 3 kali dari pada Kualitas
Irit lebih penting 1.5 kali dari pada kualitas
11
tiger 1/2 kali lebih irit dari pada Vixsion
3. Tahap ketiga
12
Setelah mendapatkan bobot untuk ketiga kriteria dan skor untuk
masing-masing kriteria bagi ketiga motor pilihannya, maka langkah
terakhir adalah menghitung total skor untuk ketiga motor tersebut. Untuk
itu ADI akan merangkum semua hasil penilaiannya tersebut dalam bentuk
tabel yang disebut Overall composite weight, seperti berikut.
Kasus yang dibahas ini adalah pemilihan ponsel masa kini yang terbaik dari
berbagai brand ternama. Antara Nokia, Samsung, Sony Ericson.
13
Teknologi diberikan bobot sebanyak 5%.
Yang pertama kali dilakukanadalah Menentukan bobot kriteria mana yang paling
penting, yang dalam terminologi AHP disebut pair-wire comparation :
Keterangan :
Jumlah merupakan penjumlahan dari semua angka yang ada pada baris
diatasnya dalam satu kolom.
n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
14
RI 0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
Jika hasil perhitungan CR lebih kecil atau sama dengan 10% , ketidak
konsistenan masih bisa diterima, sebaliknya jika lebih besar dari 10%, tidak bisa
diterima.
Arti dari tabel diatas adalah dari ketiga ponsel, yang paling murah adalah samsung
dengan skor 0,6232 ,disusul Nokia dengan skor 0,3333 dan sony ericson dengan
skor 0,2332.
Nilai CI adalah 0,1 yang berarti pembobotan tidak terlalu konsisten ,tetapi karena
nilai CR=2,0% lebih kecil dari 10%, maka ketidak konsistenan masih bisa
diterima.
15
Memberikan penilaian bobot fitur
Pair-wire comparation :
Arti dari tabel diatas adalah dari ketiga ponsel, yang paling lengkap fiturnya
adalah samsung dengan skor 0,3645 ,disusul Nokia dengan skor 0,3333 dan sony
ericson dengan skor 0,332.
Nilai CI adalah 0,38 yang berarti pembobotan tidak terlalu konsisten ,tetapi
karena nilai CR=0,06% lebih kecil dari 10%, maka ketidak konsistenan masih
bisa diterima.
Pair-wire comparation :
16
Kriteria Samsung Nokia sonyericson Priority Vector
Samsung 1 0,33 2 0,3332
Nokia 3,03 1 3 0,9998
Sony ericson 0,5 0,33 1 0,3332
Jumlah 4,53 1,66 6 1,6662
Pricipal Eigen Value (max) 5,16
Consistency Index (CI) 1,08
Consistency Ratio (CR) 0,36%
Arti dari tabel diatas adalah dari ketiga ponsel, yang paling canggih teknologinya
adalah Nokia dengan skor 0,9998 ,disusul Samsung dan sony ericson dengan skor
0,3332.
Nilai CI adalah 1,08 yang berarti pembobotan tidak terlalu konsisten ,tetapi
karena nilai CR=0,36% lebih kecil dari 10%, maka ketidak konsistenan masih
bisa diterima.
17
Nokia = (0,5143.0,3333)+(0,3620.0,3333)+(0,1232.0,9998) = 0,4151
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa Samsung mempunyaiskor paling tinggi
yaitu 0,4934 , kemudian Nokia denganskor 0,4151 dan paling bawah Sony
Ericson 0,2715. Sehingga Ponsel yang paling baik dan dipilih adalah ponsel
brand Samsung.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan yang akan dipecahkan dalam suatu
kerangka berpikir yang terorganisir sehingga memungkinkan dapat diekspresikan
untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalaan tersebut. Persoalaan
yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan
keputusannya.
Perhitungan dengan Metode AHP langkah pertama yaitu : Penentuan
Sasaran yang ingin dicapai, Penentuan criteria pemilihan Penentuan alternative
pilihan.
18
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://rezaadityaug.blogspot.com/2017/03/ahp-analytic-hierarchy-process.html
http://www.academia.edu/4086228/Makalah_SPK_AHP
19