1. MENGUKUR BIAYA
• Biaya akuntansi, hal-hal yang tidak dilibatkan oleh ekonom dan mungkin tidak
meliputi hal-hal yang biasanya dilibatkan ekonomi mengcangkup biaya aktual
ditambah biaya penyusutan atas peralatan modal.
• Biaya ekonomi, merupakan biaya yang timbul atas penggunaan biaya sumber daya
ekonomi dalam produksi.
• Biaya oportunitas, biaya yang terkait dengan peluang yang hilang ketika sumber daya
perusahaan tidak digunakan untuk penggunaan alternative terbaiknya.
Pada dasarnya terdapat dua konsep biaya produksi, yaitu: a). biaya produksi implisit, biaya
ekonomi perusahaan atas penggunaan sumber daya yang ditimbulkan karena proses produksi.
b). biaya produksi eksplisit, pengeluaran aktual (secara akuntansi) perusahaan untuk
penggunaan sumber daya dalam proses produksi.
Garis isocost, grafik yang menunjukkan seluruh kombinasi yang mungkin dari tenaga
kerja dan modal yang dapat dibeli pada biaya total tertentu.
Dalam jangka panjang, input pada proses produksi bersifat variabel. Akibatnya, pilihan
input bergantung pada biaya relatif dari faktor-faktor produksi dan pada taruh di mana
perusahaan dapat menyubstitusikan input-input nya selama proses produksi. Pilihan input yang
meminimalkan biaya diperoleh dengan mencari titik singgung antara isoquant yang
mencerminkan tingkat output yang diinginkan dan garis isocost.
• Skop ekonomis, situasi saat output gabungan satu perusahaan lebih besar daripada
output yang dicapai oleh dua perusahaan berbeda yang menghasilkan satu produk.
• Skop disekonomis, situasi saat output gabungan satu perusahaan lebih kecil daripada
output yang dicapai oleh dua perusahaan berbeda yang menghasilkan satu produk.
• Derajat skop ekonomis (SC), presentase penghematan biaya yang terjadi ketika dua
produk atau lebih dihasilkan secara gabungan. Dirumuskan:
Fungsi biaya, fungsi yang mengaitkan biaya produksi dengan tingkat output dan variabel lain
yang dapat dikendalikan oleh perusahaan.
Resume Artikel – Teori Biaya Produksi
Judul : Analisis Biaya Produksi dalam Meningkatkan Volume Penjualan
Penulis : Irfan Faris Rudiana dan Dedi Rudiana
Keterangan : Volume 13, No. 2, 2021
Doi : http://dx.doi.org/10.30998/sosioekons.v13i2.7866
Hasil Resume:
Tujuan Penelitian:
Tujuan dari penelitian ini adalah mengindentifikasi biaya produksi pada peternak
burung lovebird di Tasikmalaya dan menganalisis pengaruh biaya produksi terhadap volume
penjualan pada peternak burung lovebird di Tasikmalaya.
Metode Penelitian:
Metode pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif dengan data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder
dengan menggunakan teknik analisis yaitu Teknik deskriptif analisis dengan sampel yaitu 11
peternak Lovebird.
Hasil Penelitian:
• Identifikasi Biaya Produksi pada Peternak Lovebird di Tasikamalaya
Dari hasil identifikasi dapat dilihat bahwa biaya produksi di setiap ternak itu berbeda-beda,
tergantung kebutuhan dan volume produksi yang dimiliki. Terlihat biaya tenaga kerja langsung
paling tinggi yaitu di Wisnu Bird Farm dimana farm ini memiliki karyawan 5 orang, dan 50
pasang lebih lovebird serta mempunyai biaya overhead yang paling tinggi.
• Volume Penjualan pada Peternak Lovebird di Tasikmalaya
Dari data, terlihat bahwa total penjualan pada peternak Lovebird yaitu mencapai Rp.
950.000.000 yang paling besar, dan volume penjualan terkecil yaitu Rp. 250.000.000.
• Perbandingan Biaya Produksi dan Volume Penjualan pada Peternak Lovebird di
Tasikmalaya
Berdasarkan hasil uji statistic dengan menggunakan regresi sederhana, didapatlah
persamaan yang dimana berdasarkan hasil uji t diperolah nilai signifikansi sebesar 0.055, yang
dimana hal ini mempunyai arti bahwa biaya produksi berpengaruh hampir singnifikan terhadap
volume penjualan.
Kesimpulan:
Biaya Produksi pada peternak lovebird di Tasikmalaya mempunyai biaya bahan baku,
biaya overhead pabrik dan biaya tenaga kerja langsung untuk menjalankan kegiatan
operasionalnya dalam menentukkan harga pokok produksi dalam hal ini yaitu harga per ekor
burung lovebird. Berdasarkan hasil uji t regresi sederhana diperoleh nilai signifikansi sebesar
0,055. Dimana 0,055 > 0,05 ini mempunyai arti bahwa biaya produksi pada setiap farm
berpengaruh hampir signifikan terhadap volume penjualan lovebird. Selain itu banyak faktor
lain untuk meningkatkan volume penjualan lovebird di Indonesia salah satunya adalah dengan
membuat ring atau gelang untuk dipasangkan di kaki anakan lovebird ini, hasil anakan yang
dihasilkan dari setiap farm di kakinya mempunyai ring dengan nama farm dan nomor
handphone peternak nya sebagai identitas. Selain itu silaturahmi antarkomunitas dan
mempunyai indukan yang berkualitas juga merupakan salah satu faktor meningkatkan volume
penjualan, indukan berkualitas akan melahirkan anakan yang berkualitas, anakan berkualitas
tersebut akan cepat laku diburu oleh konsumen baik konsumen di Tasikmalaya ataupun di luar
Tasikmalaya.
Hasil Resume:
Tujuan Penelitian:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perhitungan biaya produksi Minyak
Goreng Mandar.
Metode Penelitian:
Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Talolo Kecamatan Tinambung Kabupaten
Polewali Mandar dengan waktu penelitian selama 1 bulan, yaitu pada bulan Mei 2016. Untuk
sampelnya diambil berdasarkan pada masyarakat yang terjun langsung ke usaha pembuatan
minyak, yaitu sebanyak 4 orang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan pendekatan full costing dan variabel costing.
Hasil Penelitian:
• Pengelompokan biaya menurut akuntansi
Biaya bahan baku per botol : Rp. 15.625
Biaya tenaga kerja per botol : Rp. 833
Biaya overhead pabrik :
- Biaya overhead variabel : Rp. 750
- Biaya total penyusutan : Rp. 363.02
• Perhitungan biaya dengan metode full costing dan variable costing
Full Costing : Harga pokok produksi perbotol = Rp. 17.571,02
Variable Costing : Harga pokok produksi perbotol = Rp. 17.208
• Penentuan harga jual
Hasil dibawah ini menggunakan perhitungan dengan Cost Plus Pricing, yakni:
Full Costing : Harga jual = Rp. 17.606.14
Variable Costing : Harga jual = Rp. 17.214.9
Berdasarkan perhitungan harga pokok produksi ini didapat bawah dari pendekatan full
costing yaitu sebesar 0.02% dan variable costing sebesar 0.04%
Kesimpulan:
• Pembuat minyak dalam menentukan harga jual belum menggunakan perhitungan yang
sesuai dengan aturan akuntansi yang ada.
• Biaya tidak dicatat berdasarkan teori akuntansi yang ada, sehingga pembuat minyak
tidak memperhitungkan beberapa biaya lainnya, yang seharusnya dimasukkan
dalam biaya produksi.
• Hasil perhitungan harga pokok produksi minyak mandar dapat menjadi pedoman dalam
mengambil keputusan bagi para pembuat minyak.
• Penelitian ini dapat membantu para pembuat minyak untuk menentukan harga jual
minyak mereka sesuai dengan perhitungan akuntansi agar tidak rugi.
• Sebaiknya pembuat minyak dalam menentukan harga pokok penjualan menggunakan
perhitungan yang sesuai dengan perhitungan akuntansi yang ada agar, tidak
menentukan harga jual sesuai dengan biaya bahan baku saja seperti yang berlaku
selama ini.