Hery Bachrizal Tanjung adalah Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Andalas
36 | Jurnal Agribisnis Kerakyaratan, Volume 2, Nomor 1, Mai 2009, hal. 35 - 48
sipil dunia yang peduli pertanian dan para pakar dalam beberapa termino-
pangan untuk memperjuangkan as- logi berbeda (sesuai ilmu dan fokus
pirasi petani dalam Konferensi Pa- studi pakar tersebut)4, yang intinya
ngan tersebut (Wiryono, 1996). As- melukiskan kualitas masyarakat ida-
pirasi petani adalah : (a) memperluas man di mana semua warga ter-masuk
partisipasi petani dan wanita tani, (b) petani menjalani kehidupan dengan
memperkenalkan pendekatan perta- hak-hak dan kewajiban yang ada
nian agroekologis dan organik, (c) secara manusiawi dan adil (Fakih,
menerapkan prinsip kecukupan sen- 1999). Korten (2002) merindukan
diri dan menghindari keter-gantungan masyarakat pasca-kapitalisme berpu-
pada perdagangan luar, (d) melakukan sat pada kehidupan (bukan pada per-
reformasi agraria, (e) menghormati tumbuhan ekonomi) sebagai masya-
pengeta-huan masyarakat adat, dan rakat beradab yang adil, lestari dan
(f) mengembangkan keaneka-raga- peduli terhadap sesama. Dalam kon-
man hayati sumber bahan pangan teks pembangunan pertanian, ada
untuk memenuhi kecukupan pangan tiga konsep yang dapat disimak men-
global. jadi pintu masuk mencapai masyara-
Pekerjaan besar yang harus kat idaman itu, yaitu: (a) pertanian
dilakukan adalah menemukan model berkelanjutan dengan input-luar ren-
kelem-bagaan penyuluhan pertanian dah/Low External Input and Sustain-
tertentu, agar aspirasi yang sebangun able Agriculture (Reijntjes, Haver-
dengan hak-hak petani tersebut dapat kort, and Waters-Bayer, 1999); (b)
menjadi kesadaran penuh dan peri- pertanian organik yang didukung oleh
laku aktual petani untuk mewujudkan masyarakat/Organic and Commu-
petani sejati, justru di tengah iklim nity-Supported Agriculture (Korten,
sosial-ekonomi-politik yang menurut 2002); dan (c) pertanian yang peduli
Wahono (1999a) menghambat ter- kepada sesama, alam semesta, kearif-
wujudnya petani sejati, yaitu hege- an lokal, dan keaneka-ragaman hayati
moni negara dan dominasi praktek (Wahono, 2004). Ketiga konsep ter-
pergerakan modal perusahaan global, sebut berakar pada konsep pertanian
serta sikap petani yang takut me- berkelanjutan (Sustainable Agricul-
nanggung resiko. Pada kondisi ini ture) yaitu pertanian yang mantap
jadi menarik menelaah pemikiran secara ekologis, berkelanjutan secara
Gramsci (1971) dalam Fakih (1996) ekonomi, adil dalam distribusi sum-
yang melukiskan pendidikan, budaya berdaya, bersifat manusiawi dan
dan kesadaran kritis, sebagai daerah
perjuangan yang sangat penting
untuk melawan hegemoni negara dan 4 Beberapa terminologi para pakar untuk men-
dominasi modal, sekaligus melakukan jelaskan kualitas masyarakat idaman tersebut
adalah : Civil Society (Gramsci, 1971), The
transformasi sosial menuju relasi Good Society (Bellah, 1992), The Spirit of
sosial yang lebih adil. Community (Etzioni, 1993), Demokrasi
“Masyarakat dengan relasi so- Sosial dalam The Third Way (Giddens, 1998),
sial yang lebih adil” dikemukakan oleh Masyarakat Madani (Madjid, 1999), Masya-
rakat Adab (Wirutomo, 2001).
38 | Jurnal Agribisnis Kerakyaratan, Volume 2, Nomor 1, Mai 2009, hal. 35 - 48
ilmu yang relevan, seperti ilmu pen- dan (e) berkelanjutan; yang akan
didikan, psikologi, antropologi, sosio- mampu memberdayakan masyarakat,
logi, psikologi sosial, dan manajemen. serta bukan praktek penyuluhan yang
Penyuluhan pembangunan selalu fo- bersifat linier, top-down dan meng-
kus kepada perbaikan mutu kehi- abaikan potensi masyarakat, yang
dupan manusia, secara lahir dan ba- akan memperdayakan dan mencip-
tin, sehingga kegiatan yang dilakukan takan ketergantungan masyarakat
selalu berkaitan erat dengan ilmu- (Sumardjo, 1999).
ilmu lain, seperti ekonomi, pertanian, Penyuluhan sebagai proses
kesehatan, dan ilmu-ilmu kesejah- pendidikan, memandu masyarakat
teraan sosial lainnya. Ilmu penyuluh- peserta penyuluhan untuk melakukan
an pembangunan tidak akan pernah perubahan perilaku dalam aspek kog-
berdiri sendiri, tetapi sering dikatakan nitif, afektif dan psikomotoriknya; se-
bersifat interdisiplin (Slamet, 1992). bagai proses demokrasi, penyuluhan
Ilmu penyuluhan pembangunan, pada memfasilitasi suasana bebas bagi
awal kegiatannya dikenal sebagai pengembangan kemampuan peserta
penyuluhan pertanian (Agricultural penyuluhan dalam berfikir, berdisku-
Extension) yang berkembang di bebe- si, menyelesaikan masalah, merenca-
rapa negara seperti Amerika Serikat, nakan dan bertindak secara bersama-
Inggris dan Belanda. Kemudian peng- sama, dari, oleh dan untuk mereka;
gunaannya ternyata meluas pada sebagai proses berkelan-jutan, penyu-
bidang-bidang lain, maka namanya luhan dimulai dari keadaan petani
menjadi Extension Education, yang di pada waktu itu menuju ke arah yang
beberapa negara disebut Development mereka kehendaki, berdasarkan ke-
Communication. Meskipun ada per- butuhan dan kepentingan yang selalu
bedaan, namun pada dasarnya semua berkembang yang dirasakan oleh pe-
mengacu kepada disiplin ilmu penyu- serta penyuluhan (Sumardjo, 1999).
luhan pembangunan, sebagai pengem- Bila penyuluh melihat adanya satu
bangan dari penyuluhan pertanian. kebutuhan, namun kebutuhan itu
Falsafah dasar ilmu penyuluh- belum dirasakan oleh peserta penyu-
an pembangunan adalah menolong luhan, padahal kebutuhan itu dinilai
orang, agar orang tersebut mampu sangat mendesak, maka penyuluh ter-
menolong dirinya, melalui pendi- lebih dahulu perlu berusaha melaku-
dikan, yang ditujukan untuk dapat kan proses penyadaran akan kebutuh-
meningkatkan kesejahteraan hidup- an nyata itu (real need) menjadi keb-
nya atau “to help people to help them- utuhan yang dirasakan (felt need)
selves through educational means to oleh peserta penyuluhan. Dengan de-
improve their level of living” (Slamet, mikian, penyuluhan bukan sekedar
1969). Dalam falsafah dasar itu ter- kegiatan penerangan tentang kebijak-
kandung makna dan prinsip-prinsip an penguasa, bukan hanya kegiatan
hakiki penyuluhan, yaitu penyuluhan disseminasi teknologi produksi, bu-
adalah proses: (a) pendidikan, (b) di- kan pula program kedermawanan
alogis, (c) konvergen, (d) demokratis, yang darurat, dan bukan program
40 | Jurnal Agribisnis Kerakyaratan, Volume 2, Nomor 1, Mai 2009, hal. 35 - 48
untuk mencapai tujuan yang bukan pola perilaku baru yang diinginkan
kepentingan kelompok sasaran. sesuai dengan cita-cita hakiki pemba-
Penyuluhan pembangunan adalah ngunan, yang dilukiskan oleh Misra
program pendidikan luar sekolah (1981) sebagai “real meaning of
yang bertujuan memberdayakan sasa- development is an increasing attain-
ran, meningkatkan kesejahteraan sa- ment of one's own cultural values“5.
saran secara mandiri, dan mem- Masyarakat bermartabat adalah, indi-
bangun masyarakat madani (Slamet, vidu atau kelompok individu di dalam
2000). Oleh karenanya, Susanto masyarakat yang ketika melakukan
(2000) menegaskan, praksis penyu- proses pemenuhan segala kebutuh-
luhan pembangunan tidak boleh annya selalu sadar tentang kewajiban
terjebak dalam tatanan masyarakat dan hak-haknya, tidak mengambil
atau politik yang top-down, serba yang bukan haknya, memegang teguh
seragam, mengabaikan aspirasi dan aturan dan tatanan sosial tentang apa
kebutuhan masyarakat arus bawah, yang boleh dan apa yang tidak boleh
tidak demokratis, serta tidak kom- dilakukan, serta mengembangkan bu-
petisi bebas dan terbuka. daya penghormatan terhadap harga
Partisipasi masyarakat dalam diri sendiri dan orang lain (Bellah,
pembangunan, menurut Susanto 1992; Etzioni, 1993; Giddens, 1998;
(2000), harus dimaknai sebagai Madjid, 1999; Wirutomo, 2001). Jika
people's programme facilitated or masyarakat telah memiliki perilaku
help by the government; dimana yang yang lebih berbudaya dan bermar-
terjadi adalah proses pemberian peng- tabat, maka ilmu penyuluhan pemba-
akuan dan penghargaan (recognition) ngunan dapat dikatakan berhasil da-
kepada potensi masyarakat, menuju lam perannya di tengah masyarakat.
penguatan jati diri dan harkat mar- Dengan pemikiran di atas, Susanto
tabat masyarakat. Karena pentingnya (2000) percaya akan diperoleh tiga
konsep partisipasi dan pembangunan keuntungan sekaligus, yaitu : (a) tum-
masyarakat yang bersifat bottom-up, buh berkembangnya kemandirian
maka ilmu penyuluhan pembangunan masyarakat dalam memenuhi kebu-
harus masuk kepada ranah perilaku tuhan-kebutuhannya, (b) semakin ber-
yang terkait fenomena martabat dan kurangnya beban dan tanggungjawab
harkat manusia, dengan melakukan administratif pemerintah karena se-
dua peran sekaligus, yaitu : (a) mela-
kukan proses penyadaran, agar ma- 5Pencapaian taraf hidup yang lebih baik dan
syarakat tahu, mau, dan mampu me- sejahtera sebagai hasil pembangunan, menu-
ningkatkan perilaku yang lebih ber- rut Misra (1981), dicirikan empat indikator,
martabat, dan (b) menjembatani ke- yaitu : (a) tersedianya barang dan jasa bagi
senjangan (bridging the gap) antara keberlanjutan hidup dasar manusia untuk
pola-pola perilaku lama yang cende- semua secara lebih banyak dan lebih baik, (b)
penghormatan terhadap harga diri sendiri dan
rung menyebabkan masyarakat tidak orang lain, (c) bebas dari segala bentuk tirani
kunjung terangkat dari kondisi keti- dan kekerasan, dan (d) kehidupan masyara-
dak-berdayaan dan stagnan, dengan kat yang mempunyai dan memberikan rasa
memiliki.
Hery Bachrizal Tanjung, Perspektif Penyuluhan Pertanian untuk Kesejahteraan Petani | 41
sosial lainnya, yaitu melalui metodo- dan alat analisis serta kemungkinan
logi ilmiah. Pertanyaan yang penting pemecahan masalah yang diajukan
adalah bagaimana disiplin ilmu itu oleh ilmu tersebut (Friedrichs dalam
lahir, berkembang, dan mengalami Suwarsono dan So, 2000). Kekuatan
perubahan. Pertanyaan ini terkait paradigma terletak pada kemam-
dengan istilah paradigma ilmu yang puannya mengarahkan kepada: apa
menjadi sangat terkenal setelah Khun yang dilihat dan bagaimana cara me-
(1962) menerbitkan buku berjudul lihat, apa yang ingin dan tidak ingin
‘The Structure of Scientific Revolu- diketahui, apa yang dianggap masalah,
tion’, yang menguraikan proses kela- dan masalah apa yang bermanfaat
hiran, perkembangan, dan perubahan dipecahkan, serta metode yang digu-
suatu ilmu. Menurut Khun, suatu disi- nakan di dalam penelitian dan pene-
plin ilmu lahir bukan melalui proses rapan (Khun, 1962); sehingga satu
akumulasi linier dari serangkaian paradigma dapat mempengaruhi pan-
pembuktian hipotesis, namun sebagai dangan tentang ‘adil atau tidak adil-
akibat proses transformasi revolusi- nya’ fenomena dan ‘baik atau buruk-
oner yang dimulai dengan penciptaan nya’ program. Misalnya, tentang relasi
seperangkat paradigma (Suwarsono laki-laki dan perempuan atau majikan
dan So, 2000). Paradigma adalah : (a) dan buruh; suatu paradigma melihat
kerangka referensi, definisi situasi ”hubungan yang harmonis, saling
atau bentuk umum pandangan dunia membantu dan tidak ada masalah;
yang menjadi dasar pijakan keya- tetapi paradigma lain menyebutnya
kinan suatu teori (Khun, 1962) ; (b) hubungan yang hegemonik, domin-
konstelasi teori, pertanyaan, pende- asi jender dan eksploitatif”. Adalah
katan dan prosedur yang digunakan tidak relevan membahas paradigma
oleh nilai dan tema pemikiran mana yang benar atau salah, karena
(Popkewitz, 1984 dalam Fakih, setiap paradigma punya visi, nilai dan
2002a); (c) tempat berpijak atau alat semangat tertentu ketika melihat
cara pandang suatu teori dalam fenomena. Kemenangan satu paradig-
melihat realitas sosial (Fakih, 2002a), ma atas paradigma lain itu karena ke-
karena konstelasi teori dikembangkan kuasaan dan kekuatan pendukung
untuk memahami dan memberi mak- paradigma yang menang itu lebih be-
na atas kondisi sejarah dan realitas sar dan kuat (bukan karena paradig-
sosial. manya lebih benar) daripada kekua-
Konsolidasi paradigma itu ter- saan dan kekuatan pendukung para-
capai jika mendapat pengakuan dari digma yang kalah itu (Ritzer, 1975
masyarakat ilmiah pendukungnya dalam Fakih, 2002a).
melalui berbagai kegiatan ilmiah, Menurut Khun (1962) tidak la-
yaitu: penelitian klasik, penulisan dan ma setelah paradigma mencapai ke-
penerbitan buku teks, serta pengem- mapanan biasanya akan muncul
bangan dan penerapan kurikulum. penyimpangan, dan ketika beban
Konsolidasi paradigma menunjukkan penyimpangan makin besar yang tidak
pola umum, persoalan pokok, metode dapat diatasi oleh paradigma itu, ma-
44 | Jurnal Agribisnis Kerakyaratan, Volume 2, Nomor 1, Mai 2009, hal. 35 - 48
ka terjadi ‘revolusi ilmiah’. Paradigma baru), dan juga tidak mengenal ada-
baru lahir dan memantapkan definisi nya kemajemukan teori, ketika lite-
serta metode kajian baru, buku teks ratur pembangunan dicirikan koek-
dan jawaban atas isu-isu standar. Pada sistensi damai antara perspektif mo-
batas tertentu, pendapat Khun itu dernisasi, dependensia dan sistem
(Suwarsono dan So, 2000) dapat dunia, sejak pertengahan tahun 1970,
membantu menjelaskan perubahan karena tidak satupun dari ketiga
perspektif pembangunan. Perspektif perspektif itu yang mampu secara to-
modernisasi (lahir tahun 1950) seba- tal menghilangkan peran perspektif
gai paradigma menguji pembangunan lain dan kemudian tegak sendirian
negara-negara di dunia ketiga, yang (Suwarsono dan So, 2000; Fakih,
ditandai hasil-hasil kajian Rostow, 2002a).
McClelland, Inkeles, Bellah, dsb, Uraian mengenai peta para-
sangat mempengaruhi agenda peneli- digma ilmu-ilmu sosial (termasuk
tian dan program pembangunan; perspektif pembangunan) diperlukan
yaitu bagaimana nilai-nilai tradisional mengingat ada pertanyaan dasar yang
dapat diubah untuk memfasilitasi pro- muncul sejak lama dan menimbulkan
ses pembangunan guna mengikuti debat panjang, dimana para pemikir
modernisasi Amerika Serikat. Ketika ilmu-ilmu sosial (Comte, Durkheim,
perspektif modernisasi gagal menje- Weber, Marx, Stuart Mill, dsb)
laskan apa yang terjadi di Amerika memberi jawaban dengan sangat ha-
Latin tahun 1960-an, lahirlah pers- ti-hati. Pertanyaannya ialah: where is
pektif baru (yaitu: dependensia) yang science in social science? Neuman
ditandai dengan hasil-hasil kajian Dos (1997) dalam buku Social Research
Santos, Frank, dan Baran, telah me- Methods menjelaskan, pertanyaan itu
rumuskan agenda penelitian untuk memiliki jawaban ganda, dimana para
menguji akibat negatif dominasi peneliti ilmu sosial dapat memilih dari
asing; maka terjadilah perdebatan tiga paradigma alternatif yang terse-
paradigma. Namun model Khun tidak dia, yaitu: (a) positivisme, (b) ilmu
dapat menjelaskan keuletan paradig- sosial interpretif/tafsir, dan (c) ilmu
ma lama dari serangan paradigma sosial kritis. Habermas (dalam Fakih,
baru. Ketika dependensia makin 2000a) menyebutnya: (a) instru-
popular di kalangan muda akademisi, menttal knowledge, (b) interpretive
memang modernisasi kehilangan daya knowledge, dan (c) emancipatory
persuasi di akhir tahun 1960 dan pers- knowledge. Setiap paradigma memi-
pektif sistem dunia mulai memberi liki perangkat asumsi dan prinsip
daya tarik di tahun 1970; tetapi tidak filosofis, teori, dan pendirian teknik
cukup bukti perspekstif modernisasi penelitian tertentu. Namun, pertanya-
lenyap dan mati, karena penelitian dan an paling penting yang harus dijawab
jurnal modernisasi tetap berlangsung. adalah, apa manfaat dan bagaimana
Khun juga tidak melihat kemampuan sikap memahami paradigma ilmu so-
paradigma melakukan adaptasi (con- sial. Memahami suatu paradigma dan
toh: muncul perspektif modernisasi teori perubahan sosial, menurut Kun-
Hery Bachrizal Tanjung, Perspektif Penyuluhan Pertanian untuk Kesejahteraan Petani | 45