Anda di halaman 1dari 14

PERSPEKTIF PENYULUHAN PERTANIAN UNTUK

MEWUJUDKAN KESEJATIAN PETANI

Hery Bachrizal Tanjung


Abstract: Agricultural extension in Indonesia has been coopted by the
national interest to increase food production, or specifically to achieve self-
sufficiency in rice. This situation has brought about the farmers’ society
dependent and ignorant, losing their sovereignity. The paper offers a
perspective of agricultural extension in order to empower the farmers. As the
nature of extension is to promote society’s potential and competency, its
practices should have not been top-down, linear, and instructive.
Key word: penyuluhan, petani, pertanian, pembangunan, masyarakat

DEHUMANISASI PETANI SEBA- lapetaka bagi penyuluhan pertanian,


GAI MASALAH PENYULUHAN karena secara tidak disadari banyak
PERTANIAN orang yang mempersepsikan bahwa
Penyuluhan pertanian Indone- penyuluhan pertanian itu adalah juga
sia sebagai pemegang mandat dan pe- alat untuk meningkatkan produksi
laksana pendidikan pertanian di pertaninan (sebagai salah satu kom-
tingkat petani (Abbas, 1995; Slamet, ponen Bimas), seperti halnya pupuk
1995; dlsb), sedang menghadapi tan- dan insektisida; dan bukan sebagai
tangan berat dewasa ini. Tantangan usaha tersendiri yang bertujuan un-
tersebut tercermin dari pernyataan tuk meningkatkan keberdayaan dan
dua pakar penyuluhan pembangunan kesejahteraan petani“ (Slamet,2001).
Indonesia, berikut: “Keberhasilan In- “Penyuluhan pertanian tanpa
donesia mencapai swasembada beras disadari telah menyimpang dan
tahun 1984 melalui program Bim- tidak menghasilkan perubahan
bingan Massa1] justru membawa ma- esensial, yaitu petani yang rasi-
onal dan mandiri, tetapi justru
menjadikan petani yang selalu
1 Bimbingan Massal (Bimas) adalah program
pemerintah yang bertanggungjawab terhadap
tergantung kepada dan digan-
pencapaian swasembada pangan (khususnya tung oleh pemerintah“ (Padma-
beras) melalui peningkatan produktivitas nagara, 1995).
pertanian padi, dengan aplikasi paket input
produksi: benih unggul hasil pemuliaan, pu- Soebiyanto (1998), Sumardjo
puk buatan untuk meningkatkan unsur hara (1999), dan Puspadi (2001) di dalam
lahan, pestisida dan insektisida untuk men- disertasinya masing-masing, mem-
cegah hama dan penyakit tanaman, irigasi
yang cukup, bimbingan dan penyuluhan, kre-
dit usahatani, dan intervensi pemerintah. Demonstrasi Massal penerapan Panca Usaha-
Bimas yang dimulai tahun 1966 merupakan tani setelah ditemukannya benih unggul padi
kelanjutan lebih terkonsolidasi dari proyek oleh IPB tahun 1963 (Abbas, 1995).

Hery Bachrizal Tanjung adalah Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Andalas
36 | Jurnal Agribisnis Kerakyaratan, Volume 2, Nomor 1, Mai 2009, hal. 35 - 48

perjelas tantangan berat penyuluhan benih unggul), karena petani mening-


pertanian, dengan melukiskan kinerja galkan pemakaian benih padi asli-
kelembagaan penyuluhan pertanian lokal dan mengadopsi benih unggul
mutakhir yang telah kritis dan stag- secara intensif.2 Dengan kata lain
nan untuk menggerakkan kegiatan penyuluhan pertanian ikut di dalam
transfer teknologi produksi kepada proses menuju dehumanisasi petani
petani guna mendukung upaya pe- secara pengetahuan, sosial, budaya,
ningkatan produksi pertanian selama ekonomi, dan politik; serta tidak me-
ini. Bahkan diperlukan paradigma miliki model kelembagaan yang mem-
baru jika ingin mengarahkan program berikan apresiasi terhadap hak-hak
penyuluhan pertanian kepada yang petani untuk menjadi petani sejati3,
bersifat pengembangan sumberdaya yaitu petani yang berdaya secara sosi-
manusia dalam rangka pemberdayaan al-ekonomi dan berwawasan kelesta-
menuju kemandirian petani. rian ekologis.
Pengalaman empiris selama ini Berbagai upaya menuntut dan
menunjukkan, penyuluhan pertanian memperkuat hak-hak petani muncul
telah terjebak menjadi bagian dari di banyak tempat. Misalnya, bersa-
program peningkatan produksi perta- maan penyelenggaraan Konferensi
nian nasional melalui Bimas. Penyu- Tingkat Tinggi Pangan Dunia FAO di
luhan pertanian yang lebih berorien- Roma pada November 1996, dilak-
tasi peningkatan produksi, menurut sanakan forum koalisi masyarakat
pandangan Wahono (1994); Fakih
(1996; 1999); Reijntjes, Haverkort 2 Beberapa tahun sebelum TRIPS (Trade
dan Waters-Bayer (1999); dan Related Aspects of Intelectual Property
Mubyarto (1999), memang berhasil Rights) terjadi penjarahan benih unggul asli-
lokal tanaman pangan, terutama padi, (atas
mendorong terjadinya proses adopsi nama penelitian untuk menghasilkan benih
secara intensif dan ekstensif oleh pe- unggul dalam rangka revolusi hijau) di selu-
tani terhadap input-input pertanian ruh dunia (benih asli-lokal dinyatakan tidak
hasil teknologi biologi (benih unggul) unggul dengan tingkat produktivitas rendah).
dan teknologi kimiawi (pupuk buatan, Benih padi asli-lokal Indonesia yang dinyata-
kan sudah punah di tataran pedesaan, namun
pestisida dan insektisida). Tetapi pro- ternyata setidaknya ada 257 jenis benih yang
ses adopsi tersebut justru menyebab- tersimpan di IRRI milik USA (Valve, 1998
kan robohnya kelembagaan dan bu- dalam Wahono, 1999).
3 Petani sejati adalah petani lelaki dan
daya pertanian lokal (yang telah tum-
buh-kembang berabad-abad sebelum- perempuan yang hidup dalam relasi sosial
yang adil dan tanpa dehumanisasi dengan
nya), dan sekaligus menjadi mesin hak-hak yang dimilikinya; yaitu hak yang
pengeruk keuntungan besar dari per- berkaitan dengan proses memelihara, mem-
usahaan kapitalis global produsen in- perbaiki, dan menyediakan keanekaragaman
put-input pertanian tersebut. Sebagai sumberdaya genetik tanaman; juga memper-
contoh, hilangnya kontrol dan kepe- oleh keadilan harga, informasi produksi dan
pasar yang benar, bertani berkelanjutan seca-
milikan petani atas plasma nutfah be- ra ekologis, dan hak atas tanah (FAO, dalam
nih padi asli-lokal pedesaan (yang Fakih, 1999). Maka petani sejati adalah peta-
beralih ke perusahaan global produsen ni yang berdaya secara sosial-ekonomi dan
berwawasan kelestarian ekologi.
Hery Bachrizal Tanjung, Perspektif Penyuluhan Pertanian untuk Kesejahteraan Petani | 37

sipil dunia yang peduli pertanian dan para pakar dalam beberapa termino-
pangan untuk memperjuangkan as- logi berbeda (sesuai ilmu dan fokus
pirasi petani dalam Konferensi Pa- studi pakar tersebut)4, yang intinya
ngan tersebut (Wiryono, 1996). As- melukiskan kualitas masyarakat ida-
pirasi petani adalah : (a) memperluas man di mana semua warga ter-masuk
partisipasi petani dan wanita tani, (b) petani menjalani kehidupan dengan
memperkenalkan pendekatan perta- hak-hak dan kewajiban yang ada
nian agroekologis dan organik, (c) secara manusiawi dan adil (Fakih,
menerapkan prinsip kecukupan sen- 1999). Korten (2002) merindukan
diri dan menghindari keter-gantungan masyarakat pasca-kapitalisme berpu-
pada perdagangan luar, (d) melakukan sat pada kehidupan (bukan pada per-
reformasi agraria, (e) menghormati tumbuhan ekonomi) sebagai masya-
pengeta-huan masyarakat adat, dan rakat beradab yang adil, lestari dan
(f) mengembangkan keaneka-raga- peduli terhadap sesama. Dalam kon-
man hayati sumber bahan pangan teks pembangunan pertanian, ada
untuk memenuhi kecukupan pangan tiga konsep yang dapat disimak men-
global. jadi pintu masuk mencapai masyara-
Pekerjaan besar yang harus kat idaman itu, yaitu: (a) pertanian
dilakukan adalah menemukan model berkelanjutan dengan input-luar ren-
kelem-bagaan penyuluhan pertanian dah/Low External Input and Sustain-
tertentu, agar aspirasi yang sebangun able Agriculture (Reijntjes, Haver-
dengan hak-hak petani tersebut dapat kort, and Waters-Bayer, 1999); (b)
menjadi kesadaran penuh dan peri- pertanian organik yang didukung oleh
laku aktual petani untuk mewujudkan masyarakat/Organic and Commu-
petani sejati, justru di tengah iklim nity-Supported Agriculture (Korten,
sosial-ekonomi-politik yang menurut 2002); dan (c) pertanian yang peduli
Wahono (1999a) menghambat ter- kepada sesama, alam semesta, kearif-
wujudnya petani sejati, yaitu hege- an lokal, dan keaneka-ragaman hayati
moni negara dan dominasi praktek (Wahono, 2004). Ketiga konsep ter-
pergerakan modal perusahaan global, sebut berakar pada konsep pertanian
serta sikap petani yang takut me- berkelanjutan (Sustainable Agricul-
nanggung resiko. Pada kondisi ini ture) yaitu pertanian yang mantap
jadi menarik menelaah pemikiran secara ekologis, berkelanjutan secara
Gramsci (1971) dalam Fakih (1996) ekonomi, adil dalam distribusi sum-
yang melukiskan pendidikan, budaya berdaya, bersifat manusiawi dan
dan kesadaran kritis, sebagai daerah
perjuangan yang sangat penting
untuk melawan hegemoni negara dan 4 Beberapa terminologi para pakar untuk men-
dominasi modal, sekaligus melakukan jelaskan kualitas masyarakat idaman tersebut
adalah : Civil Society (Gramsci, 1971), The
transformasi sosial menuju relasi Good Society (Bellah, 1992), The Spirit of
sosial yang lebih adil. Community (Etzioni, 1993), Demokrasi
“Masyarakat dengan relasi so- Sosial dalam The Third Way (Giddens, 1998),
sial yang lebih adil” dikemukakan oleh Masyarakat Madani (Madjid, 1999), Masya-
rakat Adab (Wirutomo, 2001).
38 | Jurnal Agribisnis Kerakyaratan, Volume 2, Nomor 1, Mai 2009, hal. 35 - 48

adaptif (Gips, dalam Reijntjes, Haver- untuk berpartisipasi dalam pemba-


kort and Waters-Bayer, 1999). ngunan harus didahului oleh proses
Berdasarkan uraian di atas, belajar untuk memperoleh dan me-
pertanyaan pokok yang mesti dijawab mahami informasi, serta memproses-
adalah: model kelembagaan penyu- nya menjadi pengetahuan tentang
luhan pertanian yang bagaimanakah adanya kesempatan-kesempatan bagi
yang handal untuk mewujudkan ke- dirinya, kemudian melatih dirinya
sejatian petani di dalam konteks pem- agar mampu berbuat dan termotivasi
bangunan pertanian berkelanjutan? untuk bertindak. Jika rakyat telah
Pertanyaan itu mesti dijawab melalui bertindak menuju perbaikan kehidup-
penelitian mendalam dan kompre- annya, barulah dikatakan rakyat telah
hensif, namun untuk artikel yang berpartisipasi dalam pembangunan
terbatas kapasitasnya, pertanyaan da- (Slamet, 1992; 2003 dan Sumardjo,
sar yang hendak dijawab melalui 1999).
telaah literatur adalah: bagaimana per- Agar tujuan pembangunan da-
spektif penyuluhan pertanian untuk pat dicapai secara baik dan dalam
mewujudkan kesejatian petani itu waktu relatif singkat, diperlukan usa-
tersebut? ha-usaha khusus yang bersistem dan
berstrategi di bidang pendidikan non-
PENYULUHAN PEMBANGUN- formal yang berfungsi memfasilitasi
AN MEMBENTUK MASYARA- rakyat mengalami proses belajar agar
KAT BERMARTABAT mampu berpartisipasi dalam pemba-
Pembangunan adalah upaya ngunan untuk memperbaiki diri sen-
mencapai taraf hidup rakyat yang diri. Inilah ruang lingkup peran stra-
lebih ber-kualitas sesuai dengan nilai- tegis penyuluhan pembangunan, dan
nilai sosial yang berlaku. Berbagai ka- pengetahuan yang diperlukan untuk
jian banyak menyatakan, partisipasi membantu tugas itu menjadi lebih
rakyat yang besar seharusnya ada di mudah, adalah ilmu penyuluhan
dalam seluruh proses pembangunan pembangunan. Ilmu penyuluhan
agar tujuan pembangunan dapat ter- pembangunan adalah ilmu yang
capai dengan baik. Partisipasi yang di- mempelajari bagaimana pola perilaku
maksud tidak hanya berarti penge- manusia pembangunan terbentuk,
rahan tenaga kerja rakyat secara bagaimana perilaku manusia dapat
sukarela, tetapi justru yang lebih berubah atau diubah, sehingga mau
penting tergeraknya rakyat untuk mau meninggalkan kebiasaan lama dan
memanfaatkan kesempatan-kesem- menggantinya dengan perilaku baru
patan tersedia melalui pembangunan yang membawa perbaikan kualitas
guna memperbaiki kualitas hidupnya hidup orang yang bersangkutan
sendiri (Slamet, 1992; 2003). Namun (Slamet, 1992).
pengalaman empiris menunjukkan ti- Ilmu penyuluhan pembangun-
dak dengan sendirinya rakyat mau an memulai proses perkembangannya
memanfaatkan kesempatan-kesem- dengan meminjam dan merangkum
patan tersebut. Kemampuan rakyat konsep-konsep dari berbagai disiplin
Hery Bachrizal Tanjung, Perspektif Penyuluhan Pertanian untuk Kesejahteraan Petani | 39

ilmu yang relevan, seperti ilmu pen- dan (e) berkelanjutan; yang akan
didikan, psikologi, antropologi, sosio- mampu memberdayakan masyarakat,
logi, psikologi sosial, dan manajemen. serta bukan praktek penyuluhan yang
Penyuluhan pembangunan selalu fo- bersifat linier, top-down dan meng-
kus kepada perbaikan mutu kehi- abaikan potensi masyarakat, yang
dupan manusia, secara lahir dan ba- akan memperdayakan dan mencip-
tin, sehingga kegiatan yang dilakukan takan ketergantungan masyarakat
selalu berkaitan erat dengan ilmu- (Sumardjo, 1999).
ilmu lain, seperti ekonomi, pertanian, Penyuluhan sebagai proses
kesehatan, dan ilmu-ilmu kesejah- pendidikan, memandu masyarakat
teraan sosial lainnya. Ilmu penyuluh- peserta penyuluhan untuk melakukan
an pembangunan tidak akan pernah perubahan perilaku dalam aspek kog-
berdiri sendiri, tetapi sering dikatakan nitif, afektif dan psikomotoriknya; se-
bersifat interdisiplin (Slamet, 1992). bagai proses demokrasi, penyuluhan
Ilmu penyuluhan pembangunan, pada memfasilitasi suasana bebas bagi
awal kegiatannya dikenal sebagai pengembangan kemampuan peserta
penyuluhan pertanian (Agricultural penyuluhan dalam berfikir, berdisku-
Extension) yang berkembang di bebe- si, menyelesaikan masalah, merenca-
rapa negara seperti Amerika Serikat, nakan dan bertindak secara bersama-
Inggris dan Belanda. Kemudian peng- sama, dari, oleh dan untuk mereka;
gunaannya ternyata meluas pada sebagai proses berkelan-jutan, penyu-
bidang-bidang lain, maka namanya luhan dimulai dari keadaan petani
menjadi Extension Education, yang di pada waktu itu menuju ke arah yang
beberapa negara disebut Development mereka kehendaki, berdasarkan ke-
Communication. Meskipun ada per- butuhan dan kepentingan yang selalu
bedaan, namun pada dasarnya semua berkembang yang dirasakan oleh pe-
mengacu kepada disiplin ilmu penyu- serta penyuluhan (Sumardjo, 1999).
luhan pembangunan, sebagai pengem- Bila penyuluh melihat adanya satu
bangan dari penyuluhan pertanian. kebutuhan, namun kebutuhan itu
Falsafah dasar ilmu penyuluh- belum dirasakan oleh peserta penyu-
an pembangunan adalah menolong luhan, padahal kebutuhan itu dinilai
orang, agar orang tersebut mampu sangat mendesak, maka penyuluh ter-
menolong dirinya, melalui pendi- lebih dahulu perlu berusaha melaku-
dikan, yang ditujukan untuk dapat kan proses penyadaran akan kebutuh-
meningkatkan kesejahteraan hidup- an nyata itu (real need) menjadi keb-
nya atau “to help people to help them- utuhan yang dirasakan (felt need)
selves through educational means to oleh peserta penyuluhan. Dengan de-
improve their level of living” (Slamet, mikian, penyuluhan bukan sekedar
1969). Dalam falsafah dasar itu ter- kegiatan penerangan tentang kebijak-
kandung makna dan prinsip-prinsip an penguasa, bukan hanya kegiatan
hakiki penyuluhan, yaitu penyuluhan disseminasi teknologi produksi, bu-
adalah proses: (a) pendidikan, (b) di- kan pula program kedermawanan
alogis, (c) konvergen, (d) demokratis, yang darurat, dan bukan program
40 | Jurnal Agribisnis Kerakyaratan, Volume 2, Nomor 1, Mai 2009, hal. 35 - 48

untuk mencapai tujuan yang bukan pola perilaku baru yang diinginkan
kepentingan kelompok sasaran. sesuai dengan cita-cita hakiki pemba-
Penyuluhan pembangunan adalah ngunan, yang dilukiskan oleh Misra
program pendidikan luar sekolah (1981) sebagai “real meaning of
yang bertujuan memberdayakan sasa- development is an increasing attain-
ran, meningkatkan kesejahteraan sa- ment of one's own cultural values“5.
saran secara mandiri, dan mem- Masyarakat bermartabat adalah, indi-
bangun masyarakat madani (Slamet, vidu atau kelompok individu di dalam
2000). Oleh karenanya, Susanto masyarakat yang ketika melakukan
(2000) menegaskan, praksis penyu- proses pemenuhan segala kebutuh-
luhan pembangunan tidak boleh annya selalu sadar tentang kewajiban
terjebak dalam tatanan masyarakat dan hak-haknya, tidak mengambil
atau politik yang top-down, serba yang bukan haknya, memegang teguh
seragam, mengabaikan aspirasi dan aturan dan tatanan sosial tentang apa
kebutuhan masyarakat arus bawah, yang boleh dan apa yang tidak boleh
tidak demokratis, serta tidak kom- dilakukan, serta mengembangkan bu-
petisi bebas dan terbuka. daya penghormatan terhadap harga
Partisipasi masyarakat dalam diri sendiri dan orang lain (Bellah,
pembangunan, menurut Susanto 1992; Etzioni, 1993; Giddens, 1998;
(2000), harus dimaknai sebagai Madjid, 1999; Wirutomo, 2001). Jika
people's programme facilitated or masyarakat telah memiliki perilaku
help by the government; dimana yang yang lebih berbudaya dan bermar-
terjadi adalah proses pemberian peng- tabat, maka ilmu penyuluhan pemba-
akuan dan penghargaan (recognition) ngunan dapat dikatakan berhasil da-
kepada potensi masyarakat, menuju lam perannya di tengah masyarakat.
penguatan jati diri dan harkat mar- Dengan pemikiran di atas, Susanto
tabat masyarakat. Karena pentingnya (2000) percaya akan diperoleh tiga
konsep partisipasi dan pembangunan keuntungan sekaligus, yaitu : (a) tum-
masyarakat yang bersifat bottom-up, buh berkembangnya kemandirian
maka ilmu penyuluhan pembangunan masyarakat dalam memenuhi kebu-
harus masuk kepada ranah perilaku tuhan-kebutuhannya, (b) semakin ber-
yang terkait fenomena martabat dan kurangnya beban dan tanggungjawab
harkat manusia, dengan melakukan administratif pemerintah karena se-
dua peran sekaligus, yaitu : (a) mela-
kukan proses penyadaran, agar ma- 5Pencapaian taraf hidup yang lebih baik dan
syarakat tahu, mau, dan mampu me- sejahtera sebagai hasil pembangunan, menu-
ningkatkan perilaku yang lebih ber- rut Misra (1981), dicirikan empat indikator,
martabat, dan (b) menjembatani ke- yaitu : (a) tersedianya barang dan jasa bagi
senjangan (bridging the gap) antara keberlanjutan hidup dasar manusia untuk
pola-pola perilaku lama yang cende- semua secara lebih banyak dan lebih baik, (b)
penghormatan terhadap harga diri sendiri dan
rung menyebabkan masyarakat tidak orang lain, (c) bebas dari segala bentuk tirani
kunjung terangkat dari kondisi keti- dan kekerasan, dan (d) kehidupan masyara-
dak-berdayaan dan stagnan, dengan kat yang mempunyai dan memberikan rasa
memiliki.
Hery Bachrizal Tanjung, Perspektif Penyuluhan Pertanian untuk Kesejahteraan Petani | 41

makin berkurang ketergantungan ma- amanah yang bertolak dari kesucian


syarakat terhadap aturan-aturan hidup, harta, dan martabat kema-
pemerintah, dan akhirnya (c) akan nusiaan, sehingga tidak boleh dila-
muncul kondisi pertumbuhan eko- kukan pengambilan tanpa hak atas-
nomi yang merata dan berkeadilan. nya. Inilah masyarakat bertaqwa yang
Sebagai cermin, ada baiknya mewujudkan titah suci Tuhan: Hai
sedikit menelaah tentang masyarakat manusia! Kami ciptakan kamu dari
kota Madinah semasa Khalifah Rasul, laki-laki dan perempuan, Kami jadi-
yang menurut Bellah (dalam Madjid, kan kamu berbangsa-bangsa dan
1999) memiliki tatanan sosial politik bersuku-suku supaya kamu saling
sangat modern, bahkan terlalu mo- me-ngenal. Sesungguhnya yang pa-
dern untuk zaman dan tempatnya. ling mulia diantara kamu di sisi
Masyarakat Madinah tersebut memi- Allah adalah yang paling taqwa (Q.S.
liki ciri-ciri modernitas yang nantinya 49 : 13). Berbuatlah adil, karena adil
diidentifikasi sebagai penciri utama itu lebih dekat kepada taqwa (Q.S. 5 :
civil society atau masyarakat madani 8). Ketaqwaan yang dimaksud bukan
atau masyarakat berperadaban. Ciri- kesalehan ritual individu belaka,
ciri modernitas itu adalah: (a) memi- tetapi yang paling penting kesalehan
liki tingkat komitmen, keterlibatan sosial yang berwujud selalu mampu
dan partisipasi yang tinggi dari selu- berbuat adil di tengah masyarakat.
ruh masyarakat, (b) ada keterbukaan Menurut Madjid (1999) inti pernya-
posisi kepemimpinan dengan ukuran taan ini menyebar ke dunia Barat
kecakapan pribadi atas dasar pertim- melalui filsafat kemanusiaan Gionavi
bangan obyektif, universal dan bukan Pico della Mirandola dan juga kepada
keturunan, (c) menegakkan prinsip John Locke yang mempengaruhi pe-
kemajemukan, toleransi, serta meng- mikiran para pendiri Amerika Serikat,
akui hak dan kewajiban yang sama sehingga dapat dibaca dalam Decla-
bagi seluruh anggota masyarakat tan- ration of Independence. Masyarakat
pa memandang agama dan suku (kota dengan ciri-ciri demikian, menurut
Madinah terdiri dari beragam agama Slamet (2000) adalah masyarakat
dan suku) berdasarkan Piagam Madi- yang berdaulat, komunikatif, mene-
nah atau disebut Konstitusi Madinah rima pluralitas, adaptif terhadap peru-
(sebagai dokumen politik pertama bahan, swadaya tinggi, selalu me-
dalam sejarah umat manusia), dan (d) ngembangkan diri, tahu apa yang
masyarakat yang tunduk dan patuh dibutuhkan dan bagaimana menda-
kepada ajaran kepatuhan dalam patkannya, dan berani mengambil
supremasi hukum dan peraturan. keputusan. Sejalan dengan itu, untuk
Masyarakat tersebut adalah masyarakat Indonesia saat ini, menu-
masyarakat yang mengemban amanah rut Kuntowijoyo (1998) dibutuhkan
pemimpinnya, yang dikemukan pada ilmu-ilmu sosial profetik, yaitu ilmu
kesempatan khutbah perpisahan; yai- sosial yang tidak hanya menjelaskan
tu life, property, and dignity atau life, fenomena sosial, tetapi juga memberi
fortune, and secred honor. Suatu petunjuk ke mana, untuk apa dan
42 | Jurnal Agribisnis Kerakyaratan, Volume 2, Nomor 1, Mai 2009, hal. 35 - 48

oleh siapa transformasi sosial itu membantu membentuk masyarakat


dilakukan. Nilai dasar arah yang dita- bermartabat.
warkan Kuntowijoyo untuk peruba- Jika hakikat ilmu penyuluhan
han sosial adalah humanisasi, eman- pembangunan (termasuk dalam pem-
sipasi, liberasi dan transendensi, bangunan pertanian) adalah untuk
yang diderivasi dari misi historis membentuk masyarakat yang ber-
Islam yaitu: martabat, maka mengapa fakta me-
Engkau adalah umat terbaik nunjukkan pada umumnya penyu-
yang diturunkan di tengah ma- luhan pembangunan pertanian Indo-
nusia untuk menegakkan kebai- nesia justru tidak menjadikan petani
kan (al-ma'ruf atau humanisasi sejati dan mandiri, bahkan mengalami
dan emansipasi), mencegah ke- dehumanisasi, yang sesungguhnya
mungkaran (liberasi atau pem- bertentangan dengan cita-cita masya-
bebasan manusia dari segala rakat bermartabat itu sendiri. Seperti
bentuk tirani, kekejaman, kem- dinyatakan dua pakar penyuluhan
iskinan dan ketertindasan struk- pembangunan Indonesia, yaitu: (a)
tural), dan beriman kepada timbul persepsi masyarakat bahwa
Allah (menegakkan dimensi penyuluhan pertanian juga alat untuk
transendental dalam kebudaya- meningkatkan produksi pertanian,
annya) (Q.S. 3: 110). dan bukan sebagai usaha unik untuk
meningkatkan keberdayaan dan kese-
Dari uraian di atas, dapat di- jahteraan petani (Slamet, 2001); (b)
nyatakan bahwa hakikat atau ontologi praktek penyuluhan pertanian tanpa
ilmu penyuluhan pembangunan ada- disadari telah menyimpang dari tuju-
lah mempelajari atau mengkaji pola an esensial, menjadikan petani rasio-
perilaku manusia pembangunan, dan nal dan mandiri, tetapi justru selalu
bagaimana pola perilaku manusia itu tergantung kepada dan digantung oleh
dapat berubah atau diubah sehingga pemerintah (Padmanagara, 1995).
mau meninggalkan kebiasaan lama Jadi, yang diperlukan sekarang
dan menggantinya dengan perilaku adalah mewujudkan kelembagaan
yang lebih bermartabat dan memba- penyu-luhan pertanian yang berjalan
wa perbaikan kualitas hidup orang di atas falsafah dan tujuan dasarnya,
yang bersangkutan dan masyarakat- yaitu menolong menjadikan petani
nya. Sedangkan aksiologi atau nilai dan keluarganya untuk mampu dan
kegunaan ilmu penyuluhan pemba- berdaya, melalui pendidikan, agar
ngunan adalah untuk membantu ma- mereka mandiri, sejahtera, sejati, dan
syarakat, melalui pendidikan, agar bermartabat.
mampu dan berdaya menolong diri-
nya untuk meningkatkan kesejahte- PRADIGMA TEORI PERU-
raan dan martabat hidupnya dan ma- BAHAN SOSIAL
syarakatnya. Singkatnya, ilmu penyu- Epistemologi atau cara men-
luhan pembangunan berguna untuk dapatkan ilmu penyuluhan pemba-
ngunan itu sama dengan ilmu-ilmu
Hery Bachrizal Tanjung, Perspektif Penyuluhan Pertanian untuk Kesejahteraan Petani | 43

sosial lainnya, yaitu melalui metodo- dan alat analisis serta kemungkinan
logi ilmiah. Pertanyaan yang penting pemecahan masalah yang diajukan
adalah bagaimana disiplin ilmu itu oleh ilmu tersebut (Friedrichs dalam
lahir, berkembang, dan mengalami Suwarsono dan So, 2000). Kekuatan
perubahan. Pertanyaan ini terkait paradigma terletak pada kemam-
dengan istilah paradigma ilmu yang puannya mengarahkan kepada: apa
menjadi sangat terkenal setelah Khun yang dilihat dan bagaimana cara me-
(1962) menerbitkan buku berjudul lihat, apa yang ingin dan tidak ingin
‘The Structure of Scientific Revolu- diketahui, apa yang dianggap masalah,
tion’, yang menguraikan proses kela- dan masalah apa yang bermanfaat
hiran, perkembangan, dan perubahan dipecahkan, serta metode yang digu-
suatu ilmu. Menurut Khun, suatu disi- nakan di dalam penelitian dan pene-
plin ilmu lahir bukan melalui proses rapan (Khun, 1962); sehingga satu
akumulasi linier dari serangkaian paradigma dapat mempengaruhi pan-
pembuktian hipotesis, namun sebagai dangan tentang ‘adil atau tidak adil-
akibat proses transformasi revolusi- nya’ fenomena dan ‘baik atau buruk-
oner yang dimulai dengan penciptaan nya’ program. Misalnya, tentang relasi
seperangkat paradigma (Suwarsono laki-laki dan perempuan atau majikan
dan So, 2000). Paradigma adalah : (a) dan buruh; suatu paradigma melihat
kerangka referensi, definisi situasi ”hubungan yang harmonis, saling
atau bentuk umum pandangan dunia membantu dan tidak ada masalah;
yang menjadi dasar pijakan keya- tetapi paradigma lain menyebutnya
kinan suatu teori (Khun, 1962) ; (b) hubungan yang hegemonik, domin-
konstelasi teori, pertanyaan, pende- asi jender dan eksploitatif”. Adalah
katan dan prosedur yang digunakan tidak relevan membahas paradigma
oleh nilai dan tema pemikiran mana yang benar atau salah, karena
(Popkewitz, 1984 dalam Fakih, setiap paradigma punya visi, nilai dan
2002a); (c) tempat berpijak atau alat semangat tertentu ketika melihat
cara pandang suatu teori dalam fenomena. Kemenangan satu paradig-
melihat realitas sosial (Fakih, 2002a), ma atas paradigma lain itu karena ke-
karena konstelasi teori dikembangkan kuasaan dan kekuatan pendukung
untuk memahami dan memberi mak- paradigma yang menang itu lebih be-
na atas kondisi sejarah dan realitas sar dan kuat (bukan karena paradig-
sosial. manya lebih benar) daripada kekua-
Konsolidasi paradigma itu ter- saan dan kekuatan pendukung para-
capai jika mendapat pengakuan dari digma yang kalah itu (Ritzer, 1975
masyarakat ilmiah pendukungnya dalam Fakih, 2002a).
melalui berbagai kegiatan ilmiah, Menurut Khun (1962) tidak la-
yaitu: penelitian klasik, penulisan dan ma setelah paradigma mencapai ke-
penerbitan buku teks, serta pengem- mapanan biasanya akan muncul
bangan dan penerapan kurikulum. penyimpangan, dan ketika beban
Konsolidasi paradigma menunjukkan penyimpangan makin besar yang tidak
pola umum, persoalan pokok, metode dapat diatasi oleh paradigma itu, ma-
44 | Jurnal Agribisnis Kerakyaratan, Volume 2, Nomor 1, Mai 2009, hal. 35 - 48

ka terjadi ‘revolusi ilmiah’. Paradigma baru), dan juga tidak mengenal ada-
baru lahir dan memantapkan definisi nya kemajemukan teori, ketika lite-
serta metode kajian baru, buku teks ratur pembangunan dicirikan koek-
dan jawaban atas isu-isu standar. Pada sistensi damai antara perspektif mo-
batas tertentu, pendapat Khun itu dernisasi, dependensia dan sistem
(Suwarsono dan So, 2000) dapat dunia, sejak pertengahan tahun 1970,
membantu menjelaskan perubahan karena tidak satupun dari ketiga
perspektif pembangunan. Perspektif perspektif itu yang mampu secara to-
modernisasi (lahir tahun 1950) seba- tal menghilangkan peran perspektif
gai paradigma menguji pembangunan lain dan kemudian tegak sendirian
negara-negara di dunia ketiga, yang (Suwarsono dan So, 2000; Fakih,
ditandai hasil-hasil kajian Rostow, 2002a).
McClelland, Inkeles, Bellah, dsb, Uraian mengenai peta para-
sangat mempengaruhi agenda peneli- digma ilmu-ilmu sosial (termasuk
tian dan program pembangunan; perspektif pembangunan) diperlukan
yaitu bagaimana nilai-nilai tradisional mengingat ada pertanyaan dasar yang
dapat diubah untuk memfasilitasi pro- muncul sejak lama dan menimbulkan
ses pembangunan guna mengikuti debat panjang, dimana para pemikir
modernisasi Amerika Serikat. Ketika ilmu-ilmu sosial (Comte, Durkheim,
perspektif modernisasi gagal menje- Weber, Marx, Stuart Mill, dsb)
laskan apa yang terjadi di Amerika memberi jawaban dengan sangat ha-
Latin tahun 1960-an, lahirlah pers- ti-hati. Pertanyaannya ialah: where is
pektif baru (yaitu: dependensia) yang science in social science? Neuman
ditandai dengan hasil-hasil kajian Dos (1997) dalam buku Social Research
Santos, Frank, dan Baran, telah me- Methods menjelaskan, pertanyaan itu
rumuskan agenda penelitian untuk memiliki jawaban ganda, dimana para
menguji akibat negatif dominasi peneliti ilmu sosial dapat memilih dari
asing; maka terjadilah perdebatan tiga paradigma alternatif yang terse-
paradigma. Namun model Khun tidak dia, yaitu: (a) positivisme, (b) ilmu
dapat menjelaskan keuletan paradig- sosial interpretif/tafsir, dan (c) ilmu
ma lama dari serangan paradigma sosial kritis. Habermas (dalam Fakih,
baru. Ketika dependensia makin 2000a) menyebutnya: (a) instru-
popular di kalangan muda akademisi, menttal knowledge, (b) interpretive
memang modernisasi kehilangan daya knowledge, dan (c) emancipatory
persuasi di akhir tahun 1960 dan pers- knowledge. Setiap paradigma memi-
pektif sistem dunia mulai memberi liki perangkat asumsi dan prinsip
daya tarik di tahun 1970; tetapi tidak filosofis, teori, dan pendirian teknik
cukup bukti perspekstif modernisasi penelitian tertentu. Namun, pertanya-
lenyap dan mati, karena penelitian dan an paling penting yang harus dijawab
jurnal modernisasi tetap berlangsung. adalah, apa manfaat dan bagaimana
Khun juga tidak melihat kemampuan sikap memahami paradigma ilmu so-
paradigma melakukan adaptasi (con- sial. Memahami suatu paradigma dan
toh: muncul perspektif modernisasi teori perubahan sosial, menurut Kun-
Hery Bachrizal Tanjung, Perspektif Penyuluhan Pertanian untuk Kesejahteraan Petani | 45

towijoyo (1998) dan Fakih (2002a), yang mengedepankan rekayasa sosial


adalah dalam rangka untuk menegak- dalam perubahan sosial. Penelitian
kan komitmen terjadinya proses dilakukan dengan metode ilmiah ber-
emansipasi, humanisasi, liberasi, ciri obyektif (tidak subjektif), netral
transformasi dan keadilan sosial. (tidak memihak), rasional (tidak emo-
Sehingga pilihan terhadap paradigma sional dan tidak empati), bebas nilai,
dan teori atau perspektif pemba- dan menjaga jarak terhadap objek
ngunan, bukan semata karena alasan studi; serta lebih sering melalui eks-
benar atau salahnya suatu teori, perimen atau survey yang memanfa-
tetapi lebih pada keyakinan teori atkan data kuantitatif (Neuman,
mana yang berimplikasi dapat men- 1997).
ciptakan hubungan-hubungan dan Ilmu sosial interpret-tif/
struktur sosial yang lebih emansipatif, tafsir atau interpretive know-
liberatif, transformatif, dan adil. ledge ialah paradigma yang dianut
Positivisme atau instru- Marx Weber (1864–1920) dan Wil-
menttal knowledge adalah para- hem Dilthey (1833–1911) [disebut
digma yang dianut oleh Aguste Comte Chicago School of Sociology] yang
(1798–1857), Emile Durkheim (1858– memandang, ilmu-ilmu alam itu
1917), J. S. Mill (1806–1873) dan berdasarkan pada erklarung (abs-
paling luas dipakai dalam ilmu-ilmu tract explanation) atau penjelasan-
sosial. Positivisme ilmu-ilmu sosial penjelasan abstrak tentang fenomena
adalah pendekatan ilmu-ilmu sosial alam, sedangkan ilmu-ilmu sosial
yang dipinjam dari pendekatan dan lebih berakar pada verstehen atau
metode ilmu-ilmu alam, ketika mema- pemahaman empatik, yang diper-
hami dan mendominasi realitas objek lukan untuk mempelajari tindakan
studi, dan memberikan penjelasan sosial dengan tujuan tertentu (mea-
bersifat universal dan generalisasi ningful social action) yang terkait
(percaya ada pola hukum tetap atas dengan pikiran-pikiran dan motivasi-
fenomena tertentu di semua tempat motivasi personal. Ilmu sosial intre-
dan waktu). Positivisme memandang pretif berkait dengan hermeneutics,
ilmu-ilmu sosial sebagai metode ter- yang ditemukan dalam ilmu-ilmu
organisasi yang mengkombinasi logika humanity (philosofi, sejarah, budaya,
deduktif dengan pengamatan empiris- bahasa, sastra, dan studi agama),
seksama atas perilaku individu untuk yang menyatakan ilmu-ilmu sosial itu
menemukan seperangkat hukum se- hakikatnya dimaksudkan untuk me-
bab-akibat bersifat peluang (proba- mahami fenomena sosial apa adanya
bilistic), yang dapat dimanfaatkan (semboyannya: “biarkan fakta bicara
memprediksi pola umum aktivitas atas nama dirinya sendiri”). Peneli-
manusia. Contoh teori positivisme tian dikerjakan dengan metodologi
yang terkenal adalah teori sosiologi kualitatif melalui pengamatan partisi-
“struktural-fungsional” yang berakar patif serta penelitian lapangan lang-
pada filsafat keteraturan, ketertiban, sung dan rinci didalam suasana alami
keterpaduan dan stabilitas sosial, untuk mencapai suatu pemahaman
46 | Jurnal Agribisnis Kerakyaratan, Volume 2, Nomor 1, Mai 2009, hal. 35 - 48

dan intrepretasi bagaimana manusia proses perubahan dan perencanaan


menciptakan dan memelihara dunia sosial, serta penciptaan dan pengawa-
sosial mereka (Neuman, 1997). san atas pengetahuan yang diperoleh
Ilmu sosial kritis atau melalui participatory research (pene-
emancipatory knowledge adalah litian partisipatori).
paradigma yang dianut oleh Karl
Marx (1818–1883), Sigmund Freud PENUTUP
(1856–1939), Erich Fromm (1900– Berdasarkan uraian di atas, da-
1980), Jurgen Habermas (1929-) yang pat dinyatakan bahwa ilmu penyu-
dikenal dengan Frankfurt School. luhan pembangunan lahir dari pers-
(Anthony Gramsci dan Paulo Freire pektif modernisasi, yang mengkaji
juga menganut paradigma ini walau- bagaimana pola perilaku manusia
pun dengan varian yang berbeda). pembangunan terbentuk, bagaimana
Paradigma ini mendefinisikan ilmu- perilaku manusia dapat berubah atau
ilmu sosial sebagai proses kritis dari diubah dari perilaku lama (dapat di-
inquiry (penelitian alamiah), yang tafsirkan sebagai tradisional atau juga
bekerja melebihi batas-batas permu- stagnan) menuju perilaku baru (dapat
kaan ilusi untuk membongkar struk- ditafsirkan sebagai modern dan ber-
tur-struktur nyata di dalam dunia martabat) melalui pembangunan. Il-
material, guna menolong orang-orang mu penyuluhan pembangunan dipe-
yang termarjinalkan dan tertindas, roleh dan dikembangkan (epistemo-
merubah kondisinya dan membangun logi) melalui paradigma positivisme,
dunia yang lebih baik dan lebih adil tetapi tidak menutup kemungkinan
bagi mereka. Karenanya paradigma ini untuk mengikuti jalan interpretative
menganjurkan ilmu-ilmu sosial tidak dan kritis melalui penelitian dengan
boleh netral dan tidak hanya terlibat metodologi kualitatif-partisipatif. Se-
dalam teori abstrak-spekulatif, tetapi dangkan aksiologi atau nilai kegunaan
selalu engamati realitas sosial dalam ilmu penyuluhan pembangunan ada-
perspektif kesejarahan, yang dikait- lah untuk membantu masyarakat, me-
kan dengan pemihakan atas upaya lalui pendidikan, agar mampu dan
emansipasi kehidupan masyarakat se- berdaya menolong dirinya untuk me-
hari-hari (Neuman, 1997). Biasa dise- ningkatkan kesejahteraan dan mar-
but sebagai metodologi alternatif, yang tabat hidupnya dan masyarakatnya.
berdasar pada dialektika meterialisme, Singkatnya, ilmu penyuluhan pemba-
analisis klas, dan strukturalisme, de- ngunan berguna untuk membantu dan
ngan pendekatan holistik, yang meng- memfasilitasi pembentukan masyara-
hindari cara berfikir deterministik dan kat bermartabat. Namun pada praktis-
reduksionis. Sehingga ilmu sosial kritis nya pernah terjebak sebagai alat untuk
tidak menempatkan rakyat sebagai meningkatkan produksi (misal: perta-
objek penelitian yang pasif dan objek nian padi) dan mengabaikan peran
rekayasa sosial yang dirancang para meningkatkan kualitas sumberdaya
ahli perencana di luar; tetapi menem- manusia. Kondisi ini yang menyebab-
patkan rakyat sebagi subjek utama kan munculnya kembali penegasan
Hery Bachrizal Tanjung, Perspektif Penyuluhan Pertanian untuk Kesejahteraan Petani | 47

perspektif ilmu penyuluhan pemba- Fakih, Mansour. 2002a. Runtuhnya Teo-


ngunan yang hakikatnya untuk mem- ri Pembangunan dan Globalisasi.
bantu memberdayakan masyarakat Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pela-
(termasuk petani menuju kesejati- jar dan Insist Press.
annya) melalui peningkatan kualitas Giddens, Antony. 1998. The Third Way.
sumberdaya manusia. Untuk mewu- Blackwell Publisher Ltd.
judkan petani sejati dan bermartabat Korten, David. C. 2002. Kehidupan Sete-
(yang berdaya secara sosial, ekonomi, lah Kapitalisme (The Post Corpo-
rate Worl—alih bahasa). Jakarta:
dan berwawasan ekologi; yang ditan-
Penerbit Yayasan Obor Indonesia.
dai dengan tingkat modernitas, parti-
Kuntowijoyo. 1998. Paradigma Islam:
sipasi dan dayasaing petani); harus
Interpretasi untuk Aksi. Bandung:
lebih dahulu mempelajari tentang sis- Mizan.
tem pendidikan petani (apakah mem-
Madjid, Nurcholish. 1999. Pembinaan
berdayakan petani), kelembagaan pe- Masyarakat Madani dan Investasi
nyuluhan pertanian (apakah kompa- Demokrasi: Tantangan dan Ke-
tibel dan efektif dengan kesejatian mungkinan. Makalah untuk Raker-
petani), serta apakah peran negara dan nas ICMI, tanggal 10 Juli 1999 di
lembaga terkait kondusif dan meno- Bandung.
pang. Misra, R.P. 1981. “The Changing Percept-
ion of Development Problems.”
Dalam Misra, R.P dan M. Honjo
DAFTAR PUSTAKA
(eds.) Changing Perception of
Abbas, Syamsuddin. 1995. “Sembilan Pu- Development Problems. Volume 1.
luh Tahun Penyuluhan Pertanian di Maruzen Asia for and on befalf of
Indonesia.” Dalam Dinamika dan the United Nations Centre for
Perspektif Penyuluhan Pertanian Regional Development. Singapore.
pada Pembangunan Jangka Pan- Neuman, Lawrence. W. 1997. Social
jang Tahap Kedua. Prosiding Loka- Research Methods: Qualitative and
karya 4-5 Juli 1995. Badan Peneli- Quantitative Approaches. Boston:
tian dan Pengembangan Pertanian. Allyn and Bacon Publisher.
Bogor. Padmanagara, Salmon. 1995. “Sumbang
Fakih, Mansour. 1996. Masyarakat Sipil Saran Tambahan Mengenai Pola,
untuk Transformasi Sosial: Pergo- Strategi dan Pendekatan Penye-
lakan Ideologi LSM Indonesia (ter- lenggaraan Penyuluhan Pertanian
jemahan). Yogyakarta: Penerbit pada PJP II.” Dalam Dinamika
Pustaka Pelajar. dan Perspektif Penyuluhan Pertani-
________. 1999. “Pengantar Edisi In- an pada Pembangunan Jangka Pan-
donesia.” Dalam Reijntjes, Coen; jang Tahap II. Prosiding Lokakar-
Haverkort, Bertus; dan Water- ya 4-5 Juli 1995. Badan Penelitian
Bayer, Ann (eds) Pertanian Masa dan Pengembangan Pertanian, Bo-
Depan: Pengantar untuk Pertani- gor.
an Berkelanjutan dengan Input Puspadi, Ketut. 2001. “Rekonstruksi Sis-
Luar Rendah (terjemahan). Yogya- tem Penyuluhan.” Makalah, yang
karta: Kanisius. merupakan bagian dari disertasi
penulis, disampaikan pada Seminar
48 | Jurnal Agribisnis Kerakyaratan, Volume 2, Nomor 1, Mai 2009, hal. 35 - 48

PERHIPTANI di Universitas Siliwa- dirian Petani dan Ketangguhan Ber-


ngi, Tasikmalaya, 21 Oktober 2001. usahatani.” Disertasi PPs IPB, Bo-
Reijntjes, Coen; Haverkort, Bertus; dan gor (tidak diterbitkan).
Water-Bayer, Ann. 1999. Pertanian Sumardjo. 1999. “Transformasi Model
Masa Depan: Pengantar untuk Penyuluhan Pertanian Menuju Pe-
Pertanian Berkelanjutan dengan ngembangan Kemandirian Petani.”
Input Luar Rendah (terjemahan). Disertasi PPs IPB, Bogor (tidak
Yogyakarta: Penerbit Kanisius. diterbitkan).
Schoorl, J.W. 1988. Modernisasi : Peng- Susanto, Djoko. 2000. “Pendekatan Para-
antar Sosiologi Pembangunan Ne- digma Baru Ilmu Penyuluhan Pem-
gara-negara Sedang Berkembang. bangunan.” Makalah Seminar Nasi-
Jakarta: Penerbit Gramedia. onal Pemberdayaan Sumberdaya
Slamet, Margono. 1992. “Perspektif Ilmu Manusia Menuju Terwujudnya Ma-
Penyuluhan Pembangunan Me- syarakat Madani, IPB, 25-26 Sep-
nyongsong Era Tinggal Landas.” tember 2000, Bogor.
Dalam Aida V.S. Hubeis, dkk (eds) Suwarsono dan So, Alvin Y. 2000.
Penyuluhan Pembangunan di In- Perubahan Sosial dan Pembangun-
donesia Menyongsong Abad XXI. an. Jakarta: Penerbit LP3ES.
Jakarta: Pustaka Pembangunan Wahono, Francis. 1994. “Dinamika Eko-
Swadaya Nusantara.. nomi Sosial Desa Sesudah 25 tahun
________. 1995. “Sumbang Saran Me- Revolusi Hijau.” Dalam PRISMA,
ngenai Pola, Strategi dan Pende- No. 3, Maret 1994. Penerbit Pusta-
katan Penyelenggaraan Penyuluhan ka LP3ES Indonesia, Jakarta.
Pertanian pada PJP II.” Dalam _________. 1999a. “Petani: dari Kon-
Dinamika dan Perspektif Penyuluh- flik menuju Demokrasi.” Dalam
an Pertanian pada Pembangunan Jurnal Ilmu Sosial Transformatif
Jangka Panjang Tahap Kedua. Pro- WACANA, No. IV/1999. Penerbit
siding Lokakarya 4-5 Juli 1995. Insist, Yogyakarta.
Badan Penelitian dan Pengembang- _________. 1999b. “Revolusi Hijau :
an Pertanian. Bogor. dari Perangkap Involusi ke Perangkap
_________. 2000. “Memantapkan Globalisasi.” Dalam Jurnal Ilmu Sosial
Posisi dan Meningkatkan Peran Transformatif WACANA, No. IV/1999.
Penyuluhan Pembangunan dalam Penerbit Insist, Yogyakarta.
Pembangunan.” Makalah Seminar _________. 2000. “Menuju Penguatan
Nasional Pemberdayaan Sumber- Hak-hak Petani: Melalui Gerakan Petani
daya Manusia Menuju Terwujudnya Organik.” Dalam Jurnal Ilmu Sosial
Masyarakat Madani, IPB, 25-26 Transformatif WACANA, No. VII/2000.
September 2000. Bogor. Penerbit Insist Press, Yogyakarta.
_________. 2001. “Paradigma Baru Pe- _________. 2004. “Depolitisasi Pa-
nyuluhan Pertanian di Era Otonomi ngan: Sebuah Upaya Mengangkat Kearif-
Daerah.” Makalah Seminar PER- an Lokal dan Mendayagunakan Keaneka-
HIPTANI di Universitas Siliwangi ragaman Hayati.” Dalam Wahono dkk.
Tasikmalaya 21 Oktober 2001. IPB, (eds) Pangan, Kearifan Lokal dan
Bogor. Keanekaragaman Hayati. Yogyakarta:
Soebiyanto, F.X. 1998. “Peranan Kelom- Penerbit Cindelaras Pustaka Rakyat Cer-
pok dalam Pengembangan Keman- das.

Anda mungkin juga menyukai