Anda di halaman 1dari 12

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Jembatan Lemah Abang merupakan jembatan yang menghubungkan antara


Kabupaten Sleman dengan Kabupaten Gunung Kidul. Jembatan ini digunakan
sebagai alternatif jalan selain jalan Jogja Gunung Kidul untuk menuju Gunung
Kidul yang diharapkan mampu mengurangi kemacetan.
Pembangunan jembatan ini menggunakan dana istimewa Provinsi DI
Yogyakarta. Perencanaan jembatan ini di lakukan oleh PT Cipta Eka Purna
Engineering Konsultan, dan untuk pelaksanaan dibangun oleh PT ADP dengan
anggaran sebesar Rp 61,3 miliar rupiah.
Jembatan ini memiliki lebar 9 meter dan termasuk pada jembatan Tipe A
dengan panjang bentang 90 meter. Untuk gambar dari jembatan ini dapat dilihat
pada Lampiran.
Masalah utama yang akan dibahas pada proyek Jembatan Lemah Abang
adalah bagaimana mencari alternatif-alternatif lain dalam perancangan proyek
tersebut untuk mendapatkan material yang lebih murah dalam rangka penghematan
anggaran. Adapun pertimbangan-pertimbangan dalam upaya melakukan Rekayasa
Nilai, yaitu:
1. Membuat material lebih ringan dengan tanpa mengorbankan nilai dan
fungsi,
2. Mengganti material yang seharusnya kurang perlu digunakan karena
adanya material pengganti yang memiliki fungsi serta kekuatan yang sama
namun dilihat dari segi biaya dan waktu lebih efisien,
3. Faktor biaya yang diharapkan dapat diminimalisir tanpa mengurangi
mutu, kualitas dan segi keselamatan, sehingga tidak menimbulkan
terjadinya kekurangan biaya perencanaan yang merupakan bagian kecil
dari proyek namun sangat mempengaruhi biaya total dari seluruh proyek,
4. Adanya inovasi tentang nilai dan fungsi yang merupakan kunci
pelaksanaan dalam membuat keputusan.

32
33

5.1 ANALISA REKAYASA NILAI PADA BANGUNAN ATAS


Lingkup pekerjaan bangunan atas adalah pekerjaan bentang utama jembatan
dan pekerjaan lapisan perkerasan serta pelengkap jalan. Dengan memperhitungkan
jenis material yang akan digunakan serta pelaksanaannya, dilakukanlah analisis
Rekayasa Nilai pada item pekerjaan tersebut.
Pada proyek jembatan lemah abang bangunan atasnya menggunakan
precast. Dalam penerapan Rekayasa Nilai pada item pekerjaan akan diusulkan
alternatif pengganti berupa rangka baja karena mengacu pada kriteria bangunan atas
dari bina marga yaitu :
a. Gelagar beton bertulang dengan bentang mulai dari 5 m – 25 meter
b. Gelagar beton prategang, bentang mulai dari 16 m – 40 meter
c. Gelagar baja komposit, bentang mulai dari 6 m – 25 meter
d. Rangka baja, bentang mulai dari 40 m – 100 meter.

5.2 TAHAP INFORMASI


Sesuai dengan rencana kerja dalam Rekayasa Nilai, tahap yang pertama kali
dilalui adalah tahap informasi. Dimana pada tahap ini dilakukan penggalian data
informasi sebanyak mungkin mengenai desain perencanaan proyek. Informasi
proyek dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Tahap Informasi
No Uraian Data Proyek
1 Lokasi Proyek Gayam Harjo, Prambanan, Kabupaten Sleman
2 Akses Lokasi Mudah dan lebar
3 Perencana PT Cipta Eka Purna Engineering Consultant
4 Kriteria Desain Perencanaan jembatan menggunakan jembatan I
girder dengan bentang total 90m
Jembatan dibangun dengan 2 abutment dan 2 pier
34

Tabel 5.1. Tahap Informasi


No Uraian Data Proyek
Jembatan dibagi dalam 3 bentang yaitu 30m, 40m,
dan 20m pada tugas akhir ini akan ditinjau hanya
pada bentang 40m
Lebar Total Jembatan 9m
Lebar Bahu Jalan 1m
Lebar Jalan 7m
Tebal Slab Lantai 0.2m
Tebal Lapisan Aspal 0.1m
5 Unsur Desain Berat Sendiri Girder I bentang 40m 3719,10 kN
Setiap Bentang Terdiri atas 5 buah Girder
Diantara setiap girder diberikan diafragma sebagai
pengaku
Pada posisi dudukan bentang diberikan elastomeric
sebagai dudukan
6 Gambar Terlampir
7 Biaya Bentang 40 Rp 4.018.234.734.02
8 Harga Dasar Terlampir
9 Harga Satuan Terlampir

5.3 TAHAP KREATIF


Pada tahap ini dilakukan pengumpulan alternatif material yang dapat di
gunakan dengan cara mencari di internet maupun berdiskusi dengan perencana
Jembatan Lemah Abang pada tugas akhir ini penulis berdiskusi dengan anggota tim
perencana yaitu Pak Untung, S.T.. Jika melihat pada standar yang dikeluarkan oleh
Bina Marga maka untuk bentang dengan panjang 40m jenis jembatan yang
disarankan adalah Gelagar prategang atau baja.
Pada proyek Jembatan Lemah Abang telah digunakan gelagar prategang
oleh karena itu pada tahap alternatif ini akan digunakan jembatan dengan jenis
35

rangka baja. Pada jembatan rangka baja sendiri terdapat beberapa jenis yang biasa
di gunakan seperti Callender Hamilton dan Transfield.
Jembatan rangka Callender Hamilton merupakan salah satu jenis jembatan
yang dahulu sering digunakan pada tahun 1900an dan merupakan hasil pabrikasi
dari Inggris. Jembatan ini saat ini jarang digunakan bukan dikarenakan kualitasnya
namun dikarenakan pengerjaannya yang relatif rumit. Pengerjaan yang rumit
disebabkan oleh bentuk dari profil yang digunakan jembatan ini cukup unik yaitu
berbentuk siku. Bentuk yang unik ini membuat proses pengerjaanya lebih
memerlukan ketelitian lama.
Jembatan rangka Transfield adalah jembatan yang saat ini sering digunakan
dan sering diaplikasikan pada proyek-proyek PU. Selain pengerjaan mudah harga
yang ditawarkanpun lebih murah namun dengan kualitas yang baik.

Tabel 5.2. Perbandingan Material


NO URAIAN Callender Hamilton Transfield
1 Pengadaan Material Sulit Mudah
2 Metode Pelaksanaan Mudah Mudah
3 Waktu Pemasangan Cepat Cepat
4 Perawatan Mudah Mudah

Jika di lihat pada Tabel 5.2 diatas dan dikarenakan material yang digunakan
pada penelitian ini adalah hasil pabrikasi sehingga tidak dapat di bandingkan
keuntungan maupun kekurangan dari masing-masing hanya pada proses pengadaan
saja yang terdapat perbedaan. Pada proses pemasangan maupun maintenance jenis
jembatan tersebut sama, oleh karena itu keduanya akan dilanjutkan ke perhitungan
biaya sehingga dapat dilihat material mana yang lebih murah dan dapat dijadikan
rekomendasi.

5.4 TAHAP ANALISA


Setelah tahap kreatif perlu di lakukan analisa sehingga dapat dilakukan
pengembangan dan perhitungan struktural dan RAB. Perhitungan struktural pada
36

kondisi eksisting dapat dilihat pada Lampiran 3 sedangkan perhitungan struktur


dengan menggunakan rangka baja dapat dilihat pada Lampiran 4. Jembatan yang
direncanakan merupakan pabrikasi yang di desain dengan peraturan pembebanan
jembatan yang sama dengan kondisi eksisting dan dengan tebal lapis perkerasan
yang sama.
Perhitungan dan analisa dimulai dengan membandingkan berat sendiri jenis
jembatan kondisi eksisting dan berat sendiri dengan jenis rangka baja. Apabila berat
sendiri dengan jenis jembatan yang baru lebih kecil maka perlu dilakukan analisa
pada material maupun bagian struktur yang berubah akibat perubahan jenis
jembatan tersebut.

5.4.1 Perbandingan Berat Sendiri Bangunan Atas


Perbandingan berat sendiri bangunan atas ditujukan untuk mengetahui
perbandingan berat antara jenis jembatan yang lama dan jenis jembatan yang baru
sehingga apabila material baru lebih ringan maka bangunan bawah tidak perlu
dilakukan penghitungan ulang sesuai dengan tugas akhir ini yang hanya mencari
material penganti pada bangunan atas saja.
1. Berat sendiri bentang 40 meter eksisting
No Beban Parameter Volume Berat Satuan Berat
b (m) t (m) L (m) n (kN)
3
1 Slab 6.00 0.20 20.30 1 25.00 kN/m 609.00
3
2 Deck slab 1.00 0.07 20.30 4 25.00 kN/m 142.10
3 Trotoar (slab, sandaran, dll) 20.30 2 10.00 kN/m 406.00
4 Balok prategang L2 20.30 5 24.00 kN/m 2436.00
5 Diafragma 6.00 7 3.00 kN/m 126.00
Total berat sendiri struktur atas, PMS = 3719.10
Sumber : Data Proyek Jembatan Lemah Abang

2. Berat sendiri bentang 40 meter rangka baja Transfield


a. Slab
Berat Slab = b x t x L x Wc
= 9 m x 0.2 m x 40 m x 25 kN/m³
37

= 1800 kN………………………………………(a)
b. Trotoar
Berat Trotoar = L x n x ( bt x tt x Wc )
= 40 m x 2 x ( 1 m x 0.25 m x 25 kN/m³ )
= 500 kN…………………………………………(b)
c. Railing
Berat Railing = L x n x Berat Jenis
= 40 m x 2 x 0.5 kN/m
= 40 kN…………………………………………..(c)
d. Struktur Rangka Baja
Berat = n x Berat
= 1 x 1350 kN/m
= 1350……………………………………………(d)
e. Total berat sendiri struktur atas
PMS =a+b+c+d
= 1800 kN + 500 kN + 40 kN + 1350kN
= 3690 kN

4. Berat sendiri bentang 40 meter rangka baja Callender Hamilton


a. Slab
Berat Slab = b x t x L x Wc
= 9 m x 0.2 m x 40 m x 25 kN/m³
= 1800 kN………………………………………(a)
b. Trotoar
Berat Trotoar = L x n x ( bt x tt x Wc
= 40 m x 2 x ( 1 m x 0.25 m x 25 kN/m³ )
= 500 kN…………………………………………(b)
c. Struktur Rangka Baja
Berat = 1700 kN………….………………...…………..(c)

d. Total berat sendiri struktur atas


38

PMS =a+b+c
= 1800 kN + 500 kN + 1700kN
= 4000 kN

Tabel 5.3. Perbandingan Berat Sendiri Material


No Material Total Berat Sendiri (kN)
1 Jembatan I Girder 3719,10
2 Rangka Baja Transfield 3690
3 Rangka Baja Callender Hamilton 4000

Berat sendiri bangunan atas pada konsisi eksisting adalah 3719.10 kN dan
pada penggunaan callender Hamilton berat sendiri lebih besar dari pada kondisi
eksisting maka yang di gunakan adalah material transfield dikarenakan pada tugas
akhir ini hanya berfokus pada material bentang atas tanpa merubah bangunan
bawah dari jembatan itu sendiri.

5.4.2 Perbandingan Harga Pada Pekerjaan Struktur


Perubahan harga pada pekerjaan struktur dikarenakan penyesuaian serta
perubahan pada jenis jembatan bentang atas. Perhitungan dengan cara menghitung
material jenis jembatan pengganti yang berubah dikalikan dengan harga satuan
yang mana harga satuan tersebut di dapat dari anggaran pada proyek Jembatan
Lemah Abang. Perubahan tersebut meliputi :
1. Beton mutu sedang, fc' 30 Mpa
a. Plat lantai dan plat deck eksisting
Tabel 5.4. Tabel Plat Lantai dan Deck Kondisi Eksisting
Bentang
No Bagian
20 ( m3 ) 30 ( m3 ) 40 ( m3 )
1 Plat Lantai 42.66 62.51 82.61
2 Plat Deck 9.52 10.59 13.98
Sumber : Data Proyek Jembatan Lemah Abang
39

b. Plat lantai dan plat deck baru


Pada plat lantai bentang 40 di ganti dengan baja dengan volume
sebagai berikut :

V = Lxtxb
= 41.1 x 0.24 x 9
= 88.78 m3
Biaya beton mutu sedang = V x Harga Satuan
= 88.78 m3 x Rp 1.101.410,04
= Rp 97.783.183,35

2. Baja Prategang
Pada Kondisi eksisting diperlukan baja prategang pada bentang 40
sedangkan dengan material baru tidak di perlukan baja prategang pada bentang
tersebut sehingga dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut :
Eksisting = Berat baja pada 40 x Harga Satuan
= ( PxDxBj) x Harga Satuan
= (8,33x10x0,88) x Rp 40.000,00
= Rp 4.105.024,00
Jembatan Rangka = Rp 0,00

3. Diafragma
Pada Kondisi eksisting diperlukan diafragma pada bentang 40 dengan luas
2.63, tebal 0.2, jumlah 20 sedangkan dengan material baru tidak di perlukan
diafragma kareana sudah di perkuat dengan lateral chord melintang jembatan:
Eksisting = Volume Diafragma bentang 40 x Harga Satuan
= ( 2,63 x 0,2 x 20 ) x Rp 1.976.306,92
= 10.52 x Rp 1.976.306,92
= Rp 20.790.748,80
Jembatan Rangka = Rp 0,00
40

4. Elastomerik
Pracetak girder tipe I pada setiap bentang berjumlah 5 buah, setiap girder
memerlukan 2 elastomerik sehingga setiap bentang memerlukan 10 buah
elastomerik sedangkan pada jembatan rangka baja setiap bentang hanya
memerlukan 4 elastomerik. Pada bentang 40 jumlah elastomerik yang di perlukan
berkurang dari 10 menjadi 4 buah. Dari pengurangan 6 elastomerik tersebut dapat
di hitung penghematan biaya sebagai berikut:
Eksisting = Elastomeric bentang 40 x Harga Satuan
= 10 buah x Rp 750.000,00
= Rp 7.500.000,00
Jembatan Rangka = 4 buah x Rp 750.000,00
= Rp 3.000.000,00

5. Biaya penyediaan dan pemasangan pracetak tipe I bentang 40 digantikan


dengan penyediaan dan pemasangan jembatan rangka baja. Biaya pengadaan dan
pemasangan pada kondisi eksisiting adalah Rp 3.886.957.620,39. Biaya
pengadaaan dan pemasangan jembatan rangka baja Rp 2.802.441.047,57. Harga
dasar jembatan didapat dengan wawancara kepada perencana sedangkan harga
satuan dapat dilihat pada lampiran

Tabel 5.5. Rekapitulasi Perbandingan Biaya Kondisi Eksisting dan Material


Pengganti
MATERIAL
NO ITEM EKSISTING
PENGGANTI
1 Beton Mutu Sedang f’c 30 Rp 106.381.340,8 Rp 97.783.183,35
2 Baja Prategang Rp 4.105.024,00 0
3 Diafragma Rp 20.790.748,80 0
4 Elastomerik Rp 7.500.000,00 Rp 3.000.000,00
Pengadaan Dan Pemasangan
5 Rp 3.886.957.620,39 Rp 2.802.441.047,57
Gelagar I Bentang 40
41

Total Rp 4.025.734.734,02 Rp 2.903.224.230,92

Dari total perhitungan biaya pada bentang 40 tersebut terdapat selisih


sebesar Rp. 1.122.510.503,1. Atau jika dibuat dalam prosentase adalah sebesar :
Rp. 1.122.510.503,1
𝑥100% = 27,88%
Rp 4.025.734.734,02

5.5 TAHAP PENGEMBANGAN


Berdasarkan pada tahap analisa dapat dilihat bahwa penggunaan jembatan
jenis rangka baja lebih hemat jika dibandingkan dengan penggunaan balok gelagar
tipe I namun dalam penggantian penggunaan jenis jembatan tidak hanya mengacu
pada biaya saja tetapi juga pada mutu, dan waktu pengerjaannya.
1. Mutu
Apabila melihat pada kualitas mutu yang dihasilkan maka penggunaan
precast maupun penggunaan rangka baja akan menghasilkan mutu yang
sama. Mutu yang dinyatakan disini bukanlah pada besar momen ultimit
yang di tahan namun lebih kepada umur layanan serta kemampuan
menahan beban yang diterima. Beban yang diterima oleh kedua jenis
jembatan tersebut selain berat sendirinya adalah sama. Misalkan pada
beban kendaraan maupun beban akibat lapis perkerasan serta beban
akibat pelengkap jalan. Kedua jenis jembatan tersebut adalah hasil dari
pabrikasi yang memiliki mutu yang telah disesuaikan dengan tipe
jembatan, bentang serta standar pembebanan yang digunakan yaitu
dengan BM 100. BM 100 sendiri merupakan standar pembebanan
jembatan yang digunakan apabila jembatan dirancang dengan umur
rencana 50 tahun. Jika dilihat dari pemeliharaan guna menjaga kualitas
maka jembatan rangka baja memerlukan maintenance yang rutin namun
lebih mudah apabila terjadi kerusakan atau memerlukan perbaikan.
2. Waktu
Meninjau dari segi waktu untuk kedua jenis jembatan tersebut waktu
pelaksanaannya sama saja dikarenakan meskipun proses perakitan
42

jembatan rangka mudah namun memerlukan waktu yang lama


sedangkan penggunaan precast akan lebih mudah pemasangannya
namun proses pengadaannya akan lebih lama. Untuk mobilisasi sendiri
jembatan jenis precast akan lebih sulit dikarenakan ukuran dari precast
tersebut lebih besar.

3. Biaya
Dari biaya telah dapat dilihat pada tahap analisa bahwa dengan
penggunaan jembatan rangka biaya yang dikeluarkan akan lebih sedikit.
Hal tersebut dikarenakan banyak komponen yang hilang dengan
penggunaan jembatan rangka. Pengurangan komponen tersebut tidak
dibarengi dengan penambahan material baru sehingga biaya berkurang
tanpa ada penambahan biaya karena komponen yang baru.

5.6 TAHAP REKOMENDASI


Setelah melihat hasil pada tahap analisa dan tahap pengembangan maka
pada tahap rekomendasi ini penulis melakukan proses analisis dan proses pemilihan
jenis jembatan.
Jembatan rangka baja dapat menjadi salah satu pilihan jenis jembatan
pengganti yang lebih ekonomis di gunakan apabila digunakan pada bentang 40
ataupun 60 atau bentaang-bentang yang telah di sediakan oleh pabrik. Apabila
bentang yang dipesan diluar dari bentang yang tersedia semisalkan bentang lebih
pendek akan terjadi pembengkakan pada biaya dan apabila di gunakan pada bentang
yang lebih panjang harga pemesanan akan menjadi cukup mahal di karenakan perlu
pesanan khusus pada pabrik. Rangka baja dapat di jadikan pilihan karena memiliki
kuat tarik dan kuat tekan yang besar sehingga dengan material yang sedikit dapat
memenuhi kekuatan strukturnya.
Pada saat pengerjaan dan mobilisasi akan lebih mudah karena tidak
diperlukan space yang besar dan materialpun sudah di buat di pabrik sehingga dapat
menghemat waktu pengerjaan serta jumlah pekerja. Proses pemasangannya pun
tidak memerlukan tenaga yang banyak dan pengerjaannya tidak memakan waktu
43

yang lama. Pada precast pun dapat dibuat dipabrik namun mobilisasinya akan lebih
sulit.
Dengan melihat pada segi pemilihan jenis jembatan awal maka total biaya
adalah Rp. 34.062.775.000,00 bila menggunakan jenis jembatan pengganti (rangka
baja) maka total biaya adalah Rp. 32.828.013.000,00. Terdapat selisih biaya
penghematan bila menggunakan material alternatif yaitu sebesar Rp.
1.234.762.000,00 atau 3,63%. Jika dilihat hanya pada pengerjaan bentang 40 maka
terdapat pengurangan biaya sebesar Rp. 1.122.510.503,1 atau sebesar 27,88%.

5.7 PEMBAHASAN
Pada kedua jembatan kondisi eksisting dan dengan jembatan rangka
bentang utama sama-sama menggunakan hasil pabrikasi yang menggunakan
standar pembebanan BM 100 sehingga memiliki kekuatan yang sama dalam artian
mampu menahan beban yang di rencanakan.
Dari segi umur layanan, umur rencana yang dilakukan adalah 50 tahun dan
dihitung dengan pembebanan BM 100 yang merupakan standar perencanaan untuk
umur layanan 50 tahun. Yang membedakan adalah pada proses maintenancenya.
Pada jembatan jenis rangka baja maka proses maintenance akan lebih sering
dilakukan karena strukturnya terbuka dan mudah berkarat serta lebih rawan akan
pencurian.
Tetapi proses maintenancenya tidak cukup sulit karena dapat dilakukan
dengan penambahan cat galvanis ataupun dan proses penggantian material yang
rusak akan lebih mudah karna merupakan struktur terbuka.
Jika melihat proses pelaksanaannya sendiri jembatan rangka akan lebih
cepat dikarenakan proses pemasangannya yang lebih mudah namun memerlukan
tenaga yang ahli.
Jika kita merujuk pada acuan dari Bina Marga pada jembatan 3 bentang
apabila bentang tengah menggunakan rangka baja akan lebih hemat dan hal itu
benar adanya terbukti dari penelitian ini dimana terjadi penghematan sebesar 3,63%
jika dilihat pada keseluruhan biaya dan 27,88% jika dilihat pada pekerjaan bentang
40 tersebut.

Anda mungkin juga menyukai