BAB I
PENDAHULUAN
I-1
BAB I Pendahuluan
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang yang dibuat yaitu sebagai berikut:
4. Bagaimana mentukan jumlah tendon pada saat konstruksi stage dan pada saat
service?
I-2
BAB I Pendahuluan
Ruang lingkup dan batas masalah yang penulis lakukan dalam penyusunan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
2. Tipe struktur atas jembatan yang dipakai adalah box girder prategang
1. BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang mengulas mengapa penelitian dilakukan
dan apa manfaat dan hasil yang diharapkan,maksud dan tujuan penelitian,
ruang lingkup pembahasan.
Bab ini berisikan diagram alir penelitian atau tahapan kerja yang akan
dilakukan dalam penelitian ini.
I-3
BAB I Pendahuluan
5. BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran penulis tentang analisis perhitungan
jumlah tendon dengan menggunakan metode balance kantilever.
I-4
BAB II Tinjauan Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jembatan adalah suatu konstruksi yang berfungsi meneruskan jalan melalui suatu
rintangan yang permukaannya lebih rendah. Rintangan ini dapat berupa jalan lain,
rel kereta api, irigasi, sungai, laut, dan lain-lain. Jembatan merupakan investasi
tertinggi dari semua elemen yang dapat dijumpai pada sistem jalan raya. Setiap
kerusakan pada konstruksi jembatan dapat menyebabkan timbulnya gangguan-
gangguan dalam kelancaran perputaran roda ekonomi dan dapat menimbulkan
kecelakaan bagi manusia.
Jenis jembatan berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi, dan tipe struktur
sekarang ini telah mengalami perkembangan pesat sesuai dengan perkembangan
jaman dan teknologi, mulai dari konstruksi yang sederhana sampai pada
konstruksi yang mutahir. Berdasarkan fungsinya, jembatan dapat dibedakan
sebagai berikut:
II-1
BAB II Tinjauan Pustaka
Elemen struktur utama penyusun jembatan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang
meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu lintas
kendaraan, gaya rem, beban pejalan kaki, dan lain-lain Struktur atas jembatan
umumnya terdiri dari:
1. Trotoar
c) Lantai trotoar
2. Lantai kendaraan
II-2
BAB II Tinjauan Pustaka
3. Gelagar induk
4. Balok diafragma
6. Tumpuan (Bearing)
Struktur bawah jembatan berfungsi untuk memikul seluruh beban struktur atas
dan beban lain yang ditimbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan,
tumbukan, gesekan pada tumpuan dan sebagainya. Struktur bawah jembatan
umumnya meliputi:
f) Tumpuan (Bearing)
d) Tumpuan (Bearing)
II-3
BAB II Tinjauan Pustaka
Pembuatan beton prategang dicapai suatu cara menarik baja (tendon) dan
menahannya ke beton, jadi beton dalam keadaan tertekan baja (tendon).
2.4 Beton
II-4
BAB II Tinjauan Pustaka
Kekuatan tarik beton berkisar seper delapan belas kuat desak beton pada
waktu umumnya masih muda dan brkisar seper dua puluh sesudahnya. Kekuatan
tarik biasanya tidak diperhitungkan didalam perencanaan jembatan beton kuat
tarik merupakan bagian penting didalam menahan retak-retak akibat perubahan
kadar air dan suhu.
Di dalam praktek, kekuatan geser beton selalu diikuti oleh kekuatan desak
dan tarik oleh lenturan bahkan di dalam pengujian tidak mungkin menghilangkan
elemen lentur.
2.4.6 Susut
II-5
BAB II Tinjauan Pustaka
b. Faktor air semen (semakin besar fas semakin besar pula efek susut)
c. Ukuran elemen beton (kelajuan dan besarnya susut akan berkurang bila
volume elemen betonnya semakin besar)
d. Kondisi lingkungan
e. Banyaknya penulangan
f. Bahan tambahan
2.4.7 Rangkak
c. Agregat
e. Perawatan
f. Umur
II-6
BAB II Tinjauan Pustaka
yang dipuntir berbentuk elemen tunggal dan batang-batang bermutu tinggi. 3 jenis
prategang yang umum digunakan dalam beton prategang adalah :
II-7
BAB II Tinjauan Pustaka
c. Korosi Pengaruh korosi pada baja prategang lebih berbahaya daripada baja
nonprategang. Hal ini disebabkan karena korosi dapat mengurangi luas
penampang baja. Pada baja prategang pengurangan penampang lebih
berbahaya, karena tegangan yang bekerja lebih tinggi daripada baja
nonprategang
2.6 Tegangan Izin Beton & Baja Prategang Menurut SNI & ACI
a. Kondisi pada saat transfer gaya prategang awal dengan beban terbatas
( dead load dan beban konstruksi ).
II-8
BAB II Tinjauan Pustaka
2.6.2 Tegangan yang di-ijinkan pada Tendon Prategang ( Sesuai ACI dan
SNI )
a. Akibat gaya penarikan ( jacking ) : Tegangan tarik pada tendon tidak boleh
melebihi 0,94 fpy dan harus lebih kecil dari : − 0,80 f pu − Nilai
maksimum yang direkomendasikan oleh produsen tendon
b. Segera setelah transfer gaya prategang: Tegangan tarik pada tendon tidak
boleh melebihi 0,82 fpy dan tidak boleh lebih besar dari : 0,74 fpu.
c. Pada beton prategang dengan sistem pasca tarik, pada daerah angkur dan
sambungan segera setelah penyaluran gaya prategang, tegangan tarik pada
tendon tidak boleh melebihi 0,70 fpu.
a. Akibat gaya dongkrak pada tendon tetapi tidak boleh lebih besar daripada
yang terkecil di antara 0,80 fpu dan nilai maksimum yang di sarankan oleh
pembuat jangkar atau tendon
prategang...........................................................................................0,94 fpy
b. Segera setelah transfer prategang tapi tidak lebih besar dari 0,74 fpu
.................................................................................................0,82fpy
II-9
BAB II Tinjauan Pustaka
Tahap 2 : Setelah beton cukup umur dan kuat menahan gaya prategang,
kemudian kabel baja dimasukkan ke dalam duct/saluran melengkung yang
sudah disediakan. Selanjutnya dilaukan penarikkan dengan menggunakan
jack 14 hydraulic. Penarikkan ini dilaukan pada salah satu sisi, sedangkan
pada sisi satunya dilakukan pengangkuran mati. Setelah diangkur,
kemudian pada ujung saluran dilakukan grouting
Metode baja prategang diberi gaya prategang dulu sebelum di cor, oleh
karena itu disebut pretension method.
Tahap 2 : Beton dicor pada cetakan dan landasan yang sudah disediakan
sedemikian sehingga melingkupi tendon yang sudah diberi gaya prategang
dan dibiarkan mengering.
Tahap 3 : Setelah beton mongering dan cukup umur kuat menerima gaya
prategang, tendon dipotong dan dilepas, sehingga gaya prategang di
transfer ke beton
II-10
BAB II Tinjauan Pustaka
Untuk memberikan proteksi permanen pada baja pasca tarik dan untuk
mengembangkan lekatan antara baja prategang dan beton disekitarnya, saluran
prategang harus di isi bahan suntikan semen yang sesuai dalam proses
penyuntikan dibawah tekanan.
e) Precast Beam
II-11
BAB II Tinjauan Pustaka
II-12
BAB III Metodologi Penelitian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram Alir Perencanaan
III-1
BAB III Metodologi Penelitian
Studi pustaka mencakup dasar teori akan digunakan sebagai pedoman penyusunan
tugas akhir ini. Sumber yang digunakan berupa jurnal ilmiah, buku, media cetap
maupun elektronik dengan tidak mengabaikan peraturan SNI.
3. Material
a. Beton
b. Strands
3.4 Segmentasi
Posisi kabel tendon harus diatur sedemikian rupa sehingga tegangan tarik dan
tegangan tekan yang terjadi tidak melebihi tegangan izin yang diatur pada
peraturan SNI. Pada saat pendesainan jembatan dengan metode balance kantilever
harus di sesuaikan tendonnya antara pada saat tahap konstruksi dan tahap kondisi
layan menyesuaikan dengan tegangan letur yang terjadi.
III-2
BAB IV Analisa dan Pembahasan
b. Dimensi Segmentasi
Kontrol tegangan tarik dan tekan harus dibawah tegangan izin yang sesuai dengan
SNI 1725-2016
Untuk momen service harus dibandingkan dengan kapasitas momen jembatan apakah jembatan
tersebut kuat menahan momen service.
IV-1
BAB IV Analisa dan Pembahasan
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Jembatan untuk tugas akhir ini merupakan jembatan yang dibangun menggunakan
metode Balance Cantilever Method (BCM) dan kontruksi segmen box girdernya
4.1.1. Peraturan
1) Beton
IV-2
BAB IV Analisa dan Pembahasan
Berdasarkan RSNI T-12-2004,tegangan izin pada kondisi transfer gaya prategang disyaratkan
sebagai berikut:
1. Tegangan tekan
Post tension member : 0.6fci= 16,8 Mpa
2. Tegangan tarik
Berdasarkan RSNI T-12-2004 ,tegangan izin pada kondisi layan gaya prategang
disyaratkan sebagai berikut:
1. Tegangan tekan
Post tension member : 0.45 fc=-22.5 Mpa
Beban yang digunakan dalam pemodelan untuk analisis tahapan konstruksi maupun
analisis service:
IV-3
BAB IV Analisa dan Pembahasan
Parameter ini menentukan kehilangan gaya yang terjadi saat setelah stressing
maupun saat kondisi service nantinya.
Software yang digunakan untuk analisa struktur global adalah Midas v.2019.
Program ini digunakan untuk analisa linear maupun non linear,analisa static dan
dinamik untuk berbagai type struktur. Fasilitas khusus tersedia untuk pemodelan
prestressing pada jembatan post-tensioned, dengan mempertimbangkan tahap
demi tahap konstruksi.
IV-4
BAB IV Analisa dan Pembahasan
Jembatan untuk tugas akhir ini merupakan struktur jembatan box girder yang
memiliki Panjang 216 meter dengan lebar 12.5 meter. Struktur ini terdiri dari 3
span
12.5 m
216 m
P2 P3 P4 P5
55.8 m 99 m 55.8 m
12.5 m
2.5 m 6.5 m
IV-5
BAB IV Analisa dan Pembahasan
6m
6.5
m
12.5 m
Tinggi pier pada P3 dan P4 adalah 9.4 meter dengan lebar top 12.5 meter dan bottom 6.5 meter
( diposisi pier table ).
Tinggi terbesar box girder yaitu 6 meter dan tinggi terkecil pada box girder adalah
2.5 meter (di posisi Closure – key segment ).
Struktur dimodelkan sebagai element dan nodal. Sistem pemodelannya adalah sebagai berikut :
4.2.2. Support
Support pada pier P3 dan P4 dimodelkan sebagai support rigid (jepit) yaitu tidak terjadi
pergerakan lateral maupun rotasi.
Support pada P2 dan P5 terdiri dari 2 support dengan detail pergerakan bebas sebagai berikut
:
IV-6
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-7
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-8
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-9
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-10
BAB IV Analisa dan Pembahasan
4.4 Tendon
1. Cantilever tendon
Tendon yang dipasang saat kondisi balance Cantilever mulai dari Piertable
hingga segmen terakhir.
IV-11
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-12
BAB IV Analisa dan Pembahasan
Deskripsi Label
Cantilever Tendon 48 Tendon
End Span Closure Tendon 24 Tendon
Mid Span Closure Tendon 28 Tendon
Total 100 Tendon
Tabel 4.7 Tabel Jumlah Kelompok Tendon
0.6’-19s
0.6’-19s
0.6’-19s 0.6’-19s
IV-13
BAB IV Analisa dan Pembahasan
Gaya dan arah penarikan tendon dapat dilihat pada tabel berikut:
Tendon Stress Arah Side Span (Mpa) Stress Arah Mid Span (Mpa)
T1 1395 1395
T2 1395 1395
T3 1395 1395
T4 1395 1395
T5 1395 1395
T6 1395 1395
T7 1395 1395
T8 1395 1395
T9 1395 1395
T10 1395 1395
T11 1395 1395
Tabel 4.8 Tabel Gaya Tendon Cantilever
IV-14
BAB IV Analisa dan Pembahasan
4.5 Pembebanan
Pada tahapan konstruksi, tepatnya setelah stressing dari setiap segmen balance Cantilever,
dilakukan Launching form traveler dan dilanjutkan Concreting Segmen selanjutnya. Hal ini
dimodelkan dalam bentuk beban FT (Form traveler load) dan WC (Wet Concrete Load).
Beban FT yang digunakan sebesar 65 Ton, sedangkan untuk WC disesuaikan dengan
volume segmen concreting.
FT4
FT4
P4
FT4
FT4
P3
Pembebanan FT dan WC dibagi dalam 4 zona dari lokasi beban tersebut. Dalam contoh
gambar di atas, struktur balance Cantilever sudah pada segmen 3 dan sedang persiapan
pekerjaan Concreting Segmen 4, maka beban pada case ini diberi nama : FT4 P3 & FT4 P4.
Begitu juga untuk beban WC, pada case ini diberi nama : WC4 Berikut ini terlampir table
perhitungan pembebanan WC pada masing-masing Segmen.
IV-15
BAB IV Analisa dan Pembahasan
Closure 3 63 95
Tabel 4.11 Beban WC pada P3 (Arah Mid Span)
IV-16
BAB IV Analisa dan Pembahasan
S8 4.5 97 216
S9 4.5 96 214
S10 4.5 95 213
Closure 3 63 95
Tabel 4.14 Beban WC pada P4 (Arah Side Span)
IV-17
BAB IV Analisa dan Pembahasan
Berada di 3 titik lokasi ( Side Span p3 , Main Span, Side Span P4 ) Dengan masing –
IV-18
BAB IV Analisa dan Pembahasan
Berada di 3 lokasi ( Side Span p3, Main Span, Side Span P4)
Dengan masing – masing beban merata ( 6.5 ton/m )( 5.7 ton/m )(6.5 ton/m )
Gambar 4.28 Beban BTR pada box girder (Side Span P3)
IV-19
BAB IV Analisa dan Pembahasan
Gambar 4.30 Beban BTR pada box girder (Side Span P4)
IV-20
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-21
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-22
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-23
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-24
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-25
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-26
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-27
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-28
BAB IV Analisa dan Pembahasan
Pada permodelan ini, schedule tahapan konstruksi secara general adalah sebagai berikut :
Pier P4 30
Pier
Table P4 30
Segmen 1 7
Segmen 2 7
Segmen 3 7
Segmen 4 7
Segmen 5 7
Segmen 6 7
Segmen 7 7
Segmen 8 7
Segmen 9 7
Segmen
10 7
Closure 7
IV-29
BAB IV Analisa dan Pembahasan
Mid Span
Closure
Mid Span 7
End Span 30
Pekerjaan Kontruksi P3 direncanakan leading 14 hari dari pekerjaan onstruksi P4. Selisih
waktu ini dimodelkan dalam bentuk time load pada analisa tahapan konstruksi.
IV-30
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-30
BAB IV Analisa dan Pembahasan
Gambar 4.57 FT Launching untuk concreting mid Closure & Closure di side span P4
IV-31
BAB IV Analisa dan Pembahasan
Sesuai dengan tahapan kontruksi, berikut ini ilustrasi dari beban Wet Concrete;
IV-32
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-33
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-34
BAB IV Analisa dan Pembahasan
Gambar 4.71 Wet Concrete Stage 11 : Concreting Segmen Closure di Mid Span
Gambar 4.72 Wet Concrete Stage 12 : Concreting Segmen Closure di Side Span P4
Gambar 4.73 Wet Concrete Stage 13 : Concreting Segmen Closure di Side Span P3
IV-35
BAB IV Analisa dan Pembahasan
Berikut ini perjanjian arah untuk gaya dalam pada elemen permodelan midas:
Gambar 4.75 Sign Convention Beam Midas Perjanjian tanda tegangan pada selat
(-) : Tekan
(+) : Tarik
IV-36
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-37
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-38
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-39
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-40
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-41
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-42
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-43
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-44
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-45
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-46
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-47
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-48
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-49
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-50
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-51
BAB IV Analisa dan Pembahasan
Gambar 4.105 Stress Diagram Stage 10: Launching FT Untuk Konstruksi segmen 10
IV-52
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-53
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-54
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-55
BAB IV Analisa dan Pembahasan
4.7.36. Stress Diagram Stage 14 : Stressing tendon top & bottom di side span P4
4.7.37. Stress Diagram Stage 15 : Creep & Shrinkage for 10000 days
Gambar 4.111 Stress Diagram Stage 15:Creep& Shrinkage for 10000 days
IV-56
BAB IV Analisa dan Pembahasan
Analisa pada struktur pada model menghasilkan tabel defleksi camber pada setiap tahapan
konstruki. Precamber pada struktur di tetapkan untuk meng-counter pergerakan defleksi
tersebut.
IV-57
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-58
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-59
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-60
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-61
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-62
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-63
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-64
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-65
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-66
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-67
BAB IV Analisa dan Pembahasan
Momen service dihitung berdasarkan keseluruhan jembatan tersebut pada saat jembatan sudah
digunakan.
Perhitungan momen tahap service menggunakan beban kombinasi pembebanan pada Gambar
4.29 – Gambar 4.44.
IV-68
BAB IV Analisa dan Pembahasan
IV-69
BAB V Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
1. Telah dilakukan analisa meliputi tahapan konstruksi dan masa konstruksi dan
masa layan yang meliputi pengecekan tegangan dan defleksi.
2. tegangan yang terjadi selama tahapan konstruksi sudah diperiksa dan masih
dibawah dari batas tegangan tarik maupun tekan.
3. tegangan yang terjadi pada saat layan sudah diperiksa dan masih dibawah dari
batas tegangan tarik maupun tekan.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan terhadap Analisa Construction Engineering Jembatan Continuos 3
Span Berdasarkan Metode Balance cantilever sebagai berikut :
V-1
BAB V Kesimpulan dan Saran
V-2
BAB V Kesimpulan dan Saran
V-3