Oleh:
Steve W.M Supit, ST, M.Eng, Ph.D
Rudolf E.G Mait, ST, MT
i
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
KATA PENGANTAR
ii
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
PENULIS
iii
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
DAFTAR ISI
DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR BAJA i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar belakang 1
B. Tujuan 4
C. Tujuan Umum Pembelajaran 4
D. Ruang Lingkup 5
E. Manfaat 6
F. Petunjuk Penggunaan Buku 6
BAB II 7
PERILAKU MEKANIS BAJA 7
2.1 JENIS-JENIS PROFIL BAJA 7
2.1.1 Standar Amerika: 7
2.1.2 Standar Jerman: 9
2.1.3 Profil baja struktual 11
2.2 HUBUNGAN TEGANGAN-REGANGAN BAJA 12
2.3 DAKTILITAS DAN KEGETASAN 16
2.4 FRAKTUR GETAS (BRITTLE FRACTURE) 17
2.5 STRAIN HARDENING 17
2.6 KELELAHAN (FATIQUE) 18
2.7 KEKUATAN IMPAK 19
iv
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
v
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
vi
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
vii
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
DAFTAR TABEL
viii
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
DAFTAR GAMBAR
x
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bahan baja sebagaimana kita ketahui dewasa ini, merupakan
kreasi manusia modern. Pendahulu baja, yaitu besi cetak (cast iron),
ditemukan di Cina pada ke IV sebelum Masehi) dan besi tempa
(wrought iron), telah banyak digunakan pada banyak gedung dan
jembatan sejak pertengahan abad kedelapan belas sampai
pertengahan abad kesembilan belas. Meskipun demikian, di Amerika
Serikat, baja baru mulai dibuat pada tahun 1856. Pengunaan baja
pada mulanya adalah sebagai konstruksi utama jembatan Eads di St.
Louis, Missouri, yang dimulai pembangunaannya pada tahun 1868
dan selesai pada tahun 1874. Kemudian pada tahun 1884 diikuti
dengan pembangunan gedung bertingkat sepuluh berstruktur baja
(nantinya menjadi 12 tingkat), yaitu Home Insurance Company
Building di Chicago. Pertumbuhan pembangunan baja yang sangat
cepat di kota Chicago disebakan oleh posisi kota itu sebagai pusat
komersial ekspansi ekonomi. Ekspansi yang cepat ini menyebabkan
bertambahnya kebutuhan akan gedung komersial. Hal ini
menyebabkan tingginya harga tanah sehingga gedung bertingkat
bnyak menjadi efektif.
Seabad setelah ditemukannya, bahan baja telah banyak
dikembangkan, baik dalam sifat materialnya maupun dalam metode
dan jenis penggunaanya. Beberapa struktur baja yang dapat dicatat
disini antara lain adalah jembatan gantung Humber Estuary di
1
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
2
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
bahan ini mengalami korosi (kebanyakan baja, tapi tidak semua jenis
baja) dan berkurangnya kekuatan pada temperatur tinggi. Baja tidak
mudah terbakar tapi harus anti api. Beberapa jenis struktur baja
diperlihatkan pada Gambar 1-1.
Berdasarkan beberapa hal di atas, pembelajaran tentang
dasar-dasar perencanaan struktur baja sangatlah diperlukan
sehingga dapat diketahui dengan jelas konsep perhitungan
berdasarkan standard dan peraturan yang berlaku termasuk
perkembangan peraturan yang berlangsung terus menerus setiap
tahunnya. Pengetahuan yang benar tentang dasar perencanaan
struktur baja dapat mengantar pembaca khususnya mahasiswa dan
dosen Teknik Sipil pada perencanaan-perencanaan yang lebih
kompleks termasuk untuk bangunan struktur baja bertingkat
banyak.
B. Tujuan
Buku ajar ini disusun untuk memberikan pengetahuan
kepada mahasiswa sehingga mahasiswa mampu untuk menyebutkan
dan memberikan contoh bentuk-bentuk bangunan dari struktur baja
serta bentuk-bentuk profil baja yang ada, menjelaskan perilaku
mekanis baja, hubungan tegangan dan regangan baja melalui kurva
Tegangan-Regangan Baja, menganalisis dan mendisain penampang
batang tarik dan batang tekan, merencanakan dan menghitung
sambungan dengan menggunakan baut dan las.
4
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
D. Ruang Lingkup
Pada dasarnya mata kuliah ini bersifat teori dengan isi mata
kuliah berkaitan dengan prinsip-prinsip dasar perencanaan struktur
bangunan yang menggunakan material baja. Melalui bahan ajar ini,
mahasiswa diharapkan mampu memahami prinsip dasar
perencanaan komponen struktur baja dan mampu menganalisis
sesuai dengan peraturan perencanaan yang berlaku seperti metode
perencanaan dengan menggunakan Allowable Stress Design (ASD)
dan Load Resistance Factor Design (LRFD). Sistem perkuliahan
dilaksanakan dengan mengkombinasikan perkuliahan tatap muka,
tugas mandiri dan pembelajaran online.
Adapun dalam rangka memenuhi tujuan pembelajaran maka
peraturan yang digunakan dalam perencanaan struktur baja yang
akan dibahas dalam bahan ajar ini adalah berdasarkan peraturan-
peraturan yang berlaku:
E. Manfaat
Manfaat umum dari buku ajar ini adalah mahasiswa mampu
memahami konsep dari dasar-dasar perencanaan struktur baja
sehingga memperoleh keterampilan dalam mendisain komponen
struktur baja dari suatu bangunan termasuk jenis sambungan yang
tepat digunakan dalam suatu bangunan yang menggunakan material
baja.
6
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
BAB II
PERILAKU MEKANIS BAJA
Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan topik ini diharapkan mahasiswa dapat:
Menggambarkan bentuk kurva tegangan-regangan baja serta
memberikan penjelasan tentang kurva tersebut
Menjelaskan perilaku-perilaku bahan baja sehubungan
dengan suhu tinggi, fraktur getas, strain hardening, kelelahan
(fatigue), kekuatan impak, dan kekerasan (hardness).=
Pengantar
Baja merupakan salah satu material yang banyak digunakan
dalam konstruksi bangunan Teknik Sipil. Baja terbuat dari carbon
dan manganese sebagai bahan pokok untuk meninggikan tegangan.
Prosentase carbon dari baja maksimal 1,7% dengan 1,65%
Manganesse, 0,6% Silicon dan 0,6% Copper.
Sebagai material pembentuk konstruksi, perlu diketahui
perilaku-perilaku utama bahan baja sehingga dapat diperhitungkan
dalam perencanaan setiap elemen konstruksi.
7
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
8
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
tw 6,5 mm 10 mm 5 mm 5 mm
tf 11 mm 17 mm 8 mm 11 mm
10
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
11
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
(a) (b)
Gambar 2- 2. Profil baja struktural: a) rolled steel, b) cold formed
steel
12
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
13
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
14
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
15
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
17
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
18
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
19
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
LATIHAN SOAL
1. Dari kurva tegangan-regangan bagaimanakah kita
mendapatkan nilai dari modulus elastis (E) dan tegangan
leleh baja (σy)?
2. Jelaskan perilaku bahan baja berhubungan dengan:
a. Suhu tinggi
b. Daktilitas dan kegetasan
c. Fraktur getas
d. Strain Hardening
e. Kelelahan (Fatique)
f. Kekerasan (Hardness)
20
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
TES FORMATIF
1. Jelaskan keuntungan dan kerugian baja sebagai material
konstruksi!
2. Gambarkan kurva tegangan-regangan baja dan jelaskan!
REFERENSI
1. Agus Setiawan, “Perencanaan Struktur Baja dengan Metode
LRFD (Sesuai SNI 03-1729-2002)”, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 2008.
2. Badan Standarisasi Nasional, “Tata Cara Perencanaan
Struktur Baja untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1729-2002”,
Bandung, 2000.
3. Gunawan dan Margaret, “Diktat Teori Soal dan Penyelesaian
Konstruksi Baja I”, Jilid 1, Delta Teknik Group Jakarta, 1998.
4. Oenteng, “Konstruksi Baja”, Penerbit ANDI, 2004.
5. Standar Nasional Indonesia, “Spesifikasi untuk bangunan
gedung baja structural”, SNI 1729:2015, Badan Standardisasi
Nasional.
21
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
BAB III
BATANG TARIK
Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan topik ini diharapkan mahasiwa dapat:
Menyebutkan penggunaan elemen batang tarik pada struktur
baja.
Menghitung dan menganalisis elemen batang tarik.
Pengantar
Batang tarik merupakan komponen struktur baja yang sangat
efektif memikul beban dan biasanya dijumpai di struktur jembatan,
rangka atap, menara transmisi, ikatan angin dll.
Dalam perencanaan batang tarik, perlu diperhatikan
beberapa faktor diantaranya luas penampang tanpa dan dengan
lubang akibat adanya baut maupun panjang batang yang berkaitan
dengan kelangsingan batang. Adapun luas penampang ditentukan
juga oleh kondisi penempatan lubang dan jenis profil yang
digunakan.
Metode perencanaan dijelaskan di awal bab ini sehingga
dapat diketahui kosep perencanaan yang digunakan berdasarkan
peraturan-peraturan yang berlaku.
22
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
dimana:
𝑓𝑛
𝑓𝑢 = fu = tegangan yg dibutuhkan atau beban yang
harus dipikul
𝑆𝐹
fn = tegangan ijin maks atau kekuatan
komponen
SF = safety factor =1,5
23
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
dimana:
fu = tegangan yg dibutuhkan atau beban
𝑓𝑢 ≤ 𝑓𝑛 yang harus dipikul
fn = tegangan ijin maks atau kekuatan
komponen
= faktor tahanan
24
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
26
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
𝑁
σtarik = Abruto ≤ 𝜎̅
N = Gaya tarik yang bekerja
Abruto = Luas penampang bruto
𝜎̅ = Tegangan dasar
27
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
28
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
29
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
b. Profil kanal
Jika tebal sayap (t1) dan tebal badal (t2) tidak sama maka u 2
= (g1+g2) – (½ t1 + ½ t2)
c. Profil IWF
Jika tebal sayap (t1) dan tebal badal (t2) tidak sama maka u 2
= (g1/2+g2) – (½ t1 + ½ t2)
32
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
d1
ga
Dimana u2 = gb + gc – t
Lalu bandingkan dengan syarat PPBBI: Anetto = 85% Aprofil
ambil harga Anetto terkecil.
33
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
34
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
Dengan:
Agv = Luas kotor akibat geser
Agt = Luas kotor akibat tarik
Anv = Luas netto akibat geser
Ant = Luas netto akibat tarik
fu = kuat tarik
fy = kuat leleh
37
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
sekunder = 300
𝐼
Dimana r adalah jari-jari girasi ( r =√ ) dan I adalah momen
𝐴
Contoh Soal:
1. Suatu struktur pelat lantai dipikul oleh balok dari profil WF
450.200.9.14 dengan jarak antar balok adalah sebesar 2,5 m
(as ke as). Beban mati pelat lantai sebesar 2,5 kN/m2 dan
beban hidup 4 kN/m2. Hitunglah beban terfaktor yang harus
dipikul oleh balok tersebut sesuai kombinasi LRFD (SNI 03-
1729-2002)!
39
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
Jawab:
Tiap balok harus memikul berat sendiri ditambah beban dari
pelat selebar 2,5 m.
D = 0,76 + 2.5(2,5) = 7,01 kN/m (0,76 adalah berat
profil)
L = 2,5(4) = 10 kN/m
Karena hanya ada 2 jenis beban yakni beban mati dan beban
hidup, maka hanya perlu diperiksa terhadap kombinasi.
U = 1,4D = 1,4(7,01) = 9,814 kN/m
U = l,2D + l,6L + 0,5(La atau H)
= 1,2(7,01) + 1,6(10) + 0,5(0) = 24,412 kN/m
Jadi, beban terfaktor yang menentukan adalah sebesar 24,412
kN/m.
40
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
Jawab:
= 16,49 cm2
Anetto = 85% Abruto
= 85% (0,6) (30,5) = 15,555 cm2
Pilih terkecil = 15,555 cm2
Jawab:
Kondisi leleh:
Nn = Ag . fy = 0,9 . 10 . 150 . 250 = 33,75 ton
Kondisi fraktur:
1,5 w = 225 mm > l = 200 mm > w = 150 mm ….. U = 0,75
Ae = U An = 0.75 . 10 . 150 = 1125 mm2
Nn = Ae . fu = 0,75 . 1125 . 410 = 34,6 ton
Jadi tahanan tarik rencana dari komponen struktur = 33,75 ton.
LATIHAN SOAL
1. Tentukan luas netto untuk keadaan berikut :
TES FORMATIF
1. Suatu sistem struktur atap dari profil WF 400.200.8.13 yang
diletakkan setiap jarak 3 m, digunakan untuk memikul beban
mati sebesar 2 kN/m2, beban hidup atap 1,5 kN/m2 serta
beban angin 1 kN/m2. Hitunglah beban terfaktor yang harus
dipikul oleh profil tersebut!
2. Hitung An minimum dari batang tarik berikut yang terbuat
dari profil siku L100.150.10 dengan lubang = 25 mm!
43
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
REFERENSI
1. Agus Setiawan, “Perencanaan Struktur Baja dengan Metode
LRFD (Sesuai SNI 03-1729-2002)”, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 2008.
2. American Institute of Steel Construction INC. “Steel
Construction”, Thirteenth edition, 2005.
3. Badan Standarisasi Nasional, “Tata Cara Perencanaan
Struktur Baja untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1729-2002”,
Bandung, 2000.
4. Gunawan dan Margaret, “Diktat Teori Soal dan Penyelesaian
Konstruksi Baja I”, Jilid 1, Delta Teknik Group Jakarta, 1998.
5. Gunawan, R. “Tabel profil konstruksi baja”, Kanisius.
6. Oenteng, “Konstruksi Baja”, Penerbit ANDI, 2004.
44
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
BAB IV
BATANG TEKAN
Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan topik ini diharapkan mahasiswa dapat:
Memahami perilaku komponen baja yang dibebani oleh gaya
tekan.
Menjelaskan dan menghitung pembebanan aksial tekan
Menghitung kombinasi beban aksial tekan dan lentur
Pengantar
Pembahasan mengenai perilaku batang tekan yang biasanya
dijumpai pada elemen struktur kolom dan batang tekan yang pada
umumnya batang tepi atasdalam rangka batang menjadi pokok
bahasan dalam bab ini.
Langkah-langkah perencanaan batang tekan akan dijelaskan
mencakup penentuan faktor tekuk, panjang tekuk yang dipengaruhi
oleh kondisi ujung perletakan dan perhitungan pembebanan aksial
tekan serta kombinasi beban aksial tekan dan lentur.
Nu < c Nn
45
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
Dimana c = 0,85
Nn = kuat tekan nominal komponen struktur
= Ag . fcr
𝑓
fcr = 𝜔𝑦
sehingga daya dukung nominal Nu struktur tekan dapat dihitung
sebagai berikut:
𝑓𝑦
Nu < c Ag . fcr = c Ag .
𝜔
Dengan besarnya ditentukan oleh c, yaitu:
Untuk c < 0,25 maka = 1
1,43
Untuk 0,25 < c < 1,2 maka =
1,6−0,67 𝜆𝑐
𝜆 𝑓𝑦
c = √ dimana Lk = panjang tekuk
𝜋 𝐸
i = jari-jari inersia minimum
𝐿𝑘
= ; = angka kelangsingan batang
𝑖
46
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
𝜋 2 𝐸𝐼
Menurut Euler : 𝑃𝑘𝑟 =
𝐿𝑘 2
47
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
48
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
49
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
Pada tabel baja, untuk profil siku dapat lihat bahwa Iv < Iu jadi
tekuk akan terjadi pada sumbu v (sumbu lemah).
Besarnya Iv dan Iu dapat dilihat pada tabel baja atau pakai rumus:
𝐼𝑥 + 𝐼𝑦 𝐼𝑥 + 𝐼𝑦 2 2
𝐼𝑚𝑎𝑥 = + √( ) + 𝐼𝑥𝑦
2 2
𝐼𝑥 + 𝐼𝑦 𝐼𝑥 − 𝐼𝑦 2 2
𝐼𝑚𝑖𝑛 = − √( ) + 𝐼𝑥𝑦
2 2
50
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
Sumbu bahan:
Sumbu X adalah sb bahan
𝑘 . 𝐿𝑥
λx = 𝑟𝑥
𝐼𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
rx = Jari-jari inersia terhadap sb X = √𝐴
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙
Keterangan:
L1 = Jarak antar pelat kopel pada arah komponen struktur tekan
Lx, Ly = Panjang komponen struktur tekan arah x dan arah y
51
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
52
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
Dengan:
Ip = momen inersia pelat kopel, untuk pelat kopel di muka dan di
1
belakang yang tebalnya t dengan tinggi h, maka I p = 2 x 12 𝑡ℎ 3
53
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
Batang tersusun:
𝑁
Ataksiran = + 0,65 𝐿𝑘 2
𝜎
𝑁
Ataksiran = 𝜎 + 2,5 𝐿𝑘 2
𝑁
Ataksiran = + 1,75 𝐿𝑘 2
𝜎
𝑁
Ataksiran = 𝜎 + 3,5 𝐿𝑘 2
54
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
55
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
𝐺 .𝐽
f crz = 2
̅̅̅
𝐴.𝑟 0
𝐼𝑥 +𝐼𝑦
𝑟̅0 2 = + 𝑥𝑜 2 + 𝑦𝑜 2
𝐴
𝑥𝑜2 + 𝑦𝑜 2
H =1-( 2 )
̅̅̅
𝑟𝑜
Keterangan:
a. xo, yo merupakan koordinat pusat geser terhadap titik berat,
xo = 0 untuk siku ganda profil T.
56
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
b. f cry = fy / iy
𝐸
c. G adalah modulus geser, G = 2 (1+𝜐)
1
d. J adalah konstants punter, J = ∑ 3 𝑏 𝑡 3
Contoh soal:
1. Periksa jika komponen struktur tekan berikut dengan profil WF
300.200.9.14 kondisi perletakan jepit-sendi, cukup memikul
beban aksial terfaktor Nu = 120 ton. Mutu baja Bj 37 (fy = 240
MPa, fu = 370 MPa) dan panjang batang L = 4500 mm.
Jawab!
Data Profil WF 300.200.9.14
d = 298 mm, b = 201 mm, tw = 9 mm
tf = 14 mm, rx = 126 mm, ry = 47,7 mm
Ag = 8336 mm2 , r0 = 18 mm
h = d – 2(tf + r0) =234 mm
250 250
= = 16,14
√𝑓𝑦 √240
𝑏/2
< 𝜆𝑟
𝑡𝑓
ℎ 234
Web = = 26
𝑡𝑤 9
57
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
665 665
= = 42,92
√𝑓𝑦 √240
ℎ
< 𝜆𝑟
𝑡𝑤
𝜆𝑥 𝑓 28,57 240
cx = √𝑦= √
200000
= 0,3149
𝜋 𝐸 𝜋
1,43
0,25 < cx < 1,2 x = 1,6−0,67 𝜆
𝑐𝑥
1,43
𝜔𝑥 = = 1,0295
1,6 − (0,67𝑥0,3149)
𝑓 240
Nn = Ag . fcr = Ag . 𝜔𝑦 = 8336 . 1,0295 = 194,3 𝑡𝑜𝑛
𝑥
𝑁𝑢 120
= = 0,73 < 1
∅𝑐 𝑁𝑛 0,85 𝑥 194,3
𝜆𝑦 𝑓𝑦 75,47 240
cy = √ = √
200000
= 0,832
𝜋 𝐸 𝜋
1,43
0,25 < cy < 1,2 y = 1,6−0,67 𝜆
𝑐𝑦
1,43
𝜔𝑦 = = 1,372
1,6 − (0,67𝑥0,832)
𝑓 240
Nn = Ag . fcr = Ag . 𝜔𝑦 = 8336 . 1,372 = 145,82 𝑡𝑜𝑛
𝑦
𝑁𝑢 120
= = 0,97 < 1
∅𝑐 𝑁𝑛 0,85 𝑥 145,82
58
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
Jawab:
Diketahui:
N = 80 ton
𝜎̅ = 1600 kg/cm2
Lkx = 9 meter
Lky = 4,5 meter (Karena ada sokongan samping ditengah
bentang yang bertujuan memperpendek Panjang tekuk).
Ambil Lk = 9 meter
800
𝐴𝑡𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 = + 1,5 (92 ) = 121, 55 𝑐𝑚 2
1600
101,6−101
λ = 101,6 → ω = 2,062 + 102−101
(2,09-2,062)
= 2,0788
𝑁
Syarat stabilitas tekan: ω ≤ 𝜎̅
𝐴
80000
2,0788 131,3
≤ 1600 kg/cm2
60
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
LATIHAN SOAL
1. Rencanakan profil untuk kolom dengan panjang 7 meter,
mutu baja BJ 37. Gaya normal (sentris) = 120 ton. Ujung
atas dianggap sendi, ujung bawah jepit. Kolom tersebut
merupakan bagian dari struktur tak bergoyang!
2. Tentukan profil I-WF untuk memikul beban-beban aksial
tekan dengan beban mati = 400 kN, beban hidup = 700 kN,
Lk = 3 m dan fy = 250 MPa!
TES FORMATIF
1. Tentukan gaya aksial terfaktor dari kolom yang dibebani
secara aksial dengan panjang 4 m dan fy = 250 MPa dengan
jenis profil yang digunakan I-WF 450.300.10.15. Kedua ujung
perletakan adalah sendi jepit!
2. Rencanakan komponen struktur tekan berikut yang
menerima beban aksial terfaktor Nu = 60 ton dengan
menggunakan profil T. Panjang batang = 4000 mm dengan
kondisi perletakan jepit-jepit. Mutu baja Bj 37!
61
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
REFERENSI
1. Agus Setiawan, “Perencanaan Struktur Baja dengan Metode
LRFD (Sesuai SNI 03-1729-2002)”, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 2008.
2. American Institute of Steel Construction INC. “Steel
Construction”, Thirteenth edition, 2005.
3. Badan Standarisasi Nasional, “Tata Cara Perencanaan
Struktur Baja untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1729-2002”,
Bandung, 2000.
4. Gunawan dan Margaret, “Diktat Teori Soal dan Penyelesaian
Konstruksi Baja I”, Jilid 1, Delta Teknik Group Jakarta, 1998.
5. Gunawan, R. “Tabel profil konstruksi baja”, Kanisius.
6. Oenteng, “Konstruksi Baja”, Penerbit ANDI, 2004.
62
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
BAB V
SAMBUNGAN DENGAN BAUT
Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini dengan baik diharapkan
mahasiswa dapat :
Pengantar
Rangkaian dari setiap elemen tunggal pada suatu struktur
harus disambungkan dengan berbagai cara sehingga menjadi kaku.
Sambungan berfungsi terutama untuk meneruskan beban dari atau
ke elemen-elemen yang bertemu. Jadi, disain sambungan harus
berdasarkan pada prinsip-prinsip struktural. Ini termasuk
merencanangkan suatu detail yang memadai secara struktural
ekonomis dan praktis. Beberapa jenis pengaku adalah baut, paku
keling dan las yang biasanya juga menggunakan pelat penghubung
dalam penyambungan.
Pada bab ini akan dijelaskan tentang fungsi baut sebagai alat
sambung yang dilengkapi dengan penjelasan tentang kekuatan
tumpuan yang dapat dicapai dengan adanya sambungan baut.
63
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
64
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
65
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
66
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
Untuk baut hitam jenis baut baja karbon rendah, terdapat dua
jenis yakni baut yang tidak diulir penuh dan baut diulir penuh (lihat
Gambar 5-1). Diameter baut yang diulir penuh memiliki diameter
kern (inti) yang ditulis dengan notasi d k atau d1 pada Tabel Baja
tentang baut. (lihat Tabel 5.1). Untuk baut yang tidak diulir penuh,
diameter nomimal adalah diameter terluar dari batang baut. Pada
kepala baut hitam biasanya ditulis kode misalnya 4.6 atau 4.8 yang
artinya untuk kode 4.6 adalah tegangan minimum baut = 4x6x100 =
2400 kg/cm2.
(a) (b)
Gambar 5-1. Jenis baut (a) diulir penuh dan (b) tidak diulir penuh
67
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
68
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
69
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
70
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
71
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
72
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
Ps = As. 𝜏
Tegangan geser ijin bergantung pada jenis baut mutu tinggi, jenis
sambungan (gesek atau tumpu), dan jenis lubang. Jenis lubang ialah
lubang standar, kelebihan ukuran (oversized), atau bercelah
(slotted). Lubang dengan celah atau kelebihan ukuran lebih banyak
digunakan untuk memudahkan ereksi.
Apabila suatu baut mengalami lebih dari suatu bidang geser,
misalnya geser rangkap (Gambar 5-6), gaya geser izin untuk satu
baut adalah As dikalikan dengan banyak bidang geser (irisan tunggal
atau ganda).
Meskipun baut dalam suatu sambungan telah memadai
dalam meneruskan beban yang bekerja dengan mengalami geser,
sambungan ini masih dapat gagal kecuali apabila material yang
73
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
L. σ
𝜎b = atau 𝜎b = 1,5 𝜎
2𝑑
Dimana :
L = Jarak ( dalam cm) yang diukur pada garis kerja gaya as baut ke
(a) tepi terdekat baut sebelahnya, atau ke (b) ujung bagian
yang disambung terhadap mana gaya tersebut berarah.
74
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
Pb = d. t. 1,5𝜎
s1 s1
75
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
Pada sambungan yang terdiri dari satu baris baut, jarak dari
sumbu ke sumbu dari 2 baut yang berurutan tidak boleh
kurang dari 2,5 d dan tidak boleh lebih besar dari 7 d atau
14t.
2,5d ≤ u ≤ 7d atau 14t
1,2d ≤ u1 ≤ 3d atau 6t
Jika sambungan terdiri dari lebih satu baris baut yang tidak
berseling, maka jarak antara kedua baris baut itu dan jarak
sumbu ke sumbu dari 2 baut yang berurutan pada satu baris
76
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
tidak boleh kurang dari 2,5 d dan tidak boleh lebih besar dari 7 d
atau 14 t.
2,5d < s < 7d atau 14 t
2,5d < u < 7d atau 14t
1,5d < s1 < 3d atau 6t
Jika sambungan terdiri dari lebih dari satu baris baut yang
dipasang berseling, jarak antara baris-baris baut (u) tidak
boleh kurang dari 2,5d dan tidak boleh lebih besar dari 7d
atau 14t, sedangkan jarak antara satu baut dengan baut
terdekat pada baris lainnga (s2) tidak boleh lebih besar dari
7d – 0,5u atau 14t – 0,5u.
2,5d < u < 7d atau 14t
S2> 7d – 0,5u atau 14t – 0,5u
Contoh soal
77
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
Jawab:
a) Hitung kekuatan pelat
Luas bersih pelat (An) = (30 x 1) – (2 x 2,2 x 1) = 25,56
cm²
Kekuatan pelat : P pelat = An x 𝜎
P pelat = 25,56 x 1600 = 40896 kg
b) Hitung kekuatan baut dalam geser dan tumpu
- Kekuatan geser
Ps = As x 𝜏
Ps = ( ¼ x 𝜋 x d²) x ( 0,6 x 𝜎)
Ps = ( ¼ x 𝜋 x d²) x ( 0,6 x 1600)
Ps = 3649,3 kg
- Kekuatan tumpu
Pb = d x t x 1,5 x 𝜎
Pb = 2,2 x 1 x 1,5 x 1600
Pb = 5280 kg
78
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
Rn = m . r1 . fub . Ab
Dimana: r1 = 0,5 untuk baut tanpa ulir dan 0,4 untuk baut dengan
ulir pada bidang geser
fub adalah kuat tarik baut (MPa)
Ab adalah luas bruto penampang baut pada daerah tak
berulir
m adalah jumlah bidang geser
Sedangkan tahanan nominal baut yang memikul gaya tarik,
tahanan nominalnya dihitung dengan persamaan:
Rn = 0,75 . fub . Ab
Rn = 2,4 . db . tp . fu
Rn = 2,0 . db . tp . fu
Tata letak baut diatur dalam SNI pasal 13.5 dimana jarak
antar pusat lubang baut harus diambil tidak kurang dari 3 kali
diameter nominal baut, dan jarak antara baut tepi dengan ujung pelat
harus sekurang-kurangnya 1,5 diameter nominal baut. Dan jarak
maksimum antar pusat lubang baut tak boleh melebihi 15 t p (dengan
tp adalah tebal pelat lapis tertipis dalam sambungan) atau 200 mm,
sedangkan jarak tepi maksimum harus tidak melebihi 4t p + 100mm
atau 200mm.
80
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
Contoh soal
1. Hitung beban kerja tarik maksimum untuk sambungan tipe
tumpu berikut yang menyatukan dua buah pelat (Bj 37)
berukuran 16x200mm. Baut yang digunakan berdiameter 22
mm, fub = 825 MPa, fu = 370 MPa dan tanpa ulir dalam bidang
geser. Beban hidup yang bekerja besarnya 3 kali beban mati.
Jawab:
Periksa kekuatan pelat terlebih dahulu, lakukan analisa
seperti batang tarik!
Ae = An = 2432 mm2
81
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
= 11,76 ton/baut
Tn Tu
Contoh Soal :
1. Rencanakan sambungan antara balok dan kolom seperti
pada gambar berikut ini, dimana diketahui reaksi dari balok
sebesar 20000 kg (20 ton), diameter baut ¾ inch (19 mm),
profil untuk kolom digunakan INP-26 dan untuk balok IPE-
55. Baja siku penyambung L 80.80.8 dan mutu baja 𝜎𝑦 =
2400 kg/cm2
Jawab:
Kolom menggunakan INP-26; tebal flens INP-26 = 14,1
mm
Balok menggunakan IPE-55; tebal web IPE-55 = 11,1 mm
𝜎𝑦 = 2400 𝑘𝑔/𝑐𝑚 2 : 𝜎 = 𝜎y/1,5 = 1600 kg/cm²
83
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
𝐺𝑎𝑦𝑎 20000
n= = = 3,9
𝐾𝑒𝑘𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑢𝑡 5061,6
𝐺𝑎𝑦𝑎 20000
n= 𝐾𝑒𝑘𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑢𝑡 = 2721,9 = 7,3
84
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
LATIHAN SOAL
1. Hitunglah gaya P maksimum yang boleh bekerja pada
sambungan seperti gambar di bawah ini, dimana dipakai baut
diameter 20 mm dan baja Bj. 37.
85
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
TES FORMATIF
1. Hitunglah gaya P maksimum yang dapat dipikul oleh
sambungan pada gambar dibawah ini. Diameter baut yang
digunakan adalah ¾ inch. 𝜎= 1400 kg/cm². Lebar pelat =
250 mm.
86
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
REFERENSI
1. Agus Setiawan, “Perencanaan Struktur Baja dengan Metode
LRFD (Sesuai SNI 03-1729-2002)”, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 2008.
2. American Institute of Steel Construction INC. “Steel
Construction”, Thirteenth edition, 2005.
3. Badan Standarisasi Nasional, “Tata Cara Perencanaan
Struktur Baja untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1729-2002”,
Bandung, 2000.
4. Gunawan dan Margaret, “Diktat Teori Soal dan Penyelesaian
Konstruksi Baja I”, Jilid 1, Delta Teknik Group Jakarta, 1998.
5. Gunawan, R. “Tabel profil konstruksi baja”, Kanisius.
6. Oenteng, “Konstruksi Baja”, Penerbit ANDI, 2004.
87
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
BAB VI
SAMBUNGAN DENGAN LAS
Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan topik ini diharapkan mahasiswa dapat:
Menyebutkan dan menjelaskan jenis-jenis las dan jenis-jenis
join yang digunakan dalam aplikasi struktural.
Merencanakan dan menghitung sambungan dengan
menggunakan las.
Pengantar
Pengelasan merupakan salah satu sistim penyambungan
komponen struktur baja yang diproses melalui peleburan bahan
dengan memanasinya dengan suhu yang tepat dengan atau tanpa
pemberian tekanan dan dengan atau tanpa pemakaian bahan pengisi.
Penggunaan las sudah mulai banyak digunakan dalam bidang
konstruksi karena membuat sambungan menjadi lebih kaku
dibandingkan dengan penggunaan baut atau paku keling.
Dalam bab ini akan dijelaskan beberapa perilaku sambungan
dengan menggunakan las dilengkapi dengan beberapa penjelasan
tentang perencanaan sambungan yang menggunakan las.
90
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
91
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
dan angka pertama sesudah F adalah persyaratan kuat tarik las yang
dihasilkan. Angka kedua menujukkan persyaratan kekuatan pukulan
(impact). Bagian kedua E7XX menunjukkan E bagi elektroda dengan
angka pertama sesudah E bagi kuat tarik minimum logam las. Dua
angka terakhir mengklarifikasikan elektroda tersebut. Elektroda
yang paling banyak digunakan dalam desain structural pada saat ini
adalah E07 karena cocok untuk semua mutu baja yang tegangan
lelehnya lebih kecil atau sama dengan fy= 60 ksi.
92
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
93
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
94
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
96
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
tegangan izin pada las akan sama dengan dengan tegangan izin
material dasarnya.
Las plug dan slot dipakai pada join lap (lihat Gambar 6-3).
Lubang bundar atau lubang slot terbentuk pada elemen struktur
yang akan disambung (sebelum penggabungan). Logam las
dimasukkan kedalam bukaan. Bukan dapat secara parsial (sebagian)
atau seluruhnya diisi, bergantung pada tebal material yang dilubangi.
Suatu variasi las slot adalah yang menggunakan las sudut didalam
lubang slot.
97
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
98
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
𝜏 = 0,3 𝜎
P = 0,3 × 𝜎 × 0,707× a
99
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
Cara yang sama juga dapat dilakukan dengan untuk elektroda E60XX
dimana 𝜎 = 60 ksi.
100
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
bahwa panas yang terjadi pada saat pengelasan tidak cukup untuk
memanaskan elemen yang lebih tebal di luar daerah yang sedang
dilas. Sebagai akibatnya, las akan cepat mendingin dan dapat terjadi
retak.
Ukuran las sudut ditentukan oleh panjang kaki yang
ditentukan sebagai a1 dan a2 sebagaimana Gambar 6-10.
Tebal pelat (t, mm) paling tebal Ukuran minimum las sudut
(a,mm)
t≤7 3
7 < t ≤ 10 4
10 < t ≤ 15 5
15 < t 6
102
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
103
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
las harus ditinjau tidak lebih dari seperempat panjang efektifnya. Ini
juga berlaku untuk las sudut yang setempat (lihat Gambar 6-3)
dengan tambahan persyaratan bahwa setiap Panjang las tidak kurang
dari 1 ½ in. Apabila las sudut longitudinal digunakan sendiri (tanpa
las transversal) pada sambungan ujung dari batang tarik datar,
Panjang setiap las sudut tidak boleh kurang dari jarak tegak lurus
antaranya. Jarak transversal antara las sudut longitudinal yang
digunakan tidak boleh melampaui 8 in kecuali apabila ada desain
khusus untuk itu.
Sisi atau ujung las sudut yang berakhir pada ujung atau sisi
bagian atau elemen, apabila mungkin masing-masing harus
dibengkokkan secara menerus disekitar pojok-pojok untuk satu jarak
yang tidak kurang dari dua kali ukuran nominal las. Detail las ini
disebut belokkan ujung.
Apabila join lap digunakan, banyaknya minimum lap
(tumpang tindih) yang digunakan adalah lima kali tebal bagian paling
tipis yang dihubungkan tetapi tidak kurang dari 1 in. Hubungan
tumpang tindih yang menghubungkan pelatatau batang yang
mengalami beban aksial harus dilas disepanjang ujng kedua bagian
yang tumpang tindih.
104
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
105
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
Rnw Ru
Kuat rencana bagi las baji dan pasak ditetapkan sebagai berikut:
. Rnw = 0,75. te. 0,6fuw . Aw
Dengan Aw adalah luas geser efektif las
fuw adalah kuat tarik putus logam las
107
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
Lw:
F2 = Rnw Lw
Dari keseimbangan gaya horizontal diperoleh: FH = T-F1-F2-F3 = 0
𝑒 𝐹2
Dari persamaan yang ada diperoleh: F3 = T(1 − )−
𝑑 2
𝐹1 𝐹3
Lw1 = Lw3 =
∅ 𝑅𝑛𝑤 𝑅𝑛𝑤
Contoh Soal:
108
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
Jawab:
Panjang total las 7/16 in. Dari Tabel 6-1 didapat bahwa
kapasitas las 7/16 in adalah 6,48 kip/in.
Kapasitas las = 6,48 × 16 = 103,7 kips
Kekuatan tarik pelat dengan menggunakan 𝜎 = 22 ksi
adalah:
Pt = 8 × 0,375 × 22 = 66 kips
Dengan demikian, beban tarik izinnya adalah 66 kips.
Jawab:
Persyaratan ukuran las:
Maksimum = tebal pelat – 1,6 = 16 – 1,6 = 14,4 mm
Minimum = 6 mm (Tabel 6-2).
109
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
60.104
Panjang total las dibutuhkan, Lw = 1558,935
= 384,8 𝑚𝑚 =
390 𝑚𝑚
110
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
LATIHAN SOAL
1. Jelaskan jenis-jenis las yang digunakan sebagai sambungan
elemen konstruksi!
2. Rencanakan sambungan las sudut untuk menahan gaya tarik
sekuat profil siku L 100.100.10 dari BJ 37. Mutu las f uw = 490
MPa!
TES FORMATIF
1. Tentukan beban tarik izin yang dapat bekerja pada
sambungan pada gambar berikut, bajanya adalah A36 (BJ)
dan elektrodanya digunakan E70. Las sudut adalah 5/6 in
dan proses yang dilakukan adalah las busur logam terlindung
(SMAW, Shield Metal Welding).
beban mati adalah 20% dan beban hidup 80%. Pelat yang
disambung terbuat dari BJ 37 dan mutu las fuw = 490 MPa.
REFERENSI
1. Agus Setiawan, “Perencanaan Struktur Baja dengan Metode
LRFD (Sesuai SNI 03-1729-2002)”, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 2008.
2. American Institute of Steel Construction INC. “Steel
Construction”, Thirteenth edition, 2005.
3. Gunawan dan Margaret, “Diktat Teori Soal dan Penyelesaian
Konstruksi Baja I”, Jilid 1, Delta Teknik Group Jakarta, 1998.
112
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
DAFTAR PUSTAKA
113
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
GLOSARIUM
115
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
INDEKS
A
I
ASD, ii, v, 5, 23, 118
inersia, 8, 40, 48, 51, 53, 55, 56
B
K
baut, ii, vi, viii, ix, 4, 23, 26, 28, 29, 35,
37, 44, 45, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 73, kopel, 51, 53, 54, 55
74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83,
84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 92 L
bracing, 26
bruto, 26, 28, 29, 83 lateral, 61, 86
lentur, 8, 25, 46, 47, 50, 57, 58
load,, 25, 26
D LRFD, ii, v, viii, 5, 22, 24, 25, 41, 45, 64,
daktail, 17 82, 91, 110, 115, 116, 117, 119
deformasi, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 21,
29, 118 N
netto, 26, 28, 29, 30, 31, 35, 38, 39, 41,
E 44
elektroda, 93, 94, 95, 100, 103, 104
R
F residu, 12
Fatique, 19, 21
fraktur, v, 7, 17, 20, 25, 28, 37, 43, 85, T
118
Tegangan, viii, 4, 14, 15, 16, 28, 39, 76,
77, 78, 103, 119
G Tekuk, 49, 57, 58
geser, ix, 37, 38, 54, 59, 71, 73, 75, 76,
77, 78, 82, 83, 85, 86, 87, 88, 101, U
102, 103, 111, 114
ultimate, 16, 29
H
hardness, 7, 20, 21
116
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
117
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
118
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
119
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
120
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
121
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
122
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
123
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
124
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
125
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
126
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
127
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
128
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
129
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
130
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
131
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
132
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
133
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
134
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
135
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
136
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
137
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
138
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
139
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
140
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
141
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
142
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
143
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
144
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
145
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
146
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
147
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
148
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
149
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
150
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
151
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
152
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
153
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
154
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
155
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
156
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
157
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
158
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
159
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
160
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
161
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
162
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
163
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
164
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
165
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
166
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
167
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
168
Dasar-dasar Perencanaan Struktur Baja
169