Anda di halaman 1dari 6

1.

Keunggulan Baja sbg Material Konstruksi

a. Baja struktural umumnya mempunyai daya tarikan


(tensile strength) antara 400 s/d 900 MPa. Hal ini sangat
berguna untuk dipakai pada jembatan berbentang
panjang, bangunan tinggi, dan struktur tanah lunak.
Sedangkan pada beton, selain kekuatannya lebih kecil
juga sebagian besar beban yang dipikulnya berasal dari
berat sendirinya. Struktur kayu sebenarnya juga cukup
ringan, namun kelemahannya terletak pada kekuatan dan
keawetannya.

b. Sifat-sifat baja tidak berubah karena waktu (uniformity),


berbeda dengan beton dan kayu yang tergantung waktu.
Hampir seluruh bagian baja memiliki sifat-sifat yang sama
sehingga cukup menjamin kekuatannya.
c. Elastisitas
Modulus elastisitasnya sama untuk tarik dan tekan. Pada
beton, tegangan tarik, tekan, dan modulus elastisitasnya
berbeda. Demikian juga pada kayu, dibedakan tegangan
searah serat dengan tegak lurus serat.

d. Daktilitas
Kemampuan struktur atau komponennya untuk melakukan
deformasi inelastik bolak-balik berulang diluar batas titik
leleh pertama, sambil mempertahankan sejumlah besar
kemampuan daya dukung bebannya. Manfaat daktilitas ini
bagi kinerja struktural adalah pada saat baja mengalami
pembebanan yang melebihi kekuatannya, baja tidak
langsung hancur tetapi akan meregang sampai batas
daktilitasnya sebelum runtuh.
2. Kelemahan Baja Sebagai Material Konstruksi

a. Biaya Perawatan (Maintenance Cost) Baja bisa berkarat


karena berhubungan dengan air dan udara. Oleh sebab itu,
baja harus dicat secara berkala.

b. Baja struktural harus dilindungi dengan bahan


insulasi/penahan panas.

c. Kelelahan pada baja tidak selalu dimulai dengan yielding


(leleh) atau deformasi yang sangat besar, tetapi dapat juga
disebabkan beban siklik ataupun pembebanan yang berulang-
ulang dalam jangka waktu yang lama. Kejadian ini sering
terjadi pada struktur yang berbentuk jembatan, dikarenakan
adanya pembebanan berulang melalui lalu lintas harian rata-
rata yang melewati jembatan tersebut.
3. Metode Perencanaan
a. Metode ASD (Allowable Stress Design)
Tegangan maksimum yang diizinkan terjadi pada suatu
bahan pada saat beban servis bekerja harus lebih kecil atau
sama dengan tegangan leleh (fy). Untuk memastikan bahwa
tegangan yang terjadi tidak melebihi tegangan (fy) maka
diberikan faktor keamanan terhadap tegangan izin
maksimum yang boleh terjadi

fn
fu ≤ fu = tegangan yg dibutuhkan
fn = tegangan ijin maks
SF SF = safety factor =1,5

Kuat ijin setiap komponen struktur tidak boleh kurang dari


kekuatan yang dibutuhkan
b. Metode LRFD (Load Resistance Factor Design)

Metode LRFD menggunakan beban terfaktor sebagai beban


maksimum pada saat terjadi keruntuhan

fu = tegangan yg dibutuhkan
f u ≤  fn fn = tegangan ijin maks
 = faktor tahanan

Faktor tahanan LRFD

Komponen struktur tarik Komponen struktur lentur


 = 0,9 keadaan batas leleh  = 0,9 untuk lentur
 = 0,75 keadaan batas fraktur  = 0,9 untuk geser

Komponen struktur tekan


 = 0,85 keadaan batas leleh
Standard yang biasa digunakan dalam perencanaan
struktur baja:
•PPBBI : Peraturan Bangunan Baja Indonesia
•TGB 1972 Staal :Technische Grandslagen Voor de Berekening
VanBouw Contructies
•AISC : American Institute of Steel Construction
•AISI : American Iron and Steel Contruction
•AASHHTO : American Association of State higway and
Transportation Officials
•ASTM : American Society for Testing and Materials
•JIS : Japan Industrial Standars
•DIN : Deutch Industries Narmen
•AIJ : architectural Institute of Japan
•BS449 : British Standard 449

Anda mungkin juga menyukai