Anda di halaman 1dari 12

ANALISA KEKUATAN BAJA LASSAN PASA

PROSES LAS GMAW


Ifzal, Email ifzal@semenindonesia.com
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pekerjaan di workshop pabrikasi yang


menuntut kecepatan tinggi pada proses penyambungan baja khususnya dengan
menggunakan metoda penyambungan lassan, dimana selama ini umum digunakan
proses las SMAW (Shield Metal Arc Welding). Sementara untuk mengejar produksi
yang terus meningkat dibutuhkan proses pengelasan yang lebih cepat dari proses las
SMAW, untuk mensiasatinya maka digunakan proses las GMAW (Gas Metal Arc
welding), dimana proses las GMAW ini memiliki kecepatan pengelasan yang jauh
lebih cepat jika kita bandingkan dengan proses las SMAW.
Untuk itu pemilihan kawat las yang tepat akan sangat berguna sekali demi
menunjang kecepatan proses pengelasan itu sendri. Untuk itu perlu diadakannya analisa
kekuatan dari kawat las, disini akan kita uji 3 merek kawat las yaitu merit s6, cigweld
dan enka, dimana ketiga brand kawat las ini akan kita uji kekuatan mekaniknya yang
mengacu pada standart ASME Sect IX (1998).
Pengujian meliputi uji Tarik, uji root bend dan uji face bend,
Yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan ketangguhan masing – masing brand
kawat las.
Dari hasil pengujian tarik didapatkan kawat las merek ENKA memiliki yield
yang lebih tingi dibadingkan dengan dua erek yang lain yaitu sebesar 322,7 Mpa dan
Cigweld mempunyai elongation yang lebih besar yaitu 23,9 %, maka dapat disimpulkan
bahwa ENKA lebih tangguh dan Cigweld lebih ulet, sementara untuk pengujian
bending tidak didapatkan cacat pada baja lassan.dan jika pengelasan dilakukan sesuai
dengan prosedur maka akan menghasilkan sound weld

Kata kunci, GMAW, Uji Tarik.


pengelasan dijadikan teknik penyambungan
PENDAHULUAN
sebuah konstruksi struktur. Disain dan jenis
Sambungan dengan pengelasan
sambungan yang dipilih akan menentukan
(welding), merupakan sambungan yang kaku
kualitas sebuah produk konstruksi baja. Sehingga
(rigid) dan bersifat permanen. Material
sebuah konstruksi baja diharapkan dapat
komponen sambungan yang disambung dengan
memenuhi standar dan spesifikasi produk yang
menggunakan las akan berfusi dengan electroda
direncanakan pada saat design engineering
las (filler metal) dan menyatu dengan lebih kuat
dilakukan, sehingga produk konstruksi tersebut
(lebih sempurna) membentuk sebuah coalescene
dapat mendukung beban dan berfungsi dengan
(leburan).
baik untuk jangka waktu optimal.
Sambungan las memiliki bentuk yang
Permasalahan yang sering terjadi pada
lebih rapi dan berat lebih ringan, yaitu hanya
adalah pemilihan faktor-faktor pertimbangan dan
berkisar 1 – 1,5% dari berat konstruksi, sedang
perhitungan di atas, mengalami kendala teknis di
dengan paku keling / baut berkisar 2,5 – 4% dari
lapangan/ site, tempat aplikasi pengelasan.
berat konstruksi. Pengerjaan konstruksi
Sebuah struktur konstruksi yang disambung
sambungan las/ welding relatif lebih cepat,
dengan menggunakan las, dalam aplikasinya,
karena di dalam proses manufacture, material
tidak sesuai dengan standar dan disain
yang akan disambung tidak perlu di boring untuk
pengelasan yang baik sesuai dengan ASME Sect
membuat lubang-lubang paku keling (rivet joint)
IX (1998)
ataupun lobang baut. Disamping itu pada
sambungan las, tidak dibutuhkan pemasangan Aplikasi proses pengelasan struktur

potongan baja siku/plat penyambung/ joist dan konstruksi, yang sering digunakan adalah dengan

sebagainya. Luas penampang batang baja tetap proses pengelasan Gas Metal Arc Weding

utuh, karena tidak dilubangi, sehingga (GMAW). Pada proses ini, elektroda yang

kekuatannya tetap (Aswin, 2012). digunakan adalah jenis elektroda rol. Pemilihan
tool dan filler metal disesuikan dengan jenis
Berbagai pertimbangan dan perhitungan
group material/ baja dan spesifikasi baja induk
teknis, biaya, waktu, kualitas, fungsi dan faktor
(base metal) tersebut. Material baja (steel) yang
safety/ keamanan konstruksi yang dibentuk, akan
direkomendasikan diaplikasi dilapangan untuk
menjadi alasan bagi seorang engineer, dalam
struktur konstruksi adalah material yang baja
menentukan jenis sambungan yang digunakan.
tergolong baja karbon rendah (low carbon steel)
Tentunya faktor-faktor di atas, juga akan
dan juga material yang tergolong Mild Steel,
menjadi materi pertimbangan pada saat
Penelitian ini mengalisa tiga jenis brand Penelitian ini menggunakan metode
kawat las yang mempunyai kelas yang sama experimental menggunakan data primer dan data
yaitu AWS A.5.18 dengan spesifikasi ER 70 S6, sekunder dari referensi ilmiah terkait. Metode ini
adapun brand yang di pakai adalah Merit, dimaksudkan untuk menemukan ada tidaknya
Cigweld dan ENKA dan pengujian yang perbedaan sifat mekanikal hasil pengelasan
dilakukan adalah uji Tarik, uji bending yang proses Gas Metal Arc Welding (GMAW) dengan
meliputi face bend dan root bend dengan menggunakan filler metal brand Merit, Cigweld
mengunakan base metal SS400 (baja karbon dan ENKA yang mengaju pada standart ASME
rendah). Sect IX (1998) dan didukung oleh WPS / PQR.

Bahan dan consumeable utama yang


digunakan di dalam penelitian ini adalah material
SIFAT MEKANIKAL MATERIAL
baja karbon rendah JIS B 3101 SS400, thickness
Horath (2001) menjelaskan bahwa sifat- 10 mm, Joint design yang digunakan adalah
sifat mekanikal berhubungan langsung dengan Single V-Groove Weld. Pengelasan GMAW
karakter material di bawah beban yang diaplikasikan dengan mesin las ESSAB 400
diberikan. Sifat-sifat ini biasanya AC/DC. Elektroda brand merit, Cigweld dan
menggambarkan dengan istilah yang berhubugan ENKA, AWS A5.18 ER 70 S6 Peralatan uji
dengan tegangan, regangan, atau keduanya Universal Testing Machine (UTM) UTH 10 yang
tegangan&regangan. Sifat-sifat mekanikal dasar digunakan untuk Uji Tarik (ASTM A370) dan
meliputi kekuatan, kekakuan, kekerasan, Uji Tekuk (Face dan Root Bend Test – ASME
elastisitas, plastisitas dan kemampuan menyerap Sect IX),.
energi. Jadi, sifat mekanik adalah kemampuan
Prosedur Penelitian
suatu material untuk menahan beban yang
diberikan pada material tersebut. Pembebanan 1. Prosedur pengelasan
yang diberikan dapat berupa pembebanan statis a. Persiapkan bahan dan peralatan, disertai
(besar dan arahnya tetap), ataupun pembebanan WPS/ PQR dan qualified welder
dinamis (besar dan arahnya berubah). Pengujian b. Potong bahan sesuai kebutuhan pengelasan
terhadap sifat-sifat mekanikal material ini dengan cutting machine
meliputi pegujian) pengujian tarik (Tensile test), c. Persiapkan sambungan yang digunakan
Uji Bending (face dan Root bend) pada material uji, yaitu single V groove
joint, dengan Hand beveler dan gerinda
METODE PENELITIAN
tangan 7” dan 4”.
d. Chek joint design metal. Data yang diperoleh melalui
e. Lakukan pengelasan prosedur yang diacu pengujian disusun untuk mendapatkan
dengan pengontrolan welding parameter nilai rata-rata. Kemudian dilakukan
dan di-record perbandingan. Hal ini dilakukan untuk
2. Prosedur Pengujian mengetahui apakah ada perbedaan sifat
a. Visual Inspection mekanikal hasil pengelasan menggunakan
b. Persiapan spesimen uji, sesuai standar ke tiga brand tersebut. Analisa data
pengujian berikutnya dilakukan dengan
Ukuran dan bentuk Spesimen uji membandingkan bentuk dan nilai hasil
yang dilas, mengacu kepada ASME Sect pengujian mekanikal yang dilakukan,
IX , test spesimen on weld test plate figure terhadap masing – masing spesimen. Data-
4.11 dengan ukuran panjang 660 mm x data tersebut dianalisis dan ditelaah
lebar (2 x 180 mm) x tebal 10 mm. Sesuai berdasarkan kajian teori dan Acceptance
dengan test spesimen tersebut, maka Criteria ASME Sect IX
beradasarkan Figure 3.4 untuk CJP dipilih
HASIL DAN PEMBAHASAN
joint design single V groove weld. Proses
pengelasan selanjutnya dilakukan sesuai Base metal yang dipersiapkan dengan
dengan WPS/ PQR yang telah ditentukan. joint design Single V-groove , kemudian
lanjutkan dengan proses fit up dan pengelasan
yang dilakukan sesuai dengan Welding
Procedure Spesification yang telah ditentukan.
Setelah pengelasan selesai dilaksanakan,
spesimen didinginkan dan dibiarkan selama lebih
± 48 jam, kemudian dilakukan Visual Inspeksi
(VT). Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan
terhadap pengelasan spesimen bagian weld face
Gambar 3.1 Lokasi Test dan root-nya, hanya ditemukan discontinuitas
Spesimen pada Plate Test berupa spatter. Berdasarkan Table 6.1 Visual
Inspection Acceptence Criteria ASME Sect IX,
Data pengujian spesimen di-record
dengan sistematis menggunakan tabel- Selanjutnya, spesimen demarking untuk
tabel dan data pengujian mikro struktur menentukan pemotongan spesimen pengujian
berupa data visual foto struktur mikro base sesuai dengan Test Spesimen On Weld Test
Plate. Kemudian proses dilanjutkan dengan
pembuatan spesimen uji. Spesimen pengujian
mekanikal dibuat berdasarkan rekomendasi
bentuk dan ukuran spesimen ASME Sect IX dan
ASTM A370 untuk spesimen uji tarik. Pengujian
yang dilakukan meliputi pengujian, tarik
(Tensile Test), Face bend, Root bend dilakukan
agar

Deskripsi Data Hasil Penelitian


1. Data hasil Tensile Test (Uji Tarik)
Pengujian tarik dilakukan pada mesin
Universal Testing Machine (UTM) dengan
skala beban 10 ton dan spesifikasi spesimen
merujuk ke ASTM A370. Masing-
masing elektroda E6013 dan E7018 Elon
diuji dengan 3 spesimen. Data awal yang Jenis yl ult gatio Keter
Sampel
Lasan [MPa] [MPa] n angan
diukur adalah panjang awal dan dimensi [%]
Merit S- Sampel 323 477 32.3 Spesim
reduction area. Data yang diperoleh setelah 6 1 en
pengujian berupa kuat tarik maksimum, putus
pada
beban patah, grafik uji tarik, perpanjangan base
metal
dan kontraksi/ reduction area. Data-data Sampel 321 479 10.1 Spesim
tersebut kemudian diolah menggunakan 2 en
324 480 20,4 putus
formula uji tarik, untuk menentukan Sampel pada
3 weld
tegangan (σmaks) dan modulus elastisitas (E). metal
Spesim
Data pengujian tersebut selanjutnya
en
ditabulasi sebagai berikut: putus
Pada
weld
a. Data hasil Uji Tarik Merit metal
Cigweld Sampel 355 472 25.0 Spesim
1 en
putus
pada
base
metal
Sampel 380 497 22.4 Spesim
2 en
370 488 24,4 putus
Sampel pada
3 base
metal
Spesim
ent
putus
pada
weld
metal
ENKA Sampel 382 504 11.2 Spesim
1 en
putus
pada
weld
metal
Sampel 375 511 18.6 Spesim
2 en
377 510 14,7 putus
Sampel3 pada
base
metal
Spesim
ent
putus
pada
weld
metal
2. Data hasil Face bend dan Root bend a. Deskripsi Data Face bend dan Root
Spesimen bend Spesimen
Spesimen face bend dan root
Sudu bend masing-masing 3 buah spesimen,
Beban Cacat
Jenis Samp t
Maksimu (ada/td diberikan beban bending sampai
Lasan el Teku
m [N] k)
k [o] mencapai gaya maksimal dan
Merit Sampe 10878 127 Tidak mengalami defleksi. Kemudian
S-6 l1 ada
cacat spesimen diperiksa satu persatu secara
Sampe 12005 119 Tidak visual untuk menentukan ada atau
l2 11987 120 ada
Sampe cacat tidaknya discontinuitas. Hasil
l3 Tidak pemeriksaan visual tersebut, kemudian
ada
cacat dibandingkan dengan dengan
Cigwel Sampe 12201 117 Tidak acceptance criteria untuk face bend
d l1 ada
cacat dan root bend mengacu pada ASME
Sampe 8526 77 Tidak Sect IX
l2 10851 88 ada
Sampe cacat
l3 Tidak
ada
cacat
ENKA Sampe 10388 80 Tidak
l1 ada
cacat
Sampe 10927 82 Tidak
l2 10768 92 ada
Sampe cacat
l3 Tidak
ada
cacat Hasil Uji Hasil Uji Root
Face bend bend

Spesimen face bend dan root bend Ukuran dimensi Spesimen


di uji pada mesin Universal Testing E6013 dalam milimeter pengujian
Machine (UTM) UTH 10, kapasitas 100 Face bend dan Root bend:
ton, di Labor Pengujian Bahan Jurusan
Teknik Mesin Universitas Andalas
Padang.
No. Face bend Root bend E Elongation
Spesimen p l t p l t
30
1 170 40,3 10 170 40,0 10 25
2 170 39,7 10 170 39,6 10 20
3 170 39,9 10 170 39,8 10 15
Dimensi Spesimen Face bend dan Root bend 10
5
0
Merit S Cigweld ENKA

Gambar 4.2 Regangan rata-rata (elongation)

Pembahasan Hasil Penelitian


1. Pembahasan hasil Tensile Test (Uji Tarik)
Berdasarkan Tensile Test yang Perbandingan Ultimate
dilakukan dan perhitungan kuat tarik 520

elektroda, maka kuat tarik (σmaks) dalam Mpa 500

dan modulus elastisitas (E) dalam GPa, 480

460

Diagram Tegangan 440


1 2 3
5
Merit S6 Cigweld ENKA
4

0
Merit S6 Cigweld ENKA Perbandingan Yield
Yield Ultimate 400
380
360
Gambar 4.1 Perbandingan Tegangan yield dan 340
320
ultimate antara 300
280
Lasan Merit S-6, Cigweld dan ENKA
1 2 3

Merit S6 Cigweld ENKA


rata-rata pada kawat lasan ENKA sebesar 378
MPa dan tegangan ultimate rata-rata sebesar
Perbandingan Elongation
507.3 MPa.
520
500 Hasil pengujian tarik menunjukkan
480
bahwa kawat lasan ENKA memiliki tegangan
460
440 yield yang terbesar diantara kawat lasan lain
1 2 3
yaitu 378 MPa. Sedangkan kawat lasan Merit S-
Merit S6 Cigweld ENKA
6 memiliki tegangan yield paling rendah yaitu
sebesar 322,7 MPa. Hal ini menandakan bahwa
Hasil pengujian tarik untuk lasan Merit kawat lasan ENKA memiliki sifat mekanik yang
S-6, Cigweld dan ENKA ditampilkan secara lebih kuat dibanding kawat lasan lain.
lengkap di Tabel 4.1. Berdasarkan tabel, secara
Selanjutnya perbandingan regangan (elongation)
keseluruhan hasil pengujian tarik yang
antara ketiga jenis kawat lasan disajikan pada
dilakukan, patah yang terjadi pada spesimen
Gambar 4.2. Berdasarkan Gambar 4.2 dapat
rata-rata pada daerah base metal dan sebagian
dilihat bahwa kawat lasan Merit S-6 dan
kecil pada daerah logam las (weld metal). Secara
Cigweld memiliki regangan rata-rata yang
umum dapat dikatakan bahwa ketiga jenis kawat
hampir sama yaitu sekitar 21~23%. Sedangkan
lasan cukut tangguh menahan beban tarik karena
kawat lasan ENKA memiliki regangan yang
spesimen putus bukan di daerah sambungan
lebih kecil dari kedua kawat las lainnya yaitu
(weld) tetapi di daerah base metal. Spesimen
14.9%. Hal ini menunjukkan bahwa keuletan
putus pada daerah base metal menunjukkan
ENKA sangat rendah dibandingkan dengan
bahwa sambungan cukup kuat.
Merit S-6 dan Cigweld. Dalam kasus ini,
Gambar 4.1 merupakan diagram Cigweld memiliki keuletan yang lebih baik dari
perbandingan antara tegangan ultimate (σu) kawat las lainnya. Semakin besar regangan yang
dengan tegangan yield (σy) untuk jenis kawat las dicapai spesimen, semakin ulet material tersebut
yang berbeda. Dari grafik terlihat bahwa
tegangan yield rata-rata pada kawat lasan Merit
S-6 sebesar 322,7 MPa dan tegangan ultimate
rata-rata sebesar 478,7 MPa. Tegangan yield 2. Hasil Uji Bending
rata-rata pada kawat lasan Cigweld sebesar Pengujian bending yang dilakukan pada
368,3 MPa dan tegangan ultimate rata-rata penelitian ini mencakup uji face bending dan
sebesar 485,7 MPa. Sedangkan Tegangan yield root bending.
2.1 Face Bending dengan sudut tekuk rata-rata sebesar 80O.
Table 4.2 menunjukkan hasil pengujian face Sedangkan untuk ENKA, nilai rata-rata beban
bending. Berdasarkan data dan hasil pengujian maksimum bending adalah 12068 dengan sudut
face bending, nilai rata-rata beban maksimum tekuk rata-rata sebesar 83O. Berdasarkan hasil
bending pada lasan Merit S-6 adalah 11623,3 N pengujian face bending dan root bending, secara
dengan sudut tekuk rata-rata sebesar 123O. Untuk umu dapat dikatakan bahwa beban maksimum
pengujian face bending Cigweld , nilai rata-rata rata-rata yang diperlukan untuk menekuk lasan
beban maksimum bending adalah 10526,7 N secara root bending lebih besar dari face bending
dengan sudut tekuk rata-rata sebesar 97O. untuk ketiga jenis lasan ini.
Sedangkan untuk ENKA, nilai rata-rata beban Hasil uji root bending menunjukkan hasil yang
maksimum bending adalah 10692,3 dengan sama dengan face bending, yaitu tidak
sudut tekuk rata-rata sebesar 81O. ditemukan cacat pada hasil lasan untuk ketiga
Berdasarkan hasil uji facce bending, tidak jenis kawat lasan yang diuji. Hasil ini
ditemukan cacat pada hasil lasan untuk ketiga menunjukkan bahwa hasil las memenuhi
jenis kawat lasan yang diuji. Hasil ini standard. Besar beban maksimum rata-rata yang
menunjukkan bahawa hasil las memenuhi diperlukan untuk menekuk spesimen hasil
standard. Besar beban maksimum rata-rata yang pengelasan dengan kawat Merit S-6 lebih besar
diperlukan untuk menekuk spesimen hasil dari beban maksimum rata-rata jenis kawat lasan
pengelasan dengan kawat Merit S-6 lebih besar lainnya.
dari beban maksimum rata-rata jenis kawat lasan
lainnya.

2.2. Root Bending


Sama halnya dengan face bending, pengujian
root bending juga dilakukan pada penelitian ini.
Table 4.3 menunjukkan hasil pengujian root
bending. Berdasarkan data dan hasil pengujian
root bending, nilai rata-rata beban maksimum
bending pada lasan Merit S-6 adalah 12870 N
dengan sudut tekuk rata-rata sebesar 125O. Untuk
pengujian face bending Cigweld , nilai rata-rata
beban maksimum bending adalah 7295.7 N
Data hasil uji face bend Data hasil uji root bend
Beban
Sudut Cacat Beban
Jenis Maksi Sudut Cacat
Sampel Tekuk (ada/t Jenis Maksi
Lasan mum Sampel Tekuk (ada/t
[o] dk) Lasan mum
[N] [o] dk)
[N]
Merit Sampel 1 10878 127 Tidak
Merit Sampel 12250 123 Tidak
S-6 ada
S-6 1 ada
cacat
cacat
Sampel 2 12005 119 Tidak
Sampel 13230 127 Tidak
Sampel 3 11987 120 ada
2 13130 125 ada
cacat
Sampel cacat
Tidak
3 Tidak
ada
ada
cacat
cacat
Cigwel Sampel 1 12201 117 Tidak
Cigwel Sampel 7252 70 Tidak
d ada
d 1 ada
cacat
Autocra cacat
Sampel 2 8526 77 Tidak
ft LW Sampel 7350 90 Tidak
Sampel 3 10851 88 ada
1-6 2 7285 85 ada
cacat
Sampel cacat
Tidak
3 Tidak
ada
ada
cacat
cacat
ENKA Sampel 1 10388 80 Tidak
AWS Sampel 11613 88 Tidak
ada
5.18/ER 1 ada
cacat
70 56 cacat
Sampel 2 10927 82 Tidak
Sampel 12593 78 Tidak
Sampel 3 10768 92 ada
2 11980 84 ada
cacat
Sampel cacat
Tidak
3 Tidak
ada
ada
cacat
cacat
Kesimpulan Daftar Pustaka
Berdasarkan hasil pengujian dan
pembahasan yang telah dilakukan di atas [1] Popov, E.P.,1993. Mekanika Teknik, Edisi Kedua,
mengenai perbandingan sifat mekanik dari kawat Erlangga, Jakarta.

lasan Merit S-6, Cigweld dan ENKA, dapat [2] Sonawan, H., Sutraman, R., 2006. Pengantar
untuk Memahami Pengelasan Logam, Alfa Beta,
ditarik kesimpulan sebagai berikut.
Bandung.
 Hasil pengujian tarik menunjukkan bahwa
[3] Wiryosumarto, H., Okumura, T., 2008, Teknologi
kawat lasan ENKA memiliki tegangan yield
Pengelasan Logam, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
yang terbesar diantara kawat lasan lain yaitu
[4] ASME Sect IX (1998). Boiler and Pressure vessel
322,7 MPa. Sedangkan kawat lasan Merit Code
S-6 memiliki tegangan yield paling rendah
[5] Handbook (1994). Ferrous Material and
yaitu sebesar 294,7 MPa. Hal ini Metallurgi
menandakan bahwa kawat lasan ENKA
memiliki sifat mekanik yang lebih kuat
dibanding kawat lasan lain.
 Lasan Cigweld memiliki keuletan yang
lebih baik dari Merit S-6 dan ENKA. Karena
memiliki regangan (elongation) yang lebih
tinggi yaitu sebesar 23,9%. Semakin besar
regangan yang dicapai spesimen, semakin
ulet material tersebut.
 Berdasarkan hasil pengujian root bending
dan face bending menunjukkan bahwa tidak
ditemukan cacat pada hasil lasan untuk
ketiga jenis kawat lasan yang diuji. Hasil ini
menunjukkan bahwa hasil las memenuhi
standard.
 Perbandingan hasil uji tarik antara
sambungan las dengan weld metal terlihat
perbedaan yang signifikan baik ultimate
maupun yield ini membuktikan bahwa weld
metal lebih kuat dan ulet dari base metal.

Anda mungkin juga menyukai