Iron Fe Basic
Carbon C Memberi Kekerasan and Kekuatan
Manganese Mn Memberi ketangguhan dan kekuatan
Silicon Si Mengurangi oksidasi
Aluminium Al Mengurangi oksidasi, meningkatkan ketangguhan.
Chromium Cr Anti korosi
Molybdenum Mo 1% untuk Anti retak
Vanadium V Kekuatan
Nickel Ni Memberi kekuatan dan ketanguhan temperatur rendah
2
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
disebut bahan tambah pengelasan. Jadi peran penting bahan tambah pengelasan ini
sangat mempengaruhi kualitas mutu dari pengelasan yang dilakukan.
Seorang Welding Inspector sangat penting ketika melakukan pemeriksaan bahan tambah
las, yang harus diperiksa secara detail, yaitu:
a. Ukuran
b. Tipe dan Spesifikasi
c. Kondisi
d. Tempat penyimpanan
Di dalam pengelasan, bahan tambah harus diperiksa secara teliti, karena bahan tambah
las ini berperan untuk memastikan ikatan yang kuat antara dua logam. Ketika proses
pengelasan terjadi, logam akan dipanaskan sampai titik leburnya, ketika sampai titik
leburnya logam cair harus terlindung dari udara dan bahan tambah ikut tercampur kedalam
logam sehingga menghasilkan perpaduan yang kuat. Selain itu juga kondisi bahan tambah
yang baik juga akan berfungsi untuk menstabilkan nyala busur listrik.
a. Jenis-jenis bahan tambah Las (welding consumable)
Welding consumable setiap proses pengelasan tentunya berbeda-beda. Karena
karakteristik proses juga berbeda.
1) Welding consumable untuk Proses SMAW
Bahan habis pakai untuk proses pengelasan SMAW terdiri dari kawat bersalutan
atau sering disebut elektroda. Panjang berkisar antara 350-450 mm dengan
diameter 2,5-6mm, dan tersedia juga dengan diameter yang lebih besar (gambar
1).
Kawat inti elektroda umumnya terbuat dari baja berkualitas rendah karena ketika
proses pengelasan dapat disempurnakan dengan penambahan zat pengurai
atau pemurnian pada lapisan fluks.
3
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
Lapisan fluks mengandung banyak unsur dan senyawa, silikon terutama
ditambahkan sebagai agen de-oksidasi (dalam bentuk ferro-silicon), yang
berfungsi untuk menghilangkan oksigen dari logam las dengan membentuk
oksida silika. Penambahan mangan hingga 1,6% akan meningkatkan kekuatan
dan ketangguhan baja. Senyawa logam dan non logam lainnya ditambahkan
yang memiliki banyak fungsi, termasuk:
a) meningkatkan stabilisasi busur,
b) menghasilkan gas pelindung,
c) membentuk terak yang melindungi logam las yang memadat,
d) menambahkan elemen paduan.
Kualitas elektroda untuk SMAW memiliki pengaruh besar pada sifat material
hasil las dan kemudahan untuk dipakai terkait dengan kesetabilan nyala busur
api (tabel 2).
Tabel 2 Grup Elektroda
GROUP CONSTITUENT SHIELD GAS USES AWS A 5.1
Rutile Titania Mainly CO2 General purpose E 6013
Basic Calcium compounds Mainly CO2 Hight quality E 7018
Cellulosic Cellulose Hydrogen + CO2 Pipe root runs E 6010
5
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
Berikut ini adalah simbol komposisi bahan paduan yang biasa
ditambahkan pada elektroda (tabel 3):
Tabel 3 Simbol Komposisi Paduan elektroda
A1 C, 0,5 Mo
B1 0,5 Cr, 0,5 Mo
B2 1,25 Cr, 0,5 Mo
Catatan :
B3 2,25 Cr, 1 Mo C = Karbon
C1 2,5 Ni Cr = Chromium
C2 3,5 Ni Mo = Molybdenum
Ni = Nikel
C3 1 Ni
D1 1,5 Mn, 0,25 Mo
D2 1 Mn, 0,25 Mo
Contoh:
E 8018-B2
E = elektroda.
80 = kekuatan tarik minimum = 80.000 psi
1 = elektroda dapat dipakai untuk semua posisi
8 = tipe salutan adalah basic dan arus AC atau DCRP.
B2 = bahan paduan adalah 1,25 Cr, 0,5 Mo.
2) Welding Consumable untuk Proses FCAW
Consumable untuk prose pengelasan FCAW adalah electroda dan gas. Jenis
elektroda yang akan digunakan pada suatu pengelasan sangat ditentukan oleh
keperluan pengelasan itu sendiri.
a) Kawat Elektroda
Secara umum jenis kawat elektroda untuk FCAW adalah : rutile, hydrogen
controlled, serbuk besi (metal cored) dan self-shieding yang
penggunaannya adalah sebagai berikut :
(1) Rutile
Kawat elektroda rutile digunakan untuk pengelasan sambungan
tumpul (butt ) dan sudut ( fillet ) jalur tunggal atau bertumpuk ( multiple )
pada baja tegangan rendah atau medium untuk posisi flat, vertikal dan
di atas kepala.
6
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
(2) Basic ( Hydrogen Controlled )
Kawat elektroda jenis ini digunakan untuk pengelasan kualitas tinggi,
sehingga susuai untuk mengelas baja tegangan tinggi atau untuk
penggunaan di mana dibutuhkan sifat mekanik yang baik.
Secara umum kawat elektroda hydrogen controlled cocok untuk
pengelasan semua posisi.
(3) Serbuk Besi ( Metal Cored )
Kawat elektroda jenis ini dibuat dengan menambahkan serbuk besi,
bahan-bahan paduan dan sedikit stabiliser arus. Proses pengelasan
menggunakan DC + dan gas pelindung adalah Argon-mix .
Menghasilkan pengisian/ jalur las yang baik pada penggunaan arus
tinggi dan volume yang banyak dengan terak yang tipis.
(4) Self-Shielding
Jenis kawat elektroda ini tidak membutuhkan gas pelindung tambahan,
artinya kebutuhan gas pelindung sudah tercukupi oleh fluksi yang ada
pada inti kawat.
b) Gas Pelindung
Gas Pelindung merupakan consumable untuk proses FCAW, penggunaan
gas pelindung dapat dilihat dari tabel dibawah ini (tabel 4):
Tabel 4 Jenis Gas Pelindung FCAW
7
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
a) Kawat Elektroda
Hasil maksimal akan dapat dicapai apabila jenis kawat elektroda yang
digunakan sama dengan jenis logam yang di las.
Jenis logam yang dapat di las menggunakan GMAW ada beberapa
macam antara lain:
(1) Baja tegangan tinggi dan menengah
(2) Baja paduan rendah
(3) Baja tahan karat
(4) Aluminium
(5) Tembaga
(6) Tembaga paduan, dll
8
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
Adapun penggunaan gas pelindung secara umum khususnya pada solid
wire diatur antara 14 – 18 l/menit ( disesuaikan dengan WPS ).
9
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
b. Gas Pelindung
Sebagai gas pelindung pada pengelasan dengan TIG adalah gas inert
yaitu gas yang tidak dapat bercampur secara kimia dengan gas lain,
fungsinya melindungi cairan logam dari pengaruh oksidasi dengan udara
didsekitarnya. Umumnya memakai gas argon atau gas helium. Gas
argon lebih umum digunakan karena lebih murah daripada helium.
Macam-macam gas pelindung yang dipakai pada proses GTAW adalah:
(1) Argon, mempunyai karekritik stabil dalam panas busur las yang
tinggi dan dapat mengontrol cairan dengan baik terutama pada
pengelasan dengan posisi tertentu.
(2) Campuran argon dan helium dipakai sebagai gas pellindung,
dimana helium ditambahkan sebagai bahan dasar untuk
meningkatkan suhu pada busur las sehingga dapat mempercepat
proses pengelasan.
Kecepatan gas pelindung untuk pengelasan baja karbon dan baja
paduan karbon rendah bervariasi tergantung dari jenis gas pelindung
yang digunakan ,tebal bahan yang dilas dan posisi pengelasannya.
Berikut ini diberikan tabel untuk pedoman penyetelan kecepatan gas
argon (tabel 6).
Tabel 6 Penyetelan Gas Argon
11
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
12) ASME SECTION XIIRULES FOR CONSTRUCTION AND CONTINUED
SERVICE OF TRANSPORT TANKS
13) ASME SECTION IX WELDING AND BRAZING QUALIFICATIONS
14) ASME SECTION X FIBER-REINFORCED PLASTIC PRESSURE VESSELS
15) ASME SECTION XI RULES FOR INSERVICE INSPECTION OF NUCLEAR
POWER PLANT COMPONENT
16) ASME SECTION XII RULES FOR CONSTRUCTION AND CONTINUED
SERVICE OF TRANSPORT TANKS
c. API ( American Petroleum Institute )
The technical society which provides technical guidance for petroleum industry.
1) API STD 570 PIPING INSPECTION CODE
2) API STD 620RULES FOR DESIGN AND CONSTRUCTION OF LARGE,
WELDED LOW PRESSURE STORAGE TANKS
3) API STD 640 TUBE DIMENSION FOR HEAT EXCHANGERS
4) API STD 650 WELDED STEEL TANKS FOR OIL STORAGE
5) API STD 653 TANKS INSPECTION, REPAIR ALTERATION &
RECONSTRUCTION
6) API STD 660 HEAT EXCHANGERS FOR GENERAL REFINERY SERVICES
7) API STD 1104 WELDING OF PIPELINES AND RELATED FACILITIES
8) API STD 1110 PRESSURE TESTING OF LIQUID PETROLEUM PIPELINES
9) API STD 1111 DESIGN, CONSTRUCTION, OPERATION AND
MAINTENANCE OF OFFSHORE
10) API RP 2A LFRDPLANNING, DESIGNING, CONSTRUCTING FIXED
OFFSHORE PLATFORMS (LOAD & RESISTANCE FACTOR DESIGN)
11) API RP 2B FABRICATION OF STRUCTURAL STEEL PIPE
12) API RP 2H CARBON MANGANESE STEEL PLATE FOR OFFSHORE
PLATFORM TUBULAR JOINTS
13) API RP 2W STEEL PLATE FOR STRUCTURES, PRODUCED BY THERMO-
MECHANICAL CONTROL PROCESSING
14) API RP 2X ULTRASONIC & MAGNETIC EXAMINATION OF OFFSHORE
STRUCTURAL FABRICATION AND GUIDELINE FOR QUALIFICATION OF
TECHNICIANS
12
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
15) API RP 2Y STEEL PLATE QUENCHED & TEMPERED FOR OFFSHORE
STRUCTURES
16) API RP 2Z PRE-PRODUCTION QUALIFICATION FOR STEEL PLATES OF
OFFSHORE STR.
4. Menentukan metode-metode proses pengelasan.
Metode menentukan proses pengelasan yang paling utama adalah tercapainya fusi antara
kedua material yang disambung. Ada beberapa faktor yang esensial untuk tercapainya
fusion welding,
a. Fusi dicapai oleh peleburan menggunakan intensitas tinggi sumber panas.
b. Proses pengelasan harus mampu menghilangkan oksidasi.
c. Pengaruh suhu dari udara sekitar harus dihindari.
d. Sambungan las harus memiliki sifat mekanik yang diperlukan oleh spesifikasi yang
ditentukan.
a. Pemilihan Proses pengelasan berdasarkan tipe material:
1) Steels : all processes
2) Reactive metals (Aluminium & Titanium): GTAW and GMAW Process
3) Nickel-based Alloys: all processes for most alloys
4) Copper-based alloys:mainly GTAWv and GMAW Process
b. Pemilihan proses pengelasan berdasarkan tebal plat:
1) SMAW all above ~ 3mm
2) GTAW (low productivity) generally thin sections (<~ 10mm)
3) GMAW/FCAW typically ~ 3 to 30mm
4) SAW typically ~ 15 to 150mm or above
c. Pemilihan proses pengelasan berdasarkan posisi Pengelasan:
1) SMAW, GTAW, GMAW/FCAW : semua posisi
2) SAW : rata-rata posisinya flat
5. Memahami jenis-jenis joint design sesuai dengan desain las, gambar kerja dan/atau
spesifikasi.
a. Butt Joint
Sambungan butt joint adalah jenis sambungan tumpul, dalam aplikasinya jenis
sambungan ini terdapat berbagai macam jenis kampuh atau groove yaitu V groove
13
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
(kampuh V), single bevel, J groove, U Groove, Square Groove untuk melihat macam
macam kampuh las lebih detail silahkan lihat gambar 2, berikut ini.
b. Fillet Joint
1) Fillet (T) Joint
Fillet T Joint adalah jenis sambungan yang berbentuk seperti huruf T, tipe
sambungan ini banyak diaplikasikan untuk pembutan kontruksi atap, konveyor
dan jenis konstruksi lainnya. Untuk tipe groove juga terkadang digunakan untuk
sambungan fillet adalah double bevel, namun hal tersebut sangat jarang kecuali
pelat atau materialnya sangat tebal (gambar 3).
14
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
2) Corner Joint
Corner Joint mempunyai desain sambungan yang hampir sama dengan T Joint,
namun yang membedakannya adalah letak dari materialnya. Pada sambungan
ini materialnya yang disambung adalah bagian ujung dengan ujung. Ada dua
jenis corner joint, yaitu close dan open.
15
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
Gambar 6 Edge Joint
16
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
4) Lebih murah dan lebih mudah didapat
c. Campuran Argon dan Helium
Argon mempunyai berat sekitar 10 x helium, karena beratnya begitu meninggalkan
moncong busur, argon akan langsung menyelimuti jalur cairan logam las, sedangkan
helium yang lebih ringan dari argon akan naik keatas menghalagi penetrasi udara ke
dalam lingkungan nyala las. Jadi dengan dikombinasikannya kedua jenis gas ini akan
menghasilkan campuran yang fungsi lindungnya sangat optimal.
Campuran gas argon dan helium (80% argon, 20% helium) akan menghasilkan
transfer semprot aksial, apabila arus mencapai di atas nilai transisi dan penetrasi yang
dalam serta jalur las yang lebar dan parabol.
d. Karbondioksida (CO2)
Karbon Dioksida memiliki sifat perpindahan panas yang baik. Menghasilkan penetrasi
las sangat dalam tetapi dengan busur yang tidak stabil dan, karena kereaktifannya
banyak terdapat percikan atau spatter. Karbon dioksida dapat digunakan murni (only
for short-circuiting) atau atau campuran dengan 5 sampai 25 argon%, kadang-kadang
sampai dengan 50%. Meningkatnya persentase karbon dioksida meningkatkan lebar
dan kedalaman penetrasi las.
Pada pengelasan baja tahan karat di mana karbon mengontrol konten yang
diperlukan, sebuah argon-helium dicampur dengan 1-2% karbon dioksida juga dapat
digunakan.
7. Memahami Pre Heat dan Post Weld Heat Treatment (PWHT) sesuai dengan
spesifikasi, prosedur dan/atau kontrak.
a. Pre Heat
Pre heat digunakan bertujuan untuk meningkatkan sifat mampu las pada material dari
penurunan suhu secara tiba-tiba dan mengontrol pemuaian ketika terjadi proses
pengelasan.
Ada tiga alasan utama untuk melakukan preheat:
1) Dengan mengurangi laju penurunan suhu panas akan menghasilkan struktur
material yang lebih ulet.
2) Semakin lambat laju pendinginan , penyebaran hidrogen pada material akan
terkontrol sehingga tidak menyebabkan retak.
17
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
3) Dengan diberikan panas secara terus menerus akan berdampak rapuh pada
material, manfaat pre heat adalah mencegah hal itu dan dapat menjadikan
material menjadi tangguh.
Cara melakukan pre heat pada material baja:
1) Temperatur : 50°C - 250°C atau lebih tinggi.
2) Pendinginan : dipertahankan suhunya hingga proses welding selesai.
3) Tujuannya : mencegah retak (crack) dan daerah yang keras (hard zones)
b. Post Weld Heat Treatment (PWHT)
PWHT berfungsi untuk mencegah terjadinya stres dan menghilangkan tegangan sisa
pada material karena proses welding sehingga pembentukan struktur yang keras
yang berakibat material menjadi rapuh. Untuk mengembalikan kembali kepada sifat
yang diinginkan terutama dalam ketangguhan maka struktur yang berubah tadi
dikembalikan lagi ke struktur semula melalui pemanasan pada waktu tertentu dan
dalam jangka waktu tertentu pula. Tergantung dari jenis material dan ketebalan
material.
Dalam AWS D1.1 paragraph 3.14 Postweld Heat treatment dijelaskan bahwa PWHT
dapat dilakukan dengan pesyaratan sebagai berikut :
1) Material yang di PWHT memiliki SMYS tidak melebihi 50 Ksi (345 MPa)
2) Material yang di PWHT bukan material Quench Tempered, Quenching and self
Tempering (QST), bukan material TMCP
3) Material yang akan di PWHT tidak mensyaratkan impact test pada Base Metal,
HAZ atau weld metal.
4) Adanya data pendukung kalau material yang di PWHT memiliki strength dan
ductility yang cukup.
PWHT menurut ASME B31.I. Aturan PWHT terdapat pada paragraph 331 hal 67
ASME B31.3 masalah Heat treatment. Disebutkan parameter PWHT merujuk kepada
table 331.1.1 dimana PWHT di tentukan oleh grouping material dan thickness dari
material masing masing. PWHT yang dilakukan harus tertulis secara khusus dalam
WPS yang akan di gunakan. PWHT menjadi factor essential dalam pembuatan WPS
berdasarkan ASME IX.
Engineering design harus melakukan penagkajian khusus masalah heat treatmen
dimana quality weldment memenuhi dari requirement code. Heat treatment untuk
18
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
material yang dibending atau forming sesuai para 332.4 Yang harus diperhatikan
dalam PWHT :
Proses PWHT dapat dilakukan dengan dua cara yaitu memasukkan benda uji
kedalam dapur atau melakukan pemanasan setempat localized didekat daerah
welding saja. Metode mana yang akan dilakukan lebih bersifat kepada pertimbangan
ekonomis saja.
Gambar 7 Posisi 1G
Gambar 8 Posisi 2G
Gambar 9 Posisi 3G
19
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
d) Overhead Position (4G) gambar 10
Gambar 10 Posisi 4G
2) Fillet
a) Flat Position (1F) gambar 11
Gambar 11 Posisi 1F
Gambar 12 Posisi 2F
20
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
c) Vertical Position (3F) gambar 13.
Gambar 13 Posisi 3F
Gambar 14 Posisi 4F
b. Pipa
1) 1G Pipa gambar 15
21
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
2) 2G Pipa gambar 16
3) 5G pipa gambar 17
4) 6G Pipa gambar 18
22
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
5) 6GR Pipa gambar 19
23
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
d. Travel speed
Ukur kecepatan pengelasan/kecepatan perjalanan dan check meter terhadap jarak
tempuh dalam satu menit.
e. Gas Flow
Gas flow adalah aliran gas pelindung yang digunakan untuk pengelasan biasanya
dalam hitungan liter per menit. Gas flow ini dioperasikan pada proses GMAW dan
GTAW, baik untuk gas argon, karbon dioksida atau campuran antara gas argon +
karbon dioksida
1) Bila mengelas di dalam ruangan (indoor) gas flownya antara 10–15 liter per
menit
2) Bila untuk mengelas di luar ruangan (outdoor) gas flownya antara 15 – 20 liter
per menit.
24
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
Ukuran harus diperiksa dan diidentifikasi serta kesesuaiannya. Inspektur harus memberi
toleransi pada ukuran yang diperbolehkan. Periksa panjang, lebar, ketebalan dan diameter
sesuai dengan WPS yang tersedia.
Alat-alat yang diperlukan dalam pemeriksaan secara amatan atau visual antara lain :
a. Welding gouge
b. Jangka sorong
c. Lampu senter
25
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
d. Penggores
e. Steel marker
f. Penggaris baja
Benda yang akan di inspeksi harus disesuaikan dengan WPS. Cek pada bagian base
metal di dalam WPS, akan terdapat keterangan spesification dan type material yang
digunakan. Di dalam baris base metal pada WPS juga dijelaskan tentang ukuran groove
dan thickness material. Pastikan material sesuai dengan yang tertulis pada WPS.
Penyebabnya :
1) Ampere terlalu tinggi
2) Polaritas yang salah
3) Arc length terlalu jauh
4) Elektroda lembab atau lapuk
26
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
b. Overlap gambar 23
Penyebabnya :
1) ampere terlalu rendah
2) travel speed terlalu lambat
3) base metal yang kurang bersih
c. Underfill gambar 24
Penyebabnya:
1) Gagalnya melakukan pengisian, yang masih terlalu dalam dari permukaan
d. Undercut gambar 25
27
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
Penyebabnya :
1) Ampere terlalu tinggi
2) Sudut elektroda yang salah
e. Porosity gambar 26
28
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
g. Burn-Through gambar 28
29
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
Penyebabnya:
1) Bevel kampuh terlalu sempit
2) Kecepatan pengelasan terlalu tinggi
3) Ketidakstabilan tangan
Penyebabnya:
1) Kecepatan pengelasan terlalu rendah
2) Kesalahan teknik pengelasan
30
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
l. Cracking gambar 33
Penyebabnya:
1) Pendinginan yang terlalu cepat
2) Pemilihan elektroda yang salah
3) Kesalahan teknik pengelasan
31
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
material bersih dan permukaan material terbebas dari kotoran seperti minyak, cat,
dan lain-lain.
b. Consumable
Pemilihan consumable yang baik juga sangat mempengaruhi dari hasil pengelasan.
Perhatikan bagaimana penyimpanan filler material, kondisi filler, dan perlakuan
selama pinyimpanan. Pastikan filller juga terhindar dari karat.
C. Sikap Kerja yang diperlukan dalam melakukan persiapan inspeksi sesuai prosedur
1. Menjelaskan material induk sesuai spesifikasi, gambar kerja dan/ atau kontrak secara
cermat.
32
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
2. Menjelaskan bahan tambah (consumables) sesuai standar, spesifikasi pekerjaan dan/atau
kontrak secara teliti.
3. Mengidentifikasikan standar sesuai dengan ruang lingkup pengelasan secara cermat dan
teliti.
4. Menjelaskan metode- metode proses pengelasan secara teliti.
5. Menjelaskan jenis-jenis joint design sesuai dengan desain las, gambar kerja dan/atau
spesifikasi secara cermat dan teliti.
6. Mengidentifikasikan jenis-jenis gas pelindung sesuai proses lasnya secara teliti dan
cermat.
7. Menjelaskan Pre Heat dan Post Weld Heat Treatment (PWHT) sesuai dengan spesifikasi,
prosedur dan/atau kontrak secara teliti.
8. Menjelaskan posisi dan kualifikasi pengelasan sesuai dengan spesifikasi atau standar
secara teliti.
9. Menjelaskan parameter dan karakteristik kelistrikan secara cermat dan teliti.
10. Menjelaskan metode pengujian material hasil pengelasan sesuai prosedur secara teliti.
11. Menjelaskan bentuk dan dimensi material induk secara teliti.
12. Menyiapkan dokumen inspeksi pengelasan secara teliti dan disiplin.
13. Menyiapkan peralatan inspeksi secara teliti dan cermat.
14. Menyiapkan benda yang diinspeksi secara teliti.
15. Mengidentifikasikan jenis-jenis cacat pengelasan secara cermat dan teliti.
16. Mengidentifikasikan analisa penyebab cacat pengelasan secara cermat dan teliti
33
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
DAFTAR PUSTAKA
38
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
DOKUMEN INSPEKSI VISUAL DAN ACCEPTENCE CRITERIA
39
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam
JENIS UKURAN ACEPTANCE CRITERIA ACCEPT/
Panjang Lebar Kedalaman Panjang Lebar Kedalaman KET
CACAT REJECT
40
Program Keahlian Pengelasan dan Fabrikasi
Logam