Anda di halaman 1dari 39

PENGARUH POLARITAS ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT MEKANIK

SAMBUNGAN LAS BAJA KARBON RENDAH (MILD STEEL) AISI 1008 PADA
PENGELASAN GTAW (GAS TUNGSTEN ARC WELDING)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Oleh:
BENO ILHAM RAMADHAN
D200150272

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020

1
2
3
4
PENGARUH POLARITAS ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT MEKANIK
SAMBUNGAN LAS BAJA KARBON RENDAH (MILD STEEL) AISI 1008 PADA
PENGELASAN GTAW (GAS TUNGSTEN ARC WELDING)

Abstrak

Pengelasan GTAW (Gas Tungsten Arc Welding) adalah salah satu jenis pengelasan busur listrik
dengan pelindung gas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat mekanik baja karbon rendah
/ mild steel AISI 1008 setelah mengalami proses pengelasan GTAW dengan menggunakan variasi
arus 100 A, 120 A, dan 140 A pada polaritas AC dan DCEN. Pengelasan ini menggunakan
elektroda tungsten AWS A5. 12-98 dan kawat las atau filler ER70S-G. Jenis penyambungan yang
digunakan adalah butt joint dengan jenis kampuh adalah single v groove dengan sudut 30o. Standar
yang digunakan untuk pembuatan spesimen uji tarik dan pengujiannya adalah ASME IX, untuk
pengujian komposisi kimia menggunakan standar ASTM A751-01. Untuk uji kekerasan
menggunakan standar ASTM E92 dan uji metalografi menggunakan standar ASTM E407-07. Hasil
pengujian tarik menghasilkan nilai rata – rata tegangan tertinggi terdapat pada polaritas DCEN
dengan arus 140 A sebesar 370,102 Mpa, dan nilai rata – rata regangan tertinggi juga terdapat pada
polaritas DCEN arus 140 A sebesar 19,070 %. Untuk uji kekerasan daerah logam las menghasilkan
nilai kekerasan dengan rata – rata tertinggi terdapat pada polaritas DCEN dengan arus 140 A
sebesar 226,2 VHn, sedangkan pada daerah HAZ nilai kekerasan tertinggi terdapat pada polaritas
DCEN dengan arus 140 A sebesar 122,7 VHn. Dilihat dari foto mikro menunjukkan perubahan
fasa yang mencolok, seiring dengan kenaikan arus mempengaruhi perubahan fasa. Jika semakin
besar arus yang diberikan, nampak daerah yang terpengaruh panas fasa yang terbentuk didominasi
dengan perlite, sedangkan daerah yang terpengaruh panas dengan arus yang kecil fasa yang
terbentuk didominasi dengan ferrite.

Kata kunci : Pengelasan GTAW, Mild Steel, filler, tungsten.

Abstract

GTAW (Gas Tungsten Arc Welding) welding is a type of electric arc welding with a gas shield.
This study aims to determine the mechanical properties of low carbon / mild steel AISI 1008 after
undergoing the GTAW welding process by using a current variation of 100 A, 120 A, and 140 A
on the polarity of AC and DCEN. This welding uses AWS A5 tungsten electrodes. 12-98 and
ER70S-G welding or filler wire. The type of joint used is butt joint with the type of seam is single
v groove with an angle of 30o. The standard used for the manufacture of tensile test specimens and
testing is ASME IX, for testing chemical compositions using the ASTM A751-01 standard. For
hardness tests using the ASTM E92 standard and metallographic tests using the ASTM E407-07
standard. The results of tensile tests produce the highest average voltage values found in the DCEN
polarity with a current of 140 A of 370,102 MPa, and the highest average strain value also exists
1
at the DCEN polarity of a current of 140 A of 19.070%. For the hardness test the weld metal area
produces the hardness value with the highest average in the DCEN polarity with a current of 140
A of 226.2 VHn, while in the HAZ region the highest hardness value is in the DCEN polarity with
a current of 140 A of 122.7 VHn. Seen from micro photographs shows a striking phase change,
along with the increase in current affect the phase change. If the greater the current is given, it
appears that the area affected by the heat of the phase formed is dominated by perlite, while the
area affected by heat with a small current formed is dominated by ferrite.

Keywords: GTAW Welding, mild steel, filler, tungsten

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pengelasan merupakan proses pengerjaan yang memegang peranan sangat penting dalam dunia
rancang bangun. Pengelasan didefinisikan sebagai penyambungan dua logam atau paduan logam
dengan memanaskan diatas batas cair atau dibawah batas cair disertai penetrasi maupun tanpa
penetrasi serta diberi logam pengisi atau tanpa logam pengisi (Howard, 1989).

Pengelasan GTAW (Gas Tungsten Arc Welding) atau sering juga disebut Tungsten Inert
Gas (TIG) merupakan proses pengelasan menggunakan panas dari busur listrik yang terbentuk
antara elektroda tungsten yang tidak terumpan dengan menggunakan gas pelindung, umumnya
argon atau helium sebagai pelindungan terhadap pengaruh udara luar, sehingga tidak menghasilkan
terak (kotoran las) dan bebas dari terbentuknya percikan las (spatter). Elektroda menggunakan
batang wolfram yang dapat menghasilkan busur listrik tanpa ikut mencair, kecepatan
pengumpanan logam pengisi dapat diatur terlepas dari besarnya arus listrik sehingga penetrasi
pengelasan akan dapat dikendalikan dengan baik. Cara pengaturan ini memungkinkan las GTAW
cocok digunakan baik untuk plat baja tipis maupun plat baja tebal. (Mr. A. D. Sarolkar dan Dr. K.
P.Kolhe, 2017)

Baja karbon rendah (mild steel) merupakan baja karbon yang memiliki kandungan karbon
dibawah 0,3 %,merupakan baja yang banyak digunakan dan memiliki aplikasi yang luas seperti
pada konstruksi bangunan dan rangka baja, konstruksi jembatan, untuk pipa, dan banyak juga
digunakan dalam bidang otomotif sebagai body dari kendaraan terutama banyak digunakan di
kendaraan mobil. Hal ini disebabkan selain mudah dikerjakan dengan proses pemesinan dan mudah
dibentuk, baja karbon rendah ini juga memiliki sifat mampu las yang cukup baik (Sack, 1997)

2
Polaritas arus listrik merupakan parameter las yang langsung mempengaruhi penetrasi dan
kecepatan pencairan logam induk, makin tinggi arus las maka semakin besar pula penembusan dan
kecepatan pencairannya. Sumber listrik GTAW dapat menggunakan generator AC maupun DC.
Ciri khas generator jenis AC yaitu merupakan kombinasi antara cleaning dengan penetrasi medium
dan mencegah elektrode tungsten overheating. Penggunaan arus DC dibedakan menjadi dua yaitu
polaritas lurus (Direct Current Straight Polarity) atau DCEN (Direct Current Electrode Negative)
dan polaritas balik (Direct Current Reserve Polarity) atau DCEP (Direct Current Electrode
Positive).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbedaan polaritas arus listrik AC dan
DCEN terhadap sifat mekanik pada sambungan las baja karbon rendah (mild steel) AISI 1008,
meliputi kekuatan tarik, kekerasan , dan metalografi pada pengelasan GTAW (Gas Tungsten Arc
Welding).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana pengaruh perbedaan polaritas arus listrik AC dan DCEN pada sambungan las baja
karbon rendah (Mild Steel AISI 1008) pada pengelasan GTAW (Gas Tungsten Arc Welding) dengan
menggunakan filler AWS A5. 18 ER70S-G, dilihat dari uji tarik, uji kekerasan, dan uji metalografi?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi komposisi kimia dari material logam yang digunakan
2. Mendeskripsikan pengaruh penggunaan polaritas arus listrik pengelasan GTAW dengan
DCEN dan AC terhadap kekuatan sambungan las.
3. Mendeskripsikan pengaruh penggunaan polaritas arus listrik pengelasan GTAW dengan
DCEN dan AC terhadap nilai kekerasan pada sambungan las.
4. Mendeskripsikan struktur mikro dan makro pada daerah HAZ, Logam Las, dan Base Metal
Baja Karbon Rendah.
1.4 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, penelitian ini berkonsentrasi pada:
1. Spesimen bersih dari korosi
2. Material yang digunakan sebagai filler adalah mild steel seri AWS A5. 18 ER70S-G.
3. Suhu ruangan pada saat melakukan pengujian dianggap konstan.

3
4. Proses pengelasan manual dengan kecepatan pengelasan dianggap konsten.
5. Kondisi peralatan pengujian dianggap dalam telah sesuai dan sudah terkalibrasi dengan baik.

6. Pengujian berupa uji tarik, uji kekerasan dan uji metalografi.


7. Pembuatan specimen menggunakan standar ASME IX
1.5 Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini antara lain:
1. Memberikan ilmu pengetahuan umum dalam bidang pengelasan.
2. Memberikan referensi mengenai pengelasan GTAW sebagi salah satu metode pengelasan
baja karbon rendah/ mild steel yang efektif dan efisien.
3. Memberikan informasi mengenai pengaruh perbedaan polaritas arus listrik terhadap kualitas
sambungan las baja karbon rendah/ mild steel.
4. Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lain yang juga berkaitan dengan metode
pengelasan GTAW.
1.6 Tinjauan Pustaka

P. Paulraj dan R. Garg (2015), melakukan penelitian dengan judul Effect of Welding parameters
on Mechanichal properties of GTAW of UNS S31803 and UNS S32750. Hasil penelitian
menunjukkan analisis struktur mikro mengungkapkan adanya fase intermetalik (senyawa yang
terbentuk dari logam-logam yang memiliki struktrur kristal yang berbeda) di wilayah akar lasan.
Semua sifat mekanik ditingkatkan pada input panas yang lebih rendah dan laju pendinginan yang
tinggi karena penyempurnaan butir dan struktur mikro seimbang [ferit dan austenit]. Semua lasan
menunjukkan kekuatan yang lebih tinggi dari bahan dasar.
Despa Wandri, Waskito, dan Purwanto (2016), melakukan penelitian tentang pengaruh arus
AC dan DC terhadap hasil pengelasan pada las busur listrik, dari hasil penelitian yang telah
dilakukan maka didapat hasil pengukuran kedalaman penetrasi, lebar jalur pengelasan dengan
menggunakan polaritas arus AC jauh berbeda dengan hasil pengelasan menggunakan arus DC. Hal
ini membuktikan bahwa hasil penetrasi, lebar dan tinggi jalur pengelasan las DC lebih baik
dibandingkan las AC .
Galih Pamungkas (2016), meneliti tentang pengaruh variasi kuat arus (160 A, 180 A, dan
200 A) pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro baja

4
karbon medium, kemudian diperoleh hasil kekuatan tarik tertinggi terdapat pada material hasil
pengelasan dengan arus 200 A dengan nilai rata- rata kekuatan tarik sebesar 680 Mpa. Sedangkan
kekuatan tarik terendah terdapat pada material hasil pengelasan 160 A dengan nilai rata – rata
kekuatan tarik sebesar 573,33 Mpa. Hasil foto mikro menunjukkan adanya perbedaan antara logam
dasar (raw material) dengan logam hasil pengelasan, pada logam hasil pengelasan semakin kecil
dan halus struktur mikro nya menghasilkan nilai kekuatan tarik yang semakin tinggi.
Mawan Hermawan (2016). Melakukan penelitian tentang Pengaruh Arus Terhadap Struktur
Mikro dan Sifat Mekanik Produk Las Tembaga dan Baja Karbon dengan Metode Tungsten Inert
Gas (TIG), kemudian diperoleh kesimpulan bahwa proses pengelasan akan mempengaruhi
terbentuknya struktur mikro logam baru. Hasil uji mikro baja menunjukkan daerah logam las terdiri
dari fasa ferrit dan perlite (Fe + Fe3C), semakin besar arus yang diberikan ukuran butir perlit
semakin besar dibandingkan butir ferrite.
Awal Syahrani, Mustafa, Oktavianus (2017). Meneliti pengaruh variasi arus (90 A, 110 A,
dan 130 A) pengelasan Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) terhadap sifat mekanis pada pipa baja
karbon ASTM A 106, kemudian diperoleh hasil uji tarik pengelasan dengan variasi kuat arus 90 A
mempunyai nilai tegangan tertinggi sebesar 573,61 MPa dan terendah pada kuat arus 130 A sebesar
555,60 MPa untuk kekuatan tarik, dan untuk perpanjangan atau regangan tarik nilai tertinggi
sebesar 23,04 % dan terendah 20,12 %. Kemudian untuk nilai kekerasan tertinggi terdapat pada
spesimen variasi arus pengelasan 90 A sebesar 151,55 kg/mm² terletak pada daerah logam las, dan
nilai terendah pada kelompok variasi arus 130 A sebesar 125,33 kg/mm² terletak pada daerah HAZ.
Chauhan Abhimanyu, Abdul Samad, Dr. Y. B. Mathur (2017), melakukan penelitian dengan judul
Experimental Study on Autogenous TIG Welding of Mild Steel Material Using Lathe Machine.
Dalam penelitian ini menggunakan pelat baja karbon rendah AISI 1020 dengan tebal 5 mm tanpa
menggunakan logam pengisi. Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa kedalaman penetrasi
maksimum diperoleh dengan kombinasi parametrik arus maksimum dan kecepatan pengelasan
yang minimum.

Jun Du, Guangxi Zhao, Zhengying Wei (2019), melakukan penelitian dengan judul Effect
of Welding Speed and pulse. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu fluida maksimum
berkolerasi erat dengan kecepatan pengelasan dan frekuensi penetrasi. Peningkatan kecepatan
pengelasan akan menyebabkan peningkatan manik las, tetapi sebaliknya berlaku dalam frekuensi
penetrasi. Dari penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, adapun perbedaan yang terdapat pada
5
penelitian kali ini, yaitu menggunakan arus AC dan DCEN dengan perbedaan kuat arus sebesar
100 A, 120 A, dan 140 A.

2. METODE

2.1 Diagram Alir Penelitian

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian


6
2.2 Langkah-langkah Penelitian

1. Mencari referensi mengenai pengelasan, mencari bahan mild steel (baja karbon rendah)
kemudian mencari serinya, filler/ kawat las, pengujian tarik, pengujian kekerasan, dan
pengujian struktur mikro dari buku, jurnal-jurnal, situs internet, maupun dari tugas akhir dan
tesis terdahulu.
2. Menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini.
3. Pengujian kimia bertujuan untuk mengetahui unsur kimia yang terkandung didalam material
yang akan digunakan.
4. Pemilihan standart sebagai acuan dalam penelitian ini yang meliputi ukuran spesimen, proses
penelitian dan proses pengujian. Standart yang digunakan untuk ukuran pembuatan spesimen
adalah ASME IX.
5. Melakukan proses pengelasan dengan menggunakan alat yang ada.
6. Setelah melakukan pengelasan, spesimen yang sudah dilas kemudian di uji dengan
menggunakan alat uji tarik, uji kekerasan mikro vickers , dan uji metalografi pada sambungan
las, HAZ dan Base Metal.
7. Hasil pengujian yang sudah didapat dianalisa dan kemudian diberikan kesimpulan dari apa

yang didapat dari pengujian spesimen ini.

2.3 Alat dan Bahan Pengujian


 Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain:
Mesin las GTAW, Tungsten, penggaris, gerinda potong, tang, gergaji besi, mesin amplas, amplas,
sarung tangan, resin dan katalis, cetakan specimen, kain bludru, autosol, isolasi kertas,
 Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain:
Baja karbon rendah (Mild Steel) AISI 1008, Filler / kawat las AWS A5. 18 ER70S-G.
 Alat uji yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
Alat Uji Tarik Standar ASTM E8, alat Uji Kekerasan Standar ASTM E92, alat Uji Struktur
Mikro, alat Uji Komposisi Kimia (Spectrometer)

7
2.4 Spesimen

125 mm

31 mm

5 mm

Gambar 2. Plat Mild Steel setelah dipotong sesuai standart ASME IX (ASME Handbook)

Gambar 3. Bentuk plat sambungan butt joint type single v groove

Gambar 4. Spesimen Uji Tarik

8
Gambar 5. Ukuran Spesimen Uji Tarik Sesuai Standar ASME IX (ASME Handbook)

Gambar 6. Spesimen Uji Kekerasan dan Uji Metalografi

9
2.5 Proses Pengelasan

Gambar 7. Skema Proses Pengelasan GTAW (Gas Tungsten Arc Welding)


Berikut adalah tahapan proses pengelasan GTAW (Gas Tungsten Arc Welding) sesuai standar
ASME IX QW-490:
a. Permukaan benda kerja dibersihkan dengan cara di amplas, yang berguna untuk menghilangkan
oksida pada baja karbon rendah.
b. Mempersiapkan semua peralatan yang akan digunakan, seperti bahan tambah (filler) yang sesuai
dengan bahan induknya. Untuk baja karbon rendah filler yang digunakan yaitu AWS A5. 18
ER70S-G.
c. Kemudian setelah semua bahan dan alat sudah disiapkan, letakkan bahan material ke meja kerja
dan posisikan benda kerja dengan posisi sambungan butt joint dan kampuh pengelasan Single
V-groove tersebut. Kemudian menyalakan mesin pengelasan dan atur pengeluaran konsumsi gas
argon yang akan digunakan.
d. Pada waktu akan dilakukan pengelasan polaritas arus yang digunakan berbeda, yakni AC dan
DCEN dengan masing – masing arus sebesar 100 Ampere, 120 Ampere, dan 140 Ampere.
e. Mengulangi tahap a-d sesuai dengan variable arus dan polaritas yang ditentukan dalam
penelitian.

10
2.6 Proses Pengujian Tarik Standar ASME IX
1) Memotong benda uji menggunakan gerinda potong sesuai standart ASME IX.
2) Pasang specimen uji tarik pada cekam universal testing machine lalu setting mesin sesuai
dengan ukuran specimen kemudian posisikan tampilan control panel pada posisi nol.
3) Aktifkan motor pada universal testing machine, maka spesimen uji tarik akan mulai mendapat
beban tarik menggunakan tenaga motor diawali 0 kN hingga spesimen putus pada beban
maksimal yang dapat ditahan spesimen tersebut.
4) Tegangan maksimum ditandai dengan putusnya spesimen uji terdapat pada dial gauge yang
ditunjukkan pada monitor dan dicatat sebagai data.
5) Lepas spesimen uji tarik yang sudah patah dari penjepit universal testing machine.
6) Selama uji tarik berlangsung, mencatat hasil dengan teliri setiap specimen.

2.7 Pengujian Foto Mikro dan Makro (Metalografi) Standar ASTM E407-07
Tahapan pada pengamatan foto mikro adalah sebagai berikut :
1) Mengikat spesimen dan memberi jarak pada spesimen yang akan dilakukan proses pengujian
foto mikro dan makro dengan memasukan resin yang telah dicampur dengan catalyst dan
dibiarkan selama 2-3 jam sampai mengeras (Mounting)
2) Setelah spesimen uji metalografi mengeras, lakukan pengamplasan dengan nomor amplas 100,
180, 400, 600, 800, 1000 (pengamplasan)
3) Memoles spesimen dengan menggunakan autosol dan kain bludru untuk mendapatkan
permukaan yang benar-benar halus dan mengkilap agar memudahkan pengamatan
menggunakan mikroskop (Polishing)
4) Mengetsa spesimen atau mengikis (korosi) dengan menggunakan HNO3 2,5% untuk
menampilkan batas butir antar struktur mikro dari logam pada saat diamati dengan mikroskop
(Etsa)
5) Menyiapkan spesimen yang telah dipreparasi sebelumnya (mounting, polishing, etsa).
6) Memasang dan menyalakan semua peralatan pendukung dan menghubungkan dengan arus
listrik.
7) Meletakan spesimen pada dudukan mikroskop.
8) Memilih dan mengatur lensa obyektif sesuai dengan kebutuhan penelitian.

11
9) Menaikan dan menurunkan dudukan spesimen pada mikroskop untuk mencapai fokus yang
diinginkan.
10) Mengambil foto pada bagian yang ditentukan.
11) Pengamatan foto mikro selesai.
12) Mematikan dan melepas semua peralatan yang terhubung dengan mikroskop dan komputer
dan melepas alat yang terhubung dengan arus listrik.

Tahapan untuk pengamatan foto makro adalah sebaga berikut :


1) Menyiapkan spesimen yang sudah dipreparasi (mounting, polishing, etsa)
2) Menghubungkan semua peralatan dengan arus listrik (mikroskop, kamera, komputer dll)
3) Menghidupkan komputer
4) Menyalakan semua panel pada mikroskop optik
5) Meletakan spesimen pada dudukan mikroskop
6) Mengatur perbesaran lensa obyektif sesuai penelitian
7) Mengatur pencahayaan
8) Menaikan dan menurunkan lensa obyektif untuk mendapatkan fokus sesuai dengan keinginan
9) Mengambil foto pada bagian yang diinginkan
10) Mengulangi langkah 5-8 secara berurutan
11) Pengambilan foto makro selesai
12) Mematikan dan melepas semua peralatan yang terhubung dengan mikroskop dan komputer
dan melepas alat yang terhubung dengan arus listrik.

2.8 Proses Pengujian Kekerasan (Micro Vickers)

HAZ
Logam Las Base Metal

Gambar 8. Posisi titik pengujian kekerasan sesuai


standar ASTM E92

12
Pengujian kekerasan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Memotong spesimen untuk mendapatkan bidang permukaan daerah logam induk sehingga
bisa membedakan nilai kekerasan.
2) Mounting (pembingkaian) untuk memudahkan benda uji untuk dipegang saaat proses uji
kekerasan.
3) Setelah proses mounting (pembingkaian) permukaan benda uji di amplas sehingga mendapat
permukaan yang halus dan rata.
4) Permukaan benda uji yang sudah di amplas di poles menggunakan autosol dan kain bludru
untuk mendapatkan permukaan benda uji yang tidak ada goresan dan untuk mendapatkan
permukaan yang mengkilat.
5) Specimen ditempatkan pada cekam mesin uji kekerasan
6) Hidupkan mesin uji kekerasan
7) Masukkan data standar pengujian pada program mesin uji kekerasan sesuai standar ASTM
E92.
8) Pengujian mikro vickers menggunakan pembebanan 200 gf dengan 3 titik per spesimen. Hasil
pengujian berupa nilai kekerasan VHN.

13
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisa Pengujian Komposisi
Pengujian komposisi kimia dilakukan di Laboratorium Politeknik Manufaktur Ceper (Polman
Ceper). Hasil Uji Komposisi kimia seperti terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Hasil Pengujian Komposisi kimia Baja Karbon Rendah

No Unsur Kandungan (%)

1 Fe 98,7

2 C 0,0509

3 Si 0,0208

4 Mn 0,262

5 P <0,0005

6 S 0,0402

7 Cr 0,0631

8 Mo 0,0926

9 Ni 0,168

10 Al 0,0725

11 Co <0,0050

12 Cu 0,0167

13 Nb 0,0663

14 Ti 0,0108

15 V 0,0302

16 W <0,0250

17 Pb 0,0990

18 Ca 0,0006

19 Zr 0,0232

14
3.1.1 Pembahasan Komposisi Kimia

Dilihat dari unsur yang ada pada material ini menurut klasifikasi standar buku “Handbook
of Comparative World Steel Standards” paduan ini dikategorikan kedalam baja karbon rendah
(mild steel AISI 1008) dengan komposisi paduan 0,05-0,09% C, <0,30% Si, 0,30-0,60% Mn, dan
0,035% S.

Tabel 2. Komposisi Kimia Mild Steel AISI 1008

C Mn Si P S Cr W Ni Cu
Standar <0,1 0,3-0,5 - <0,4 <0,5 - - - -
ASTM
Hasil Uji 0,0509 0,262 0,0208 <0,0005 0,0402 0,0631 <0,0250 0,1 0,0167
komposisi 68
kimia
Berdasarkan tabel 2, material baja karbon rendah AISI 1008 unsur yang dominan adalah: (ASTM
DS67B, Third Edition).

a. Unsur Karbon ( C )
Baja karbon rendah memiliki kandungan karbon kurang dari 0,25%. Dengan jumlah kadar karbon
yang sedikit inilah baja ini disebut dengan baja karbon rendah.
b. Unsur Mangan (Mn)
Unsur Mangan dalam proses pembuatan baja berfungsi sebagai deoxider (pengikat O2) sehingga
proses peleburan dapat berlangsung baik. Kadar Mn yang rendah dapat menurunkan kecepatan
pendinginan kritis.
c. Unsur Silikon (Si)
Silikon merupakan unsur paduan yang ada pada setiap baja dengan jumlah kandungan kurang dari
0,30% yang mempunyai pengaruh kenaikan tegangan tarik dan menurunkan kecepatan
pendinginan kritis (laju pendinginan minimal yang dapat menghasilkan 100% martensit).

15
3.2 Pengujian Tarik
3.2.1 Hasil Pengujian tarik untuk Sambungan Baja karbon rendah dengan polaritas AC dan DCEN
arus 100 Ampere

400

350

300
TEGANGAN (MPA)

250

200

150

100

50

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
REGANGAN (%)

AC 100 Ampere DCEN 100 Ampere

Gambar 9. Grafik rata-rata hasil pengujian tarik polaritas AC dan DCEN dengan arus 100
Ampere

Gambar 9, menunjukkan hasil analisa grafik rata-rata tegangan dan regangan pengujian
tarik, peneliti mendapatkan hasil pengujian tarik pada sambungan butt joint single v groove dengan
polaritas AC dan DCEN dengan arus sebesar 100 Ampere dengan material baja karbon rendah
AISI 1008 dan tebal 5 mm. Pada polaritas AC dengan arus 100 Ampere didapatkan heat input
sebesar 5.280 Joule dan menghasilkan rata – rata tegangan tarik tertinggi sebesar 338,856 MPa dan
rata – rata regangan sebesar 13,537 %, sedangkan pada polaritas DCEN dengan arus 100 Ampere
didapatkan heat input sebesar 4.620 Joule dan menghasilkan rata – rata tegangan tarik tertinggi
sebesar 306,151 MPa dan rata – rata regangan sebesar 12,072 %. Dan untuk kekuatan luluh nya/
yield strength, pada polaritas AC arus 100 A sebesar 6,498 Mpa, dan pada polaritas DCEN arus
100 A sebesar 8,426 Mpa.

16
Gambar 10. Hasil pengujian tarik sambungan mild steel dengan polaritas ( a) AC 100 A dan (b)
DCEN 100 A

Seperti yang ditunjukkan gambar 10, spesimen yang telah dilakukan pengujian tarik, spesimen AC
100 A mengalami putus pada bagian logam las. Hal ini terjadi karena base metal lebih kuat
dibandingkan logam las. Sedangkan untuk spesimen DCEN 100 A mengalami putus pada bagian
base metal, hal ini terjadi karena logam las lebih kuat dibandingkan dengan base metal. Dan dilihat
dari fenomena putusnya, kedua spesimen uji tarik yang sudah dilakukan pengujian mengalami
necking / pengecilan penampang, bedanya pada polaritas AC necking terjadi pada daerah logam
las, sedangkan pada polaritas DCEN necking terjadi pada daerah base metal. Dan dilihat dari jenis
patahannya, untuk sambungan las baja karbon rendah AISI 1008 tebal 5 mm dengan polaritas AC
100 A diatas merupakan jenis patah getas, sedangkan untuk sambungan las baja karbon polaritas
DCEN arus 100 A merupakan jenis patah ulet.

17
3.2.2 Hasil Pengujian tarik untuk Sambungan Baja karbon rendah dengan polaritas AC dan DCEN
arus 120 Ampere

400

350

300
TEGANGAN (MPA)

250

200

150

100

50

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
REGANGAN (%)

AC 120 Ampere DCEN 120 Ampere

Gambar 11. Grafik rata-rata hasil pengujian tarik polaritas AC dan DCEN dengan arus 120
Ampere
Gambar 11, menunjukkan hasil analisa grafik rata-rata tegangan dan regangan pengujian
tarik, peneliti mendapatkan hasil pengujian tarik pada sambungan butt joint single v groove dengan
polaritas AC dan DCEN dengan arus sebesar 120 Ampere dengan material baja karbon rendah
AISI 1008 dan tebal 5 mm. Pada polaritas AC dengan arus 120 Ampere didapatkan heat input
sebesar 8.712 Joule dan menghasilkan rata – rata tegangan tarik tertinggi sebesar 333,353 MPa dan
rata – rata regangan sebesar 8,811 %, sedangkan pada polaritas DCEN dengan arus 120 Ampere
didapatkan heat input sebesar 5.940 Joule dan menghasilkan rata – rata tegangan tarik tertinggi
sebesar 312,618 MPa dan rata – rata regangan sebesar 11,333 %. Dan untuk kekuatan luluh nya/
yield strength, pada polaritas AC arus 120 A sebesar 3,469 Mpa, dan pada polaritas DCEN arus
120 A sebesar 8,301 Mpa.

18
Gambar 12. Hasil pengujian tarik sambungan mild steel dengan polaritas ( a) AC 120 A dan (b)
DCEN 120 A

Seperti yang ditunjukkan gambar 12, spesimen yang telah dilakukan pengujian tarik, spesimen AC
120 A mengalami putus pada bagian logam las. Hal ini terjadi karena base metal lebih kuat
dibandingkan logam las. Sedangkan untuk spesimen DCEN 120 A mengalami putus pada bagian
base metal, hal ini terjadi karena logam las lebih kuat dibandingkan dengan base metal. Dan dilihat
dari fenomena putusnya, kedua spesimen uji tarik yang sudah dilakukan pengujian mengalami
necking/ pengecilan penampang, bedanya pada polaritas AC necking terjadi pada daerah logam las,
sedangkan pada polaritas DCEN necking terjadi pada daerah base metal. Dan dilihat dari jenis
patahannya, untuk sambungan las baja karbon rendah AISI 1008 tebal 5 mm dengan polaritas AC
120 A diatas merupakan jenis patah getas, sedangkan untuk sambungan las baja karbon polaritas
DCEN arus 120 A merupakan jenis patah ulet.

19
3.2.3 Hasil Pengujian tarik untuk Sambungan Baja karbon rendah dengan polaritas AC dan DCEN

arus 140 Ampere

400

350

300
TEGANGAN (MPA)

250

200

150

100

50

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
REGANGAN (%)

AC 140 Ampere DCEN 140 Ampere

Gambar 13. Grafik rata-rata hasil pengujian tarik polaritas AC dan DCEN dengan arus 140
Ampere
Gambar 13, menunjukkan hasil analisa grafik rata-rata tegangan dan regangan pengujian tarik,
peneliti mendapatkan hasil pengujian tarik pada sambungan butt joint single v groove dengan
polaritas AC dan DCEN dengan arus sebesar 140 Ampere dengan material baja karbon rendah
AISI 1008 dan tebal 5 mm. Pada polaritas AC dengan arus 140 Ampere didapatkan heat input
sebesar 10.526 Joule dan menghasilkan rata – rata tegangan tarik tertinggi sebesar 326,067 MPa
dan rata – rata regangan sebesar 10,108 %, sedangkan pada polaritas DCEN dengan arus 140
Ampere didapatkan heat input sebesar 7.854 Joule dan menghasilkan rata – rata tegangan tarik
tertinggi sebesar 370,102 MPa dan rata – rata regangan sebesar 19,070 %.Dan untuk kekuatan luluh
nya/ yield strength, pada polaritas AC arus 140 A sebesar 7,189 Mpa, dan pada polaritas DCEN
arus 140 A sebesar 9,49 Mpa.

20
Gambar 14. Hasil pengujian tarik sambungan mild steel dengan polaritas ( a) AC 140 A dan (b)
DCEN 140 A
Seperti yang ditunjukkan gambar 14, Seperti yang ditunjukkan gambar 14, spesimen yang telah
dilakukan pengujian tarik, spesimen AC 140 A mengalami putus pada bagian logam las. Hal ini
terjadi karena base metal lebih kuat dibandingkan logam las. Sedangkan untuk spesimen DCEN
140 A mengalami putus pada bagian base metal, hal ini terjadi karena logam las lebih kuat
dibandingkan dengan base metal. Dan dilihat dari fenomena putusnya, kedua spesimen uji tarik
yang sudah dilakukan pengujian mengalami necking/ pengecilan penampang, bedanya pada
polaritas AC necking terjadi pada daerah logam las, sedangkan pada polaritas DCEN necking
terjadi pada daerah base metal. Dan dilihat dari jenis patahannya, untuk sambungan las baja karbon
rendah AISI 1008 tebal 5mm dengan polaritas AC 140 A diatas merupakan jenis patah getas,
sedangkan untuk sambungan las baja karbon polaritas DCEN arus 140 A merupakan jenis patah
ulet.

21
Tabel 3. Data Hasil rata-rata Pengujian Tarik
Berdasarkan hasil pengujian tarik diatas, dapat disimpulkan bahwa pada polaritas AC, semakin
Data Uji Tarik

Modulus Yield
Polaritas & Tegangan rata- Regangan rata-
Elastisitas Strength
Arus rata (Mpa) rata (%)
(Mpa) (Mpa)

AC 100 A 338,856 13,537 25,032 6,498

AC 120 A 333,353 8,811 37,835 3,469

AC 140 A 326,067 10,108 32,257 7,189

DCEN 100 A 306,151 12,072 25,361 8,426

DCEN 120 A 312,618 11,333 20,188 8,301

DCEN 140 A 370,102 19,070 19,408 9,49

besar arus maka nilai tegangan rata-rata yang dihasilkan semakin kecil. Sebaliknya, pada polaritas
DCEN semakin besar arus maka semakin besar pula nilai tegangan rata-rata yang dihasilkan.

Dari hasil pengujian tarik diatas didapatkan nilai rata – rata tegangan tertinggi pada polaritas AC
adalah pada arus 100 A sebesar 205,663 Mpa, dan untuk nilai rata-rata regangan tertinggi terdapat
pada arus 120 A sebesar 15,164%. Sedangkan, untuk nilai rata – rata tegangan tertinggi pada
polaritas DCEN adalah pada arus 140 A sebesar 213,839%, dan untuk nilai rata – rata regangan
tertinggi terdapat pada arus 100 A sebesar 15,996%.

22
Tabel 4. Masukan Panas (Heat Input) Pengelasan GTAW dengan polaritas AC dan DCEN

Tegangan listrik Masukan


Polaritas Kuat Arus (A) Speed (mm/s)
(v) panas (joule)

100 16 3,3 5.280

AC 120 22 3,3 8.712


140 23 3,3 10.626
100 14 3,3 4.620
DCEN 120 15 3,3 5.940
140 17 3,3 7.854
Dari analisis data diperoleh bahwa terjadi peningkatan total heat input. Dari tabel 4, dapat diketahui
bahwa heat input dipengaruhi oleh tegangan listrik dan kuat arus pengelasan, sedangkan untuk
kecepatan pengelasan dianggap konstan.
Berdasarkan tabel 4 diatas, dapat disimpulkan bahwa pada polaritas AC, semakin besar arus maka
masukan panas (heat input) yang dihasilkan juga semakin besar, mengakibatkan kekuatan tarik dan
kekerasan pada sambungan las semakin kecil. Sedangkan pada polaritas DCEN, semakin besar
kuat arus yang diberikan maka masukan panas (heat input) yang dihasilkan juga semakin besar,
mengakibatkan kekuatan dan kekerasan sambungan las semakin besar.

23
3.3 Analisa Pengujian Kekerasan

Hasil nilai pengujian kekerasan daerah logam las, base metal, dan HAZ.

3.3.1 Harga Kekerasan Micro Vickers

Tabel 5. Hasil pengujian kekerasn micro Vickers pada material dengan metode pengelasan
GTAW.

D1 D2 Drata-rata Kekerasan Rata2


No Spesimen Daerah
(mm) (mm) (mm) (VHN) (VHN)
1 47.0 47.0 47.0 167.9
LAS 171,5
2 46.0 46.0 46.0 175.2
AC 100A
3 56.0 56.0 56.0 118.2
HAZ 116,2
4 57.0 57.0 57.0 114.1
5 51.0 51.0 51.0 142.6
LAS 151,4
6 51.5 51.5 51.5 139.8
AC 120A
7 55.0 55.0 55.0 122.6
HAZ 121,5
8 55.5 55.5 55.5 120.4
9 49.0 49.0 49.0 154.4
LAS 141,2
10 50.0 50.0 50.0 148.3
AC 140A
11 57.0 57.0 57.0 114.1
HAZ 112,2
12 58.0 58.0 58.0 110.2
13 52.0 52.0 52.0 137.1
LAS 138,5
14 51.5 51.5 51.5 139.8
DC 100A
15 56.0 56.0 56.0 118.2
HAZ 119,3
16 55.5 55.5 55.5 120.4
17 40.0 40.0 40.0 231.8
LAS 217,9
18 41.0 41.0 41.0 220.6
DC 120A
19 56.0 56.0 56.0 118.2
HAZ 122,7
20 54.0 54.0 54.0 127.2
21 41.0 41.0 41.0 220.6
LAS 226,2
22 41.5 41.5 41.5 215.3
DC 140A
23 56.0 56.0 56.0 118.2
HAZ 120,4
24 55.0 55.0 55.0 122.6
25 60.0 60.0 60.0 103.0
BASE METAL 104.8
26 59.0 59.0 59.0 106.5

24
Data hasil uji kekerasan micro Vickers diubah dalam grafik perbandingan dari setiap variasi
metode sebagai berikut:

UJI KEKERASAN (MICRO VICKERS


HARDNESS) DAERAH LAS
250 226.2
217.9

200 171.5
KEKERASAN (VHN)

151.4
141.2
150 138.5

100

50

0
1100 2120 3
140
ARUS (A)
AC DCEN

Gambar 15. grafik perbandingan kekerasan micro Vickers di daerah Las polaritas AC Dan DCEN

UJI KEKERASAN (MICRO VICKERS


HARDNESS) DAERAH HAZ
150
119.3 122.7
120.4
125
KEKERASAN (VHN)

121.5
100 112.2
116.2
75

50

25

0
1100 2 3
120 140
ARUS (A)

AC DCEN

Gambar 16. grafik perbandingan kekerasan micro Vickers di daerah HAZ polaritas AC Dan
DCEN

25
3.3.2 Pembahasan Pengujian Kekerasan micro Vickers

Dari gambar 15 dan 16 diatas menunjukkan bahwa hasil uji kekerasan menunjukkan bahwa
kekerasan paling tinggi terdapat pada daerah logam las (weld metal) dengan polaritas AC dan
DCEN dari benda uji yang telah mengalami proses pengelasan gtaw dengan tiga variasi kuat arus
( 100 A, 120 A dan 140 A), telihat nilai rata – rata kekerasan tertinggi terdapat pada daerah logam
las benda uji dengan variasi kuat arus 100 A pada polaritas AC dengan nilai kekerasan 171,5 VHn,
dan dengan kuat arus 140 A pada polaritas DCEN dengan nilai kekerasan 226,2 VHn.

Tingginya nilai kekerasan pada daerah logam las disebabkan karena pada daerah ini merupakan
daerah yang paling besar menerima masukan panas (heat input) kemudian disusul daerah HAZ dan
daerah induk logam yang tidak menerima panas sama sekali. Daerah yang menerima panas tinggi
dan pendinginan cepat akan mengalami perubahan fasa dan struktur mikro.

26
3.4 Analisa pengujian metalografi (makro dan mikro)

3.4.1 Foto Makro

HAZ

Logas las Base metal

Gambar 17. Foto makro pembesaran 25x daerah HAZ, logam las, dan base metal

Arus
AC DCEN
(A)

9,5 mm 8,2 mm

100 Logam las


Logam las

HAZ Base Metal HAZ Base Metal


Incomplete Fusion Incomplete Penetration

10,2 mm 8,7 mm

120
Logam las HAZ Base Metal Logam las
HAZ Base Metal
Incomplete Fusion

11 mm 9 mm

140
Logam las Logam las
HAZ Base Metal Base Metal
HAZ
Incomplete Fusion

Gambar 18. hasil foto makro pembesaran 25x spesimen AC dan DCEN

Dari gambar 18, terlihat perbedaan lebar logam las (weld metal) di setiap variasi arus 100 A, 120
A, dan 140 A. Logam las (weld metal) terjadi akibat dari kawat las (filler) dan base metal yang

27
melebur karena menerima masukan panas (heat input) sangat tinggi. Semakin besar arus yang
diberikan maka semakin lebar pula logam las yang terbentuk.

Pada pengamatan foto makro juga terdapat beberapa hasil pengelasan yang mengalami cacat las.
Incomplete Penetration (IP) adalah sebuah cacat pengelasan yang terjadi pada daerah root atau
akar las, sebuah pengelasan dikatakan IP jika pengelasan pada daerah root tidak tembus atau
reinforcemen pada akar las berbentuk cekung. Selain Incomplete Penetration, ada juga Incomplete
Fusion (Lack of Fusion), yakni cacat las yang disebabkan karena posisi sudut kawat las yang salah,
selain itu permukaan kampuh yang kotor juga dapat mempengaruhi terjadinya cacat las seperti ini.

3.4.2 Foto Mikro

Dalam pengujian foto mikro pengelasan terdapat beberapa daerah las. Menurut Wiryosumarto, H.
T. Okumora, 2000 terdapat tiga bagian yaitu logam las (weld metal), daerah terpengaruh panas
(Heat Affective Zone) biasa disebut HAZ, dan logam induk (base metal).

a. Logam Induk (Base Metal)

perlite

ferrite
Gambar 19. logam induk Baja Karbon rendah AISI 1008(AISI Handbook)

Gambar 19, memperlihatkan struktur mikro dari logam induk, dimana struktur mikro berupa
ferrite dan perlite

28
perlite

ferrite

Gambar 20. Logam Induk (base metal) spesimen uji

Gambar 20, merupakan gambar yang diambil pada spesimen uji dengan pembesaran 200x. Struktur
mikro pada specimen mendekati dan sesuai dengan AISI Handbook.

b. Daerah Terpengaruh Panas (Heat Affective Zone)


Daerah HAZ merupakan logam dasar (base metal) yang terpengaruh panas namun tidak melebur
dan selama proses pengelasan mengalami pemanasan dan pendinginan secara cepat. Berikut adalah
data dari HAZ baja karbon rendah AISI 1008

29
Polaritas
Base Metal HAZ Logam las
& Arus

AC
perlite
100 A ferrite ferrite
perlite
ferrite perlite

perlite perlite
perlite
DCEN
100 A
ferrite ferrite
ferrite

Gambar 21. Hasil foto mikro 200x baja karbon rendah AISI 1008 AC dan DCEN arus
100 A

30
Polaritas
Base Metal HAZ Logam las
& Arus

perlite
AC
120 A perlite
ferrite ferrite
ferrite
perlite

perlite
DCEN perlite ferrite

120 A ferrite
perlite
ferrite

Gambar 22. Hasil foto mikro 200x baja karbon rendah AISI 1008 AC dan DCEN arus
120 A

31
Polaritas
Base Metal HAZ Logam las
& Arus

perlite
AC
ferrite
140 A ferrite
perlite
perlite ferrite

perlite
perlite
DCEN
ferrite perlite
140 A
ferrite
ferrite

Gambar 23. Hasil foto mikro 200x baja karbon rendah AISI 1008 AC dan DCEN arus
140 A
Gambar 21-23, menunjukkan perubahan fasa yang mencolok. Seiring dengan kenaikan arus akan
mempengaruhi perubahan fasa. Jika semakin besar arus yang diberikan, nampak daerah yang
terpengaruh panas fasa yang terbentuk didominasi dengan perlite , menyebabkan kekuatan pada
logam las semakin besar, sedangkan daerah yang terpengaruh panas dengan arus yang kecil fasa
yang terbentuk didominasi dengan ferrite, menyebabkan kekuatan pada logam las semakin kecil.

Berdasarkan masukan panas (heat input), pada polaritas AC semakin besar kuat arus yang
diberikan maka heat input yang dihasilkan juga semakin besar, mengakibatkan kekuatan dan
kekerasan pada sambungan las semakin kecil. Sebaliknya, pada polaritas DCEN, semakin besar
kuat arus yang diberikan maka heat input yang dihasilkan juga semakin besar pula dan
mengakibatkan kekuatan dan kekerasan pada sambungan las juga semakin besar.

32
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisa data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Hasil uji komposisi kimia pada baja karbon rendah menunjukkan bahwa baja karbon rendah
tersebut merupakan seri AISI 1008.
b. Semakin besar arus listrik pada polaritas AC maka nilai tegangan rata-rata yang dihasilkan
semakin kecil. Sebaliknya, pada polaritas DCEN semakin besar arus maka semakin besar pula
nilai tegangan rata-rata yang dihasilkan.
c. Semakin besar arus yang diberikan pada polaritas AC nilai kekerasan pada logam las semakin
kecil, dan pada polaritas DCEN semakin besar arus listrik yang diberikan maka kekerasan
logam las semakin besar.
d. Pada daerah logam las polaritas AC fasa yang terbentuk didominasi dengan ferrite, sedangkan
daerah logam las pada polaritas DCEN didominasi dengan perlite.

4.2 Saran
Dari hasil pengelasan ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu sebagai berikut:
a. Untuk mendapatkan hasil uji tarik yang sama rata setiap variasi sangat perlu memperhatikan
proses pengelasan dan prosedur yang berlaku.
b. Pastikan dalam proses pembuatan spesimen dan pengujian spesimen harus sesuai dengan
standard dan prosedur yang berlaku.
c. Sebelum melakukan proses pengelasan, diusahakan material bersih dari kotoran maupun
kerak.
d. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang optimal, alat – alat pendukung, alur pembuatan
spesimen dan cara pengujian harus lebih teliti dan lebih baik.

33
DAFTAR PUSTAKA

Agustriyana Lisa. (2018). Karakterisasi Hasil Pengelasan GTAW pada Baja Karbon Rendah
Dengan Variasi Sudut Geometri Elektrode dan Besar Arus Pengelasan. Malang: Jurusan
Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang.

Anwar, Badaruddin. (2016). Analis Kekuatan Tarik Hasil Pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG)
Kampuh V Ganda Pada Baja Kabron Rendah ST 37. Makassar: Pendidikan Teknik Mesin,
Universitas Negeri Makassar

ASM Handbook Vol 7. 8th Edition. Atlas of Microstructures of Indsutrial Alloys. ASM Handbook
Commite. United State

ASME IX 2010, Welding and Brazing Qualification. American Society Mechanical Engineering,
Three Park Avenue, New York, 10016 USA.

Cary, B. Howard. (1989). Modern Technology, second edition, Prentice Hall International, Inc.
Engewood. New Jersey.

Chauhan Abhimanyu, Abdul Samad, Dr. Y. B. Mathur. (2017). Experimental Study on Autogenous
TIG Welding of Mild Steel Material Using Lathe Machine. India: Production Engineering,
Marudhar Engineering College.

Dani, Rahmad. (2016). Pengaruh Variasi Kecepatan Pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG)
Terhadap Kekuatan Tarik Hasil Sambungan Las Pada Baja Karbon Rendah (ST 41). Bandar
Lampung : Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

Du Jun, Guangxi Zhao dan Zhengying Wei. (2019). Effect of Welding Speed and Pulse Frequency
on Surface Depression in Variable Polarity Gas Tungsten Arc Welding of Alumunium
Alloy. China : State key Laboratory of Manufacturing System Engineering, Xi’an Jiaotong
University.

Hermawan, Mawan. (2016). Pengaruh Arus Terhadap Struktur Mikro dan Sifat Mekanik Produk
Las Tembaga dan Baja Karbon dengan Metode Tungsten Inert Gas (TIG). Surakarta:
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

34
Parekke, Simon., Johannes Leonard., Abdul Hay Muchsin. (2014). Pengaruh Pengelasan Logam
Berbeda (AISI 1045) dengan AISI 316L) Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro. J.
Sains & Teknologi, 191-198.

P. Paulraj dan R. Garg. (2015). Effect of Welding parameters on Mechanichal properties of GTAW
of UNS S31803 and UNS S32750. Uttarakhand, India: University of Petroleum & Energy
Studies.

Sarolkar Mr. Ashish Dattatray dan Dr. K. P. Kolhe. (2017). Effect of Process Parameters On Weld
Bead Geometry and Microhardness of welding AA 6082 Using GTAW Process. India:
Affiliated to Savitribai Phule Pune University.

Surdia Tata dan Shinroku Saito. (1999). Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta: Pradnya Paramita.

Wandri Despa, Waskito, dan Purwanto. (2016). Pengaruh Arus AC dan DC Terhadap Hasil
Pengelasan Pada Las Busur Listrik. Padang: Fakultas Teknik, Universitas Negeri Padang.

Widharto, Sri. (2006). Petunjuk Kerja Las. Cetakan ke 6. Pradyana Paramita. Jakarta

Wiryosumarto, H. (2004). Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: PT. Pradya Paramita.

35

Anda mungkin juga menyukai