ABSTRAK
Heat Affected Zone (HAZ) merupakan daerah yang terkena imbas panas saat pengelasan dilakukan.
Temperatur yang tinggi di area HAZ akan mempengaruhi struktur mikro logamnya dan akhirnya akan
mengubah kekuatan impak dan kekerasannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh
tentang pengaruh perubahan arus las TIG terhadap kekuatan impak pada materiai yang berbeda.
Dari analisa uji impak pada pengelasan TIG didapat hasil bahwa (1) Semakin besar arus diberikan
semakin besar niiai IS. (2) Bahan SS 304 mempunyai sifat ulet. (3) Semakin besar arus-dike<kan
semakin lebar area HAZ, (4) Lebar HAZ untuk pengelasan TIG elektroda E 50 dengan menggunakan
arus 100A pada material ST 42 = 5mm, sedangkan pada material SS 304 = 4,2mm. Untuk
pengelasan dengan menggunakan arus 140A pada material ST 42 = 7mm, sedangkan pada material
SS 304 = 6,lmm.
ABSTRACT
Heat Affected Zone (HAZ) occured because of high temperature in welding process. High
temperature at HAZ area will affect the micro structure of metal, hence it will influence the strength
of impact and hardness of metal. This reseach aims to know more about the influence of change of
welding current to the strength of impact of different metal. It shows that (1) the higher given
current the bigger I S value. (2) Spacemen SS 304 was high resilient. (3) The higher current given
the wider HAS area. (4) With E 50 electrode and current lOOA and with materiai ST 42 wide of HAS
area = 4mm, but with materiai SS 304 wide of HAZ area = 4,2mm. Meanwhile for the current lOOA
and material ST 42 wide of HAZ area = 7mm, but with material SS 304 wide of HA2 area = 6,l mm.
logam yang berada di sekitar lasan akan ternyata diperoleh bahwa sambungan V
rnengalami perubahan struktur mikro lebih kuat dibanding dengan .
dengan sendirinya sifatnya juga akan rnenggunakan tirus tunggal (Prasetyo
berubah. Daerahlbagian logarn yang ter- Iwan, 2007).
pengaruh oleh panas disebut daerah HAZ 4. Penelitian tentang busur ganda fluks
(Heat Affected Zone). pada las TIG yang diaplikasikan pada
Pada pengelasan Tungsten inert Gas pipa stainless steel dengan tebal 0,6mm
(TIG) tinggi rendahnya ternperatur salah dan 0,7mm, rnenggunakan beberapa
satunya ditentukan oleh tinggi rendahnya input panas. Proses ini nampak efektif
arus listrik yang dialirkan. Perubahan pada busur dengan penambahan
struktur mikro logam salah satu dampak- kecepatan pengelasan di atas 10 rn/min
nya berpengaruh pada kekuatan impak dan menggunakan panas input rendah
logam. Perubahan kekuatan impak pada di bawah 50 Jlmin. Penggunaan dari
hasil pengelasan dua logam yang berbeda panas input rendah mikro dan
juga akan berbeda bila dibandingkan percepatan perubahan bentuk pada
dengan pengelasan dua logam sejenis. pengelasan (Velindro M et.al., 2002).
Untuk itu penelitian ini diharapkan dapat
rnenguak bagairnana pengaruh perubahan Baja
arus yang dialirkan saat pengelasan dua Baja merupakan perpaduan antara
logam berbeda terhadap perubahan besi dan karbon dengan sedikit
kekuatan impaknya. mengandung unsur lain seperti Karbon (C),
Beberapa penelitian yang telah Silikon (Si), Mangan (Mn), Phospor (P) dan
dilakukan yang rnenjadi pijakan dasar Sulphur (S), dimana unsur-unsur tersebut
penelitian kali ini adalah: akan rnempunyai sifat yang berbeda-beda.
1. Penelitian tentang "pengaruh penge- Sifat baja karbon sangat tergantung pada
lasan berulang tiga kali dan variasi kadar karbonnya. Baja karbon rendah
ampere terhadap kekuatan tarik adalah baja dengan kadar karbon kurang
material baja ST 42", diperoleh besar dari 0,3O0/0, baja karbon sedang
kecilnya kekuatan tarik pada penelitian mengandung 0,30-0,45% kadar karbon
ini banyak dipengaruhi oleh variasi sedangkan baja karbon tinggi mengandung
masukan panaslampere yang menye- karbon antara 0,45-0,70°/o. Bila kadar
babkan kekuatan tarik baja ST 42 karbon naik, maka kekuatan dan
rnenurun. Dari semua variasi ampere kekerasannya juga akan bettambah tinggi
yang mernpunyai kekuatan tarik akan tetapi perpanjangannya menurun.
terbesar adalah 90A (Bahri M Syaiful, Baja karbon rnerupakan paduan yang
2002). paling banyak digunakan rnanusia, jenis dan
2. Penelitian tentang 'pengaruh besar arus bentuknya sangat banyak. Karena peng-
listrik dan posisi pengelasan terhadap gunaannya yang sangat has maka berbagai
sifat mekanis plat baja kapal hasil pihak sering rnembuat klasifikasi menurut
pengelasan SMAW", dari hasil penelitian keperluan masing-masing.
diketahui bahwa arus las 95A sarnpai a. Menurut cara pembuatannya: baja
llOA baik digunakan pada posisi Bessemer, baja Siemens-Martin (Open
pengelasan datar dan horisontal namun Hearf), baja listrik dan yang lainnya.
kurang baik untuk pengelasan vertikal b. Menurut penggunaannya: baja
(Sunatto, 1995). konstruksi, baja mesin, baja pegas, baja
3. Penelitian tentang "pengaruh bed3 ketel, baja perkakas dan yang lainnya.
bentuk sambungan tirus tunggal dan v c. Menurut kekuatannya: baja kekuatan
pads Proses pengelasan TIG terhadap lunak dan baja kekuatan tinggi.
ketangguhan sambungan untuk jenis d. Menurut struktur mikro dan makronya:
material baja karbon rendah" dan baja eutektoid, baja hypoeutektoid, baja
Pengaruh Perubahan Arus Las TIG terhadap Kekuatan Impak pada Material yang Berbeda (Suheni dan Syamsuri)
austenitic, baja ferritik, baja martensitik proses ini dinamakan dengan proses
dan yang lainnya. pemanasan setelah pengelasan (posCheaf).
e. Menurut komposisi kimianya: baja
karbon, baja paduan rendah, baja Stainless Steel
paduan tinggi dan yang lainnya. Stainless steel mernpunyai kombinasi
Kalau didasarkan kadar karbonnya, sifat-sifat rnekanis, sifat tahan korosi dan
Althouse Andrew D (1990) mengklasi- mempunyai ketahanan terhadap perna-
fikasikan baja ke dalam tiga golongan, nasan, yang mana sifat-sifat ini tidak dimiliki
yaitu: oleh logam komersial lainnya. Stainless
a. Baja Karbon Rendah (0,08-0,30) % C steel ini biasa digunakan pada alat-alat
b. Baja Karbon Medium (0,30-0,45) % C dapur, peralatan operasi (kedokteran) dan
c. Baja Karbon Rendah (0,45-1,75) % C peralatan-peralatan lainnya yang tidak
Sifat marnpu las baja ST 42 pada diijinkan adanya karat. The American Iron
umumnya sangat baik sehingga tidak and Steel Institute (AISI) telah
rnenimbulkan masalah, baik ditinjau mengklasifikasikan lebih dari 10 kornposisi
terhadap kecepatan pendinginan dan dari stainless steel ini serta beberapa
komposisi kimia awal, sehingga pada campuran baja tahan karat (Stainless Steel)
kenyataannya baja ini mudah sekali untuk dari Fa, Cr, Ni, dan beberapa kecil lagi
dilas tanpa menimbulkan kesulitan asalkan unsur-unsur Carbon, Mangan, Molibdenum
persiapannya sempurna dan memenuhi serta Sulphir dan Silikon. Chromium (Cr)
persyaratan. Akan tetapi pada baja lain merupakan elemen yang rnembuat stainless
yang banyak mengandung unsur-unsur steel tak ternoda (stainless) dan tahan
pengeras, maka daerah HA2 menjadi keras karat. Stainless steel merupakan campuran
jika dibandingkan dengan baja karbon Iron-Chromium (Fe-Cr) yang terdiri dari
rendah. Akibatnya baja ini peka terhadap llOh Cr dan beberapa yang mengandung .
keretakan pada hasil pengelasan, sehingga sedikit Carbon. Mutu stainless steel yang
mengakibatkan regangan logam hasil mengandung 11% Chromium ini mem-
pengelasan rnenjadi kecil. punyai ketahanan korosi yang sangat baik
Pada pengelasan dengan dengan pada tekanan atmosfir. Di samping itu ada
material baja karbon tinggi jenis ST 42, beberapa campuran stainless steel yang
yang merupakan baja konstruksi, mengandung Cr agak banyak jumlahnya
mempunyai sifat marnpu las yang untuk memperbaiki ketahanan terhadap
mengalami pengerasan dimana sifat tahan Oxidasi pada suhu tinggi
aus dengan kekerasan yang diandalkan Penarnbahan elemen lain selain
tersebut menjadi lunak karena pengaruh Chromium, akan mernperbaiki macam sifat
panas las. Pada jenis ini walaupun dalam yang dimiliki stainless steel yang berhu-
proses pembuatannya menjalani proses bungan dengan sifat mekanis dan sifat
pengerjaan panas pada suhu 900°C yang fisiknya.
menurunkan kekuatan dan keuletan sifat-
sifat tersebut masih dapat diperbaiki Cacat Pengelasan Secara Urnurn
dengan perlakuan panas. Perlakuan panas Semua proses pengelasan dapat
yang dimaksud adalah dengan memanaskan menghasilkan cacat pengelasan antara lain:
sampai mencapai suhu di atas suhu Inklusi, Porositas, Undemffining, Pembekuan
transformasi dan kemudian didinginkan di tidak sempurna dan retak.
udara, perlakuan panas ini dinamakan Penyebab te rjadinya cacat antara lain:
dengan pemanasan mula (pre heat). a. Teknik dan alat pengelasan yang kurang
Kadang-kadang setelah pre heat masih sernpurna (persiapan dan pelaksanaan
diikuti dengan pernanasan di bawah pengelasan).
temperatur transformasi dan diikuti dengan b. Pemilihan parameter pengelasan yang
pendinginan dengan kecepatan tertentu, tidak tepat.
SAINTEK, Voi. 11, NO. 1, Iuli 2007: 79-89
c. Pemilihan material yang tidak tepat: base pengelasan plat yang tipis, kadang-kadang
metal, filler metal, gas pelindung dan tidak diperlukan logam pengisi. Las
fluks. Tungsten Inert Gas ini dapat dilaksanakan
dengan tanganlmanual atau secara oto-
Pengelasan T I G matis. Cara pengelasan Tungsten Inert Gas
Tungsten Inert Gas adalah salah satu ini di samping digunakan untuk penyam-
dari kelompok cara pengelasan busur gas. bungan plat atau pipa-pipa yang tipis, juga -
Las busur las adalah cara pengelasan banyak digunakan untuk pengelasan jenis-
jenis material ..
. yang sulit atau tidak dapat
.I
dimana gas dihembuskan ke daerah lasan
untuk melindungi busur dan logam yang sama sekall dISambUng oengan proses- w
mencair terhadap atmosfir. Gas yang proses pengelasan yang lainnya, misalnya :
digunakan sebagai pelindung adalah gas He Aluminium, StainlessSteeldan sebagainya.
(Helium), gas Ar (Argon), gas CO2 Panas yang ditimbulkan oleh busur
(Carbondioksida) atau campuran dari gas2 tersebut akan mencairkan logam induk dan
tersebut (Kennedy GA,1987). logam pengisinya, sehingga terjadi logam
Pada pengelasan Tungsten Inert Gas las cair yang selanjutnya membeku mem-
ini digunakan elektroda yang tidak terum- bentuk sambungan. Gas Pelindung diguna-
pan (non consumable electrode), di mana kan untuk mencegah te rjadinya kontaminasi
pada umumnya dipakai batang tungsten oleh oksigen dan nitrogen yang banyak di
atau wolfram sebagai elektrodanya untuk atmosfir terhadap logam lasan. Kalau tidak
mendapatkan busur listrik dengan tanpa dilindungi maka dampak dari kontaminasi
turut mencair, di samping dihembuskan itu akan menghasilkan hasil las yang tidak
pada gas-gas pelindung ke daerah lasan optimal (Musaikan,l989).
untuk melindungi dari pengaruh sekeliling. Keuntungan lain dari pemakaian
Kelompok elektroda tak terumpan ini masih proses pengelasan Tungsten Inert Gas
dapat dibedakan lagi ke dalam dua jenis seperti:
yaitu jenis dengan logam pengisi dan jenis a. Kecepatan pengumpanan gas logam
tanpa logam pengisi. pengisi dapat diatur terlepas dari besar-
Skema dari las Tungsten Inert Gas ini nya arus listrik sehingga penetrasi ke
ditunjukkan pada Gambar 1. Pada gambar dalam logam induk dapat diatur.
tersebut ditunjukkan bahwa busur listrik b. Semua cara pengaturan ini memung-
timbul antara batang wolfram dan logam kinkan las Tungsten Inert Gas dapat
induk dan dilindungi oleh gas pelindung. digunakan dengan baik untuk plat
aluminium tipis maupun plat aluminum
I tebal.
Pip3 KU c. Dengan digunakannya pelindung gas
Ekktrodr
mulia dan elektroda yang tak terumpan,
Gu pclindunf maka tidak dihasilkan terak pada lasan,
,
sehingga hasil las bersih dari kotoran.
d. Kualitas hasil pengelasan yang lebih
Lopm induk baik.
I
Gambar 2. Skema AirColledSystem.
M O M TORCH BACK
MOM TORCH TO
LEADING E D G E OF PUDLE
SIRNGIITWLAWIY
;ambar 4. Posisi Torch dan Arah Gerakannya.
Gambar 3. Rangkaian Mesin Las Listrik DC.
Pada Gambar 4 ditunjukkan cara
Gambar 2 menunjukkan susunan gas melakukan pemanasan awal pada titik
Tungsten Arc Welding dengan Air Colled penyalaan guna mendapatkan busur yang
Torch System. Sedang Gambar 3 menyala terang dan logam induk pada
menunjukkan Rangkaian Mesin Las Listrik kondisi cairnya dengan jalan menggerakkan
DC. Dalam polaritas lurus, elektron torch membentuk lingkaran kecil. Setelah
bergerak dari elektroda dan menumbuk busur menyala terang dan logam induk
logam induk dengan kecepatan tinggi mencair, maka posisi torch digerakkan
sehingga tejadi panas yang tinggi pada untuk membentuk sudut 75' terhadap
logam induk akibatnya terjadi penetrasi logam induk dan di samping itu torch juga
yang dalam. digunakan secara pelan dan tetap
Pada penggunaan polaritas balik, sepanjang pengelasan tanpa membuat
elektroda akan menjadi panas sekali. gerakan berputar gigi.
Karena elektron bergerak dari logam induk
menumbuk elektroda dengan kecepatan Penyalaan dan Pemadaman Busur
tinggi, sehingga polaritas balik ini kurang Pada pengelasan TIG ini dapat
sesuai dengan sumber arus pada penge- digunakan dua sumber arus yaitu AC dan
lasan Tungsten Inert Gas ini. DC. Untuk menyalakan busur listrik antara
kedua jenis sumber ini ada sedikit
SAINTEK, Vol. 11, No. 1, luli 2007: 79-89
Tabel 1. Spesifikasi Mesin Las TIG. lasan yaitu : daerah logam lasan, lebar HAZ
Item Spesifikasi (SpesiRkasi dan logam. Terlebih dahulu dilakukan etsa
elektrolitik agar daerah logarn lasan, HAZ,
Main Supply, V/Hz 1400/50
dan logam induk dapat terlihat dengan
Max Output at 30% duty Cycle, A 1265
ax Our ut at 60% dytycycle, A 190
lelas. Metode pengujian makro berdasarkan
standart ASTM E380-87. Adapun urutan
m :i i at loo?? duty cycle, ~1150 ,,J proses pengamatan struktur makro adalah:
Wire feed, mlmin 11.9-19
1. Benda k e j a setelah dilas dipotong
Wire Dia, Unall, solid 10.6-1.0
melintang dari arah las.
Wire Dia, SS 10.6-1.0
Wire Dia, Al 11.0
2. Lakukan penggosokan pada spesimen
Wire Dia, CW 10.8-1.0 yang sudah dipotong sebelum proses
Interval/spot welding etsa elektrolitik, dengan kertas amplas
Open circuit voltage, V 15-38 mulai dari grid 400#, 500#, 600#,
Weight, kg 92 800#, 1000# sampai 1200#.
3. Selama penggosokan berlangsung diber~
alr sebaga~ pendingin, arah peng-
Langkah-Langkah Pengelasan gosokan dengan satu arah saja sampai
Adapun langkah-langkah dalam halus dan mengkilap.
pengelasan adalah sebagai berikut : 4. Lalu dilakukan penggosokan dengan
Material yang telah dipersiapkan dengan kain wol diteruskan dipoles dengan
ukuran 100mm x lOOmrn x 10mm. serbuk alumina (sebesar 0,3 mikron)
Setelah ' itu benda kerja dibentuk kalau tidak ada bisa dengan batu hijau
menjadi spesimen test, pada sisi atau pasta gigi.
samping dibuat jenis sambungan V 45" 5. Lalu spesimen dimasukkan ke dalam
dengan masing-masing sambungan larutan methol 95% sebanyak 20 gr
terdiri atas 1pasang benda uji. dicampur dengan asam nitrat (HN03)
Sebelum dilas dibersihkan terlebih -
murni sebanyak 1 ml dan dicelupkan +
dahulu dengan sikat dan untuk kotoran 5 detik.
dari oli dibersihkan dengan aceton.
Kemudian dilas dengan arus 100A, Langkah Pengujian Impact
120A, 140 A dan Tegangan las 20 Volt. Tujuan pengujian impact adalah untuk
Posisi pengelasan digunakan posisi rnengetahui ketangguhan bahan yaitu sifat
down hand (bawah tangan) dan dengan mekanis dari bahan terhadap beban kejut
arah Flat on bead dan temperatur transisi dari bahan. Untuk
Setelah selesai pengelasan tiap layer, uji impact digunakan standart ASTM E 23
terak hasil pengelasan dibersihkan (ASME International Hand Book,1991).
dengan cara dipukul-pukul mengguna- Pengujian dilaksanakan di Labo-
kan palu, kemudian dibersihkan dengan ratorium Pengujian Mekanik ITATS
sikat baja, baru kemudian dilanjutkan Surabaya dengan persiapan sebagai
pengelasan layer berikutnya sampai berikut:
memenuhi bentuk kampuh. 1. Benda uji yang sudah dipotong melintang
Setelah proses pengelasan dilakukan dari arah las kernudian dibuat bentuk
pemotongan melintang tegak lurus empat persegi panjang dengan dimensi 55
searah garis las. mm x 10 mm x 10 mm.
2. Kemudian di tengah-tengah dibuat
takikan (nocth) denqan bentuk U-notch.
Pengujian 3. Setelah itu baru diliksanakan pengujian
Pengamatan Struktur Makro impactdengan metode Charpy.
Tujuan pengamatan foto struktur
makro untuk mengetahui geometri daerah
Pengaruh Perubahan ANS LaS TIG terhadap Kekuatan Impak pada Material yang Berbeda (Suheni dan Syamsuri)
Pengujian Irnpak
Dari hasil pengujian impak didapatkan
data-data yang ditabelkan sebagai berikut.
Keterangan :
a = Panjang = 55 mm
b = Lebar = 10 mm
c = Tebal = 10 mm
d = Lebar terendah = 5 mrn
e = Lebar lubang = 2 mm Garnbar6. Grafik Uji Impak Pengelasan TIG
f = Tumpuan pada mesin = 43,5mm dengan Elektroda E308
Tabel 3. Data Pengujian Impak E50 pada penggunaan arus yang berbeda
dengan elektroda 50 pada proses
pengelasan TIG.
3. Dari bentuk patahan yang dihasilkan
berbentuk serabut dengan warna agak
gelap maka bahan tersebut mempunyai
sifat ulet.
-
-965
E
97
96
5 95.5
95
-94.5
5 94
Y, 93.5
93
92.5
1 2 3 j l 2 3 t; 2 3
- .,..
: Spesimen '
Garnbar 7. Grafik Uji Irnpak Pengelasan TIG Gambar 8. Foto Makro Pengelasan TIG dengan
dengan Elektroda E 50. Elektroda E 308 dengan Arus lOOA
(Pembesaran 3 X).
Analisa Uji Impak
1. Dari Tabel 3 didapat harga IS Dari Gambar 8 di atas pengelasan TIG
(kgrnm/mm2) tidak sarna, dari dengan rnenggunakan arus lOOA dan 140A
pengelasan dengan arus 100 A didapat dengan menggunakan material ST 42 dan
IS rata-rata = 93,25 kgmm/mm2, SS 304 di atas terdapat adanya perbedaan
pengelasan dengan arus 120A didapat ebar HAZ dikarenakan adanya perbedaan
IS rata-rata = 94,96 kgrnm/mrn2, penggunaan arus pengelasan pada Las.
pengelasan dengan arus 140A didapat Lebar HAZ untuk pengelasan TIG
IS rata-rata =95,38 kgmm/mrn2. Jadi dengan elektroda E 308 dengan meng-
ada pengaruh perbedaan penggunaan gunakan arus 100A pada material ST 42 =
beda arus dengan elektroda E50 pada 7rnrn, sedangkan pada material SS 304 =
proses pengelasan TIG. 6,Srnm. Untuk pengelasan dengan rneng-
2. Dari Gambar 7 grafik uji irnpak gunakan arus 140A pada material ST 42 =
pengelasan TIG didapatkan perbedaan, 7,5 mm, sedangkan pada material SS 304
di sini dapat dilihat bahwa pada = 7 mm. Maka di sini dapat dianalisa
pengelasan dengan arus 140A bahwa sernakin besar arus yang diberikan
mempunyai harga IS yang lebih tinggi rnaka semakin lebar pula HAZnya
dari pengelasan dengan arus 120A dan dikarenakan rnasukan panas yang diberi-
100A. Jadi ada pengaruh perbedaan kan semakin besar.
Pengaruh Perubahan ANS Las TIG terhadap Kekuatan Impak pada Material yang Berbeda (Suheni dan Syamsuri)