Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PERUBAHAN ARUS LAS T I G

TERHADAP KEKUATAN IMPAK


PADA MATERIAL YANG BERBEDA

Suheni dan Syamsuri


Jurusan Teknik Mesin, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

ABSTRAK

Heat Affected Zone (HAZ) merupakan daerah yang terkena imbas panas saat pengelasan dilakukan.
Temperatur yang tinggi di area HAZ akan mempengaruhi struktur mikro logamnya dan akhirnya akan
mengubah kekuatan impak dan kekerasannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh
tentang pengaruh perubahan arus las TIG terhadap kekuatan impak pada materiai yang berbeda.
Dari analisa uji impak pada pengelasan TIG didapat hasil bahwa (1) Semakin besar arus diberikan
semakin besar niiai IS. (2) Bahan SS 304 mempunyai sifat ulet. (3) Semakin besar arus-dike<kan
semakin lebar area HAZ, (4) Lebar HAZ untuk pengelasan TIG elektroda E 50 dengan menggunakan
arus 100A pada material ST 42 = 5mm, sedangkan pada material SS 304 = 4,2mm. Untuk
pengelasan dengan menggunakan arus 140A pada material ST 42 = 7mm, sedangkan pada material
SS 304 = 6,lmm.

Kata kunci: las TIG,arus ias, HAZ, ST 42, SS 304

ABSTRACT

Heat Affected Zone (HAZ) occured because of high temperature in welding process. High
temperature at HAZ area will affect the micro structure of metal, hence it will influence the strength
of impact and hardness of metal. This reseach aims to know more about the influence of change of
welding current to the strength of impact of different metal. It shows that (1) the higher given
current the bigger I S value. (2) Spacemen SS 304 was high resilient. (3) The higher current given
the wider HAS area. (4) With E 50 electrode and current lOOA and with materiai ST 42 wide of HAS
area = 4mm, but with materiai SS 304 wide of HAZ area = 4,2mm. Meanwhile for the current lOOA
and material ST 42 wide of HAZ area = 7mm, but with material SS 304 wide of HA2 area = 6,l mm.

Keywords: TIG welding, welding current,HAZ, ST 42, SS 304

PENDAHULUAN diperlukan pengetahuan yang mendalam


baik pengetahuan tentang material rnaupun
Seiring dengan kemajuan teknologi pengetahuan tentang proses pengelasan.
dewasa ini peranan logam sangat penting Banyak parameter yang harus diperhatikan.
terutama dalam bidang konstruksi, baik Penetapan nilai-nilai parameter yang tidak
untuk konstruksi bangunan rnaupun tepat berdampak pada hasil las yang tidak
konstruksi mesin. Untuk keperluan kon- optimal. Mengingat pentingnya nilai
struksi sering rnernerlukan proses penyarn- parameter yang tepat, sejauh ini berbagai
bungan las. Pengelasan adalah proses penelitian telah dan sedang berlangsung
penyarnbungan secara permanen satu atau bahkan di masa-masa akan datang
lebih material logam dengan ikatan penelitian itu terus dilakukan.
rnetalurgi yang dilaksanakan pada waktu Logam yang dilas temperaturnya akan
logarn dalam keadaan h e r atau cair. berubah meninggi secara drastis. Dengan
Guna rnernperoleh hasil yang maksimal adanya panas yang tinggi, maka bagian
SAINTEK, Vol. 11, NO. 1, luli 2007: 79-89

logam yang berada di sekitar lasan akan ternyata diperoleh bahwa sambungan V
rnengalami perubahan struktur mikro lebih kuat dibanding dengan .
dengan sendirinya sifatnya juga akan rnenggunakan tirus tunggal (Prasetyo
berubah. Daerahlbagian logarn yang ter- Iwan, 2007).
pengaruh oleh panas disebut daerah HAZ 4. Penelitian tentang busur ganda fluks
(Heat Affected Zone). pada las TIG yang diaplikasikan pada
Pada pengelasan Tungsten inert Gas pipa stainless steel dengan tebal 0,6mm
(TIG) tinggi rendahnya ternperatur salah dan 0,7mm, rnenggunakan beberapa
satunya ditentukan oleh tinggi rendahnya input panas. Proses ini nampak efektif
arus listrik yang dialirkan. Perubahan pada busur dengan penambahan
struktur mikro logam salah satu dampak- kecepatan pengelasan di atas 10 rn/min
nya berpengaruh pada kekuatan impak dan menggunakan panas input rendah
logam. Perubahan kekuatan impak pada di bawah 50 Jlmin. Penggunaan dari
hasil pengelasan dua logam yang berbeda panas input rendah mikro dan
juga akan berbeda bila dibandingkan percepatan perubahan bentuk pada
dengan pengelasan dua logam sejenis. pengelasan (Velindro M et.al., 2002).
Untuk itu penelitian ini diharapkan dapat
rnenguak bagairnana pengaruh perubahan Baja
arus yang dialirkan saat pengelasan dua Baja merupakan perpaduan antara
logam berbeda terhadap perubahan besi dan karbon dengan sedikit
kekuatan impaknya. mengandung unsur lain seperti Karbon (C),
Beberapa penelitian yang telah Silikon (Si), Mangan (Mn), Phospor (P) dan
dilakukan yang rnenjadi pijakan dasar Sulphur (S), dimana unsur-unsur tersebut
penelitian kali ini adalah: akan rnempunyai sifat yang berbeda-beda.
1. Penelitian tentang "pengaruh penge- Sifat baja karbon sangat tergantung pada
lasan berulang tiga kali dan variasi kadar karbonnya. Baja karbon rendah
ampere terhadap kekuatan tarik adalah baja dengan kadar karbon kurang
material baja ST 42", diperoleh besar dari 0,3O0/0, baja karbon sedang
kecilnya kekuatan tarik pada penelitian mengandung 0,30-0,45% kadar karbon
ini banyak dipengaruhi oleh variasi sedangkan baja karbon tinggi mengandung
masukan panaslampere yang menye- karbon antara 0,45-0,70°/o. Bila kadar
babkan kekuatan tarik baja ST 42 karbon naik, maka kekuatan dan
rnenurun. Dari semua variasi ampere kekerasannya juga akan bettambah tinggi
yang mernpunyai kekuatan tarik akan tetapi perpanjangannya menurun.
terbesar adalah 90A (Bahri M Syaiful, Baja karbon rnerupakan paduan yang
2002). paling banyak digunakan rnanusia, jenis dan
2. Penelitian tentang 'pengaruh besar arus bentuknya sangat banyak. Karena peng-
listrik dan posisi pengelasan terhadap gunaannya yang sangat has maka berbagai
sifat mekanis plat baja kapal hasil pihak sering rnembuat klasifikasi menurut
pengelasan SMAW", dari hasil penelitian keperluan masing-masing.
diketahui bahwa arus las 95A sarnpai a. Menurut cara pembuatannya: baja
llOA baik digunakan pada posisi Bessemer, baja Siemens-Martin (Open
pengelasan datar dan horisontal namun Hearf), baja listrik dan yang lainnya.
kurang baik untuk pengelasan vertikal b. Menurut penggunaannya: baja
(Sunatto, 1995). konstruksi, baja mesin, baja pegas, baja
3. Penelitian tentang "pengaruh bed3 ketel, baja perkakas dan yang lainnya.
bentuk sambungan tirus tunggal dan v c. Menurut kekuatannya: baja kekuatan
pads Proses pengelasan TIG terhadap lunak dan baja kekuatan tinggi.
ketangguhan sambungan untuk jenis d. Menurut struktur mikro dan makronya:
material baja karbon rendah" dan baja eutektoid, baja hypoeutektoid, baja
Pengaruh Perubahan Arus Las TIG terhadap Kekuatan Impak pada Material yang Berbeda (Suheni dan Syamsuri)

austenitic, baja ferritik, baja martensitik proses ini dinamakan dengan proses
dan yang lainnya. pemanasan setelah pengelasan (posCheaf).
e. Menurut komposisi kimianya: baja
karbon, baja paduan rendah, baja Stainless Steel
paduan tinggi dan yang lainnya. Stainless steel mernpunyai kombinasi
Kalau didasarkan kadar karbonnya, sifat-sifat rnekanis, sifat tahan korosi dan
Althouse Andrew D (1990) mengklasi- mempunyai ketahanan terhadap perna-
fikasikan baja ke dalam tiga golongan, nasan, yang mana sifat-sifat ini tidak dimiliki
yaitu: oleh logam komersial lainnya. Stainless
a. Baja Karbon Rendah (0,08-0,30) % C steel ini biasa digunakan pada alat-alat
b. Baja Karbon Medium (0,30-0,45) % C dapur, peralatan operasi (kedokteran) dan
c. Baja Karbon Rendah (0,45-1,75) % C peralatan-peralatan lainnya yang tidak
Sifat marnpu las baja ST 42 pada diijinkan adanya karat. The American Iron
umumnya sangat baik sehingga tidak and Steel Institute (AISI) telah
rnenimbulkan masalah, baik ditinjau mengklasifikasikan lebih dari 10 kornposisi
terhadap kecepatan pendinginan dan dari stainless steel ini serta beberapa
komposisi kimia awal, sehingga pada campuran baja tahan karat (Stainless Steel)
kenyataannya baja ini mudah sekali untuk dari Fa, Cr, Ni, dan beberapa kecil lagi
dilas tanpa menimbulkan kesulitan asalkan unsur-unsur Carbon, Mangan, Molibdenum
persiapannya sempurna dan memenuhi serta Sulphir dan Silikon. Chromium (Cr)
persyaratan. Akan tetapi pada baja lain merupakan elemen yang rnembuat stainless
yang banyak mengandung unsur-unsur steel tak ternoda (stainless) dan tahan
pengeras, maka daerah HA2 menjadi keras karat. Stainless steel merupakan campuran
jika dibandingkan dengan baja karbon Iron-Chromium (Fe-Cr) yang terdiri dari
rendah. Akibatnya baja ini peka terhadap llOh Cr dan beberapa yang mengandung .
keretakan pada hasil pengelasan, sehingga sedikit Carbon. Mutu stainless steel yang
mengakibatkan regangan logam hasil mengandung 11% Chromium ini mem-
pengelasan rnenjadi kecil. punyai ketahanan korosi yang sangat baik
Pada pengelasan dengan dengan pada tekanan atmosfir. Di samping itu ada
material baja karbon tinggi jenis ST 42, beberapa campuran stainless steel yang
yang merupakan baja konstruksi, mengandung Cr agak banyak jumlahnya
mempunyai sifat marnpu las yang untuk memperbaiki ketahanan terhadap
mengalami pengerasan dimana sifat tahan Oxidasi pada suhu tinggi
aus dengan kekerasan yang diandalkan Penarnbahan elemen lain selain
tersebut menjadi lunak karena pengaruh Chromium, akan mernperbaiki macam sifat
panas las. Pada jenis ini walaupun dalam yang dimiliki stainless steel yang berhu-
proses pembuatannya menjalani proses bungan dengan sifat mekanis dan sifat
pengerjaan panas pada suhu 900°C yang fisiknya.
menurunkan kekuatan dan keuletan sifat-
sifat tersebut masih dapat diperbaiki Cacat Pengelasan Secara Urnurn
dengan perlakuan panas. Perlakuan panas Semua proses pengelasan dapat
yang dimaksud adalah dengan memanaskan menghasilkan cacat pengelasan antara lain:
sampai mencapai suhu di atas suhu Inklusi, Porositas, Undemffining, Pembekuan
transformasi dan kemudian didinginkan di tidak sempurna dan retak.
udara, perlakuan panas ini dinamakan Penyebab te rjadinya cacat antara lain:
dengan pemanasan mula (pre heat). a. Teknik dan alat pengelasan yang kurang
Kadang-kadang setelah pre heat masih sernpurna (persiapan dan pelaksanaan
diikuti dengan pernanasan di bawah pengelasan).
temperatur transformasi dan diikuti dengan b. Pemilihan parameter pengelasan yang
pendinginan dengan kecepatan tertentu, tidak tepat.
SAINTEK, Voi. 11, NO. 1, Iuli 2007: 79-89

c. Pemilihan material yang tidak tepat: base pengelasan plat yang tipis, kadang-kadang
metal, filler metal, gas pelindung dan tidak diperlukan logam pengisi. Las
fluks. Tungsten Inert Gas ini dapat dilaksanakan
dengan tanganlmanual atau secara oto-
Pengelasan T I G matis. Cara pengelasan Tungsten Inert Gas
Tungsten Inert Gas adalah salah satu ini di samping digunakan untuk penyam-
dari kelompok cara pengelasan busur gas. bungan plat atau pipa-pipa yang tipis, juga -
Las busur las adalah cara pengelasan banyak digunakan untuk pengelasan jenis-
jenis material ..
. yang sulit atau tidak dapat
.I
dimana gas dihembuskan ke daerah lasan
untuk melindungi busur dan logam yang sama sekall dISambUng oengan proses- w

mencair terhadap atmosfir. Gas yang proses pengelasan yang lainnya, misalnya :
digunakan sebagai pelindung adalah gas He Aluminium, StainlessSteeldan sebagainya.
(Helium), gas Ar (Argon), gas CO2 Panas yang ditimbulkan oleh busur
(Carbondioksida) atau campuran dari gas2 tersebut akan mencairkan logam induk dan
tersebut (Kennedy GA,1987). logam pengisinya, sehingga terjadi logam
Pada pengelasan Tungsten Inert Gas las cair yang selanjutnya membeku mem-
ini digunakan elektroda yang tidak terum- bentuk sambungan. Gas Pelindung diguna-
pan (non consumable electrode), di mana kan untuk mencegah te rjadinya kontaminasi
pada umumnya dipakai batang tungsten oleh oksigen dan nitrogen yang banyak di
atau wolfram sebagai elektrodanya untuk atmosfir terhadap logam lasan. Kalau tidak
mendapatkan busur listrik dengan tanpa dilindungi maka dampak dari kontaminasi
turut mencair, di samping dihembuskan itu akan menghasilkan hasil las yang tidak
pada gas-gas pelindung ke daerah lasan optimal (Musaikan,l989).
untuk melindungi dari pengaruh sekeliling. Keuntungan lain dari pemakaian
Kelompok elektroda tak terumpan ini masih proses pengelasan Tungsten Inert Gas
dapat dibedakan lagi ke dalam dua jenis seperti:
yaitu jenis dengan logam pengisi dan jenis a. Kecepatan pengumpanan gas logam
tanpa logam pengisi. pengisi dapat diatur terlepas dari besar-
Skema dari las Tungsten Inert Gas ini nya arus listrik sehingga penetrasi ke
ditunjukkan pada Gambar 1. Pada gambar dalam logam induk dapat diatur.
tersebut ditunjukkan bahwa busur listrik b. Semua cara pengaturan ini memung-
timbul antara batang wolfram dan logam kinkan las Tungsten Inert Gas dapat
induk dan dilindungi oleh gas pelindung. digunakan dengan baik untuk plat
aluminium tipis maupun plat aluminum
I tebal.
Pip3 KU c. Dengan digunakannya pelindung gas
Ekktrodr
mulia dan elektroda yang tak terumpan,
Gu pclindunf maka tidak dihasilkan terak pada lasan,
,
sehingga hasil las bersih dari kotoran.
d. Kualitas hasil pengelasan yang lebih
Lopm induk baik.

Peralatan Las TIG


I I Pada mesin las TIG sumber listrik yang
Garnbar 1. Skerna Ljls Tungsten Inert Gas. digunakan untuk pengelasan Tungsten Inert
Gas pada dasarnya adalah sama dengan
Pengelasan yang menggunakan logam mesin las busur lain yaitu dapat bersumber
pengisi, logam pengisi dimasukkan ke dari arus listrik AC maupun DC. Jika ber-
dalam daerah arus busur lalu mencair dan sumber pada listrik DC, rangkaian listriknya
terbawa ke logam induk. Tetapi untuk dapat dengan polaritas lurus di mana kutub
Pengaruh Perubahan Arus Las TIG terhadap Kekuatan Impak pada Material yang Berbeda (Suheni dan Syamsuri)

positif dihubungkan dengan logam induk Parameter Pengelasan


dan kutub negatif dihubungkan dengan Sebelum dilaksanakan proses penge-
batang elektroda atau rangkaian sebaliknya lasan haruslah dipersiapkan terlebih dulu
yang disebut polaritas balik. parameter las yang akan digunakan untuk
proses pengelasan tersebut. Parameter
pengelasan ini tergantung pada macam
jenis dan ketebalan maupun posisi dari
pengelasan yang akan dilaksanakan.

I
Gambar 2. Skema AirColledSystem.

M O M TORCH BACK

MOM TORCH TO
LEADING E D G E OF PUDLE
SIRNGIITWLAWIY
;ambar 4. Posisi Torch dan Arah Gerakannya.
Gambar 3. Rangkaian Mesin Las Listrik DC.
Pada Gambar 4 ditunjukkan cara
Gambar 2 menunjukkan susunan gas melakukan pemanasan awal pada titik
Tungsten Arc Welding dengan Air Colled penyalaan guna mendapatkan busur yang
Torch System. Sedang Gambar 3 menyala terang dan logam induk pada
menunjukkan Rangkaian Mesin Las Listrik kondisi cairnya dengan jalan menggerakkan
DC. Dalam polaritas lurus, elektron torch membentuk lingkaran kecil. Setelah
bergerak dari elektroda dan menumbuk busur menyala terang dan logam induk
logam induk dengan kecepatan tinggi mencair, maka posisi torch digerakkan
sehingga tejadi panas yang tinggi pada untuk membentuk sudut 75' terhadap
logam induk akibatnya terjadi penetrasi logam induk dan di samping itu torch juga
yang dalam. digunakan secara pelan dan tetap
Pada penggunaan polaritas balik, sepanjang pengelasan tanpa membuat
elektroda akan menjadi panas sekali. gerakan berputar gigi.
Karena elektron bergerak dari logam induk
menumbuk elektroda dengan kecepatan Penyalaan dan Pemadaman Busur
tinggi, sehingga polaritas balik ini kurang Pada pengelasan TIG ini dapat
sesuai dengan sumber arus pada penge- digunakan dua sumber arus yaitu AC dan
lasan Tungsten Inert Gas ini. DC. Untuk menyalakan busur listrik antara
kedua jenis sumber ini ada sedikit
SAINTEK, Vol. 11, No. 1, luli 2007: 79-89

perbedaannya. Untuk penggunaan sumber 2. Diperlukan skill operator yang lebih


arus listrik AC, maka elektroda tidak perlu tinggi dibandingkan dengan SMAW atau
disentuhkan pada logam induknya. MIG yang dilakukan secara manual.
Pada pernakaian sumber arus AC, 3. Tidak ekonomis untuk pengelasan
maka langkah pertama untuk mendapatkan material dengan ketebalan > 10mm.
nyala busur listrik adalah memutar sakelar
pada posisi 'on" dan meletakkan posisi Jenis-Jenis Sarnbungan Las
torch di atas logam induk setinggi 2". Pengelasan dapat didefinisikan seba-
Kernudian dengan posisi kecepatan tinggi gai penyambungan dua logam atau lebih
torch diturunkan sampai jarak 118" + dengan cara memanasi sampai di atas batas
mendekati logam induk tersebut dengan cairnya dengan disertai tekanan atau tidak,
elektroda las, sehingga akan timbul busur serta dapat menggunakan logam pengisi
listrik. atau tidak. Berhasil atau tidaknya proses
Pada pemakaian arus DC, maka torch pengelasan ini akan sangat tergantung oleh
diletakkan pada poisisi yang sama dengan parameter-parametzr las dan kepenetrasian
pada posisi bila memakai arus AC, logam hasil las. Salah satu faktor yang
kemudian setelah sakelar dipasang 'on" berpengaruh terhadap kepenetrasian hasil
elektroda didekatkan serta disentuhkan pengelasan ini adalah bentuk celah Sam-
pada logam induknya untuk mendapatkan bungan saat akan dilakukan pengelasan.
busur listrik. Dan setelah logam induk Hal ini disebabkan karena pembukaan
disentuh ujung elektroda, maka dengan akar (opening root) yang terjadi pada tiap-
cepat torch ditarik ke atas lagi menjauhi tiap jenis sambungan las. Sambungan las
permukaan logam induk sampai jarak dalam konstruksi baja pada dasarnya
tertentu ( +1/8'3. terbagi atas beberapa jenis sarnbungan,
Untuk pemadamannya adalah dengan yaitu:
mengubah posisi torch menjadi horisontal 1. Sarnbungan Sudut
terhadap iogam induknya dengan kecepatan 2. Sambungan Sisi
yang tinggi. 3. Sambungan Tumpul
4. Sarnbungan Bentuk T
Keunggulan dan Kelernahan Las TIG Sebagai perkembangan dasar ter-
Beberapa keunggulan las TIG diban- sebut di atas maka timbuilah sambungan
ding dengan yang lainnya adalah : alur X, sambungan alur V, sambungan alur
1. Memberikan hasil las dengan kualitas K (Harsono W dan Toshie Okumura, 1994).
sangat baik, umumnya bebas cacat. Lebih lanjut Prasetyo Iwan (2007) dalam
2. Dapat digunakan dengan dan tanpa penelitiannya mengatakan bahwa sam-
kawat las. bungan V ternyata lebih kuat dibandingkan
3. Mernungkinkan mengontrol proses root dengan sambungan tirus tunggal.
weid penetration.
4. Dapat menghasilkan autogeneous weld Uji Sifat Mekanik
yang rnurah pada kecepatan tinggi. Sifat mekanik adalah salah satu sifat
5. Memungkinkan kontrol variabel proses terpenting, karena sifat mekanik ini ,.
yang akurat. menyatakan kemampuan suatu bahan
6. Dapat digunakan untuk rnengelas (tentunya juga yang terbuat dari bahan
-
hampir sernua logam termasuk tersebut) untuk menerima beban, gaya dan
pengelasan logam tak sejenis. energi tanpa rnenimbulkan kerusakan pada
bahan atau komponen tersebut.
Sedang Kelemahannya adalah : Untuk mengetahui atau mengukur
1. Deposite rate rendah dibandingkan sifat logam tersebut perlu dilakukan
dengan MIG. pengujian. Pengujian biasanya dilakukan
terhadap contoh (sarnpel) beban yang
Pengaruh Perubahan Arus Las TIG terhadap Kekuatan Impak pada Material yang Berbeda (Suheni dan Syamsuri)

dipersiapkan menjadi spesirnen atau batang MATERI DAN METODE


uji (test piece) dengan bentuk dan ukuran
yang standar (mengikuti suatu standar Penelitian ini mengambil beberapa
tertentu), baru kemudian dari hasil batasan masalah sebagai berikut:
pengukuran pada pengujian diarnbil 1. Proses pengelasan menggunakan
kesimpulan mengenai sifat rnekanik yang rnetode las Tungsten Inert Gas atau las
diuji. dengan pelindung gas.
Sebenarnya hasil pengujian yang paling 2.. Material kerja adalah baja tahan karat
mendekati kenyataan akan dapat diperoleh SS 304 dan baja ST 42.
bila pengujian terhadap benda kornponen 3. Uji material rnenggunakan uji impak dan
atau keseluruhan konstruksi dengan bentuk foto makro struktur.
dan ukuran sebenarnya dan pengujian dilaku- 4. Karnpuh sambungan las V 45".
kan dengan pembebanan yang rnendekati Material dasar yang digunakan untuk
keadaan sebenarnya. Tetapi cara ini terlalu penelitian ini adalah berupa plat dengan
rnahal, tidak praktis dan bahkan sulit dimensi: panjang = 100mrn, lebar =
dianalis~s. 100mm, dan tebal = lOrnm dengan
Beberapa pengujian rnekanik yang sambungan las jenis V (lihat Gambar 5).
banyak dilakukan adalah pengujian tarik
(tensile test), pengujian kekerasan (hardness
test), pengujian pukul takik (impak test),
kadang-kadang juga pengujian kelelahan
(fatique tes9, creep test, bending test;
compression test dan beberapa fubricatin
test
Dasar pengujian impak adalah penye-
rapan energi potensial dari pendulum beban
yang berayun yang menumbuk benda uji
seh~ngga benda u j ~rnengalarni deforrnasi
Garnbar 5. Material dengan Sarnbungan V.
plastis. Faktor banyaknya energi yang
mampu diserap oleh bahan uji dapat
Sedang Logam Pengisi (Tig Rod) Pada
digunakan sebagai indikasi awal sifat getas
pengelasan ini digunakan TIG Rod merk
atau ulet dari suatu bahan sebelurn ESAB SWEDEN dengan ketentuan sebagai
terjadinya patahan, di rnana bahan yang
berikut :
ulet menunjukkan harga irnpak yang besar.
1. Type : ESAB
Sampel hasil pengelasan dapat
2. Soesifikasi AWS E308 dan E50
diamati secara makro dengan tujuan untuk 3, diameter elektroda : 2,5rnrn
mengetahui geometri logarn las. Dari foto
Parameter yang digunakan pada
rnakro dapat ditentukan lebar dan keda-
proses pengelasan ini adalah:
laman logam las. Daerah lasan dibagi
1. Tegangan yang di gunakan = 20 volt
rnenjadi tiga daerah yaitu: daerah logam 2. Arus pengelasan = 100 A, 120 A, 140 A
las, daerah terpengaruh panas (HAZ) dan 3. Polaritas = DCRP
daerah logam induk. Di sini juga akan dapat
4, Posisi pengelasan = datar (Flat)
dilihat adanya perbedaan penetrasi dan 5. Laju pengelasan = rnrn,detik
lebar lasan untuk rnasukan panas (heat
input) dari tiga rnacarn arus yang diberikan.
Proses Pengelasan
Spesifikasi rnesin las TIG yang
digunakan nampak seperti pada Tabel 1
berikut :
SAINTEK, Vol. 11, No. 1, l u l i 2007: 79-89

Tabel 1. Spesifikasi Mesin Las TIG. lasan yaitu : daerah logam lasan, lebar HAZ
Item Spesifikasi (SpesiRkasi dan logam. Terlebih dahulu dilakukan etsa
elektrolitik agar daerah logarn lasan, HAZ,
Main Supply, V/Hz 1400/50
dan logam induk dapat terlihat dengan
Max Output at 30% duty Cycle, A 1265
ax Our ut at 60% dytycycle, A 190
lelas. Metode pengujian makro berdasarkan
standart ASTM E380-87. Adapun urutan
m :i i at loo?? duty cycle, ~1150 ,,J proses pengamatan struktur makro adalah:
Wire feed, mlmin 11.9-19
1. Benda k e j a setelah dilas dipotong
Wire Dia, Unall, solid 10.6-1.0
melintang dari arah las.
Wire Dia, SS 10.6-1.0
Wire Dia, Al 11.0
2. Lakukan penggosokan pada spesimen
Wire Dia, CW 10.8-1.0 yang sudah dipotong sebelum proses
Interval/spot welding etsa elektrolitik, dengan kertas amplas
Open circuit voltage, V 15-38 mulai dari grid 400#, 500#, 600#,
Weight, kg 92 800#, 1000# sampai 1200#.
3. Selama penggosokan berlangsung diber~
alr sebaga~ pendingin, arah peng-
Langkah-Langkah Pengelasan gosokan dengan satu arah saja sampai
Adapun langkah-langkah dalam halus dan mengkilap.
pengelasan adalah sebagai berikut : 4. Lalu dilakukan penggosokan dengan
Material yang telah dipersiapkan dengan kain wol diteruskan dipoles dengan
ukuran 100mm x lOOmrn x 10mm. serbuk alumina (sebesar 0,3 mikron)
Setelah ' itu benda kerja dibentuk kalau tidak ada bisa dengan batu hijau
menjadi spesimen test, pada sisi atau pasta gigi.
samping dibuat jenis sambungan V 45" 5. Lalu spesimen dimasukkan ke dalam
dengan masing-masing sambungan larutan methol 95% sebanyak 20 gr
terdiri atas 1pasang benda uji. dicampur dengan asam nitrat (HN03)
Sebelum dilas dibersihkan terlebih -
murni sebanyak 1 ml dan dicelupkan +
dahulu dengan sikat dan untuk kotoran 5 detik.
dari oli dibersihkan dengan aceton.
Kemudian dilas dengan arus 100A, Langkah Pengujian Impact
120A, 140 A dan Tegangan las 20 Volt. Tujuan pengujian impact adalah untuk
Posisi pengelasan digunakan posisi rnengetahui ketangguhan bahan yaitu sifat
down hand (bawah tangan) dan dengan mekanis dari bahan terhadap beban kejut
arah Flat on bead dan temperatur transisi dari bahan. Untuk
Setelah selesai pengelasan tiap layer, uji impact digunakan standart ASTM E 23
terak hasil pengelasan dibersihkan (ASME International Hand Book,1991).
dengan cara dipukul-pukul mengguna- Pengujian dilaksanakan di Labo-
kan palu, kemudian dibersihkan dengan ratorium Pengujian Mekanik ITATS
sikat baja, baru kemudian dilanjutkan Surabaya dengan persiapan sebagai
pengelasan layer berikutnya sampai berikut:
memenuhi bentuk kampuh. 1. Benda uji yang sudah dipotong melintang
Setelah proses pengelasan dilakukan dari arah las kernudian dibuat bentuk
pemotongan melintang tegak lurus empat persegi panjang dengan dimensi 55
searah garis las. mm x 10 mm x 10 mm.
2. Kemudian di tengah-tengah dibuat
takikan (nocth) denqan bentuk U-notch.
Pengujian 3. Setelah itu baru diliksanakan pengujian
Pengamatan Struktur Makro impactdengan metode Charpy.
Tujuan pengamatan foto struktur
makro untuk mengetahui geometri daerah
Pengaruh Perubahan ANS LaS TIG terhadap Kekuatan Impak pada Material yang Berbeda (Suheni dan Syamsuri)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian Irnpak
Dari hasil pengujian impak didapatkan
data-data yang ditabelkan sebagai berikut.

Keterangan :
a = Panjang = 55 mm
b = Lebar = 10 mm
c = Tebal = 10 mm
d = Lebar terendah = 5 mrn
e = Lebar lubang = 2 mm Garnbar6. Grafik Uji Impak Pengelasan TIG
f = Tumpuan pada mesin = 43,5mm dengan Elektroda E308

Data Mesin Impak Analisa Uji Impak


W (berat pendulum) = 7,012 kg 1. Dari hasil analisa uji Impak pada
L (panjang pendulum) = 0,5502 m pengelasan TIG menggunakan elektroda
E 308 (Tabel 2) didapat harga IS
Pengujian Impak Dengan Elktroda E (Kgmm/mm2) tidak sama, dari pengelasan
308. Perhitungan hasil energi dari pengujian dengan arus 100 A didapat IS rata-rata =
kekuatan impak dapat dilihat pada Tabel 2 81,04 kgmm/mm2, pengelasan dengan
dan Gambar 6 berikut. arus l2OA didapat I S rata-rata = 82,37
kgmm/mm2, pengelasan dengan arus
Tabel 2. Data Penauiian Irn~akE308 140A didapat IS rata-rata = 83,44
kgmm/mm2. Jadi ada pengaruh perbe-
daan penggunaan beda arus pada
elektroda E 308 pada proses pengelasan
TIG.
2. Dari grafik uji impak (Gambar 6)
pengelasan TIG menggunakan elektroda
E 308 didapatkan perbedaan, di sini
dapat dilihat bahwa pada pengelasan
dengan arus 140A mempunyai harga IS
yang lebih tinggi dari pengelasan
dengan arus l2OA dan 100A. Jadi ada
pengaruh perbedaan pada penggunaan
arus yang berbeda pada elektroda E 308
pada proses pengelasan TIG.
3. Dari bentuk patahan yang dihasilkan
berbentuk serabut dengan warna agak
gelap maka bahan tersebut mempunyai
sifat ulet.

Pengujian Impak Dengan Elektroda E


50. Perhitungan hasil energi dari pengujian
kekuatan impak dapat dilihat pada Tabel 3.
dan Gambar 7.
SAINTEK, Voi. 11, No. 1, luli 2007: 79-89

Tabel 3. Data Pengujian Impak E50 pada penggunaan arus yang berbeda
dengan elektroda 50 pada proses
pengelasan TIG.
3. Dari bentuk patahan yang dihasilkan
berbentuk serabut dengan warna agak
gelap maka bahan tersebut mempunyai
sifat ulet.

Analisa Foto Struktur Makro


Tujuan pengamatan foto struktur
makro untuk rnengetahui geometri daerah
lasan yaitu: daerah logarn lasan, HAZ dan
logarn induk untuk dapat dilakukan pengu-
jian kekerasan didaerah tersebut dapat
dilihat pada Garnbar 8. Metode pengujian
makro berdasarkan standart ASTM E3 80-
87.
Grafik Uji lrnpak
100 A : 120 A : 140A
97.5

-
-965
E
97

96
5 95.5
95
-94.5
5 94
Y, 93.5
93
92.5
1 2 3 j l 2 3 t; 2 3
- .,..
: Spesimen '

Garnbar 7. Grafik Uji Irnpak Pengelasan TIG Gambar 8. Foto Makro Pengelasan TIG dengan
dengan Elektroda E 50. Elektroda E 308 dengan Arus lOOA
(Pembesaran 3 X).
Analisa Uji Impak
1. Dari Tabel 3 didapat harga IS Dari Gambar 8 di atas pengelasan TIG
(kgrnm/mm2) tidak sarna, dari dengan rnenggunakan arus lOOA dan 140A
pengelasan dengan arus 100 A didapat dengan menggunakan material ST 42 dan
IS rata-rata = 93,25 kgmm/mm2, SS 304 di atas terdapat adanya perbedaan
pengelasan dengan arus 120A didapat ebar HAZ dikarenakan adanya perbedaan
IS rata-rata = 94,96 kgrnm/mrn2, penggunaan arus pengelasan pada Las.
pengelasan dengan arus 140A didapat Lebar HAZ untuk pengelasan TIG
IS rata-rata =95,38 kgmm/mrn2. Jadi dengan elektroda E 308 dengan meng-
ada pengaruh perbedaan penggunaan gunakan arus 100A pada material ST 42 =
beda arus dengan elektroda E50 pada 7rnrn, sedangkan pada material SS 304 =
proses pengelasan TIG. 6,Srnm. Untuk pengelasan dengan rneng-
2. Dari Gambar 7 grafik uji irnpak gunakan arus 140A pada material ST 42 =
pengelasan TIG didapatkan perbedaan, 7,5 mm, sedangkan pada material SS 304
di sini dapat dilihat bahwa pada = 7 mm. Maka di sini dapat dianalisa
pengelasan dengan arus 140A bahwa sernakin besar arus yang diberikan
mempunyai harga IS yang lebih tinggi rnaka semakin lebar pula HAZnya
dari pengelasan dengan arus 120A dan dikarenakan rnasukan panas yang diberi-
100A. Jadi ada pengaruh perbedaan kan semakin besar.
Pengaruh Perubahan ANS Las TIG terhadap Kekuatan Impak pada Material yang Berbeda (Suheni dan Syamsuri)

Begitu juga dengan lebar HAZ untuk DAFTAR RUJUKAN


pengelasan TIG dengan E 50 dengan
menggunakan arus 100A pada material ST Althouse Andrew D. 1990. Metal Hand Book.
42 = 5mm, sedangkann pada material SS voi. VII.
304 = 4,2mm. Untuk pengelasan dengan ASME International Hand Book. 1991. Stainiess
SteeiCS. McGraw Hill MC.
menggunakan arus 140A pada material ST Bahri M Syaiful. 2002. Pengaruh Pengeiasan
42 = 7mm, sedangkan pada material SS Berulang Tiga Kali dan Variasi Ampere
304 = 6,lmm. Maka di sini dapat dibeda- terhadap Kekuatan Tarik Materlai Baja
kan bahwa sernakin besar arus yang ST42. Bandung: Teknik Mesin ITB.
diberikan rnaka semakin lebar pula Harsono W dan Toshie Okurnura. 1994.
HAZnya dikarenakan rnasukan panas yang Teknoiogi Pengeiasan Logam. Jakarta:
diberikan semakin besar. Pradnya Pararnita.
Kennedy Gower A. 1987. Weiding Technology.
Howard W. Sarns & Co Inc.
KESIMPULAN
Musaikan. 1989. MetaiurgiLas. Surabaya: ITS.
Prasetyo Iwan. 2007. Pengaruh Beda Bentuk
Sambungan Tirus Tunggai dan V pada
Dari analisa yang telah dilakukan Proses Pengelasan TIG terhadap
maka dapat diambil kesimpulan: Ketangguhan Sambungan untuk Jenis
1. Semakin besar arus yang dipakai Materlal Baja Karbon Rendah. Surabaya:
semakin besar pula harga IS nya. Teknik Mesin ITATS.
2. Bahan SS 304 mempunyai sifat ulet. Sunarto. 1995. Pengar~hBesar Arus Listrik dan
3. Sernakin besar arus diberikan semakin Posisi Pengeiasan terhadap Sifat Mekanis
iebar area HAZ. Piat Baja Kapai Hasii Pengelasan SMAW.
4. Lebar HAZ untuk pengelasan TIG Jakarta: Fisika UI.
elektroda E 50 dengan menggu-nakan Velindro M, ALoureiro, B Costa, F lesus and A
Lourenzo. 2002. Effect of the Muitpie
arus LOOA pada material ST 42 = 5mm, Eiectrodes TIG Weiding Process on the
sedangkan pada material SS 304 = Metaiiurgic Propeflies of the Welds in
4,2mm. Austenific Sfaniess Steels, Trans Tech
Sementara itu untuk pengelasan dengan Publication. Vo1.230 .pp.140-143.
menggunakan arus 140A pada 'material
ST 42 = 7mm, sedangkan pada material
SS 304 = 6,lmm.
SAINTEK, Vol. 11, No. 1, luli 2007

Anda mungkin juga menyukai