Keywords : Resistant spot welding, welding time, low carbon steel, AISI 1010.
METODOLOGI
Bahan yang diteliti adalah plat baja
karbon rendah AISI 1008 dengan ketebalan
0.8 mm. Kedua logam dasar tersebut dilas
dengan menggunakan peralatan las titik
tunggal stationer selanjutnya dilakukan
pengujian struktur makro dan mikro serta
pengujian kekuatan geser. Gambar 1. Spesimen uji geser
Pengelasan dilakukan dengan Uji geser dilakukan untuk
peralatan las titik : mengetahui beban maksimum yang mampu
Merek : Krisbow ditahan oleh sambungan las. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan mesin uji necking pada perbatasan antara nugget
universal (universal testing machine/UTM) dengan logam induk (d). Perpatahan terjadi
untuk uji geser sambungan las dalam arah ketika beban sudah mencapai batas
longitudinal. Kapasitas mesin yang kekuatan material. Kemudian terjadi
diguanakan adalah 1 ton. Jumlah spesimen perambatan retak di sekeliling nugget yang
masing-masing tiga spesimen untuk setiap akhirnya menyebabkan terjkadinya
jenis pengujian. sobekan. Fenomena ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Yuh J.
HASIL DAN ANALISIS Chao, 2003.
Masukan Panas Sobekan dalam perpatahan ini
Tegangan listrik yang digunakan terjadi pada batas sekeliling nugget,yaitu
adalah sebesar 1.79 volt. Tahanan listrik pada batas antara logam induk dan HAZ.
baja karbon rendah AISI 1010 adalah
Pada daerah ini terdapat tegangan sisa
1.244 x 10-3 Ω (Metals Handbook, 1990)
maka besarnya arus dapat dihitung :
akibat proses pengelasan yaitu karena
indentasi oleh elektroda dan siklus termal.
V 1.79v
I= = =1439A Menurut penelitian oleh Anastassiou (1990)
R 1.244 x103 tegangan sisa pada daerah ini adalah
tegangan tekan dan disini retakan pada saat
Dalam penelitian ini variasi waktu penarikan terjadi
las yang digunakan adalah 0.75, 1.00 dan Data rata-rata hasil uji tarik geser
1.25 detik. Masukan panas dapat dihitung :
berikut ukuran nugget diperlihatkan dalam
H1 =I2 R t1
=(1439A)2x 1.244 x 10-3 Ω x 0. 75 s
tabel 1.
=2,576 x 103 Joule Dari data hasil uji tarik geser dapat
H2 = I2 R t2 dilihat bahwa gaya tarik maksimum
=(1439A)2x 1.244 x 10-3 Ω x 1.00 s semakin meningkat pada variasi waktu las
=3,435 x 103 Joule yang lebih besar. Ini disebabkan oleh
H3 = I2 R t3 semakin besarnya ukuran nugget (gbr 3).
=(1439A)2x 1.244 x 10-3 Ω x 1. 25 s Dari foto perpatahan spesimen pada
=4,294 x 103 Joule gambar 4. terlihat bahwa untuk spesimen
dengan waktu las yang lebih tinggi (1.25
Dari hasil perhitungan masukan
detik) perpatahanya berupa sobekan yang
panas diatas didapatkan bahwa semakin
lama waktu las maka semakin besar
lebih luas sedangkan untuk waktu las 0.75
masukan panas yang dihasilkan yang detik pepatahan berupa lepasnya nugget
berakibat semakin banyak logam yang atau buttoning. Hal ini disebabkan karena
mencair. Hal ini menyebabkan semakin dengan waktu las yang lebih lama yang
besar luasan nugget yang dihasilkan. menyebabkan keliling nugget lebih besar
sehingga konsentrasi tegangan yang terjadi
Hasil Uji Geser lebih luas dan saat gaya penarikan
Hasil pengujian geser ditambah, terjadi sobekan yang lebih luas.
menunjukkan patahan tidak terjadi pada Selain itu penetrasi nugget juga
nugget melainkan berrupa sobekan pada berpengaruh dimana dengan waktu las yang
bagian luar nugget. Ini menunjukkan lebih singkat menyebabkan penetrasi
bahwa bagian nugget mempunyai kekuatan berkurang. Hal ini menyebabkan ketebalan
lebih tinggi daripada bagian logam yang nugget berkurang sehingga nugget lebuh
mengalami sobekan. Mekanisme terjadinya mudah lepas saat terjadi penarikan.
sobekan pada saat pengujian tarik geser Waktu las yang lebih lama
dijelaskan pada gambar 2. menyebkan diameter nugget semakin besar
Ketika penarikan dilakukan, sehingga gaya yang dibutuhkan untuk
penampang melintang nugget berputar memutus sambungan semakin besar pula.
sehingga nugget lurus sejajar dengan garis Tetapi ketika waktu las melebihi 1.25 detik,
beban (b). Pada tahap (c) terjadi maka akan mulai terjadi ekspulsi yang akan
konsentrasi tegangan pada logfam sekitar menurunkan kualitas lasan. Meskipun
nugget. Saat beban bertambah, terjadi setelah terjadi ekspulsi beban maksimum
yang bisa ditahan lasan tetap meningkat sedangkan kekuatan tarik pada nugget las
tetapi menurut Sakuma dan Oikawa (2003) tidak dapat dihitung sebab kekuatan tarik
kekuatan tarik silangnya (cross tensile nugget adalah gaya tarik dibagi luas nugget,
strength) akan turun. sedangkan pada pengujian ini tidak terjadi
Dari pengujian tarik hanya putus pada nugget melainkan sobekan pada
didapatkan gaya tarik maksimum bagian sekeliling nugget.
440
Gaya Tarik Maksimum Rata-Rata
435
430
425
420
Series1
415
410
405
400
395 Gambar 3.Grafik gaya geser
t1 t2 t3
maksimum rata-rata
Spesimen
Gambar 4. Foto perpatahan spesimen
Gambar 5. Foto makro lasan dengan waktu las 0.75 detik (a), 1.0 detik(b) dan 1.25 detik(c)
(c)
Gambar 8. Struktur mikro PMZ lasan Gambar 9. Struktur mikro nugget las
dengan waktu las 0,75 detik dengan waktu las 0,75 detik
Zona penghalusan butir ini terjadi ini akan menurunkan waktu untuk
pada saat rekristalisasi, terjadi transformasi menyelesaikan pembentukan ferit dan
dari struktur ferit-perlit ke austenit. Tetapi perlit. Hasilnya adalah struktur ferit-perlit
karena kurangnya suhu puncak /peak yang lebih halus dibandingkan pada daerah
temperature pada daerah ini, austenit yang logam induk.
terbentuk tidak tumbuh secara sempurna Dari pengukuran ukuran butir
sehingga butir-butirnya tetap kecil. Karena dengan standar ASTM grain size didapati
ukuran butir yang kecil, maka terdapat bahwa daerah HAZ mempunyai nomor
lebih banyak permukaan untuk pengintian. ASTM grain size lebih besar (ukuran butir
Hal ini menyebabkan laju pengintian lebih kecil) yaitu 7.5 dibandingkan dengan
meningkat. Meningkatnya laju pengintian 5.5 pada logam induk. Ukuran butir yang
lebih halus ini akan meningkatkan struktur mikro pada PMZ, struktur mikro
kekuatan logam. Umumnya, pengurangan pada nugget mengandung martensit yang
ukuran butir primary ferrite dengan faktor lebih banyak.
pengurangan 2 akan meningkatkan Jumlah martensit yang lebih banyak
kekuatan luluh sekitar 50%.(Brooks, 1996). pada daerah nugget las tersebut disebabkan
Struktur mikro yang terbentuk oleh dua hal. Yang pertama adalah,
pada PMZ dapat dilihat pada gambar 8. kecepatan pendinginan. Daerah nugget las
Struktur mikro PMZ menunjukkan struktur mengalami pendinginan yang lebih cepat
ferit yang terdiri dari ferit murni dan ferit daripada PMZ sebab pada saat pengelasan,
asikular (acicular ferrite) , dan terdapat daerah nugget bersentuhan dengan
sedikit struktur martensit. elektroda yang didinginkan dengan sirkulasi
Dibandingkan dengan daerah air sehingga daerah nugget las lebih cepat
HAZ, pada daerah PMZ terdapat ferit dingin dan akibatnya struktur martensit
dengan ukuran butir yang lebih besar. Hal lebih banyak terbentuk. Penyebab kedua
ini disebabkan karena daerah PMZ adalah martensit lebih mudah bernukleasi
mendapat masukan panas yang lebih tinggi pada dislokasi atau kelompok dislokasi di
daripada HAZ sehingga terjadi dalam butir dimana energi tegangan
pertumbuhan butir. dislokasi dapat digunakan untuk membantu
Selain ferit murni/primary ferrite, pengintian. (Easterling, 1983). Pada daerah
pada PMZ juga terdapat ferit nugget las ini terjadi dislokasi akibat
asikular/acicular ferrite. Ferit asikular penekanan oleh elektroda saat proses
terbentuk oleh rapatnya tempat nukleasi pengelasan dan waktu tahan/holding time.
termasuk inklusi dalam butir. Ferit Semakin banyaknya martensit pada
asikular juga bisa terbentuk jika reaksi nugget las tersebut akan menyebabkan
proeutectoid ditekan, misalnya oleh nugget las menjadi sangat keras.
pembentukan karbida pada batas austenit- Foto mikro nugget las juga
ferit. menunjukkan struktur ferit yang terdiri dari
Terdapatnya ferit asikular pada ferit murni dan ferit asikular.
PMZ akan meningkatkan ketangguhan Dari foto mikro spesimen tidak
daerah ini. Pada PMZ juga terlihat adanya ditemukan adanya retakan. Ini dikarenakan
martensit. Adanya struktur martensit ini plat baja yang digunakan adalah plat baja
menunjukkan pendinginan berlangsung karbon rendah.
cepat sehingga karbon yang terlarut dalam
austenit tidak sempat berdifusi pada saat KESIMPULAN
pendinginan dan akhirnya menghasilkan 1. Kekuatan geser paling tinggi untuk
martensit. Pendinginan yang cepat ini voltase pengelasan 1,79 V didapatkan
disebabkan oleh bentuk plat baja yang tipis pada waktu pengelasan 1,25 detik karena
sehingga panas dengan mudah dilepaskan nugget las yang terbentuk paling besar.
oleh logam. Martensit dapat terbentuk pada 2. Terdapat 4 zona pada logam yang dilas
proses pengelasan dengan las titik tahanan yaitu zona logam induk, HAZ, PMZ dan
listrik bahkan pada baja karbon rendah logam las atau nugget. Dari foto struktur
sekalipun. mikro, struktur yang terbentuk adalah
Namun demikian masih ditemui - Logam induk: ferit dan perlit dengan
struktur perlit dalam jumlah yang kecil. Ini ferit yang lebih dominan.
menunjukkan pada beberapa bagian terjadi - HAZ : ferit dan perlit dengan
pendinginan yang cukup lambat sehingga butir yang lebih halus
ferit dan perlit yang telah bertransformasi dibanding logam induk
menjadi austenit mempunyai cukup waktu - PMZ : ferit, perlit dan martensit.
untuk membentuk perlit. - Nugget : ferit dan martensit.
Struktur mikro pada nugget las
dapat dilihat pada gambar 9. Struktur DAFTAR PUSTAKA
mikro nugget las terdiri ats ferit dan ASM Handbook, 1995, “Volume 6:
martensit. Jika dibandingkan dengan Welding, Brazing and Soldering”,
ASM International Handbook
Comitte, USA.
Amstead, BH., 1997, “Teknologi Mekanik
jilid 1”, Edisi 7, Erlangga.
Anastassiou, 1990, Residual Stress and
Microstructure Distribution
Internasional Spot Weld Steel
Sheet : Relation with fatigue
Behaviour.
Brooks, Charlie R., 1996, Principles of
Heat Treatment of Plain Carbon
and Low Alloy Steel, ASM
International, USA.
Callister, W.D., 1994, Materials Science
and Engineering, John Wiley and
son, Canada.
Chuko, W. L. and Gould, J. E., 1985,
Detailing Nugget Development
Internasional Spot Welds.
Easterling, Kenneth, 1983, Introduction to
the Physical Metallurgy of
Welding, Butterworths, London.
Kalpakjian, 1995, Manufacturing
Engineering and Technology,
Addison Wesley Publishing
Company, USA
Kou, Sindo, 1987, “Welding Metalurgy”,
John Willey &Sons, New York.
Santella, M.L., Babu, S.S., Riemer, B.W.,
and Feng, Z., 2003, Influence of
Microstructure on the Properties
of Spot Welds.
Sonawan, H dan Suratman, R, Pengantar
Untuk Memahami Proses
Pengelasan Logam, Alfabeta,
Bandung.
Surdia, T. dan Saito, S, 1994, Pengetahuan
Bahan Teknik, Cetakan keempat,
Pradnya Paramita, Jakarta.