Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH VARIASI SUDUT KAMPUH V

LAS TIG TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN

STRUKTUR MIKRO STAINLESS STEEL AISI 304

SKRIPSI

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Mesin

oleh
Angen Aji Nur Widodo NIM.5201416054

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
ABSTRAK

Angen Aji Nur Widodo, 2019, Teknik Mesin, Fakultas Teknik,Universitas Negeri
Semarang “ Pengaruh Variasi Sudut Kampuh V Las Tig terhadap Kekuatan Tarik dan
Struktur Mikro Stainless Steel AISI 304”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi sudut kampuh
V las TIG terhadap kekuatan Tarik dan struktur mikro stainless stell AISI 304.

Mode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen, yang bertujuan


mengetahui sebab dan akibat berdasarkan perlakuan yang diberikan oleh peneliti. Pada
penelitian ini,perlakuan yang diberika oleh peneliti adalahpengelasan dengan variasi
sudut kampuh V.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Baja tahan karat austenitic adalah baja tahan karat yang pada temperature
kamar berfasa austenite. Baja jenis ini mengandung 18% Cr dan 8%Ni. Unsur-
unsur tersebut merupakan unsur terpenting yang dapat membuat baja tahan karat
ini berfasa austenite pada temperature kamar. Material ini memiliki struktur
Kristal FCC (Face Centered Cubic) . Struktur ini diperoleh dengan adanya
penambahan unsur paduan yang mampu menstabilkan fasa austenite pada
beberapa kondisi temperature kriogenik. Struktur FCC yang dimiliki oleh
Austenit, memyebabkan baja tahan karat jenis ini bersifat non-magnetic dan
mempunyai ketangguhan yang cukup tinggi pada temperature rendah. Baja jenis
ini mempunyai ketahanan yang cukup baik. Baja jenis ini tentu mempuyai
kekurangan juga yaitu adalah kecenderungan mengalami korosi antar butir, korosi
lubang, dan korosi ratak tegangan (Stress Corrosison Cracking).
Baja karbon rendah mempunyai sifat mekanis yang baik, kekuatan Tarik
relative tinggi antara 414-550 Mpa (60.000 – 80.000), ketangguhan baik dan
relative ulet (Callister, 2007). Pemakaian tertentu baja tahan karat pada umumnya
merupakan pilihan utama. Hal ini kerena baja tahan karat mempunyai beberapa
kelebihan antara lain tidak bersifat magnetic dan mempunyai keuletan yang baik
pada suhu yang relative rendah. Disamping itu pada medium medium yang korosif
baja ini dapat menjaga ketahaanan korosinya dan bahkan dapat memelihara aspek
keindahan permukaanya. Hal ini karena adanya lapisan krom oksida yang selalu
terbentuk pada permukaanya. Lapisan ini dapat rusak apabila baja ini mengalami
perlakuan panas pada saat pemakaian. Pemakaian padasuhu sensitisasi ( 500 -
800ºC ) akan mengakibatkan krom berdifusi ke batas butir membentuk endapan
𝐶𝑟23 𝐶6 . Endapan tersebut menyebabkan terjadinya daerah deplesi krom sehingga
lapisan pelindung krom oksida tidak terbentuk secara kontinyu di permukaan. Hal
ini memnyebabkan bahan terserang korosi batas butir.
Teknologi pengelasan merupakan teknologi manufaktur. Secara umum
pengelasan dapat diartikan sebagai suatu ikatan metalurgi pada sambungan logam
atau paduan logam yang dilaksanakan pada saat logam dalam keadaan cair.
Sambungan sambungan pada konstruksi mesin, banyaknya penggunaan teknik
pengelasan karena dengan menggunakan teknik ini sambungan menjadi lebih
ringan dan lebih sederhana dalam pembuatannnya dan akhirnya biaya produksi
akan lebihmurah. Salah satu teknik pengelasan yang dikenal dalam penyambungan
baja adalah proses pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) . Las TIG (Tungsten Inert
Gas) Adalah termasuk las listrik yang menggunakan gas Inert sebagai pelindung
daerah las. Pengelasan akan terjadi jika ada aliran busur listrik antara elektroda
tungsten dengan benda kerja. Elektroda tungsten pada titik turut mencair dan jika
memerlukan logam dapat menggunakan filter metal (bahan tambah). Gas inert
yang digunakan pada umumya adalah argon atau helium yang berfungsi untuk
mencegak oksigen atau nitrogen menyusup ke dalam cairan las yang dapat
menimbulkan porositas.
Metode pengelasan juga dapat mempengaruhi kualitas hasil lasan. Metode
yang digunakan harus sesuai dengan keadaan. Salah satu metode pengelasan
adalah Tungsten inert gas (TIG). Pengelasan TIG sangat sangat tepat digunakan
untuk Stainles stell AISI 304. Pengelasan dengan menggunakan TIG banyak
digunakan untukpengelasan bahan stainless stel. Hal ini disebebkan karena gas
tungsten akan mengusir oksigen yang akan menimbulkan oksida logam yang
hasilnya sangat keras. Penggunaan las TIG, oksida logam tersebut dapat dihindari
terbentuknya.
Masalah yang ada pada baja tahan karat tergantung pada jenis baja tahan
karat tersebut. Jenis baja tahan karat yang umumnya dipakai dalah austenitic,
feeritik,martensitic dan dupleks. Jenis baja austenitic merupakan jenis baja yang
paling umum digunakan dalam dunia industry. Karena jenis baja tahankarat ini
yang paling mudah dilas dibandingkan dengan baja tahan karat lainnya. AISI 304
merupakan jenis baja tahan karat Austenitik. AISI 304 merupakan jenis baja tahan
karat austenitic tahan karat yangpaling banyak digunakan, karena lebih tahan
terhadap korosi. AISI 304 dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang.
Proses penyambungan logam dengan cara pengelasan, diharapkan dapat
diperoleh sambungan yang kuat, sehingga pada waktu pengujian Tarik tidak putus
pada sambungan lasnya, namun pada logam induknya atau HAZ (Heat affected
zone). Heat affected zone yang bisa disebut daerah terpengaruhpanas adalah daerah
dengan jarak tertentudari sambungan las yang mengalami pemanasan akibat
adanya panas dari pengelasan. Pada daerah HAZ inilah endapan Cr23C6
terbentuk. Luasnya daerah HAZ merupakan fungsi dari beberapa faktor. Oleh
karena dalam pengelasan ada bebrapa faktor yang perlu diperhatikan yaiyu: 1.
Pemilihan logam pengisian, 2. Penentuan parameter las ( Arus,tegangan,kecepatan
pengelasan), 3. Penentuan penggunaan gas pelindung.pengelasan baja tahan karat
Austenitik AISI 304 sering menghasilkan kerapuhan didaerah HAZ yang
mengakibatkan patahan di daerah tersebut. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan
untuk mngetahui sejauh mana pengaruh sudut kampuh v terhadap kekuatan Tarik
dan struktur mikro stainlles steel AISI 304.
B. Identifikasi Masalah
Proses pengelasan mempengaruhi kekuatan Tarik bahan. Perubahan struktur bahan
pada saat pengujian tarikdipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor faktor tersebut
adalah: proses pengelasan, kecepatan pengelasan, posisi pengelasan,jenis bahan
tambah, dan sudut kampuh v. berikut adalah penjelasan dari faktor faktor tersebut:
1. TIG (Tungsten Inert Gas) adalah pengelasan dengan menggunakan busur
nyala dengan elektroda yangterbuat dari walram, sedangkan bahan tambah
menggunakan bahan yang sama atau sejenis dengan material induknya.
Untuk mencegah oksidasi, menggunakan gas kekal (inert) 99% Argon
murni. Peleburan pada pengelasan TIG dibandingkan dengan pengelasan
GMAW,SMAW lebih sempurna.pengelasan TIG tidak menghasilkan
porositas atau ruang kosong pada hasil las-an, halini dapat meningkatkan
kekuatan Tarik pada saat pengujian Tarik.
2. Kecepatan pengelasan tergantung dari jenis elektroda, diameter
elektroda,bahan benda kerja,bentuk sambungan, dan ketelitian sambungan.
Kecepatan pengelasan berbanding lurus dengan besar arus. Kecepatan yang
tinggi memerlukan arus yang besar. Semakin cepat pengelasan semakin
kecilpanas yang ditimbulkan sehingga perubahan bentuk bahan dapat
dihindarkan.
3. Posisi pengelasan adalah pengaturan posisi dan gerakan arah pada elektroda
sewaktu mengelas. Posisi pengelasan yang benar akan mengakibatkan
kekuatan las-an semakin kuat, dan meningkatkan kekuatan Tarik bahan.
4. Bahan tambah (filler) untuk pengelasan TIG harus sesuai standa, karena
apbila menggunakan bahan tambah yang tidak standar memungkinkan
kesempurnaan pengelasan tidak akan terbentuk.penggunaan bahan tambah
harus sesuai dengan standart yang dikeluarkan oleh perusahaan elektroda
atau asosiasipengelasan. Ruang kosong pada pengelasan dapat rendahnya
kekuatan Tarik bahan.

C. Pembatasan Masalah
Banyak faktor faktor yang mempengaruhi kekuatan Tarik bahan pada proses
pengelasan, maka penelitian ini dibatasi pada pengaruh variasi sudut kampuh
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Bahan yang digunakan adalah stainlles steel AISI 304
2. Tebal bahan yang digunakan adalah sebesar 10mm
3. Pengelasan menggunakan msen las TIG DC
4. Bahan tambah yangdigunakan adalah electrode Rod 308 l (ER308L)
5. Pengelasan menggunakan jenis kampuh v tunggal dengan variasi sudut
40º,50º,60º,70º dan 80º
6. Pengujian yang dilakukan adalah uji Tarik (tensile test) dan uji struktur
mikro
7. Standar dimensi specimen menggunakan standar ASTM E8/E8M-09
D. Rumusan Masalah
Sesuai dengan judul danlatar belekang yang diuraikan diatas, maka
permaslahan yang timbuladalah:
1. Bagaimana pengaruh variasi sudut kampuh v las TIG terhadapstruktur
mikro stainless stell AISI304?
2. Bagaimana pengaruh variasai sudut kampuh v terhadapkekuatan
tarikStainlles steel AISI 304?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalahuntuk mengetahui
pengaruh variasi sudut kampuh v las tig terhadap kekuatan Tarik dan struktur
mikro stainlles steel AISI 304.

F. Manfaat Penelitian
Setelah mengetahui adanya pengaruh variasi sudut kampuh v (40,50,60,70, dan
80 ). Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam menerapkan las
TIG untuk mendapatkna hasil pengelasan yang lebih baik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Landasan teori pada penelitian ini berkaitan tentang pengaruh variasi sudut
kampuh v las TIG terhadap kekuatan Tarik stainlles steel AISI 304 dengan filler
ER 308 L. Berikut adalah penjelasan tentang dari penelitian ini secara rinci
tentang pengertian pengelasan,kampuh v tunggal, filler ER308 L,pengertian
TIG, Peralatan pengelasan TIG,pengujian Tarik, dan karakteristik bahan
AISI304.
1. Pengertian Pengelasan
Perkembangan teknologi produksi dan bahan baku logam tidak
dapat dipisahkan dari manfaat teknologi pengelasan. Sehingga dapat
dikatakan hamper tidak ada logam yang tidak dapat dilas. Las adalah
salah satu cara menyambung benda padat dengan jalan mencairkan
melalui pemanasan. (Widharto,2001). Definisi pengelasan menurut
DIN (Deutsche Industrie Norman) adalah ikatan metalurgi pada
sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam
keadaan lumer atau cair. Las merupakan sambungan setempat dari
bebrapabatang logam dengan menggunakan energy panas
Penyambungan dengan cara mengelas merupakan salah satu
metode penyambungan yang luas penggunaanya pada konstruksi
bangunan baja dan konstruksi mesin. Teknologi pengelasan, selain
dapat dipakai untuk menyambung dan memotong logam, juga dapat
dipakai untuk mengisi lubang lubang pada coran, membuat lapisan
keras pada perkakas,mempertebal bagian bagian yang sudah aus, dan
macam macam reparasi lainnya.
Faktor yang mempengaruhi hasil pengelasan adalah prosedur
pengelasan yaitu cara pembuatan konstruksi las yang sesuai rencana dan
spesifikasi dengan menentukan semua hal yang diperlukan dalam
pelaksanaan tersebu. Proses produksi pengelasan yang dimaksud adalah
proses pembuatan alat dan bahan yang diperlukan, urutan pelaksanaan
persiapan pengelasan. (Wiryo Sumarto, 2000). Berikut adalah beberapa
jenis pengelasan beserta kelebihan dan kekurangannya:
a. SMAW (Shield Metal ArC Welding)
1) Kelebihan
a) Dapat dipakai dimana saja didalam air maupun diluar
air.
b) Pengelasan dengan segala posisi.
c) Elektroda tersedia banyak macam.
d) Tingat kebisingan rendah.
e) Dapat dikerjakan dalam ketebelan berapapun.
2) Kekurangan
a) Pengelasan terbatas hanya bisa sepanjang elektroda.
b) Setiap akan melakukan pengelasan berikutnya slug harus
dibersihkan.
c) Tidak dapat digunakan untuk pengelasan bahan baja
non-ferrous.
d) Efisiensi endapan rendah.
b. GMAW (Gas Metal Arc Welding )
1) Kelebihan
a) Sangat efisien dan pengerjaan cepat.
b) Dapat diguanakan untuk semua posisipengelasan.
c) Tidak menghasilkan slug atau kerak.
d) Membutuhkan kemampuan operator yang baik.
2) Kekurangan
a) Sewaktu waktu dapat terjadi burnback.
b) Cacat las porositas sering terjadi.
c) Busser yang tidakstabil.
d) Pada awalnya seet up yang sulit.
c. GTAW (Gas Tungsten Arc Welding )
1) Kelebihan
a) Efisiensi tinggi dan waktu pengerjaan pengelasan
sangatlag cepat.
b) Dapat digunakan untuk semua posisi pengelasan.
c) Tidakmenghasilkan kerak.
d) Proses pengelasan ini cocok untuk proses konstruksi.
2) Kekurangan
a) Wire feeder memerlukan pengontrolan atau proses
secara bertahap
b) Sewaktu waktu dapat terjadi burnback
2. Kampuh V Tunggal

Kampuh las merupakan bagian dari logam induk yang akan didisi oleh
logam las. Kampuh las awalnya adalah kubangan las yang kemudian disii dengan
logam las. Kampuh V tunggal banyakdigunakan pada sistem sambungan pada plat
plat tebal. Unuk pengelasan dengan kampuh V tunggal dilakukan pengelasan satu
sisi dengan urutan pengelasan mulaidari akar,pengisian dan penutup. Hasil
penyambungan logam hendaknya menghasilkan sambungan yang berkualitas dari
segi kekuatan dan lapisan dari bahan logam yang dilas. Dimana untuk
menghasilkan sambungan las yang berkualitas hendaknya pada dua ujung bahan
yanag akan dilas dibikin suatau bentuk akmpuh las tertentu.

Banyaknya lapisan yangdigunakan untukpengelasan kampuh las V


ditentukan oleh tebalnya plat. Sudut kemirimngan 60 drajat. Pengelasan akar
sebaiknya menggunakan alas. Sambungan kampuh v terbuka digunakan untuk
menyambung logam atau plat dengan ketebalan 6-15 mm. dengan sudut kampuh
antara 60-80 derajat.
3. Pengelasan TIG
Tungsten inert gas (TIG) welding, adalah proses pengelasan yang
terjadidengan menggunkana tungsten elektroda. Area cekungan terlindungi oleh
semacam perisai yang terbuat dari gas argon,helium atau kombinasi keduannya.
Argon dipilih untuk TIG Welding karena sifatnya lebihberat dari udara. Serta
dapat menghasilkan perlindungan terhaap welding area yanglebih baik.
(Weman,klas. 2012. Welding proses handbooksecond edition).
Penggunaan elektroda tidak habis selama pengelasan, diperlukan tambahan
logam untukmengisi ruang pada kampuh, bahan pengisi ini dinamakan filler metal.
(Lucas,W,1990)

4. Peralatan Pengelasan TIG


Peralatan pengelasan TIG meliputi: mesin las DC, welding gloves, topeng las,
shielding gas, flowter gas, kabel selang gas, tungsten electrodes. Berikut adalah
penjelasannya:
a. Mesin Las DC
Mesin las DC merupkan mesin las pembangkit arus DC yang digunakan
pada proses las GTAW . sekarang teknologi pengelasan telahberkembang
pesat termasukpada mesin las sekarang yang lebihcanggih canggih. Ada
beberapa mesin las yang masih manual, namun juga sudah banyakyang
otomatis. Sebagi sontoh mesin las Lorch V 30 ( DIN EN 60974-) dengan
arus 3-300 A.

b. Shielding Gas / Gas Pelindung


Proses pengelasan GTAW wajib menggunakan gas pelindung untuk
melindungi busur pengelasan. Gas yang biasa digunakan adalah argon dan
helium. Yang perlu diperhatikan adalah pemilihan gas pelindung sesuai
setandar.

c. Regulator dan Flowmeter.


Regulator adalah pengatur tekanan gas yanga akan digunakan didalam
proses pengelasa TIG. Regulator berfungsi untukmenunjukan tekanan
kerja dan tekanan gas dan untukmenunjukan besar tekanan gas yang akan
dipakai utuk proses pengelasan.

d. Cable Adaptor dan Selang Gas


Berfungsi sebagai menghantar arus dari mesin las menuju handle las.
Begitu juga aliran gas dari mesin las menuju handle. Cable Adaptor dan
Selang gas yang akan digunakan harus sesuai standarinternasional. Seperti
Cable Adaptor dan Selang Gas yang bersertifikat.

e. TIG Torch
Tig Torch dirancang baik penggunaan secara otomatis maupun manual
dan dilengkapi dengan sistem pendingin menggunakan udara atau air.
Sistem pendingin udara yang paling sering digunakan untuk pengelasan
dengan arus rendah. Sedangkan pendingin air digunakan untuk pengelasan
arus tinggi.

f. Elektroda Tungsten
Berfungsi sebagi pembangkit busur nyala selama dilakukan
pengelasan.elektroda ini tidak berfunsi sebagai bahan tambah. Elektroda
tungsten murni biasa digunakan untukpengelasan AC pada pengelasan
alumunium maupun magnesium .

g. Bahan Tambah/ filler


Bahan tambah adalah suatu batang logam yang dipergunakan sebagai
bahan pengisi penggunaan kawat las ini harus disesuaikan dengan jenis
bahan yang akan di las. Bahan tambah yang tersedia seperti Baja, besi
tuang, stainlesstell, tembaga, paduan tembaga, alumunium dan paduan
alumunium.

5. Struktur Mikro
Pengamatan struktur mikro yang dilakukan di laboratorium pengujian
bahan teknik, bertujuan untuk mengetahui struktur mikro yang terkandung
pada HAZ, logam induk dan daerah lawan. Struktur ferrrite, terbentuk
akibat konsentrasi karbon dan panas yang tinggi pada HAZ akan
mendorong dari difusinya karbon dari HAZ ke sisi stainlessstel dan
membentuk Cr Carbida pada HAZ , Dikutip dri forum diskusi situs migas
indomesia.com, bahwa proses pembentukan ferrite mencakup hal sebagi
berikut a. driving force proses, b. heat input, c. daerah yang kaya Cr
bertransformasi dari Austenite ke ferrite.

6. Pengujian Tarik
Proses pengujian Tarik bertujuan untuk mengetahui kekuatan Tarik
benda uji. Pengyujian Tarik untuk kekuatan Tarik daerah las dimaksudkan
untukmengetahui kekuatan las apakah mempunyai nilai yang sama, lebih
rendah atau lebih tingg dari kelompok row material. Pengujian Tarik
untukkualitas kekuatan Tarik dimaksudkan untuk mengetahui berapa nilai
kekuatan dan dimanakah letakputusnya. Pembebanan Tarik adalah
pembebanan yang diberikan pada benda dengan memeberikan gaya
tarikberlawanan arah pada salah satu ujung benda.
Penarikan gaya terhadap beban akan mengakibatkan terjadinya
perubahan bentuk ( deformasi) bahan tersebut. Proses terjadinya deformasi
pada beban uji adalah proses pergeseran butiran Kristal logam yang
mengakibatkan melemahnya gaya elektromagnetik. Pengujian Tarik
diberikan secara continue dan pelan pelan bertambah besar. Bersamaan
dengan itu dilakukan pengamatan pertambahan panjang yang dialami
benda uji dan dihasilkan kurva tegangan regangan .

7. American iron and Stell Institute 304(AISI 304)


Ilmu pada metalurgi bahan, stailes stell, juga dikenal sebagai bahan
inog, inog dari bahasa perancis yang artinya adalah paduan yang mengandung
setidaknya 10.5% chromium. Disebut sebagai baja tahan karat karena baja jenis ini
tahan terhadap pengaruh oksigen dan memiliki lapisan oksida yang stabilpada
permukaan baja. Ada beberapa produsen stainlees steel, salah satunya dalah
American Iron and Steel Institute (AISI). AISI adalah sebuah produsen baja dari
amerika utara.AISI terbentuk pada tahun 1855,

B. Penelitian yang Relevan


Ikram (2014) melakukan penelitian berjudul, “Pengaruh Variasai Sudut
Kampuh V Pengelasan Oksi-asitilen Gas Pada Alumunium Magnesium ditinjau
Dari Kekuatan Bahan”. Tujuan dari penelitian itu adalah untuk mengetahui 1,
pengaruh variasi sudut kampuhV terhadapkekuatan Tarik.

Kurniawan, Dedi (2013),melakukan penelitian yang berjudul,”Pengaruh


Model Kampuh dan Jenis Filler Metal Terhadap Kekuatan Uji Tarik Pada
Bahan Stainlees steel AISI 304 Menggunakan las TIG”.

C. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir pada penelitian ini diuraikan menjadi , pengaruh variasai
sudut kampuh terhadap kekuatan Tarik bahan AISI 3014. Buyung R.
Mochmoet,(2012) melakukan penelitian yang berjudul “ Analisa Pengaruh
Sudut Kampuh V sambungan las MIG terhadap Distorsi dan kekuatan Tarik
Baja Karbon Rendah”.

Kampuh las merupakan bagian dari logam induk yang akan diisi oleh logam
las. Kampuh las awalnya adalah kubungan las yang kemudian yang diisi dengan
logam las. Untuk pengelasan kampuh V tunggaldilakukan pengelasan pada satu
sisi, dengan urutan pengelasan mulai dari akar,pengisian, dan penutup.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Alatian dan Bahan
Persiapan pada penelitian ini diuraikan menjadi; a) persiapan bahan, b)
persiapan alat alat,. Berikut adalah penjelasan dari uraian tersebut:
1. Persiapan Bahan
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah stainless steel AISI
304 dengan ukuran 200 cm x 10 cm tebal10mm. Filler jenis ER308L.
dengan diameter 2,4 mm
2. Persiapan Perlengkapan
a. Mesin gergaji
b. Mesin frais
c. Peralatan pengelasan
d. Peralatan K3
e. Penggaris
f. Mesin amplas
g. Mesin las TIG
h. Kikir
i. Mesin uji Tarik
j. Mikroskop uji struktur
k. Pengukur sudut
l. Stopwatc
B. Prosedur Penelitian
1. Diagram Alir Penelitian

Mulai

AISI 304

Uji Komposisi

Pembuatan Sudut Kampuh V

40 50 60 70 80

Pengelasan TIG

Peembuatan Spesimen

Uji Struktur Mikro

Pengujian Tarik

Data

Analisa data
kesimpulan

Selesai

2. Proses Penelitian
a. Pembuatan Kampuh V Tunggal

Anda mungkin juga menyukai