Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi pengelasan merupakan salah satu bagian yang tidak bisa dipisahkan

dalam teknologi manufaktur. Secara umum pengelasan dapat diartikan sebagai suatu

ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan pada

saat logam dalam keadaan cair. Sekarang ini pengelasan merupakan pelaksanaan

pekerjaan yang amat penting dalam teknologi produksi dengan bahan baku logam.

Pada sambungan-sambungan konstruksi mesin, banyak penggunaan teknik

pengelasan karena dengan menggunakan teknik ini sambungan menjadi lebih ringan

dan lebih sederhana dalam pembuatannya sehingga biaya produksi dapat lebih murah

(Aljufri, 2008).

Alumunium merupakan salah satu jenis logam yang banyak digunakan dalam

dunia perindustrian karena memiliki beberapa kelebihan yakni mempunyai sifat yang

baik, tahan korosi, ringan dan mampu didaur ulang (Nurfi, 2016). Permasalahan yang

sering muncul pada saat pengelasan aluminium adalah sering terjadi distorsi dan

tekuk pada sambungan. Panas induksi penggunaan pengelasan busur dapat

menyebabkan bukling, distorsi dan tegangan sisa (residual stress). Setiap jenis logam

memiliki batas pemanasan berbeda-beda. Oleh karena itu, pemilihan suhu pemanasan

sangat penting dilakukan untuk menghasilkan sifat makanis sambungan logam

dengan kualitas yang baik (Feng, 2005).

1
2

Pengelasan Gas Tungsten Arc Welding atau lebih populer disebut dengan

Tungsten Inert Gas (TIG) adalah salah satu jenis pengelasan busur listrik dengan

pelindung gas. Sejak pertama kali ditemukan, TIG sudah menjadi bagian penting

dalam industri manufaktur. Pengelasan ini banyak diaplikasikan pada baja stainless

steel, alumunium, logam reaktif seperti magnesium dan titanium (Yogi, 2012).

Pengelasan TIG/GTAW merupakan proses pengelasan dimana busur nyala listrik

ditimbulkan oleh elektroda tungsten dengan benda kerja logam. Pengelasan ini

menggunakan gas pelindung sebagai penunjang dan melindungi proses pengelasan.

Proses pengelasan TIG akan menghasilkan kualitas yang lebih baik dan cocok untuk

pengelasan pada plat tipis maupun tebal.

Metode yang sangat bagus untuk menanggulangi distorsi dan tegangan sisa dari

plat tipis dapat dilakukan setelah pengelasan (postweld) atau saat pengelasan (in-

prcess welding). In-process welding yakni thermal tensioning (Huang, dkk., 2008).

Thermal tensioning dibagi menjadi dua yaitu static thermal tensioning (STT) dan

transient atau dynamic thermal tensioning. Static thermal tensioning adalah teknik

pengendalian tegangan sisa dan distorsi sambungan las dengan memanfaatkan efek

tegangan termal tarik (thermal tensioning) pada daerah sekitar las selama proses

pengelasan. Tegangan termal tarik tersebut akibat adanya gradient temperature pada

kondisi statis. Transient thermal tensioning (TTT) adalah teknik pengendalian

tegangan sisa dan distorsi dengan memberikan panas didepan, disamping dan di

belakang proses pengelasan. Panas diberikan dan bergerak bersama-sama selama

proses pengelasan. Penggunaan TTT pada pengelasan dapat menurunkan laju

rambatan retak fatik (Ilman, dkk., 2013). Selanjutnya menurut Subeki, dkk. (2016)
3

pemanasan pada temperatur 200°C dapat mengurangi distorsi dan meningkatkan

performa kelelahan pada struktur sambungan A 36 steel.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Transient Thermal Tensioning (TTT) Pengelasan TIG terhadap Distorsi

dan Sifat Mekanik pada Aluminium 5083”

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan diteliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh Transient Thermal Tensioning (TTT) terhadap distorsi pada

pengelasan TIG bahan aluminium seri 5083?

2. Mengetahui pengaruh Transient Thermal Tensioning (TTT) terhadap sifat mekanis

pada daerah Weld Metal, HAZ dan Base Metal pengelasan TIG bahan aluminium

seri 5083?

1.3 Batasan Masalah

Batasan-batasan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Material yang digunakan jenis aluminium 5083

2. Sifat mekanik material yang diuji setelah pengelasan meliputi: kekerasan (Vickers)

3. TTT (Transient Thermal Tensioning) 150° 200° 250°

4. Elektroda yang digunakan ER5356


4

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Mengetahui pengaruh Transient Thermal Tensioning (TTT) terhadap distorsi pada

pengelasan TIG bahan aluminium seri 5083?

2. Mengetahui pengaruh Transient Thermal Tensioning (TTT) terhadap sifat mekanis

pada daerah Weld Metal, HAZ dan Base Metal pengelasan TIG bahan aluminium

seri 5083?

1.5 Manfaat Penelitian

Dunia industri manufaktur proses pengelasan sangat dibutuhkan untuk

menggabungkan atau menyambungkan antara dua logam atau lebih. Teknik

pengelasan memiliki berbagai keuntungan untuk produksi antara lain: hemat biaya,

akurasi ukuran, variasi bentuk las. Disisi lain teknik pengelasan juga menimbulkan

efek yang merugikan, diantaranya: perubahan struktur mikro, kekuatan dan

ketangguhan bahan menurun, distorsi dan tegangan sisa. Tegangan sisa timbul akibat

terjadinya distribusi temperatur yang tidak merata karena panas lokal las dan adanya

perbedaan laju pemanasan dan pendinginan selama proses pengelasan. Hasil

pengelasan tidak presisi akibat perubahan dimensi yang terjadi karena disebabkan

oleh adanya distorsi, sehingga perlu dilakukan perlakuan tambahan untuk mengurangi

distorsi yang terjadi.

Penelitian ini akan digunakan metode Transient Thermal Tensioning (TTT). TTT

adalah suatu metode untuk mengurangi distorsi dengan memberikan panas lokal
5

terlebih dahulu pada spesimen sebelum dilakukan proses pengelasan. Untuk

mencegah atau mengurangi distorsi pada pengelasan selama ini digunakan metode

yaitu: las titik (tackweld), menggunakan alat bantu (jig and fixture), menggunakan

pelat punggung (backing bar), pengelasan beruntun (squence weld). Metode di atas

kurang efektif digunakan untuk pengelasan spesimen dengan ketebalan 3mm, maka

agar lebih efisien dan efektif digunakanlah metode Transient Thermal Tensioning

(TTT) dengan menggunakan teknik pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG).

Anda mungkin juga menyukai