PENDAHULUAN
Teknologi pengelasan merupakan salah satu bagian yang tidak bisa dipisahkan
dalam teknologi manufaktur. Secara umum pengelasan dapat diartikan sebagai suatu
ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan pada
saat logam dalam keadaan cair. Sekarang ini pengelasan merupakan pelaksanaan
pekerjaan yang amat penting dalam teknologi produksi dengan bahan baku logam.
pengelasan karena dengan menggunakan teknik ini sambungan menjadi lebih ringan
dan lebih sederhana dalam pembuatannya sehingga biaya produksi dapat lebih murah
(Aljufri, 2008).
Alumunium merupakan salah satu jenis logam yang banyak digunakan dalam
dunia perindustrian karena memiliki beberapa kelebihan yakni mempunyai sifat yang
baik, tahan korosi, ringan dan mampu didaur ulang (Nurfi, 2016). Permasalahan yang
sering muncul pada saat pengelasan aluminium adalah sering terjadi distorsi dan
menyebabkan bukling, distorsi dan tegangan sisa (residual stress). Setiap jenis logam
memiliki batas pemanasan berbeda-beda. Oleh karena itu, pemilihan suhu pemanasan
1
2
Pengelasan Gas Tungsten Arc Welding atau lebih populer disebut dengan
Tungsten Inert Gas (TIG) adalah salah satu jenis pengelasan busur listrik dengan
pelindung gas. Sejak pertama kali ditemukan, TIG sudah menjadi bagian penting
dalam industri manufaktur. Pengelasan ini banyak diaplikasikan pada baja stainless
steel, alumunium, logam reaktif seperti magnesium dan titanium (Yogi, 2012).
ditimbulkan oleh elektroda tungsten dengan benda kerja logam. Pengelasan ini
Proses pengelasan TIG akan menghasilkan kualitas yang lebih baik dan cocok untuk
Metode yang sangat bagus untuk menanggulangi distorsi dan tegangan sisa dari
plat tipis dapat dilakukan setelah pengelasan (postweld) atau saat pengelasan (in-
prcess welding). In-process welding yakni thermal tensioning (Huang, dkk., 2008).
Thermal tensioning dibagi menjadi dua yaitu static thermal tensioning (STT) dan
transient atau dynamic thermal tensioning. Static thermal tensioning adalah teknik
pengendalian tegangan sisa dan distorsi sambungan las dengan memanfaatkan efek
tegangan termal tarik (thermal tensioning) pada daerah sekitar las selama proses
pengelasan. Tegangan termal tarik tersebut akibat adanya gradient temperature pada
tegangan sisa dan distorsi dengan memberikan panas didepan, disamping dan di
rambatan retak fatik (Ilman, dkk., 2013). Selanjutnya menurut Subeki, dkk. (2016)
3
Permasalahan yang akan diteliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
pada daerah Weld Metal, HAZ dan Base Metal pengelasan TIG bahan aluminium
seri 5083?
2. Sifat mekanik material yang diuji setelah pengelasan meliputi: kekerasan (Vickers)
sebagai berikut :
pada daerah Weld Metal, HAZ dan Base Metal pengelasan TIG bahan aluminium
seri 5083?
pengelasan memiliki berbagai keuntungan untuk produksi antara lain: hemat biaya,
akurasi ukuran, variasi bentuk las. Disisi lain teknik pengelasan juga menimbulkan
ketangguhan bahan menurun, distorsi dan tegangan sisa. Tegangan sisa timbul akibat
terjadinya distribusi temperatur yang tidak merata karena panas lokal las dan adanya
pengelasan tidak presisi akibat perubahan dimensi yang terjadi karena disebabkan
oleh adanya distorsi, sehingga perlu dilakukan perlakuan tambahan untuk mengurangi
Penelitian ini akan digunakan metode Transient Thermal Tensioning (TTT). TTT
adalah suatu metode untuk mengurangi distorsi dengan memberikan panas lokal
5
mencegah atau mengurangi distorsi pada pengelasan selama ini digunakan metode
yaitu: las titik (tackweld), menggunakan alat bantu (jig and fixture), menggunakan
pelat punggung (backing bar), pengelasan beruntun (squence weld). Metode di atas
kurang efektif digunakan untuk pengelasan spesimen dengan ketebalan 3mm, maka
agar lebih efisien dan efektif digunakanlah metode Transient Thermal Tensioning