Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH TUGAS AKHIR

Disusun untuk memenuhi tugas Pemilihan Bahan dan Proses


Dosen: Dr. Ir. Wahyono Suprapto, MT.Met.

Disusun Oleh:

Eka Rizki Mardika 145060207111027


William M. Gultom 145060201111081

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
1. Pendahuluan
Pengelasan merupakan teknik yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
dunia engineering, pengelasan mempunyai peranan penting dalam pembuatan suatu produk.
Kelihatannya simple, namun dalam ilmu pengelasan terdapat banyak sekali masalah-masalah yang
akan dijumpai apabila kita tidak cermat.

Berdasarkan definisi dari Deutche Industrie Normen (DIN) adalah ikatan metalurgi pada
sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dari
definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan setempat dari beberapa
batang logam dengan menggunakan energi panas. Pada waktu ini telah digunakan lebih dari 40
jenis pengelasan termasuk pengelasan yang dilaksanakan dengan hanya menekan dua logam yang
disambung sehingga terjadi ikatan antara atom-atom atau molekul-molekul dari logam yang
disambungkan. (Harsono dan Torshie, 2000:1)

Teknologi pengelasan juga semakin berkembang. Namun tetap saja munculnya cacat-cacat
pengelasan tidak dapat terhindarkan. Seiring dengan perkembangan teknologi, cacat-cacat tersebut
hanya dapat diminimalisir.

Salah satu cacat pengelasan yang dapat terjadi adalah distorsi. Distorsi merupakan
perubahan bentuk akibat adanya tegangan dalam logam las yaitu tegangan memanjang dan
tegangan melintang. Dalam hal ini distorsi atau deformasi ini disebabkan oleh ekspansi
(pengembangan) yang tidak uniform dari logam las selama periode pemanasan dan pendinginan.
Bila pendinginan ini dibiarkan membeku secara bebas maka volume dari logam cair tersebut akan
mengalami penyusutan secara bebas.

Gambar 1.1 Distorsi Pengelasan


Sumber: D N Croft (1996, p.2)
2. Distorsi
2.1 Tegangan Sisa
Dalam pengelasan, bagian yang dilas menerima panas pengelasan setempat dan selama
proses berjalan suhunya berubah terus sehingga distribusi suhu tidak merata. Karena panas
tersebut, maka pada bagian yang di las terjadi pengembangan termal, sedangkan bagian yang
dingin tidak berubah sehingga terbentuk penghalangan pengembangan yang mengakibatkan
terjadinya peregangan yang rumit. Apabila tidak dihindari, peregangan ini akan menyebabkan
terjadinya perubahan bentuk tetap yang disebabkan karena adanya perubahan besar mekanik
seperti pada gambar 2. Disamping terjadi perubahan bentuk, yang dengan sendirinya terjadi
regangan maka terjadi juga tegangan yang sifatnya tetap disebut tegangan sisa. Tegangan sisa dan
perubahan bentuk yang terjadi sangat mempengaruhi sifat dan kekuatan dari sambungan. (Harsono
dan Torshie, 2000:135)

Gambar 2.1 Hubungan Antara Kekuatan Luluh, Modulus Young dan Koefisien Muai Baja dengan
Temperatur
Sumber: Harsono dan Torshie (2000, p.136)

Pada lasan konstruksi bebas akan terjadi tegangan tarik arah memanjang pada sekitar garis
las dan tegangan tekan pada jarak yang sedikit lebih jauh lagi yang seimbang antara satu sama lain.
Hal-hal yang berpengaruh dalam pembentukan tegangan sisa adalah batas transformasi dan batas
luluh bahan, suhu pemanasan yang tertinggi, kecepatan pendinginan, tahanan luar dan pemanasan
mula.
2.2 Terjadinya Distorsi
Pada proses pengelasan, tegangan sisa dan distorsi merupakan kejadian yang saling
berhubungan. Kerika siklus pemanasan dan pendinginan yang berlangsung dalam proses
pengelasan, regangan panas muncul diantara weld metal dan weld bead. Peregangan ini
menimbulkan suatu tegangan dalam yang terdapat didalam material dan bisa menyebabkan
terjadinya bending, bucking dan rotasi. Deformasi inilah yang disebut distorsi.
Distorsi terjadi jika logam las dibiarkan bergerak leluasa selama proses pendinginan. Jadi
distorsi terjadi karena adanya pemuaian dan penyusutan yang bebas akibat siklus termal las.
Sehingga ada 2 kemungkinan yang akan terjadi:
1. Apabila benda kerja tidak ingin mengalami distorsi setelah pengelasan, maka dilakukan
fixturing namun menimbulkan internal stress.
2. Apabila benda kerja boleh mengalami distrosi setelah proses pengelasan, maka internal stress
minim tetapi akan terjadi perubahan bentuk.

2.3 Akibat Distorsi


a. Bentuk akhir tidak memenuhi syarat baik keindahan maupun letak
b. Terjadi misalignment
c. Dapat menjadi bagian terlemah
d. Mengganggu distribusi gaya

2.4 Macam-macam Distorsi


a. Transverse Shrinkage
Penyusutan yang terjadi tegak lurus terhadap arah garis las.
b. Angular Change
Distribusi panas yang tidak merata pada kedalaman menyebabkan distorsi (perubahan sudut).
c. Rotational Distortion
Distorsi sudut dalam bidang plat yang berkaitan dengan pelumasan thermal.
d. Longitudinal Shrinkage
Penyusutan yang terjadi searah garis las.
e. Longitudinal Bending Distortion
Distorsi dalam bidang yang melalui garis kas dan tegak lurus terhadap plat.
f. Buckling Distortion
Kompresi yang kontak langsung dengan panas menyebabkan ketidakstabilan ketika platnya tipis.

Gambar 2.2 Macam-macam Distorsi pada Pengelasan


Sumber: Yudhistira, Sungging dan Sadino (Jurnal)

2.5 Cara Meminimalisir Distorsi


1. Tidak Membuat Ukuran yang Berlebihan
Reinforcement yang berlebihan (lebih besar dari T) akan menambah terjadinya
distorsi/deformasi. Dalam hal ini semakin banyak logam yang ditambahkan pada
sambungan maka akan semakin besar gaya penyusutannya yang terjadi. Kebenaran ukuran
suatu sambungan yang dibuat oleh designer welding harus diikuti oleh juru las dengan
prosedur pengelasan yang benar. Jumlah logam tambah yang ditambahkan pada las fillet
bisa diperkecil dengan membuat las datar atau convex (cembung). Harus diingat bahwa
kelebihan reinforcement tidak akan menambah kekuatan las tetapi menambah gaya
penyusutan.
2. Menggunakan Pengelasan Melompat
Metode ini bila mungkin harus digunakan, akan dapat mengurangi logam las sebanyak
75% dan dapat mengurangi terjadinya distorsi/deformasi.
3. Mengurangi Lapisan Las
Semakin banyak lapisan logam pengelasan akan semakin besar terjadinya
distorsi/deformasi, dianjurkan untuk menggunakan diameter elektrode yang lebih besar
karena akan mengurangi jumlah logam tambah.
4. Penempatan Logam Las Dekat dengan Sumbu Neutral Axis
Semakin dekat dengan sumbu neutral axis akan semakin mengurangi terjadinya
deformasi/distorsi.
5. Menggunakan Metode Back Step Welding
Teknik dapat dilakukan dari kanan kekiri.
6. Metode Pelurusan Termal (Panas) dan Pelurusan Mekanik
Dasar-dasar dalam usaha meluruskan perubahan bentuk dalam pengelasan adalah
memanjangkan bagian yang menyusut dan menyusutkan bagian yang mengembang.
Besarnya penyusutan (shrinkage) itu sendiri tergantung dari standard penyetelan (fit up),
tebal material, cara pengelasan, heat input serta urutan fabrikasi. Typical shrinkage
mempunyai nilai yang bervariasi antara 0.2 – 2.0 mm/m. Umumnya nilai shrinkage antara
0.6 – 1.2 mm/m (data ini diambil dari experience Mac Gregor Corp.). Garis besar cara
pelurusan ini dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu pelurusan termal dan pelurusan
mekanik.
7. Membuat Perlawanan Terhadap Gaya Penyusutan
Membuat perlawanan terhadap gaya penyusutan sebelum pengelasan dilakukan maka
posisi dari logam yang akan disambung dibuat menyimpang dari posisi yang sebenarnya
dimana penyimpangan ini dimaksudkan untuk melawan gaya penyusutan yang terjadi
setelah pengelasan.
8. Penggunaan Strong Back atau Jig
Cara ini dapat mengurangi distorsi.
9. Urutan Pengelasan (Welding)
Urutan pengelasan yang benar dan sesuai prosedur juga bisa meminimalisir terjadinya
distorsi.
Daftar Pustaka

Croft, D.N. 1996. Heat Treatment of Welded Steel Structures. England: Abington Publishing

Hadi, Syamsul. 2016. Teknologi Bahan. Yogyakarta: Penerbit ANDI

Hosford, W.F., Caddell, R.M. 2011. Metal Forming: Mechanics and Metallurgy. England:
Cambridge University Press

Migas-Indonesia. 2003. Manual Distorsi/Deformasi (Perubahan Bentuk). http://migas-


indonesia.com/2003/04/09/manual-distorsideformasi-perubahan-bentuk/

Wiryosumarto, Harsono., Okumura, Toshie. 2000. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: PT


Pradnya Paramita

Yudhistira, Sungging dan Sadino. Analisa Tegangan Sisa dan Distorsi pada Pengelasan Fillet T-
Joint dengan Metode Elemen Hingga. Jurnal ITS Undergraduate

Anda mungkin juga menyukai