Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL TUGAS AKHIR

SIFAT – SIFAT STATIS DAN DINAMIS SAMBUNGAN LAS FRICTION


STIR WELDING ALUMINIUM SERI 5083 YANG MENGALAMI
PERLAKUAN PREHEATING DAN TRANSIENT THERMAL TENSIONING

Disusun oleh :

MUHAMMAD FAISHAL FAKHRI WIBOWO

14/366941/TK/42252

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2018
LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR

NAMA : Muhammad Faishal Fakhri Wibowo

NIM : 14/366941/TK/42252

PRODI : Teknik Mesin

DEPARTEMEN : Teknik Mesin dan Industri

JUDUL : Sifat – Sifat Statis dan Dinamis Sambungan Las


Friction Stir Welding Aluminium Seri 5083 yang
Mengalami Perlakuan Preheating Dan Transient
Thermal Tensioning

Yogyakarta, 26 Juni 2018


Dosen Pembimbing Tugas Akhir Mahasiswa yang Bersangkutan

Prof. M. Noer Ilman, S.T., M.Sc., Ph.D. Muhammad Faishal Fakhri Wibowo
NIP. 196711281995121001 14/366941/TK/42252

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Mesin

Dr. Kusmono, S.T., M.T.


NIP. 197211041998031002
A. JUDUL PENELITIAN

“Sifat – Sifat Statis dan Dinamis Sambungan Las Friction Stir Welding
Aluminium Seri 5083 yang Mengalami Perlakuan Preheating Dan Transient
Thermal Tensioning”

B. LATAR BELAKANG

Perkembangan zaman dan teknologi menyebabkan peningkatan kebutuhan


manusia akan teknologi yang makin mudah didapat, murah, namun tidak
mengurangi hasil yang didapatkan. Hal ini juga berlaku pada teknologi
pengelasan logam. Dimulai dari las tempa yang dilakukan pandai besi pada
jaman abad pertengahan hingga las menggunakan sinar elektron maupun laser.
Berbagai macam jenis pengelasan terus dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan industri akan teknologi pengelasan dengan kekuatan mekanik tinggi,
proses ramah lingkungan, dan tentunya dengan biaya produksi seminimal
mungkin.

Proses pengelasan logam memegang peranan penting dalam kehidupan


manusia sejak dahulu karena penggunaan logam yang sangat luas, diantara nya
pada rangka kontruksi bangunan, kendaraan, dan masih banyak lagi. Proses
pengelasan juga dianggap lebih menguntungkan dibanding proses
penyambungan logam lainnya, semisal paku keling. Sambungan las memiliki
kekuatan mekanik yang lebih baik, lebih ringan, dan lebih cepat pengerjaan nya.
Namun disisi lain, sambungan las dapat menyebabkan distorsi yang mengubah
dimensi struktur, selain itu tidak semua logam dapat dengan mudah dilakukan
pengelasan, salah satunya aluminium.

Aluminium dan paduan nya banyak digunakan karena ringan (ρ ± 2,7


g/cm3) dan memiliki kekuatan yang tinggi, bahkan beberapa jenis paduan nya
memiliki kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan baja karbon sedang.
Aluminium tetap mempertahankan keuletan nya pada temperature dibawah nol,
ketahanan korosi yang tinggi, dan tidak beracun.
Aluminium memiliki konduktivitas termal yang tinggi dibandingkan baja
(sekitar enam kali lebih tinggi), hal ini menyebabkan pengelasan pada aluminium
membutuhkan laju pemanasan yang tinggi juga. Diketahui bahwa kelembaban
ataupun hidrokarbon pada permukaan aluminium dapat terurai didalam busur las
menghasilkan hidrogen. Hidrogen sangat mudah larut pada lelehan aluminium,
sehingga ketika hasil las mengeras, gas hidrogen dapat terjebak di dalam hasil las
membentuk porositas pada pengelasan aluminium. Aluminium dan paduan nya
sangat reaktif terhadap udara membentuk lapisan oksida yang memiliki titik leleh
tinggi sekitar 2066 0C atau sekitar tiga kali titik leleh aluminium itu sendiri.
Sehingga dalam pengelasan, material induk akan meleleh jauh sebelum oksida nya.
Oleh karena itu, dibutuhkan persiapan dan metode khusus dalam pengelasan
Aluminium.

Terdapat berbagai macam jenis pengelasan aluminium, yang paling banyak


digunakan adalah gas metal arc welding (GMAW). Las GMAW menggabungkan
kecepatan dengan keragaman guna dan kemampuan untuk membuat las berkualitas
tinggi. Las GMAW dapat digunakan pada pengelasan aluminium dengan ketebalan
lebih dari 3 mm hingga ketebalan maksimum yang tersedia. Kecepatan las yang
digunakan dapat mencapai 24 mm/s pada las semiotomatis dan menggunakan mesin
las otomatis dapat mencapai 75 mm/s, dimana ini jauh lebih cepat dari proses las
GTAW. Meskipun sudah digunakan secara luas di seluruh dunia, pengelasan
aluminium dengan metode las busur ataupun las listrik menyisakan banyak
pekerjaan dan persiapan karena sifat aluminium yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Dibutuhkan proses pengelasan yang dapat mengatasi oksida aluminium dan tidak
melibatkan panas tinggi untuk mengurangi porositas pada lelehan aluminium yang
mengeras.

Metode pengelasan terus dikembangkan untuk menyelesaikan


permasalahan tersebut, salah satu nya adalah Friction Stir Welding (FSW) yang
ditemukan dan dikembangkan The Welding Institute di Inggris pada tahun 1991.
Berbeda dengan las busur yang menggunakan panas tinggi untuk melelehkan logam
induk dan logam filler, penyambungan pada las FSW terjadi pada fase lumer (solid-
state) akibat gesekan yang terjadi antara pahat FSW dan logam induk. Karena
penyambungan dilakukan tanpa melelehkan logam, hasil pengelasan dengan
kualitas tinggi dapat dilakukan karena tidak adanya retak saat pengerasan
sambungan, porositas, oksidasi, dan cacat lainnya yang muncul pada pengelasan
fusi. Sambungan las FSW masih memiliki kelemahan, diantaranya penurunan
kekerasan dan kekuatan tarik pada sambungan dan masih terdapat tegangan sisa.
Beberapa penelitian dilakukan untuk mengurangi masalah tersebut. Distorsi yang
timbul meskipun secara umum sudah lebih baik dari las busur, penelitian juga perlu
dilakukan untuk mengurangi distorsi distorsi yang timbul. Salah satu metode yang
dilakukan adalah perlakuan Transient Thermal Tensioning (TTT) dan preheating
(pemanasan awal). Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh sifat – sifat
statis dan dinamis yang dihasilkan dari metode TTT dan pemanasan awal pada
pengelasan FSW aluminium paduan seri 5083.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat


dirumuskan beberapa masalah seperti berikut :

1. Bagaimanakah pengaruh perlakuan TTT dan pemanasan awal terhadap


struktur mikro pada hasil pengelasan FSW aluminium paduan seri 5083.

2. Bagaimanakah pengaruh perlakuan TTT dan pemanasan awal terhadap


kekerasan mikro dan kekuatan tarik pada hasil pengelasan FSW aluminium
paduan seri 5083.

3. Bagaimanakah pengaruh perlakuan TTT dan pemanasan awal terhadap laju


perambatan fatik pada hasil pengelasan FSW aluminium paduan seri 5083.

D. BATASAN MASALAH

Batasan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Material yang digunakan adalah aluminium paduan seri 5083 dengan tebal
3 mm.
2. Temperatur pada blok pemanas TTT dan plat pemanas preheating diatur
pada 2000 C.

3. Putaran pahat FSW diatur pada kecepatan 1500 rpm dan travel speed 30
mm/menit.

E. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh perlakuan TTT dan pemanasan awal terhadap


struktur mikro pada hasil pengelasan FSW aluminium paduan seri 5083.

2. Mengetahui pengaruh perlakuan TTT dan pemanasan awal terhadap


kekerasan mikro dan kekuatan tarik pada hasil pengelasan FSW aluminium
paduan seri 5083.

3. Mengetahui pengaruh perlakuan TTT dan pemanasan awal terhadap laju


perambatan fatik pada hasil pengelasan FSW aluminium paduan seri 5083.

F. MANFAAT PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat mengetahui metode yang tepat


untuk memperbaiki kekurangan yang dihasilkan dari pengelasan FSW pada
Aluminium paduan seri 5083 agar mendapatkan sambungan las yang memiliki
kekuatan tinggi dengan distorsi sekecil mungkin, serta menjadi referensi untuk terus
mengembangkan aplikasi teknologi pengelasan FSW pada aluminium.

G. METODE PENELITIAN

1. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian sambungan las ini adalah plat
aluminium seri 5083 berukuran 100 mm x 400 mm dengan ketebalan 3 mm.
Pengelasan dilakukan memanjang dan tegak lurus arah pengerolan material.

2. Alat Penelitian

2.1 Peralatan persiapan spesimen


Spesimen yang digunakan dalam pengelasan ini adalah dua plat
aluminium paduan seri 5083 dengan ukuran 100 mm x 400 mm untuk masing
– masing perlakuan pengelasan. Gergaji mesin digunakan untuk memotong
plat menjadi berukuran masing – masing 100 mm x 400 mm, kemudian mesin
skrap digunakan untuk meratakan hasil potongan. Kedua permukaan yang akan
disambung diamplas sehalus mungkin sehingga kedua permukaan dapat
menempel serapat mungkin.

2.2 Peralatan penunjang proses pengelasan

Alat – alat yang digunakan selama proses pengelasan meliputi :

1. Mesin Milling Universal

2. Pahat – friction stir welding

3. Alas dan klem spesimen

4. Thermocouple

5. Termometer inframerah

6. Blok pemanas (TTT)

7. Plat pemanas

8. Kotak panel pemanas

9. Thermocouple

10. Sarung tangan

11. Kacamata pengaman

2.3 Peralatan penunjang pengujian

1. Mikroskop optik

2. Resin
3. Gelas kimia

4. Metal Polish

5. Servopulser

6. Alat uji kekerasan Vickers

7. Cairan etsa
3. DIAGRAM ALUR PENELITIAN

Mulai

Persiapan spesimen las

Proses Pengelasan FSW

Tanpa Perlakuan Dengan Perlakuan

TTT Pemanasan Awal

Persiapan hasil pengelasan untuk keperluan pengujian

Pengamatan struktur mikro Pengujian statis Pengujian rambat fatik

Uji Kekerasan Mikro Uji Tarik

Analisis data dan pembahasan

Penulisan skripsi

Selesai

Anda mungkin juga menyukai