Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH ARUS PENGELASAN GMAW TERHADAP TEGANGAN BENDING

DAN PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA St 45


Aria Wira Arrahman, Pratikto, Suharto
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail : bonz_se2_k@yahoo.com
ABSTRAK
Teknik pengelasan telah banyak dipergunakan secara luas dalam penyambungan antara logam dalam
pembuatan bangunan konstruksi baja seperti pembuatan badan kapal, rangka kendaraan , jembatan, bejana tekan,
tower dan konstruksi umum lainnya. Salah satu jenis pengelasan yang sering digunakan adalah pengelasan GMAW
(Gas Metal Arc Welding). Pengelasan GMAW adalah pengelasan dengan busur nyala listrik yang digunakan
sebagai sumber panas untuk mecairkan logam pada proses penyambungan. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh variasi arus pengelasan terhadap tegangan bending dan perubahan struktur mikro pada baja
St 45.
Dalam penelitian ini dilakukan pengelasan semi otomatis, dimana kecepatan pengelasan dijaga konstan
dengan mesin semi otomatis pada kecepatan 40 cm/menit dan tegangan las 25 volt. Variasi arus pengelasan yang
digunakan adalah 160 Ampere, 180 Ampere, 200 Ampere, 220 Ampere, 240 Ampere dan menggunakan kampuh V
500.
Hasil dari penelitian ini diperoleh tegangan bending tertinggi pada arus pengelasan 160 Amper dengan
nilai 698,285N/mm2, dan arus pengelasan 240 Amper dengan nilai terkecil sebesar 297,142 N/mm2. Pada grafik
hubungan antara variasi arus pengelasan dan tegangan bending, menunjukkan semakin besar arus pengelasan
maka nilai tegangan bending cenderung semakin menurun. Nilai tegangan bending terbesar dengan masukan
panas 6000 joule/cm pada variasi arus pengelasan 160 Amper, menunjukkan bahwa sturuktur butiran pada daerah
HAZ yang terbentuk pada saat solidifikasi berupa acicular ferrite yang berupa bilah-bilah menyilang pada saat
pembekuan. Sedangkan Pada daerah HAZ yang mendapat masukan panas lebih tinggi pada struktur butiran pada
baja ferit perlit St 45, didominasi oleh struktur grain boundary ferrite pada daerah HAZ. Struktur butiran ini akan
mempengaruhi kekuatan bending hasil pengelasan pada baja St 45 menjadi lebih rendah disbanding arus yang
lebih rendah dengan seiring bertambahnya arus pengelasan.
Kata kunci: pengelasan GMAW, Tegangan bending, arus pengelasan, struktur mikro, baja St 45

pengelasan, pemeriksaan, bahan, jenis las,


dan parameter dalam pengelasan.
Salah satu proses pengelasan logam
yang sering digunakan oleh industri
manufaktur adalah dengan pengelasan cair,
salah satunya adalah menggunakan las busur
gas (Gas Metal arc welding). Las busur gas
adalah proses pengelasan, dimana gas
pelindung dihembuskan ke daerah las untuk
melindungi busur dan logam yang mencair
terhadap atmosfir. Gas yang digunakan
sebagai
pelindung
adalah
gas

PENDAHULUAN
Proses pengelasan merupakan sarana
yang sangat penting dalam dunia industri
manufaktur.
Proses
tersebut
sering
digunakan dalam pembuatan bangunan
konstruksi baja dan permesinan yang
meliputi pembuatan badan kapal, jembatan,
rangka kendaraan, tower dan konstruksi
umum lainnya. Oleh sebab itu rancangan las
dan dan cara pengelasan harus betul-betul
memperhatikan kesesuaian antara cara
1

karbondioksida (CO2) atau campuran dari


gas gas tersebut.[4]
Las Metal Inert Gas (MIG) adalah
salah satu metode pengelasan yang sering
digunakan dalam praktek, terutama untuk
pengelasan baja baja kwalitas tinggi seperti
baja tahan karat, baja karbon dan logam
logam bukan baja yang tidak dapat dilas
dengan cara yang lain. [4]
Baja St 45 merupakan salah satu baja
karbon rendah yang biasanya digunakan
dalam pembuatan konstruksi badan kapal
laut dan konstruksi umum lainnya. Hal ini
disebabkan sifat mampu las yang baik pada
baja St 45 dengan berbagai jenis pengelasan.
Pada umumnya bangunan konstruksi yang
dilakukan dengan proses pengelasan sering
mengalami kerusakan saat menerima
pembebanan seperti patahan, melentur, cacat
atau kerusakan yang tidak diiginkan pada
daaerah bagian sambungan las dan
terkadang sambungan las pada bangunan
konstruksi memliki umur yang relatif
pendek yang tidak sesuai dengan apa yang
dikehendaki.
Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui sejauh mana pengaruh besar
arus pengelasan terhadap tegangan bending
dan perubahan struktur mikro pada baja St
45 dengan pengelasan GMAW.

busur,
arus
pengelasan,
kecepatan
pengelasan, dan gas pelindung.
1. Arus Pengelasan
Besar arus yang digunakan saat
pengelasan akan mempengaruhi jumlah
masukan panas, penetrasi las, maupun
tegangan pada saat proses pengelasan.
Ketidaksesuaian masukan panas yang
diberikan saat mengelas akan menyebabkan
cacat, dan juga mempengaruhi pada
kecepatan pendinginan logam lasan,
sehingga terbentuk struktur mikro yang
kurang baik. Pengelasan GMAW dapat
menggunakan arus AC (alternating current)
atau DC (direct current). Pemilihan arus
tergantung jenis bahan yang akan di las.
Pada arus pengelasan yang tinggi membuat
ujung dari elektroda akan berbentuk
runcing, hal tersebut membuat butir-butir
logam
cair
menjadi
halus
dan
pemindahannya berlangsung dengan cepat,
seakan-akan logam cair disemburkan.
2. Tegangan Busur
Tegangan ini adalah perbedaan
potensial listrik antara ujung elektroda
dengan permukaan yang akan dilas.
Tegangan pengelasan akan berubah seiring
dengan perubahan jarak antara elektroda
dengan benda kerja, jika jarak yang terjadi
membesar maka tegangan akan meningkat.
Jika jaraknya mengecil maka tegangannya
akan turun. Tegangan pengelasan ini hanya
memiliki pengaruh yang kecil terhadap
jumlah endapan logam las. Jumlah endapan
logam ini sangat dipengaruhi oleh kecepatan
pengelasan dan besar arus las. Tegangan
pengelasan akan menentukan ukuran dari
daerah leburan dan penguatan logam lasan.
Tegangan busur yang rendah akan
menghasilkan penembusan yang dalam,
sedangkan tegangan yang tinggi akan
menghasilkan penembusan yang kurang
dalam, lebih lebar, disamping itu bila
tegangan terlalu besar hanya akan
membuang-buang enegi listrik.[4]

TINJAUAN PUSTAKA
GMAW(Gas Metal Arc Welding)
GMAW (gas metal arc welding)
adalah salah satu jenis jenis las busur listrik
yang menggunakan bahan kawat las sebagai
elektroda terumpannya. Busur listrik terjadi
antara kawat pengisi dan logam induk.
Untuk mencegah terjadinya oksidasi selama
proses pengelasan digunakan gas pelindung
berupa gas mulia CO2.
Faktor Pengelasan Pada Las GMAW
Secara umum ada 3 faktor penting
dalam pengelasan GMAW yaitu tegangan
2

3. Kecepatan Pengelasan
Kecepatan
pengelasan
adalah
perpindahan tiap waktu dimana logam induk
yang akan dilas bergerak sepanjang logam
las. Kecepatan pengelasan pada umumnya
sesuai dengan kombinasi tertentu dari arus
dan tegangan busur pada saat pengelasan.
Dalam kata lain kecepatan pengelasan
adalah kecepatan maju dari busur las yang
diukur dalam satuan inchi per menit,
sentimeter per menit atau milimeter per
detik. Kecepatan pengelasan secara akurasi
dapat dilakukan dengan las manual yang
dilakukan oleh welder. Sedangkan dengan
pengelasan semi otomatis, kecepatan diatur
pada perjalanan kereta bermotor yang
dikendalikan untuk mengatur jalanya logam
induk terhadap pembentukan busur las dari
tang elektroda. [8]

Gambar 1: Diagram CCT

Struktur Mikro Dan Sifat Mekanik


Pada umumnya struktur dari baja
tergantung dari kecepatan pendinginannya
dari suhu daerah austenit sampai ke suhu
kamar. Karena perubahan struktur ini
dengan sendirinya sifat-sifat mekanik yang
dimiliki juga berubah. Hubungan antara
kecepatan pendinginan dan struktur mikro
yang
terbentuk biasanya digambarkan
dalam diagram yang menghubungkan
waktu, suhu, dan transformasi yang biasa
disebut diagram Continuous Cooling
Transformation dan disingkat menjadi
diagram CCT.[4]

Gambar 2: Struktur Mikro grain boundary


ferrite dan Ferit Widmanstatten
Siklus Termal Daerah Lasan
Daerah pengelasan terdiri dari 3
bagian yaitu logam lasan, Heat Affected
3

Zone (HAZ), dan logam induk yang tak


terpengaruhi. Logam las adalah bagian dari
logam yang pada waktu pengelasan mencair
dan kemudian membeku. Daerah pengaruh
panas atau HAZ adalah logam dasar yang
bersebelahan dengan logam las yang selama
proses pengelasan mengalami siklus termal
pemanasan dan pendinginan cepat. Logam
induk tak terpengaruhi adalah bagian logam
dasar dimana panas dan suhu pengelasan
tidak menyebabkan terjadinya perubahanperubahan struktur dan sifat [6].

H=
Dimana:
H = Masukan panas (Joule/cm)
E = Tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)
V = Kecepatan (cm/menit)
Mampu Las Baja
Sifat mampu las dapat di definisikan
sebagai kemampuan bahan, logam untuk
dapat dilas, tanpa mengurangi penurunan
sifat sifat yang dimiliknya secara berlebihan.
Logam yang dilas dapat mengurangi mutu
akibat terjadinya penggetasan, cacat, atau
retakan. Salah satu sambungan pada
konstruksi baja dibuat dengan jalan
mengelas. Baja konstruksi merupakan salah
satu jenis baja yang mempunyai sifat
mampu las yang baik. Salah satu dampak
pengelasan adalah tidak dapat dihindari
bahwa bahan berubah sifatnya yang
disebabkan karena panas pada waktu
pengelasan. Jadi daerah pengelasan atau
didaerah yang dipengaruhi oleh panas
(HAZ), material bisa terjadi perubahan
kekerasan atau bahkan bisa terjadi retak.[6]

Gambar 3: Pembagian daerah lasan


Lamanya pendinginan dalam suatu
daerah temperatur tertentu dari suatu siklus
termal las sangat mempengaruhi kwalitas
sambungan. Sedangkan struktur mikro dan
sifat mekanik dari daerah HAZ sebagian
besar tergantung pada lamanya pendinginan
dari temperatur 800oC sampai 500oC.[4]

Pengelasan Baja Karbon Rendah


Baja karbon adalah paduan antara
besi dan karbon dengan sedikit tambahan Si,
Mn, P, S, dan Cu. Sifat baja karbon sangat
tergantung pada kadar karbon, karena itu
baja ini dikelompokkan berdasarkan kadar
karbonnya. Baja karbon rendah adalah baja
dengan kadar karbon kurang dari 0.30%,
baja karbon sedang mengandung 0,30%
sampai 0,45% karbon, dan baja karbon
tinggi berisi karbon antara 0,45% sampai
1,70%.
Pada baja karbon rendah dapat dilas
dengan semua cara pengelasan yang ada di
dalam praktek pengelasan dan hasilnya akan
baik bila persiapannya sempurna dan
persyaratannya dipenuhi. Pada kenyataannya

Gambar 4: Siklus Termal Dalam Las


Masukan panas dihitung sebagai
rasio dari energi yang dibutuhkan saat
proses pengelasan, sebagaimana yang
dijelaskan sebagai berikut[5]:
4

baja karbon rendah adalah baja yang mudah


dilas.[4]
Pengujian Bending
Pengujian lentur (Bending Test)
merupakan
salah
satu
pengujian
sifat mekanik bahan yang dilakukan
terhadap spesimen dari bahan, baik bahan
yang akan digunakan sebagai konstruksi
atau komponen yang akan menerima beban
lentur maupun proses pelenturan dalam
pembentukan. Pengujian ini merupakan
proses pembebanan terhadap suatu bahan
pada suatu titik yang berada
ditengahtengah dari bahan yang ditahan diatas dua
tumpuan. Dengan pembebanan ini bahan
akan mengalami deformasi dengan dua buah
gaya yang berlawanan bekerja pada saat
yang bersamaan.
Pengujian bending juga sering
dipergunakan untuk mengetahui aspekaspek kemampuan bahan uji dalam
menerima pembebanan seperti kekuatan atau
tegangan lengkung, elastisitas, memeriksa
mekanis dari material las dan lain
sebagainya [6]
Untuk mengetahui kekuatan bending
maksimal dari logam hasil las dapat dicari
dari persamaan berikut[1]:

Gambar 5 : pengujian bending

=
M = P.L

I =
Dimana :
P = Beban maksimum (N)
b = Lebar batang uji (mm)
h = Tebal batang uji(mm)
L = Jarak antara titik tumpu (mm)
= Tegangan bending (N/mm2)
M = Momen lentur (N.mm)
I = Momen inersia pada penampang
persegi (mm4)
y = Jarak serat terluar dari sumbu
netral.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
eksperimental
(experimental).
Metode
eksperimen dilakukan dengan mengamati
langsung untuk data sebab-akibat dalam
suatu proses eksperimen, sehingga dapat
mengetahui
pengaruh
variasi
arus
5

pengelasan terhadap tegangan bending dan


struktur mikro pada baja St 45.
Variabel bebas yag digunakan adalah
variasi arus pengelasan, Untuk variasi arus
pengelasan (Ampere) yang digunakan yaitu
160 amper, 180 amper 200 amper, 220
amper, 240 amper.
Varibel terikat dalam penelitian ini
adalah tegangan bending dan perubahan
struktur mikro.
Variabel terkontrol adalah variabel
yang nilainya dijaga konstan selama
penelitian, variabel yang dijaga konstan
dalam penelitian ini adalah:
- Tegangan pengelasan 25 Volt.
- Mesin pengatur kecepatan.
- Sudut pengelasan 90.
- Tebal plat 10 mm.
- Material baja St 45.
- Posisi pengelesan flat position.
- Jenis kampuh las adalah alur V.
- Kecepatan pengelasan 40 cm/menit
- Arus DC
Instalasi penelitian yang dilakukan dapat
dilihat pada gambar 6:

4. Elektroda
5. Kabel penghubung gas dan elektroda
6. Kabel ke tang benda kerja
7. Torch
8. Meja kerja
9. Logam induk (Baja St 45)
10. Mesi pengatur kecepatan pengelasan
11. Saklar utama
12. Pengatur nilai kecepatan
13. Tombol STOP
Langkah Penelitian
Sebelum proses pengambilan data
diperlukan beberapa langkah kerja sebagai
berikut:
1. Pembuatan benda kerja yang akan
dilas. Material dipotong dengan
ukuran 90 mm x 45 mm
2. Pengelasan benda kerja dengan
menggunakan mesin las GMAW,
dengan menyesuaikan kecepatan
dan arus yang dijadikan sebagai
variabel penelitian.
3. Pendinginan pada media udara.
4. Membuat spesimen uji bending
berdasarkan standar ASTM E190.
5. Pengujian tegangan bending dengan
benda kerja sebanyak 15 spesimen.
6. Pembuatan spesimen untuk foto
mikro.
6. Pengambilan data.
7. mengolah data hasil pengujian.
8. Menyimpulkan hasil penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 Beban Maksimum Dari hasil
pengujian bending dengan variasi arus
pengelasan :

Gambar 6: Instalasi Pengelasan


Pengulangan

Keterangan gambar:
1. Gas CO2
2. Pipa Penyalur gas CO2
3. Mesin Las MIG

1
2
3
Rata-rata

160
Amper
2970 N
3050 N
2120 N
2835 N

Arus Pengelasan
180
200
220
Amper
Amper
Amper
2720 N 1960 N 1860 N
2410 N 1940 N 1770 N
2430 N 2102 N 1720 N
2345 N 1834 N 1608 N

240
Amper
1320 N
1220 N
1160 N
1058 N

Tabel 2 Tegangan bending


Arus Pengelasan

Beban Maksimum
(N)

Tegangan bending
(N/mm2)

160 Amper

2835

698,285

180 Amper

2345

645,185

200 Amper

1834

504,592

220 Amper

1608

442,412

240 Amper

1058

297,142

arus pengelasan 240 Amper dengan nilai


terkecil sebesar 297,412 N/mm2. Pada grafik
hubungan antara variasi arus pengelasan dan
tegangan bending, menunjukkan semakin
besar arus pengelasan maka nilai tegangan
bending semakin menurun. Tegangan
bending maksimum terjadi pada variasi arus
160 Amper dengan nilai sebesar 698,285
N/mm2. Sedangkan tegangan bending
minimum pada variasi arus 240 Amper
adalah 504 N/mm2. Hal ini disebabkan
karena perbedaan masukan panas pada
masing-masing spesimen saat proses
pengelasan yang dapat dilihat pada tabel
berikut:

Dari tabel hasil pengujian bending


diatas, dapat dibuat grafik hubungan antara
kuat arus pengelasan dan tegangan bending
dari hasil pengelsan GMAW pada baja St 45
seperti pada gambar 7:

Tabel 3 Masukan Panas


No
1
2
3
4
5

800

Tegangan Bending

700
600

Arus (Amper)
160
180
200
220
240

V (cm/menit)
40
40
40
40
40

E (volt)
25
25
25
25
25

H (J/cm)
6000
6750
7500
8250
9000

500
400

Dari data diatas menunjukkan


semakin besar arus pengelasan maka
masukan panas semakin meningkat.
Sedangkan siklus termal sendiri pada proses
pengelasan adalah proses pemanasan dan
pendinginan di daerah lasan dan daerah
HAZ. Dengan pemberian panas pada suatu
logam, dimana logam mula-mula pada
temperatur ruang, temperaturnya akan naik
hingga mencapai titik puncak yang dimana
logam akan menacair dan kemudian akan
kembali ke temperatur semula pada saat
proses pendinginan. Lamanya waktu
pendinginan dalam proses solidifikasi
sangat mempengaruhi jaringan struktur pada
logam lasan dan daerah HAZ, yang hal ini
juga akan berpengaruh terhadap kemampuan
material
dalam
menerima
suatu
pembebanan. Jika masukan panas semakin
besar maka temperatur pada logam induk
semakin meningkat sehingga menjadikan
daerah HAZ semakin melebar, hal itu
membuat laju pendinginannyapun juga

300
200
100
0
160

180

200

220

240

Kuat arus (amper)

Gambar 7: Grafik hubungan antara variasi


arus pengelasan dan tegangan bending
Hasil dari grafik hubungan antara
arus pengelasan dan tegangan bending diatas
menunujukkan
kecenderungan
besar
tegangan bending mengalami penurunan
dengan semakin meningatkatnya arus
pengelasan. Dari grafik tersebut diperoleh
harga tegangan bending tertinggi pada arus
pengelasan 160 Amper dengan
nilai
2
698,285 N/mm , kemudian arus pengelasan
180 Amper dengan nilai 645,185 N/mm2,
arus pengelasan 200 Amper dengan nilai
504,592 N/mm2, arus pengelasan 220
Ampere dengan nilai 442,412 N/mm2, dan
7

relatif lebih lama dan menjadikan struktur


butiran pada baja ferit perlit St 45
didominasi oleh grain boundary ferrite pada
daerah HAZ, sebagaimana di jelaskan pada
diagram CCT dan siklus termal dalam las.
Hal tersebut bisa dilihat dari hasil foto mikro
yang menggambarkan keadaan struktur
butiran daerah HAZ setelah pengelasan
pada gambar 4.2:
Nilai tegangan bending terbesar
dengan masukan panas 6000 joule/cm pada
variasi arus pengelasan 160 Amper,
menunjukkan bahwa sturuktur butiran pada
daerah HAZ yang terbentuk pada saat
solidifikasi berupa acicular ferrite yang
berupa bilah-bilah menyilang pada saat
pembekuan. Sedangkan Pada daerah HAZ
yang mendapat masukan panas lebih tinggi
menyebabkan daerah temperatur pada logam
las semakin tinggi dan daerah HAZ akan
semakin melebar, hal itu akan menjadikan
waktu pendinginan relatif lebih lama, dan
menjadikan struktur butiran pada baja ferit
perlit St 45 didominasi oleh grain boundary
ferrite pada daerah HAZ. Struktur butiran ini
akan mempengaruhi kekuatan bending hasil
pengelasan pada baja St 45 menjadi lebih
rendah dengan seiring bertambahnya arus
pengelasan.

HAZ pada arus 160 amper.

HAZ pada arus 180 amper.

HAZ pada arus 200 amper.

HAZ pada arus 220 amper.

HAZ pada arus 200 amper.

RAW material.

Gambar 7: Foto Mikro Hasil Pengelasan


GMAW Pembesaran 400x
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Hasil dari penelitian ini diperoleh
tegangan bending tertinggi pada arus
pengelasan 160 Amper dengan nilai
698,285N/mm2, dan arus pengelasan
240 Amper dengan nilai terkecil
sebesar 297,142 N/mm2. Pada grafik
hubungan antara variasi arus
pengelasan dan tegangan bending,
menunjukkan semakin besar arus
pengelasan maka nilai tegangan
bending
cenderung semakin
menurun.
2. Nilai tegangan bending terbesar
dengan masukan panas 6000
joule/cm
pada
variasi
arus
pengelasan
160
Amper,
menunjukkan
bahwa
sturuktur
butiran pada daerah HAZ yang
terbentuk pada saat solidifikasi
berupa acicular ferrite yang berupa
bilah-bilah menyilang pada saat
pembekuan. Sedangkan Pada daerah
HAZ yang mendapat masukan panas
lebih tinggi pada struktur butiran
pada baja ferit perlit St 45,
didominasi oleh struktur grain
boundary ferrite pada daerah HAZ.
Struktur
butiran
ini
akan
mempengaruhi kekuatan bending
hasil pengelasan pada baja St 45
menjadi lebih rendah disbanding arus
8

yang lebih rendah dengan seiring


bertambahnya arus pengelasan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] ASTM E855-90.2000. Standard Test
Methods forBend Testing of Metallic
Flat Materials for Spring Applications
Involving Static Loading1. ASTM
Internasional
[2] ASTM E190-90.2000. Standard Test
Method for Guided Bend Test for
Ductility
of
Welds1.
ASTM
Internasional
[3] Sonawan H., dan Suratman R.,
Pengantar untuk Memahami Proses
Pengelasan Logam, Cetakan kedua,
CV Alfabeta, 2006, Bandung.
[4] Wiryosumarto H., dan Okumura T.
Teknologi pengelasan Logam, Cetakan
kedelapan, PT Pradnya Paramita,
2000, Jakarta.
[5] Widharto S., Petunjuk Kerja Las,
Cetakan
keenam,
PT
Pradnya
Paramita, 2006, Jakarta.
[6] Surdia, Tata. 1995. Pengetahuan Bahan
Teknik. Jakarta: PT. Pradya Paramita.
[7] Walpole, Ronald E. 1995. Pengantar
Statistika. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
[8] Funderburk, R. Scott; 1999: Key
Concept in Welding Enggineering;
Welding Innovation Vol. XVI, No. 1,
New York, USA

Anda mungkin juga menyukai