Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN GMAW PADA PELAT BAJA ST37

TERHADAP TEGANGAN BENDING DAN PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO


HASIL SAMBUNGAN LAS
Abraham Hutomo, Sofyan Arief Setyabudi, Agustinus Ariseno
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Jalan M.T. Haryono no.167, Malang 65145, Indonesia
Email: abrahamhutomo@gmail.com

ABSTRAK
Pengelasan GMAW ini sangat sering digunakan untuk proses penyambungan logam. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh arus pengelasan terhadap tegangan bending dan perubahan struktur
mikro pada pelat baja St37. Pada penelitian ini proses pengelasan dilakukan secara semi-otomatis, dimana
menjaga kecepatan konstan pada kecepatan 9 cm/menit, tegangan las 25 volt dan mengisi dengan tiga
pengulangan pengelasan dari arah yang sama. Variasi arus pada penelitian ini mengunakan 120, 140, 160,
180, 200 ampere dengan sudut kampuh 60o. Dari hasil penelitian ini diperoleh tegangan bending tertinggi pada
arus pengelasan 120 ampere dengan nilai 704,46 N/mm2, dan arus pengelasan 200 ampere dengan nilai
terkecil sebesar 395,3 N/mm2. Pada grafik hubungan antara variasi arus pengelasan dan tegangan bending
menunjukan dengan naiknya arus maka tegangan bending semakin menurun. Nilai tegangan bending tertinggi
dengan masukan panas sebesar 2000 joule/cm pada arus 120 ampere, menujukan bahwa struktur mikro yang
terbentuk pada daerah HAZ adanya beda perbandingan antara distribusi ferrite tersebut dimana pada 120
ampere banyak struktur pearlite yang mendominasi tetapi pada 200 ampere grain boundary ferrite yang lebih
banyak terdistribusi.
Kata kunci: Pengelasan GMAW, tegangan bending, arus pengelasan, struktur mikro, baja St37

PENDAHULUAN
Proses
penyambungan
logam
dengan mencairkan logam induk dan
logam pengisi agar berikatan dengan
mengunakan energi panas.[1] Pengelasan
sangat berperan penting saat ini, karena
proses penyambungan logam yang paling
efisien dalam dunia industri manufaktur.
Prosedur pengelasan terlihat sederhana,
tetapi sebenarnya banyak masalah yang
harus diselesaikan dengan pengetahuan
yang beragam. Karena itu dalam proses
pengelasan
pengetahuan
harus
berdampingan dengan prakteknya. Secara
terperinci bisa dijelaskan untuk merancang
konstruksi harus mempertimbangkan cara
pengelasan, cara pemeriksaan, bahan las
dan jenis las yang akan dipergunakan
berdasarkan fungsi dari bagian bangunan
atau mesin yang dirancang.
Baja ST37 merupakan baja yang
memiliki kadar karbon yang kurang dari
0,25% didalamnya, yang tidak responsif

pada perlakuan panas dalam arti


pembentukan martensit. Paduan yang
relatif lunak dan lemah ini tetapi memiliki
tingkat
keuletan
yang
baik
dan
kemampuan untuk proses permesinan,
kemampuan untuk penyambungan logam
dengan pengelasan.
Efisiensi waktu, tenaga dan
produktivitas tentunya menjadi bahan yang
dipertimbangkan
dalam
perusahaan
manufaktur. Penggunaan alat perkakas,
mesin akan sangat mempengaruhi proses
kerja. Proses penyambungan menjadi salah
satu proses yang harus diperhatikan.
Proses penyambungan dengan las GMAW
sering digunakan dalam proses produksi,
karena mempunyai banyak keuntungan
diantaranya proses pengerjaan yang cepat,
bisa digunakan dalam semua posisi
pengelasan, tidak menghasilkan slag atau
terak layaknya pada SMAW, dan cocok
untuk pekerjaan konstruksi. Namun
penggunaan las GMAW juga memiliki

2
kekurangan, berupa pada awal set-up
pengelasan merupakan permulaan yang
sulit, wire-feeder yang memerlukan
pengontroloan yang kontinou, dan kuat
arus mempengaruhi kekuatan pada hasil
las.
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk
mengetahui
pengaruh
arus
pengelasan terhadap tengan bending dan
perubahan struktur mikro pada St37
dengan pengelasan GMAW.
TINJAUAN PUSTAKA
GMAW
(GAS
METAL
ARC
WELDING)
GMAW
adalah
proses
penyambungan dua material logam atau
lebih menjadi satu melalui proses
pencairan setempat, dengan menggunakan
elektroda gulungan (filler metal) yang
sama dengan logam dasarnya (base metal)
dan menggunakan gas pelindung (inert
gas).
Parameter pengelasan
1. Elektroda
Pengelasan dengan las busur listrik
memerlukan kawat las yang terdiri
dari satu inti terbuat dari logam
dengan dilapisi oleh lapisan yang
terbuat dari campuran zat kimia.
Selain
digunakan
sebagai
pembangkit,
elektroda
yang
berfungsi sebagai logam pengisi
harus memiliki kesamaan sifat
dengan logam induk sehingga tidak
ada
elektroda
yang
dapat
digunakan
untuk
semua
pengelasan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan
elektroda antara lain kekuatan
mekanik, gas pelindung yang
digunakan,
komposisi
kimia
elektroda, dan logam induk.
2. Gas pelindung
Pada pengelasan GMAW gas yang
dipakai adalah gas mulia, karena
sifatnya stabil dan tidak mudah
bereaksi dengan unsur lain. Fungsi
gas pelindung adalah melindungi

busur listrik dan logam las dari


kontaminasi udara luar.
3. Kecepatan pengelasan
Kecepatan
pengelasan
adalah
perpindahan tiap waktu dimana
logam induk yang akan dilas
bergerak sepanjang logam las.
Kecepatan
pengelasan
pada
umumnya sesuai dengan kombinasi
tertentu dari arus dengan tegangan
busur pada saat pengelasan.[2]
4. Arus pengelasan
Besar arus las yang diperlukan
tergantung dari bahan, ukuran yang
akan dilas, sambungan pengelasan,
macam elektroda dan diameter inti
elektroda. Besar arus yang
digunakan juga mempengaruhi
jumlah panas yang akan dihasilkan.
Ketidaksesuaian masukan panas
yang diberikan saat mengelas akan
menyebabkan cacat, dan juga
mempengaruhi
kecepatan
pendinginan sehingga struktur
mikro yang terbentuk kurang baik.
5. Tegangan busur las
Tengangan busur las adalah
perbedaan potensial listrik antara
ujung elektroda dengan permukaan
logam yang akan dilas. Tengangan
pengelasan akan berubah seiring
dengan perubahan jarak antara
elektroda dengan permukaan benda
kerja, jika jarak membesar maka
tegangannya akan meningkat atau
sebaliknya.
Heat input
Kualitas hasil pengelasan sendiri
dipengaruhi oleh energi panas yang berasal
dari pengaruh tiga parameter yaitu arus
listrik, tegangan las, dan kecepatan
pengelasan. Hubungan antara ketiga
parameter tersebut menghasilkan energi
pengelasan yang sering disebut heat input.
Dapat dijelaskan bahwa apabila masukan
panas yang diinginkan sangat tinggi maka
parameter yang dapat diukur yaitu arus
listrik
diperbesar
atau
kecepatan
pengelasan diperlambat. Besar kecilnya

3
arus las dapat diukur langsung pada mesin
las. Tegangan las umumnya tidak dapat
diatur secara langsung pada mesin las
tetapi pengaruhnya terhadap masukan
panas tetap ada.
Struktur mikro daerah pengaruh las
Nilai kekerasan, struktur, dan
berlangsungnya transformasi di daerah
HAZ dapat dibaca dengan diagram
transformasi pendinginan berlanjut atau
diagram CCT. Diagram ini dapat
digunakan untuk membahas pengaruh
struktur terhadap retak las maupun
keuletannya sehingga dapat digunakan
untuk menentukan prosedur pengelasan.
Biasanya diagram CCT menunjukkan pula
kekerasan yang akan dimiliki oleh baja
setelah proses pendinginan mengikuti
siklus termal tertentu.

Gambar 1 Diagram CCT

Gambar 2 Struktur mikro grain boundary


ferrite
Siklus termal las
Siklus termal las adalah proses
pemanasan dan pendinginan pada daerah
lasan. Daerah pengelasan terdiri atas 4
bagian yaitu logam lasan, heat affected
zone (HAZ), fusion zone, dan logam induk
yang tidak terpengaruhi. Struktur dan sifat
mekanik pada HAZ sangat dipengaruhi
oleh siklus termal yang terjadi dimana
proses pemanasan dan pendinginan terjadi
di daerah lasan. Jumlah masukan panas
dan lamanya pendinginan pada suatu
daerah tertentu sangat berpengaruh
terhadap kualitas hasil lasan. Struktur
logam pada HAZ berubah secara perlahan
dari struktur logam induk ke struktur
logam las. Pada daerah HAZ yang dekat
dengan garis lebur, kristalnya tumbuh
dengan cepat dan membentuk butir-butir
kasar. Daerah ini yang disebut dengan
batas las.[1] Struktur mikro dan sifat
mekanik daerah HAZ sebagian besar
tergantung pada lamanya pendinginan dari
temperatur
800C
sampai
500C.
Sedangkan retak dingin terjadinya sangat
tergantung oleh lamanya pendinginan dari
temperatur 800C sampai 300C atau
100C.[1]

Gambar 3 Pembagian daerah pengelasan

4
terpenuhi. Pada kenyataannya baja karbon
rendah adalah baja yang mudah untuk
dilas.

Gambar 4 Siklus termal las


Pendinginan dan media pendinginan
Untuk mendinginkan logam hasil lasan
dikenal berbagai macam bahan, yaitu
1. Air
Air
mampu
melakukan
pendinginan secara cepat, bahkan
untuk
memperbesar
daya
pendinginannya sering dilarutkan
garam dapur antara 5 sampai 10%.
2. Minyak atau oli
Minyak maupun oli juga dapat
melakukan pendinginan secara
cepat. Oli maupun minyak
memiliki viskositas (kekentalan),
semakin kecil nilai viskositas maka
daya pendinginannya semakin
besar.
3. Udara
Udara memberi pendinginan secara
perlahan karena udara tersebut ada
yang disirkulasi dan ada pula yang
tidak disirkulasi.
4. Garam
Garam memberi pendinginan yang
cepat dan merata sehingga sering
digunakan terutama untuk proses
hardening.
Pengelasan baja karbon rendah
Baja merupakan paduan antara besi
dengan karbon dengan unsur lainnya
dimana kadar karbonnya tidak melebihi
2%.
Pada baja karbon rendah dapat
dilas dengan semua cara pengelasan yang
ada di dalam praktek pengelasan dan
hasilnya akan baik apabila persyaratan

Pengujian Bending
pengujian lentur (bending test)
adalah pengujian sifat mekanik bahan yang
dilakukan terhadap spesimen dari bahan,
baik bahan yang akan digunakan untuk
konstruksi atau untuk material yang nanti
akan diberi beban lentur. Pengujian ini
dilakukan dengan memberikan beban
disatu titik diantara dua tumpuan. Dengan
pembebanan ini bahan akan mengalami
deformasi dengan dua buah gaya yang
berlawanan yang bekerja pada saat yang
bersamaan.
Pengujian lentur juga sering
dipergunakan
untuk
mengetahui
kemampuan material dalam menerima
beban seperti kekuatan atau tegangan
lengkung, elastisitas, memeriksa mekanis
dari material las dan sebagainya.[5]

Gambar 5 Pengujian bending


Persamaan berikut untuk mengetahui
tegangan bending maksimal yang
didapatkan dari hasil pengelasan:
M.y
=
...(2)
I
3

I=

bh
12

...(3)

5
y=

h
2

...(4)

1
M= P.L
...(5)
4
Dimana:
P
: Beban maksimum (kN)
b
: Lebar batang uji (mm)
h
: Tebal batang uji (mm)
L
: Jarak antar titik tumpu (mm)
y
: Jarak serat terluar dari sumbu
netral
M
: Momen lentur (N.mm)
I
: Momen inersia pada penampang
persegi panjang (mm2)

: Tegangan bending (N/mm2)


METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
penelitian eksperimental nyata. Variabel
bebeas dalam penelitian ini yaitu kuat arus
yang digunakan dalam proses pengelasan.
Variabel terikat yang diamati adalah
tegangan bending dan perubahaan
mikrostruktur. Variabel terkontrolnya
adalah
1. Tegangan pengelasan 25 Volt.
2. Tebal plat 10 mm.
3. Material baja ST37.
4. Posisi
pengelasan
1G
(flat
position).
5. Jenis kampuh las yang digunakan
adalah V tunggal 60o.
6. Gas pelindung CO2 8 lt/menit
7. Arus DC.
8. Jarak pengelasan 5mm
9. Sudut pengelasan 80o
10. Filler yang dipakai ER70S dengan
diameter 0,8 mm
Instalasi penelitian yang dilakukan bisa
dilihat pada gambar

Gambar 6 Skema pengelasan GMAW


Keterangan gambar :
1. Tabung gas CO2
2. Regulator
3. Sistem unit kontrol elektroda
4. Mesin las MAG
5. Sistem unit kontrol
6. Tang benda kerja
7. Pengatur kecepatan pengelasan
8. Pengatur arah maju dan mundur
9. Saklar utama pengatur kecepatan
pengelasan
10. Alat bantu kecepatan pengelasan
11. Tuas pengunci
12. Lintasan gerak alat bantu kecepatan
pengelasan
13. Logam induk pelat baja St37
14. Meja kerja
Prosedur penelitian
1. Pembuatan benda kerja. Material
dipotong dengan dimensi 150 mm
x 125 mm sebanyak 5 buah,
masing masing dengan kampuh
60o.
2. Pengelasan benda kerja dengan
welder bersertifikat.
3. Pendinginan dengan suhu ruangan
4. Membuat benda kerja untuk
spesimen
pengujian
bending
menurut standar AWS B4-0.
5. Pengujian
bending
dengan
spesimen sebanyak 15 buah.
6. Pengambilan data dan beban
maksimal spesimen uji.
7. Pembuatan spesimen untuk foto
mikro.
8. Pengambilan data.
9. Mengolah data hasil pengujian.
10. Menyimpulkan
data
hasil
pengujian.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1 Beban maksimum dari hasil
pengujian bending dengan variasi arus
pengelasan:
Pengulangan
1
2
3
Rata-rata

120A

140A

19,7 kN
20,7 kN
19,1 kN
19,9 kN

16,7 kN
17,1 kN
17,9 kN
17,03 kN

Arus Pengelasan
160A
180A
12,8 kN
13,6 kN
13,3 kN
13,23 kN

Tabel 2 Tegangan bending


Arus
Beban
pengelasan
maksimum
(kN)
120 A
19,9
140 A
17,03
160 A
13,23
180 A
11,7
200 A
11,17

200A

12,7 kN
11,7 kN
10,7 kN
11,7 kN

11 kN
11,2 kN
11,3 kN
11,17 kN

Tegangan
bending
(N/mm2)
704,46
602,98
468,46
414,18
395,3

Dari tabel hasil pengujian bending


diatas, dapat dibuat grafik hubungan antara
kuat arus terhadap tegangan bending dari
hasil pengelasan GMAW pada pelat baja
St37 dapa dilihat digambar 7
750
600
450
Tegangan Bending (N/mm2)300
150
0
120
kuat arus (ampere)

Gambar 7 Grafik hubungan antara variasi


arus pengelasan dan tegangan bending
Dari gambar 7 grafik hubungan
arus dengan tegangan bending menunjukan
penurunan tegangan bending seiring
naiknya arus pengelasan. Tegangan
tertinggi ada pada arus 120 ampere yaitu
dengan tegangan 704, 46 N/mm2, dan
tegangan terendah ada pada arus 200
ampere dengan tegangan 395,3 N/mm2.

Hal ini disebabkan karena pada arus 200


ampere memiliki heat input yang pailng
besar bisa dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Heat input
No
.

1
2
3
4
5

Arus
(ampere)

V
(cm/menit
)

E
(volt)

H
(J/mm)

120
140
160
180
200

9
9
9
9
9

25
25
25
25
25

2000
2333
2667
3000
3333

Hal ini akan mempengaruhi laju


pendinginan, semakin besar masukan
panas akan membutuhkan waktu lebih
lama untuk pendinginan. Bisa dilihat pada
tabel bahwa pada variasi arus 200 ampere
memiliki heat input paling besar dan
menyebabkan proses pendinginan semakin
lama.
Tabel 4 Waktu pendinginan
Arus
Heat
Lama
(amper input
pendingin
e)
(J/mm) an (s)
120
2000
47,215
140
2333
59,974
160
2667
73, 024
180
3000
85,903
200
3333
98,391
Proses pendinginan pada tabel 4,
merupakan perhitungan teoritis Rosenthal
pendinginan dari 800oC sampai dengan
500oC karena pada temperatur dibawah
500oC sudah tidak mengalami perubahan
struktur mikro.

7
pembentukan pearlite. Tetapi pada arus
200 ampere persentase pearlite hanya 25
% dan sisinya berupa ferrite mendominasi
karena pada saat heat input yang tinggi
menyebabkan pembentukan HAZ yang
melebar dan membuat semakin lama
proses pendinginan.

Gambar 8 Struktur mikro daerah HAZ


Tabel 5 Persentase pearlite yang terbentuk
Arus (Ampere)
Persentase Pearlite
120
59%
140
46%
160
35%
180
29%
200
25%

80
60
Persentase (%)

40
20
0

Arus (ampere)

KESIMPULAN
Dari pembahasan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pada pengelasan dengan variasi
arus pada pelat baja St37
disimpulkan tegangan bending
tertinggi ada pada arus 120 ampere
dengan 704,46 N/mm2 dengan
masukan panas 2000 J/mm dan
tegangan bending terendah ada
pada arus 200 ampere dengan
masukan panas 3333 J/mm.
Disebabkan karena arus yang besar
membuat masukan panas semakin
besar sehingga untuk proses
pendinginan
sampai
dengan
temperatur 500oC lebih lama.
2. Perubahan struktur mikro yang
terjadi pada daerah HAZ akibat
variasi arus adalah adanya beda
perbandingan antara distribusi
ferrite dan pearlite. Dimana pada
120 ampere terbentuk pearlite yang
lebih banyak dibandingkan dengan
yang lainnya tetapi pada 200
ampere grain boundary ferrite
yang lebih banyak ditemukan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Wiryosumarto, Harsono & Toshie

Gambar 9 Grafik Hubungan antara arus


terhadap
persentase
pearlite
yang
terbentuk.

Okumura; 1996: Teknologi Pengelasan

Pada gambar 8 dapat dilihat


perubahan yang terjadi struktur mikro pada
daerah HAZ, pada arus 120 ampere
terdapat 59% pearlite yang disebabkan
karena pendinginan yang berada difase

Concept

Logam; PT. Pradya Paramita; Jakarta


[2] Funderburk, R. Scott; 1999; Key of
in

Welding

Engineering;

Welding Innovation Vol. XVI, No. 1, New


York, USA

8
[3] Welding handbook, Vol. 1, 8th

[5] ASTM E190-90.2000. Standart Test

Edition. American Welding Society; 1987.

Method for Guided Bend Test for

[4] Surdia, Tata. 1995. Pengetahuan

Ductility of Welds. ASTM International

Bahan
Paramita

Teknik.

Jakarta;

PT. Pradya

Anda mungkin juga menyukai