BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pada roda gigi lurus, sehingga perpindahan momen atau putaran melalui gigi-
gigi tersebut dapat berlangsung dengan halus. Sifat ini sangat baik untuk
mentransmisikan putaran tinggi dan beban besar. Namun, roda gigi miring
memerlukan bantalan aksial dan kotak roda gigi yang besar dan kokoh, karena
jalur gigi yang terbentuk ulir tersebut menimbulkan gaya reaksi yang sejajar
dengan poros. Roda gigi ini m1ampu mentransmisikan daya sebesar 25000 –
67000 HP pada rpm lebih dari 2500.
Gaya aksial lebih besar sehingga memerlukan bantalan aksial dan roda gigi
yang kokoh.
a. Roda Gigi Kerucut Lurus
Dengan gigi lurus adalah yang paling mudah dibuat dan paling sering
dipakai. Tetapi roda gigi ini sangat berisik karena perbandingan kontaknya yang
kecil juga konstruksinya tidak memungkinkan pemasangan bantalan pada kedua
ujung porosnya.
8. Clearance circle
Lingkaran yang bersinggungan dengan linkaran addendum dari gigi
yang berpasangan.
9. Bottom land
Permukaan bagian bawah gigi.
10. Sisi kaki (flank of tooth)
Permukaan gigi dibawah lingkaran pitch.
11. Sisi kepala (face of tooth)
Permukaan gigi diatas lingkaran pitch.
12. Lingkaran pitch (pitch circle)
Lingkaran khayal yang menggelinding tanpa terjadinya slip. Lingkaran ini
merupakan dasar untuk memberikan ukuran-ukuran gigi seperti tebal gigi,
jarak antara gigi, dan lain-lain.
13. Width of space
Tebal ruang antara roda gigi diukur sepanjang lingkaran pitch.
14. Outside circle
Lingkaran kepala gigi, yaitu lingkaran yang membatasi gigi.
15. Puncak kepala (top land)
Permukaan di puncak gigi.
Kurva sikloida adalah kurva yang dibentuk oleh sebuah titik pada sebuah
lingkaran yang menggelinding pada sebuah jalur gelinding. Dari keadaan konstruksi
pasangan roda gigi, maka kurva sikloida dapat berupa:
a. Orthosikloida, lingkaran menggelinding pada jalur gelinding berupa garis lurus.
b. Episikloida, lingkaran menggelinding pada jalur gelinding berupa sisi luar
lingkaran.
c. Hiposikloida, lingkaran menggelinding pada jalur gelinding berupa sisi dalam
lingkaran.
Profil sikloida bekerja berpasangan dan dengan jarak sumbu yang presisi,
sehingga tidak dapat dipertukarkan dengan mudah, kecuali yang dibuat berpasangan
yang sama. Keuntungan penggunaan profil sikloida:
Mampu menerima beban yang lebih besar.
Keausan dan tekan yang terjadi lebih kecil.
Cocok digunakan untuk penggunaan presisi.
Jumlah gigi dapat dibuat lebih sedikit.
3. Gaya – Gaya Yang Terjadi pada Roda Gigi
Gaya – gaya yang terjadi pada gear antara lain :
1. Gaya Radial
Gaya radial yang bekerja menuju subu roda gigi tegak lurus terhadap lingkaran
jarak bagi dan terhadap gaya tangensial. Gaya ini cenderung menciptakan gaya
saling dorong diantara dua roda gigi.
2. Gaya Tangensial
Gaya tangensial yang bekerja dalam bidang lintang dan menyinggung lingkaran
jarak bagi roda gigi miring dan yang menyebabkan torsi ditransmisikan dari roda
gigi yang digerakkan.
2.2 Pulley
2.2.1 Definisi Pulley
Suatu alat yang digunakan untuk mentransmisikan daya dari satu poros ke poros
yang lainnya melalui perantara belt (sabuk) atau tali. Pulley dapat terbuat dari besi
cor, baja cor, baja tekan, kayu, dan kertas. Bahan material yang digunakan harus
memiliki koefsien gesek yang tinggi dan kemampupakaian yang baik (nilai keausan
rendah). Pulley yang dibuat dari baja press lebih ringan dibandingkan degan pulley
cor, tetapi dalam banyak kasus memiliki nilai koefisien gesek yang rendah dan dapat
dengan mudah aus.
a. Macam-macam pulley:
1. Pulley besi cor
2. Pulley kayu
Tabel 2.1
Lebar standar pulley
1. Kecepatan belt.
2. Tarikan belt yang ditempatkan pada pulley.
3. Luas kontak antara belt dan pulley terkecil.
4. Kondisi belt yang digunakan.
Pemilihan belt yang akan dipasang pada pulley tergantung pada faktor
sebagai berikut:
1. Kecepatan poros penggerak dan poros yang digerakkan
2. Rasio kecepatan reduksi
3. Daya yang ditransmisikan
4. Jarak antara pusat poros
5. Layout poros
6. Ketersedian tempat
7. Kondisi pelayanan
2. V-Belt (belt bentuk V). Seperti ditunjukkan pada Gambar 2.16 (b), adalah banyak
digunakan dalam pabrik dan bengkel dimana besarnya daya yang ditransmisikan
berukuran besar dari pulley yang satu ke pulley yang lain ketika jarak dua pulley
adalah sangat dekat.
3. Circular belt atau rope (belt bulat atau tali). Seperti ditunjukkan pada Gambar 2.16
(c), adalah banyak digunakan dalam pabrik dan bengkel dimana besarnya daya
yang ditransmisikan berukuran besar dari pulley yang satu ke pulley yang lain
ketika jarak dua pulley adalah lebih dari 8 meter.
Tabel 2.2
Material Belt dan Density
Tabel 2.3 menunjukkan nilai koefisien gesek untuk material belt dan
material pulley.
Tabel 2.3
Koefisien Gesek antara Belt dan Pulley
2. Crossed atau twist belt drive (penggerak belt silang) seperti ditunjukkan pada
gambar dibawah, belt jenis ini digunakan dengan poros sejajar dari perputaran
dalam arah yang berlawanan. Dalam kasus ini, penggerak menarik belt dari sisi satu
(yakni sisi RQ) dan meneruskan ke sisi lain (yakni sisi LM) jadi tarikan pada belt
RQ akan lebih besar daripada belt LM. Belt RQ (karena tarikan lebih)
dinamakan tight side sedangkan belt LM (karena tarikan kecil) dinamakan slack
side.
3. Quarter turn belt drive (penggerak belt belok sebagian) mekanisme transmisi dapat
dilihat dari gambar berikut. Untuk mencegah belt agar tidak keluar/lepas dari puli,
maka lebar permukaan puli harus lebih besar atau sama.
4. Belt with idler pulley (penggerak dengan puli penekan) dinamakan juga jockey
pulley drive, digunakan dengan poros parallel dan ketika open belt drive tidak dapat
digunakan akibat sudut kontak yang kecil pada pulley terkecil. Jenis ini diberikan
untuk mendapatkan rasio kecepatan yang tinggi dan ketika tarikan belt
yang diperlukan tidak dapat diperoleh dengan cara lain.
7. Fast and loose pulley drive (penggerak puli longgar atau bertingkat)
digunakan ketika poros mesin (poros yang digerakkan) dimiliki atau diakhiri kapan
saja diinginkan tanpa mengganggu poros penggerak. Pulley yang dikunci ke poros
mesin dinamakan fast pulley dan berputar pada kecepatan yang sama seperti poros
mesin. Loose pullley berputar secara bebas pada poros mesin dan tidak mampu
mentransmisikan daya sedikitpun. Ketika poros mesin dihentikan, belt ditekan
ke loose pulley oleh perlengkapan batang luncur (sliding bar)
Rantai lebih banyak digunakan untuk mentransmisikan daya dari poros satu
ke poros lain ketika jarak pusat antara poros adalah pendek seperti pada sepeda,
sepeda motor, mesin pertanian (traktor), konveyor, rolling mills, dan lain-lain. Rantai
bisa juga digunakan untuk jarak pusat yang panjang hingga 8 meter. Rantai digunakan
untuk kecepatan hingga 25 m/s dan untuk daya sampai 110 kW. Dalam beberapa
kasus, transmisi daya yang lebih tinggi juga memungkinkan menggunakan rantai.
Keuntungan:
1. Tidak slip selama rantai bergerak, di sini rasio kecepatan yang sempurna
dapat dicapai.
2. Karena rantai dibuat dari logam, maka rantai menempati ruang yang kecil
dalam lebar dari pada belt.
3. Dapat digunakan untuk jarak pusat yang pendek dan panjang.
4. Memberikan efisiensi transmisi yang tinggi (sampai 98%).
5. Memberikan beban yang kecil pada poros.
6. Mempunyai kemampuan untuk mentransmisikan gerak ke beberapa poros
hanya dengan satu rantai.
7. Mentransmisikan daya yang lebih besar dibanding belt.
8. Rasio kecepatan yang tinggi dari 8 sampai 10 dalam satu tahap.
9. Dapat dioperasikan pada kondisi atmosfir dan temperatur yang lebih besar.
Kerugian :
1. Biaya produksi rantai relatif lebih tinggi (harga lebih mahal).
2. Rantai membutuhkan pemasangan yang akurat dan perawatan yang hati
hati, pelumasan yang istimewa dan memperhatikan kelonggaran.
3. Rantai mempunyai fluktuasi kecepatan terutama ketika terlalu longgar.
gandar. Gandar ini hanya mendapat beban lentur, kecuali jika digerakkan oleh
penggerak mula dimana akan mengalami beban puntir juga.
Menurut bentuknya, poros dapat digolongkan atas poros lurus umum, poros
engkol sebagai poros utama dari mesin torak, dll, poros luwes untuk transmisi daya
kecil agar terdapat kebebasan bagi perubahan arah, dan lain-lain.
4. Korosi
Bahan-bahan tahan korosi (termasuk plastik) harus dipilih untuk poros
propeller dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif.
5. Bahan poros
Poros-poros yang dipakai untuk meneruskan putaran tinggi dan beban berat
umunnya dibuat dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang sangat tahan
terhadap keausan. Beberapa di antaranya adalah baja khrom nikel, baja khrom nikel
molibden, baja khrom, dll. (G4102, G4103, G4104, G4105). Sekalipun demikian
pemakaian baja paduan khusus tidak selalu dianjurkan jika alasannya hanya karena
putaran tinggi dan beban berat. Dalam hal demikian perlu dipertimbangkan
penggurangan baja karbon yang diberi perlakuan panas secara tepat untuk
memperoleh kekuatan yang diperlukan.
Gambar 2.35 (a) Alur Pasak Profil (b) Alur Pasak Luncuran
Sumber: Mott, L (2004,p.506)
b. Filet Bahu
Bila akan ada perubahan diameter pada poros untuk membuat bahu sebagai
pembatas dudukan sebuah elemen mesin, maka konsentrasi tegangan yang
diberikan bergantung pada rasio dari kedua diameter tersebut dan jari filet yang
dibuat. Disarankan agar jari-jari filet sebesar mungkin, tujuannya untuk
memperkecil konsentrasi tegangan, tetapi kadang-kadang rancangan roda gigi,
bantalan, atau elemen lain memengaruhi jari-jari yang dapat digunakan. Untuk
tujuan perancangan, kita mengelompokkan filet kedalam dua kategori: tajam
(Kt = 2,5) dan bulat halus (Kt = 1,5).
Gambar 2.36 (a) Contoh Filet Tajam (b) Contoh Filet Bulat Halus
Sumber: Mott, L (2004,p.507)
b. Bantalan aksial
Arah beban yang ditumpu oleh bantalan ini adalah sejajar dengan sumbu poros.
Adapun berbagai macam pasak, namun yang dibahas adalah pasak standar
(Standard flat key). Pemasangan pasak pada poros maupun roda yang disambungkan
dan dibuat alur pasak yang disesuaikan dengan ukuran pasak.
aromatik dalam minyak, karena kelarutan anilin, yang juga merupakan senyawa
aromatik menunjukkan adanya sejenis (aromatik) senyawa dalam minyak.
8. Neutralization Number
Dalam kimia, nilai asam (atau "nomor netralisasi" atau "angka asam" atau
"keasaman") adalah massa kalium hidroksida (KOH) dalam miligram yang
diperlukan untuk menetralkan satu gram zat kimia. Jumlah asam adalah ukuran dari
jumlah gugus asam karboksilat dalam senyawa kimia, seperti asam lemak, atau
campuran senyawa.
9. Ash (Abu)
Residu yang sulit terbakar dari minyak pelumas (juga bahan bakar) yang
ditentukan dengan ASTM D582 - D874 juga (sulfat ash). Beberapa adalah turunan
dari garam-garam logam atau senyawa, persentase abu telah dianggap memiliki
hubungan dengan deferensi.
BAB III
METODE PERANCANGAN
1. Recognition of Need
Pertama buat pernyataan keseluruhan dari masalah yang menjelaskan kebutuhan,
atau yang menjelaskan kenapa suatumesin direncanakan.
2. Synthesis (mechanisms)
Memilih mekanisme yang mungkin atau keseluruhan mekanisme yang akan
menghasilkan gerakan yang diinginkan.
3. Analysis of forces
Menentukan gaya yang bekerja pada tiap elemen dan daya yang ditransmisikan oleh
tiap elemen.
4. Material selection
Memilih material yang paling cocok untuk tiap elemen.
5. Design of elements (size and stress)
Menentukan ukuran dari tiap elemen berdasarkan gaya yang bekerja dan tegangan
ijin dari material yang digunakan. Harus diperhatikan bahwa tiap elemen tidak
mengalami defleksi atau deformasi melebihi batas yang diijinkan.
6. Modification
Memodifikasi ukuran dari tiap elemen untuk menyesuaikan dengan standar yang
ada. Dan juga untuk mengurangi biaya produksi.
7. Detailed drawing
Menggambar tiap elemen secara detail dengan gambar assembly dari mesin dengan
spesifikasi keseluruhan untuk proses manufaktur.
8. Production
Komponen sesuai dengan gambar yang telah dibuat diproduksi.
Addendum = 1 x M
Dedendum = 1.25 x M
Working depth = 2 x M
Minimum of total depth = 2.25 x M
Tooth thickness = 1.5708 x M
Minimum clearance = 0.25 x M
Fillet radius at root = 0.4 x M
- Dp = M x Tp
- Dg = M x Tg
- V = π.Dp.np/60
3
- Cv =
3+𝑣
0.912
- Yp = 0.154 −
𝑇𝑝
0.912
- Yg = 0.154 −
𝑇𝑔
- Tabel 28.10, Cs = 1,25
𝑃𝑥
- Wt = 𝑥𝐶𝑠
𝑣
𝑊𝑡
- b==
𝜎𝑜.𝐶𝑣.𝜋.𝑚.𝑌𝑝
- WD = Wt + Wi
21.𝑣(𝑏.𝐶+𝑊𝑡)
= 𝑊𝑡 +
21.𝑣+ √𝑏.𝐶+𝑊𝑡
(𝜎𝑒𝑠 )2 𝑠𝑖𝑛𝜃 1 1
- K= ( + )
1,4 𝐸𝑝 𝐸𝑔
2.𝑉𝑅
- Q=
𝑉𝑅+1
- Ws = σe.b.π.m.Yp
- Ww = Dp.b.Q.K
𝑛1 𝑑2
= 𝑑1
𝑛2
𝑑2−𝑑1
Sinα = 2𝑥
- X = jarak antar pusat pulley
𝜋.d1.n1
- V=
60
𝑟2−𝑟1 2
-
L = π(r2 + r1) + 2x +( )
𝑥
- M = A. L. 𝛾
-
Tc = M. V2
- T = 𝜎.A
- P = (T1-T2).v
Daya motor
- X = 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑏𝑒𝑙𝑡
Addendum = 1 x M
Dedendum = 1.25 x M
Working depth = 2 x M
Minimum of total depth = 2.25 x M
Tooth thickness = 1.5708 x M
Minimum clearance = 0.25 x M
Fillet radius at root = 0.4 x M
- Dp = M x Tp
- Dg = M x Tg
- V = π.Dp.np/60
3
- Cv =
3+𝑣
0.912
- Yp = 0.154 −
𝑇𝑝
0.912
- Yg = 0.154 −
𝑇𝑔
- Tabel 28.10, Cs = 1,25
𝑃𝑥
- Wt = 𝑥𝐶𝑠
𝑣
𝑊𝑡
- b==
𝜎𝑜.𝐶𝑣.𝜋.𝑚.𝑌𝑝
- WD = Wt + Wi
21.𝑣(𝑏.𝐶+𝑊𝑡)
= 𝑊𝑡 +
21.𝑣+ √𝑏.𝐶+𝑊𝑡
(𝜎𝑒𝑠 )2 𝑠𝑖𝑛𝜃 1 1
- K= ( + )
1,4 𝐸𝑝 𝐸𝑔
2.𝑉𝑅
- Q=
𝑉𝑅+1
- Ws = σe.b.π.m.Yp
- Ww = Dp.b.Q.K
𝑝 𝑥 60
- 𝑇=
2𝜋𝑁
2𝑇
- 𝐹𝑡 = 𝐷
𝐹𝑡
- 𝑊 = 𝐶𝑜𝑠𝛼
𝑊𝐿
- 𝑀= 4
- 𝑇𝑒 = (√𝑀2 + 𝑇 2 )
- 𝑤 = 𝑣 . 𝑥 . 𝑊𝑟 + 𝑦. 𝑊𝑎
- 𝐿 = 60 . 𝑁 . 𝐿ℎ
𝐿90 1/𝑘
- 𝐶 = 𝑤( )
106
BAB IV
PERHITUNGAN
VR = 0,5
3. Mencari jumlah gigi gear
TG = 2. 18
TG = 36
4. Mencari service factor
Pada tabel 28.10 values of service factor
Tipe beban = steady
Tipe service = 8-10 hours per day
service factor, Cs = 1,00
5. Mencari tooth form factor for the pinion
0,912
𝑦𝑝 = 0,154 − 𝑇𝑝
0,912
𝑦𝑝 = 0,154 −
18
𝑦𝑝 = 0,1033
0,912
𝑦𝐺 = 0,154 −
36
𝑦𝐺 = 0,1286
7. Mencari module
𝜋𝐷𝑝 𝑛𝑝 𝜋 𝑚 𝑇𝑝 𝑁𝑝
𝑣= =
60 60
3,14. 𝑚. 18.1420
𝑣=
60
𝑣 = 1337,64 𝑚 mm/s
𝑣 = 1,34 𝑚 m/s
𝑃
𝑊𝑇 = 𝑥 𝐶𝑠
𝑣
1,491
𝑊𝑇 = 𝑥 1,00
1,34𝑚
1,111
𝑊𝑇 = 𝑁
𝑚
3
𝐶𝑣 =
3+𝑣
3
𝐶𝑣 =
3 + 1,34 𝑚
𝜎𝑜𝑝 𝑥 𝑦𝑝 = 56 𝑥 0,1033 = 5,7848
𝜎𝑜𝐺 𝑥 𝑦𝐺 = 70 𝑥 0,1286 = 9,002
Lewis equation
𝑊𝑇 = 𝜎𝑤𝑝 𝑏 𝜋 𝑚 𝑦𝑝 = (𝜎𝑜𝑝 𝑥 𝐶𝑣 )𝑏 𝜋 𝑚 𝑦𝑝
1,111 3
= 56 14𝑚 𝑥 𝜋𝑚 𝑥 0,1033
𝑚 3 + 1,34 𝑚
3 + 1,34 𝑚 = 0,218 𝑚3
𝑚 = 2 (𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑡)
8. Menghitung diameter pinion dan gear
𝐷𝑝 = 𝑚 𝑇𝑝
𝐷𝑝 = 2 . 18
𝐷𝑝 = 36 mm
𝐷𝐺 = 𝑚 𝑇𝐺
𝐷𝐺 = 2 . 36
𝐷𝐺 = 72 mm
9. Mencari velocity
𝜋𝐷𝑝 𝑛𝑝
𝑣=
60
3,14.36.1420
𝑣=
60
mm
𝑣 = 2675,28 = 2,675 m/s
s
10. Mencari velocity factor
3
𝐶𝑉 =
(3 + 𝑣)
3
𝐶𝑉 =
(3 + 2,675)
𝐶𝑉 = 0,528
11. Mencari beban tangensial
𝑃
𝑊𝑡 = (𝑣 )𝐶𝑆
1.491
𝑊𝑡 = (2,675) 1,00
𝑊𝑡 = 556,95 𝑁
Dimana :
P = Daya
CS = value of service factor
12. Mencari face width
𝑏 = 14 𝑚
𝑏 = 14 . 2
𝑏 = 28 mm
13. Ratio factor
(2𝑉𝑅)
𝑄 = (𝑉𝑅+1)
2.0,5
𝑄=
(0.5 + 1)
𝑄 = 0.667
Dimana :
VR = velocity ratio
d2 = 96,8 mm
Dimana:
X = jarak antar pusat pulley, diputuskan harga x adalah 500 mm
𝑑2−𝑑1
Sinα = 2𝑥
96,8−75
Sinα = 2.500
Sinα = 0,0218
α = 4,3 °
Ө = (180 – x 2)˚
Ө = (180 – 4,3° x 2)˚
Ө = 171,4°
Ө = 2,991 rad
4. Menghitung kecepatan belt
𝜋.d1.n1
V= 60
3,14.0,075.710
V= 60
V = 2,787 m/s
5. Menentukan panjang belt
Menentukan radius pada pulley kecil
r1 = 𝑑1⁄2
r1 = 75⁄2
r1 = 37,5 mm
Menentukan radius pada pulley besar
r2 = 𝑑2⁄2
r2 = 96,8 ⁄2
r2 = 48,4 mm
𝑟2−𝑟1 2
L = π(r2 + r1) + 2x +( )
𝑥
48,4−37,5 2
L = 3,14(48,4 + 37,5) + 2.500 +( )
500
L = 269,72+1000+0,00047
L = 1269,72 mm
L = 1433 mm (standart)
X = 1,402 (3 V )
Material belt = rubber
Memiliki flexibilitas yang tinggi
Mengurangi terjadinya slip
Mudah dibuat tak berujung
Tetap bekerja dengan baik meskipun basah
Tahan lama
Material Pulley = Dry cast iron
Memiliki koefisien gesek yang cukup tinggi (0,3) jika dipasangkan dengan
belt bermaterial karet, sehingga tegangannya akan lebih besar dan daya
yang ditransmisikan akan besar pula.
B. Desain Pulley dan Belt
(Terlampir)
350
VR = 550
VR = 0,6
3. Mencari jumlah gigi gear
TG = 1,5. 18
TG = 27
4. Mencari service factor
Pada tabel 28.10 values of service factor
Tipe beban = steady
Tipe service = 8-10 hours per day
service factor, Cs = 1,00
5. Mencari tooth form factor for the pinion
0,912
𝑦𝑝 = 0,154 − 𝑇𝑝
0,912
𝑦𝑝 = 0,154 −
18
𝑦𝑝 = 0,1033
6. Mencari tooth form factor for the gear
0,912
𝑦𝐺 = 0,154 − 𝑇𝐺
0,912
𝑦𝐺 = 0,154 −
27
𝑦𝐺 = 0,1202
7. Mencari module
𝜋𝐷𝑝 𝑛𝑝 𝜋 𝑚 𝑇𝑝 𝑁𝑝
𝑣= =
60 60
3,14. 𝑚. 18.550
𝑣=
60
𝑣 = 518,1 𝑚 mm/s
𝑣 = 0,518 𝑚 m/s
𝑃
𝑊𝑇 = 𝑥 𝐶𝑠
𝑣
1491
𝑊𝑇 = 𝑥 1,00
0,518𝑚
2878
𝑊𝑇 = 𝑁
𝑚
3
𝐶𝑣 =
3+𝑣
3
𝐶𝑣 =
3 + 0,518 𝑚
𝜎𝑜𝑝 𝑥 𝑦𝑝 = 56 𝑥 0,1033 = 5,7848
𝜎𝑜𝐺 𝑥 𝑦𝐺 = 70 𝑥 0,1202 = 8,414
Lewis equation
𝑊𝑇 = 𝜎𝑤𝑝 𝑏 𝜋 𝑚 𝑦𝑝 = (𝜎𝑜𝑝 𝑥 𝐶𝑣 )𝑏 𝜋 𝑚 𝑦𝑝
2878 3
= 56 14𝑚 𝑥 𝜋𝑚 𝑥 0,1033
𝑚 3 + 0,518 𝑚
3 + 0,518 𝑚 = 0,844 𝑚3
𝑚 = 1,6
𝑚 = 2 (𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑡)
8. Menghitung diameter pinion dan gear
𝐷𝑝 = 𝑚 𝑇𝑝
𝐷𝑝 = 2. 18
𝐷𝑝 = 36 mm
𝐷𝐺 = 𝑚 𝑇𝐺
𝐷𝐺 = 2. 27
𝐷𝐺 = 54 mm
9. Mencari velocity
𝜋𝐷𝑝 𝑛𝑝
𝑣=
60
3,14.36.550
𝑣=
60
mm
𝑣 = 1036,2 = 1,036 m/s
s
10. Mencari velocity factor
3
𝐶𝑉 =
(3 + 𝑣)
3
𝐶𝑉 =
(3 + 1,036)
𝐶𝑉 = 0,743
11. Mencari beban tangensial
𝑃
𝑊𝑡 = (𝑣 )𝐶𝑆
1,491
𝑊𝑡 = (1,036)1
𝑊𝑡 = 1437,95 𝑁
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GENAP 2017/2018
62
Dimana :
P = Daya
CS = value of service factor
12. Mencari face width
𝑏 = 14 𝑚
𝑏 = 14.2
𝑏 = 28 mm
13. Ratio factor
(2𝑉𝑅)
𝑄 = (𝑉𝑅+1)
2.0,6
𝑄=
(0.6 + 1)
𝑄 = 0.778
Dimana :
VR = velocity ratio
14. Menghitung distance between centre
𝐷𝐺 𝐷𝑝
𝐿= +
2 2
54 36
𝐿= +
2 2
𝐿 = 45 mm
Material pinion = Cast iron, ordinary
Material Gear = Cast iron, medium grade
Addendum = 1 m = 2 mm
Dedendum = 1,25 m = 2,5 mm
Working depth = 2 m = 4 mm
Minimum total depth = 2,25 m = 4,5 mm
Tooth thickness = 1,5708 m = 3,1416 mm
Minimum clearance = 0,25 m = 0,5 mm
Fillet radius at root = 0,4 m = 0,8 mm
B. Desain Spur Gear 2
(Terlampir)
Dpinion1 = 36 mm
P = 2 hp = 1,491 kW
N1 = 1420 rpm
1. Hitung torsi pada poros
𝑃. 60 1491 𝑥 60
𝑇= = = 10025,12 𝑁𝑚𝑚
2𝜋𝑛1 2 𝑥 3,14 𝑥 1420
𝑇 10025,12
Wpinion = 𝑅 = = 556,95 N
18
𝑇1
2,3 log [𝑇2] = 0,28
𝑇1 0,28 𝑥 3,14
log [𝑇2] = 2,3
𝑇1
log [𝑇2] = 0,3823
𝑇1
[𝑇2] = 2,4113
556,95
T2 = = 230,97 N
2,411
𝑇𝑒 = √𝑀2 + 𝑇 2
𝑇𝑒 = √50.140,452 + 5867,6532
𝑇𝑒 = 50.482,61 𝑁𝑚𝑚
𝜋
𝑇𝑒 = 𝑥 𝜏 𝑥 𝑑3
16
3,14
50.482,61 = 𝑥 56 𝑥 𝑑3
16
𝑑 = 16,623 𝑚𝑚
50140.45
B. Desain Poros 1
(Terlampir)
Dpulley = 75 mm = C
Dgear = 72 mm = D
P = 2 hp = 1,491 kW
Tp = 18
N2 = 710 rpm
1. Hitung torsi pada poros 2
𝑃. 60 1491 𝑥 60
𝑇= = = 20.050,24 𝑁𝑚𝑚
2𝜋𝑛2 2 𝑥 3,14 𝑥 710
𝑇 20.050,24
Wpulley 2= 𝑅 = = 534,67 N
37,5
𝑇1
2,3 log [𝑇2] = 0,28
𝑇1 0,28 𝑥 3,14
log [ ] =
𝑇2 2,3
𝑇1
log [𝑇2] = 0,3823
𝑇1
[𝑇2] = 2,4113
534,67
T2 = = 221,73 N
2,411
Beban horisontal di C = 0
5. RAV + RBV = 756,40 N
RBV x 400 = 756,40 x 100
RBV = 189,10 N
RAV = 756,40 – 189,10
RAV = 567,30 N
BM di C MCV = RAV x 200
MCV = 567,30 x 100
MCV = 56730,34 Nmm
BM di D MDV = RBV x 200
MDV = 189,10 x 100
MDV = 18910,11 Nmm
6. RAH + RBH = 787,95 N
RBH x 400 = 787,95 x 300
RBH = 590,96N
RAH = 196,99 N
BM di C MCH = RAH x 100
MCH = 196,99 x 100
MCH = 19698,78 Nmm
BM di D MDH = RBH x 100
MDH = 590,96 x 100
MDH = 59096,34 Nmm
Resultan BM di C
𝑀𝑐 = √𝑀𝑐𝑣 2 + 𝑀𝑐𝐻 2
𝑀𝑐 = √56730,342 + 19698,782
𝑀𝑐 = 60053,09 𝑁𝑚𝑚
Resultan BM di D
𝑀𝐷 = √𝑀𝐷𝑣 2 + 𝑀𝐷𝐻 2
𝑀𝐷 = √18910,112 + 59096,342
𝑀𝐷 = 62048,12 𝑁𝑚𝑚
Maksimal bending momen =62048,12 Nmm
𝑇𝑒 = √𝑀2 + 𝑇 2
𝑇𝑒 = √62048,122 + 11735,312
𝑇𝑒 = 63148,14 𝑁𝑚𝑚
𝜋
𝑇𝑒 = 𝑥 𝜏 𝑥 𝑑3
16
3,14
63148,14 = 𝑥 140 𝑥 𝑑 3
16
𝑑 = 13,20 𝑚𝑚
56730,34
59096,34
B. Desain Poros
(Terlampir)
Dpinion= 36 mm = C
Dpulley = 96,8 mm = D
P = 2 hp = 1,491 kW
Tp = 18
N3 = 100 rpm
1. Hitung torsi pada poros 3
𝑃. 60 1491 𝑥 60
𝑇= = = 25883,03 𝑁𝑚𝑚
2𝜋𝑛2 2 𝑥 3,14 𝑥 550
𝑇 25883,03
Wgear1= 𝑅 = = 534,773 N
48,4
𝑇1
2,3 log [𝑇2] = 0,28
𝑇1 0,28 𝑥 3,14
log [𝑇2] = 2,3
𝑇1
log [𝑇2] = 0,3823
𝑇1
[𝑇2] = 2,4113
534,773
T2 = = 221,773 N
2,411
𝑀𝑐 = √𝑀𝑐𝑣 2 + 𝑀𝑐𝐻 2
𝑀𝑐 = √567412 + 283782
𝑀𝑐 = 63441,72 𝑁𝑚𝑚
Resultan BM di D
𝑀𝐷 = √𝑀𝐷𝑣 2 + 𝑀𝐷𝐻 2
𝑀𝐷 = √18913,7 2 + 28377,602
𝑀𝐷 = 172572,16 𝑁𝑚𝑚
Maksimal bending momen = 172572,16 Nmm
7. Equivalent twisting moment
𝑇𝑒 = √𝑀2 + 𝑇 2
𝑇𝑒 = √172572,162 + 15149,2142
𝑇𝑒 = 173235,82 𝑁𝑚𝑚
𝜋
𝑇𝑒 = 𝑥 𝜏 𝑥 𝑑3
16
3,14
173235,82 = 𝑥 196 𝑥 𝑑 3
16
𝑑 = 16,51 𝑚𝑚
B. Desain Poros 3
(Terlampir)
Dgear = 54 mm = C
P = 2 hp = 1,491 kW
Tp = 18
N4 = 350 rpm
1. Hitung torsi pada poros 3
𝑃. 60 1491 𝑥 60
𝑇= = = 40673,34 𝑁𝑚𝑚
2𝜋𝑛2 2 𝑥 3,14 𝑥 350
𝑇 40673,34
Wgear2= 𝑅 = = 1506,42 N
27
𝑇1
2,3 log [𝑇2] = 0,28
𝑇1 0,28 𝑥 3,14
log [𝑇2] = 2,3
𝑇1
log [𝑇2] = 0,3823
𝑇1
[𝑇2] = 2,4113
1506,42
T2 = = 624,72 N
2,411
𝑇𝑒 = √𝑀2 + 𝑇 2
𝑇𝑒 = √142075,982 + 23805,912
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GENAP 2017/2018
74
𝑇𝑒 = 144056,60 𝑁𝑚𝑚
𝜋
𝑇𝑒 = 𝑥 𝜏 𝑥 𝑑3
16
3,14
144056,60 = 𝑥 56 𝑥 𝑑3
16
𝑑 = 23,58 𝑚𝑚
142075,98
B. Desain Poros 4
(Terlampir)
𝑇 = 1745,42 𝑙 𝑁𝑚𝑚
𝜋
𝑇= 𝑥 𝜏 𝑥 𝑑3
16
3,14
𝑇= 𝑥 42 𝑥 16,623
16
𝑇 = 37860,57 𝑁𝑚𝑚
𝑇 = 1745,42 𝑙
37860,57 = 1745,42 𝑙
𝑙 = 21,69 𝑚𝑚
𝑡 d
𝑇=𝑙. . σc .
2 2
5 16,62
𝑇 = 𝑙 𝑥 𝑥 105 𝑥
2 2
𝑇 = 2181,77 𝑙 𝑁𝑚𝑚
𝑙 = 17,35 𝑚𝑚
Dipilih yang paling kecil
𝑙 = 17,35 𝑚𝑚
B. Desain Pasak pada Poros 1
(Terlampir)
𝑇 = 1386 𝑙 𝑁𝑚𝑚
𝜋
𝑇= 𝑥 𝜏 𝑥 𝑑3
16
3,14
𝑇= 𝑥 42 𝑥 13,203
16
𝑇 = 18957,5 𝑁𝑚𝑚
𝑇 = 1386 𝑙
18957,5 = 1386 𝑙
𝑙 = 13,68 𝑚𝑚
𝑡 d
𝑇=𝑙. . σc .
2 2
5 13,2
𝑇 = 𝑙 𝑥 . 𝑥 105 𝑥
2 2
𝑇 = 1732,50 𝑙 𝑁𝑚𝑚
𝑙 = 10,94 𝑚𝑚
Dipilih yang paling kecil
𝑙 = 10,94 𝑚𝑚
B. Desain Pasak pada Poros 2
(Terlampir)
𝑇 = 1733,55 𝑙 𝑁𝑚𝑚
𝜋
𝑇= 𝑥 𝜏 𝑥 𝑑3
16
3,14
𝑇= 𝑥 42 𝑥 16,513
16
𝑇 = 37093,7 𝑁𝑚𝑚
𝑇 = 1565,55 𝑙
37093,7 = 1733,55 𝑙
𝑙 = 21,40 𝑚𝑚
𝑡 d
𝑇=𝑙. . σc .
2 2
5 16,51
𝑇 = 𝑙 𝑥 𝑥 70 𝑥
2 2
𝑇 = 1444,63 𝑙 𝑁𝑚𝑚
𝑙 = 25,7 𝑚𝑚
Dipilih yang paling kecil
𝑙 = 21.40 𝑚𝑚
B. Desain Key / Pasak
(Terlampir)
𝑇 = 2475,9 𝑙 𝑁𝑚𝑚
𝜋
𝑇= 𝑥 𝜏 𝑥 𝑑3
16
3,14
𝑇= 𝑥 42 𝑥 23,583
16
𝑇 = 108066 𝑁𝑚𝑚
𝑇 = 2475,9 𝑙
108066 = 2475,9 𝑙
𝑙 = 43,65 𝑚𝑚
𝑡 d
𝑇=𝑙. . σc .
2 2
5 23,58
𝑇 = 𝑙 𝑥 𝑥 196 𝑥
2 2
𝑇 = 5777,1 𝑙 𝑁𝑚𝑚
𝑙 = 18,71 𝑚𝑚
Dipilih yang paling kecil
𝑙 = 18,71 𝑚𝑚
𝑋 = 0,56
Tabel 27.4 Khurmi & Gupta
Y = 1,2
W = 0,56 x 1 x 10000 + 1,2 x 4000
W = 11200 N
4. Dari buku Khurmi tabel 27.5, kita mengetahui bahwa service factor ( Ks), Rating
dari basic dynamic load dapat dicari dengan
1
1278 𝑥 106 3
𝐶 = 11200 [ ]
106
𝐶 = 112860,93 𝑁
𝐶 = 112,9 𝑘𝑁
Dimana
K = 3 untuk bearing bola
Dipilih nomor 414
C0 = 102000 N
C = 112000 N
𝑊𝐴 10000
= 102000 = 0,09
𝐶0
𝑋 = 0,56
Y = 1,6
W = X.V.WR + Y.WA
W = 0,56 x 1 x 10000 + 1,4 x 4000 = 12000 N
1
1278 𝑥 106 3
𝐶 = 12000 [ ]
106
𝐶 = 121542,54 𝑁
𝐶 = 121,5 𝑘𝑁
Dipilih nomor 415
B. Desain Bearing1
(Terlampir)
1. Hidup Bearing
LH = tahun x hari per tahun x jam perhari
LH = 5 x 300 x 10
LH = 15000 jam
2. Hidup Bearing menurut putaran
L = 60 x N x LH
L = 60 x 710 x 15000
L = 639 x 106 rev
3. Dynamic Load :
W = X.V.WR + Y.WA
𝑊𝐴 4000
=
𝑊𝑅 100000
𝑊𝐴
= 0,4
𝑊𝑅
𝑊𝐴
= 0,25
𝐶0
𝑋 = 0,56
Tabel 27.4 Khurmi & Gupta
Y = 1,2
W = 0,56 x 1 x 10000 + 1,2 x 4000
W = 10400 N
4. Dari buku Khurmi tabel 27.5, kita mengetahui bahwa service factor ( Ks),
Rating of basic dynamic load dapat dicari dengan
1
639 𝑥 106 3
𝐶 = 10400 [ ]
106
𝐶 = 89577,78 𝑁
𝐶 = 89,6 𝑘𝑁
Dimana
K = 3 untuk bearing bola
Dipilih nomor 315
C0 = 72000 N
C = 90000 N
𝑊𝐴 4000
= 72000 = 0,05
𝐶0
𝑋 = 0,56
Y = 1,6
W = X.V.WR + Y.WA
W = 0,56 x 1 x 10000 + 1,6 x 4000
W = 12000 N
1
639 𝑥 106 3
𝐶 = 12000 [ ]
106
𝐶 = 103358,98 𝑁
𝐶 = 103,3 𝑘𝑁
Dipilih nomor 317
B. Desain Bearing 2
(Terlampir)
𝑊𝐴 4000
=
𝑊𝑅 10000
𝑊𝐴
= 0,4
𝑊𝑅
𝑊𝐴
= 0,25
𝐶0
𝑋 = 0,56
Tabel 27.4 Khurmi & Gupta
Y = 1,2
W = 0,56 x 1 x 10000 + 1,2 x 4000
W = 10400 N
4. Dari buku Khurmi tabel 27.5, kita mengetahui bahwa service factor ( Ks), Rating
dari basic dynamic load dapat dicari dengan
1
495 𝑥 106 3
𝐶 = 10400 [ ]
106
𝐶 = 82668,78 𝑁
𝐶 = 82,6 𝑘𝑁
Dimana
K = 3 untuk bearing bola
Dipilih nomor 219
C0 = 72000 N
C = 85000 N
𝑊𝐴 4000
= 85000 = 0,04
𝐶0
𝑋 = 0,56
Y = 1,8
W = X.V.WR + Y.WA
W = 0,56 x 1 x 10000 + 1,8 x 4000
W = 12800 N
1
495 𝑥 106 3
𝐶 = 12800 [ ]
106
𝐶 = 101253,89 𝑁
𝐶 = 101,2 𝑘𝑁
𝑋 = 0,56
Tabel 27.4 Khurmi & Gupta
Y = 1,2
W = 0,56 x 1 x 10000 + 1,2 x 4000
W = 10400 N
4. Dari buku Khurmi tabel 27.5, kita mengetahui bahwa service factor ( Ks), Rating
dari basic dynamic load dapat dicari dengan
1
315 𝑥 106 3
𝐶 = 10400 [ ]
106
𝐶 = 70762,56 𝑁
𝐶 = 70,7 𝑘𝑁
Dimana
K = 3 untuk bearing bola
Dipilih nomor 218
C0 = 63000 N
C = 75000 N
𝑊𝐴 4000
= 63000 = 0,06
𝐶0
𝑋 = 0,56
Y = 1,6
W = X.V.WR + Y.WA
W = 0,56 x 1 x 10000 + 1,6 x 4000
W = 12000 N
1
315 𝑥 106 3
𝐶 = 12000 [ ]
106
𝐶 = 81649,11 𝑁
𝐶 = 81,6 𝑘𝑁
Dipilih nomor 314
B. Desain Bearing / Bantalan 4
(Terlampir)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pada rancangan mesin pemotong kayu ini menggunakan daya motor sebesar 2 HP.
Kecepatan putaran poros awal 1420 rpm dan putaran akhir 350 rpm. Dengan 3 sistem
transmisi yaitu pulley dan 2 buah sistem spur gear sehingga didapatkan data sebagai
berikut :
a) Spur Gear I
Putaran pinion : 1420 rpm
Putaran gear : 710 rpm
Daya yang ditransmisikan : 1.491 kW
Jumlah gigi pinion : 18
Jumlah gigi gear : 36
Pitch Diameter Pinion : 36 mm
Pitch Diameter Gear : 72 mm
Jarak antar pusat poros : 54 mm
Involute Tooth Form : 20°
Face Width : 28 mm
Material pinion : Cast iron, ordinary
Material gear : Cast iron, medium grade
Addendum : 2 mm
Dedendum : 2.5 mm
Working depth : 4 mm
Minimum total depth : 4.5 mm
Tooth thickness : 3.1416 mm
Minimum clearance : 0.5 mm
Fillet radius at root : 0.8 mm
b) Pulley and Belt
Daya motor : 2 HP
Putaran input : 710 rpm
Putaran output : 550 rpm
Jarak antar pusat : 500 mm
d) Poros 1
Putaran poros : 1420 rpm
Torsi pada poros : 10025.12 Nmm
Diameter poros : 16.623 mm
e) Poros 2
Putaran poros : 710 rpm
Torsi pada poros : 20050.24 Nmm
Diameter poros : 13.20 mm
f) Poros 3
Putaran poros : 550 rpm
Torsi pada poros : 25883.03 Nmm
Diameter poros : 16.51 mm
g) Poros 4
Putaran poros : 350 rpm
Torsi pada poros : 40673.34 Nmm
Diameter poros : 23.58 mm
h) Pasak poros 1
Tebal pasak : 5 mm
Lebar pasak : 5 mm
Panjang pasak : 17.35 mm
Torsi : 37.86 Nm
i) Pasak poros 2
Tebal pasak : 5 mm
Lebar pasak : 5 mm
Panjang pasak : 10.94 mm
Torsi : 18.96 Nm
j) Pasak poros 3
Tebal pasak : 5 mm
Lebar pasak : 5 mm
Panjang pasak : 21.4 mm
Torsi : 37.1 Nm
k) Pasak poros 4
Tebal pasak : 5 mm
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GENAP 2017/2018
88
Lebar pasak : 5 mm
Panjang pasak : 18.71 mm
Torsi : 108.1 Nm
l) Bearing Poros 1
Series : 414
Putaran : 1420 rpm
m) Bearing Poros 2
Series : 315
Putaran : 710 rpm
n) Bearing Poros 3
Series : 219
Putaran : 550 rpm
o) Bearing Poros 4
Series : 218
Putaran : 350 rpm
5.2 Saran
1. Sebaiknya asisten lebih responsif ketika diajak janjian asistensi
2. Sebaiknya praktikan lebih giat dalam belajar
3. Sebaiknya laboratorium menyediakan skema alat sehingga memudahkan untuk
membayangkan alat yang akan dikerjakan