Anda di halaman 1dari 28

6.

3 Kekuatan Sambungan Las

6.3.1 Kekuatan Statik

(1) Sifat-sifat tarikan


Sifat tarikan yang dimaksudkan di sini adalah sifat-sifat yang berhubungan dengan
pengujian tarik. Dalam sambungan las sifat tarik sangat dipengaruhi oleh sifat dari
logam induk, sifat daerah HAZ, sifat logam las dan sifat-sifat dinamik dari sambungan
berhubungan erat dengan geometri dan distribusi tegangan dalam sambungan.
Dua batang uji tarik untuk sambungan las ditunjukkan dalam Gbr. 6.12, yang satu
dengan arah tarikan melintang garis las dan yang lain dengan arah tarikan sejajar garis
las. Dalam pengujian batang uji tersebut dibebani dengan kenaikan beban sedikit demi
sedikit sampai batang uji patah. Kemudian sifat-sifat tarikannya dapat dihitung dengan
persamaan-persamaan (6.1) dan (6.2).

Tegangan :

F
σ= kg/mm2 (6.1)
AA00
di mana : F = beban (kg)
Ao = luas mula dari penampang batang uji (mm2)

Regangan :

L — Lo
e= x 100% (6.2)
Lo
di mana : Lo = panjang mula dari batang uji
L = panjang batang uji yang dibebani
Hubungan antara tegangan dan regangan untuk batang uji bulat dapat dilihat dalam
Gbr. 6.13. Di dalam gambar, titik P menunjukkan batas di mana hukum Hooke masih
berlaku dan disebut batas proporsi dan titik E menunjukkan batas di mana bila beban
diturunkan ke nol lagi tidak terjadi perpanjangan tetap pada batang uji dan disebut
batas elastik. Titik E sukar ditentukan dengan tepat karena itu biasanya ditentukan
batas elastik dengan perpanjangan tetap sebesar 0,005% sampai 0,01%. Titik S1 disebut
titik luluh atas dan titik S2 titik luluh bawah. Pada beberapa logam batas luluh ini tidak
kelihatan dalam diagram tegangan-regangan dan dalam hal ini tegangan luluhnya
ditentukan sebagai tegangan dengan regangan sebesar 0,2% seperti ditunjukkan dalam
Gbr. 6.14. Tegangan yang tertinggi adalah kekuatan tarik dari logam (as) dan tegangan
yang terjadi pada waktu patah disebut tegangan patah (ass).
Keuletan logam ditentukan sebagai regangan tertinggi dalam logam yang dapat
dihitung dengan persamaan (6.2) dengan L = L f seperti yang ditunjukkan dalam Gbr.
6.15. Dalam hal batang uji bulat keuletan dapat juga dinilai dari reduksi penampang
(RA), yang didefinisikan seperti dalam persamaan (6.3)

Reduksi penampang RA = A0:A1 x 100(%)0 (6.3)

di mana : Ao = luas penampang mula


Af = luas penampang akhir

0 Sf
So
(penampang) (penampang)

Gbr. 6.15 Patahan pada batang uji tank.

(2) Kekuatan logam las


Dalam konstruksi las selalu digunakan logam las yang mempunyai kekuatan dan
keuletan yang lebih baik atau paling tidak sama dengan logam induk. Tetapi karena
proses pengelasan kekuatan dan keuletan logam dapat berubah. Dalam hal logam las
sifat ini dipengaruhi oleh keadaan, cara dan prosedur pengelasan. Di samping itu juga
tergantung pada tempat pengambilan batang uji. Karena itu dalam membahas kekuatan
hasil pengujian, tempat pengambilan batang uji harus ditunjukkan seperti diperlihatkan
dalam Gbr. 6.12. Dalam Tabel 6.4 ditunjukkan sifat mekanik beberapa jenis elektroda
terbungkus.

Tabel 6.4 Sifat-sifat mekanik lasan (elektroda terbungkus untuk baja).

Keku- Energi
Kekuatan Perpan-
Jenis atan terserap
Jenis fluks pembungkus tank jangan
elektroda
luluh (0°C—V)
(kg/ 2) (%)
(kg/mm2) (kg—m)

D4301 Ilmenit 43 35 22 4,8


D4303 Titania kapur 43 35 22 2,8
D4311 Selusosa tinggi 43 35 22 2,8
D4313 Titan oksida tinggi (rutil) 43 35 17
D4316 Hidrogen rendah 43 35 25 4,8
D4324 Titan oksida serbuk besi 43 35 17
D4326 Serbuk besi hidrogen rendah 43 35 25 4,8
D4327 Serbuk besi-besi oksida 43 35 25 2,8
D4340 Serbuk besi khusus 43 35 22 2,8

(3) Sifat tarikan dari sambungan las tumpul


Pada dasarnya kekuatan sambungan las tumpul sama dengan kekuatan logam
induk asal saja pemilihan bahan las dan cara pengelasannya betul. Dalam pelaksanaan-
-

184 Bab 6. Perencanaan Konstruksi Las

nya manik las dalam las tumpul mempunyai ketebalan yang lebih dari pada pelat yang
dilas dan ini disebut penguatan las. Tabel penguatannya sendiri (Gbr. 6.16) tidak boleh
melebihi 3 mm. Pada tempat pertemuan antara penguat las dan logam induk biasanya
terjadi ketidak lanjutan yang menyebabkan terbentuknya pengumpulan atau konsen-
trasi tegangan yang besarnya sangat tergantung dari bentuk kaki las dan adanya takik
las. Bila bentuk dari manik las rapi konsentrasi tegangan yang terjadi antara 1,3 sampai
1,8 tegangan rata-rata seperti yang ditunjukkan dalam Gbr. 6.17. Konsentrasi tegangan
dan tegangan sisa pada kenyataannya tidak terlalu mempengaruhi kekuatan sambun-
gan las tumpul.

Penguatan

Gbr. 6.16 Penguatan pada lasan.

Tegangan permukaan

1,71 1,80
41 ■
1,00 1.00 • N1■••""110"

Nat.

1,60 • 1.30

Gbr. 6.17 Konsentrasi tegangan pada las sudut.

(4) Sambungan las sudut


Sambungan las sudut dibagi dalam tiga kelompok seperti yang ditunjukkan dalam
Gbr. 6.18 yang didasarkan atas sudut dari arah pengelasan dan arah aliran tegangan.

—■ (a) Sambungan sudut mel ntang

(b) Sambungan sudut sejajar

(c) Sambungan sudut miring

Gbr. 6.18 Jenis-jenis sambungan sudut.


6.3 Kekuatan Sambungan Las 185

Dalam las sudut, karena bentuknya yang sukar maka analisa aliran tegangan-
nyapun sangat ruwet. Besarnya konsentrasi tegangan yang terjadi di dalam las sudut
dapat mencapai antara 6 sampai 8 kali pada akar las dan antara 2 sampai 6 kali pada
kaki las. Kekuatan tank dari sambungan las sudut didasarkan atas beban patah dan
dihitung dengan menggunakan persamaan (6.4).

Tegangan patah o- 2 (kg/mm2) (6.4)


Ln hLn
di mana:
P = beban tarikan patah (kg)
L = panjang kaki (mm)
n = jumlah sambungan sudut
ht = tebal leher teoritis (mm)
h = ukuran sudut (mm)
Hubungan ht dan h dapat dilihat lebih jelas dalam Gbr. 6.19.

L : Panjang kaki
h: ukuran sudut
: tebal leher teoritis
L ha:teballehersebenarnya
akar sambun an

Gbr. 6.19 Bentuk dan ukuran las sudut.

Perbandingan kekuatan antara las sudut dan las tumpul dapat dilihat dalam Tabel
6.5. Bentuk batang uji las sudut melintang ditunjukkan dalam Gbr. 6.20. Dalam
pengujian las sudut hasilnya sangat berubah-ubah tergantung dari dalamnya penetrasi,
tinggi las penguatnya serta panjang kaki las dan pada umumnya kekuatannya turun
dengan bertambah tebalnya leher sambungan. Hal ini disebabkan karena adanya
konsentrasi tegangan pada akar las. Hubungan antara panjang kaki dan kekuatan
dapat dilihat dalam Gbr. 6.21.

Logam lasan dengan atau tanpa diratakan


Dipotong mesin dengan mesin Dipotong mesin


I

400 350

Gbr. 6.20 Batang uji tank untuk sambungan las sudut melintang (JIS Z 3131).

• •

186 Bab 6. Perencanaan Konstruksi las

52 N42
a a
to
a
48
-se
38
a

5 44 r, 34

40 30
22 25 10 13 16 19 '22
12 1:6 19
Panjang kaki las (mm) Panjang kaki las (mm)

(a) Las sudut melintang (b) Las sudut sejajar

Gbr. 6.21 Hubungan antara kekuatan tank dan panjang kaki las pada sambungan sudut.

Tegangan geser dapat terjadi pada sambungan las sudut sejajar dengan pembagian
tegangan yang terbesar terjadi pada akhir manik yang dekat pada ujung batang yang
berpenampang luas dan pembagiannya simetri terhadap garis las. Dari sini jelas bahwa
makin panjang garis lasnya perbandingan antara tegangan tertinggi pada ujung las
dengan tegangan pada tengah-tengah garis las makin besar. Hal ini dibuktikan dengan
kenyataan bahwa pengujian sambungan las sudut patahnya selalu dimulai dari ujung las
dan menjalar ke tengah melalui garis las. Kekuatan patah dari sambungan las sudut
sejajar lebih rendah dari pada kekuatan sambungan las sudut melintang seperti
ditunjukkan dalam Tabel 6.5. Sedangkan bentuk batang uji untuk sambungan las sudut
sejajar dapat dilihat dalam Gbr. 6.22.
Ukuran dari las sudut dinyatakan dengan panjang kaki las dan biasanya panjang
dari kedua kaki dianggap sama sehingga tebal leher las teoritis (he) adalah h cos 45°.

Tabel 6.5 Kekuatan tank sambungan las.

Kekuatan Angka perbandingan


Jenis lasan Jenis sambungan statik terhadap kekuatan
(kg/mm2) logam induk

sama de-
Alur Tumpul ngan logam 1,0
induk.
Sudut melintang Dengan penguat ganda 40-50 0,9-1,0
- Dengan penguat tunggal 30-40 0,7-0,8
, Tumpang (sudut ganda) 35-45 0,8-0,9
,, - Tumpang (sudut tunggal) 30-40 0,7-0,8
- Tumpang (sudut berseling) 30-35 0,7
, - Sambungan T 35-40 0,8
,, sejajar Dengan penguat ganda 30-35 0,7
Las isi Dengan penguat ganda 25-35 0,5-0,7

Dibuang setelah pengelasan 5 40 5 40 5


71 r-
J;3 1;;;]
'13 f3i31 Ef

logam lasan

Gbr. 6.2.2 Batang uji tank untuk sambungan las sudut (JIS Z 3132).
6.3 Kekuatan Sambungan Las 187

(5) Sambungan las Isi


Sambungan las isi biasanya tidak berdiri sendiri tetapi selalu dilaksanakan ber-
samaan dengan las sudut. Konstruksi yang disambung dengan las ini biasanya sangat
ruwet dan ditambah dengan adanya las sudut di dalam sambungan maka analisa
tegangan dari sambungan sangat sukar ditentukan. Dalam pelaksanaan perhitungan,
kekuatan geser dari las isi diambil antara 0,5 sampai 0,7 dari kekuatan geser sambungan
las tumpul.

6.3.2 Kekuatan Tumbuk

Kekuatan tumbuk dari suatu bahan adalah kemampuan bahan dalam menerima
beban tumbuk yang diukur dengan besarnya energi yang diperlukan untuk mematah-
kan batang uji dengan palu ayun seperti terlihat dalam Gbr. 6.23. Jadi jelas di sini bahwa
kekuatan tumbuk adalah sifat logam yang sama dengan ketangguhan.
Sifat ini perlu diperhatikan karena logam dengan kekuatan tarik yang sama belum
tentu mempunyai kekuatan tumbuk atau ketangguhan yang sama dan logam yang kuat
belum tentu ketangguhannya tinggi. Hal yang jelas adalah bahwa sifat ini menurun
dangan menurunnya temperatur dan menurun dengan mendadak pada suatu suhu
tertentu yang disebut suhu transisi (Gbr. 6.31 dan Gbr. 6.32).
Perencanaan konstruksi dengan dasar kekuatan patah, sebenarnya didasarkan pada
kekuatan tumbuk. Pokok-pokok perencanaan ini ditunjukkan dalam bentuk bagan
dalam Gbr. 6.24.

Pengujian patah getas


2 Pengujian model kecil
Pengujian model besar
Pengujian model pendekatan
55

Patahan geser (buram)


I
Patahan
Patahan getas Imengkilat) Mekanika patah
Sifat bahan
Analisa struktur
Gbr. 6.23 Batang uji dan patahan dari uji
tumbuk Charpy.

Pemilihan bahan
Perencanaan
Pembuatan
Pengawasan

Gbr. 6.24 Pokok-pokok perencanaan ber-


dasarkan kekuatan patah.
6.3.3 Tegangan Boleh Dan Faktor Keamanan

Tegangan boleh dalam las adalah tegangan tertinggi yang boleh terjadi dalam suatu
konstruksi las dengan tidak membahayakan yang didasarkan atas sifat mekanik logam
induk dan logam las, jenis dari beban serta jenis dari sambungan. Di samping itu
besarnya tegangan boleh, juga tergantung dari tingkat kepentingan dan kegunaan dari
konstruksi dan biasanya ditentukan antara 0,8 sampai 1,0 kali kekuatan tarik logam
induk. Dalam perencanaan besarnya tegangan yang terjadi harus lebih rendah dari pada
tegangan boleh.
188 Bab 6. Perencanaan Konstruksi Las

Faktor keamanan dalam perencanaan konstruksi las didefinisikan sebagai per-


bandingan antara besarnya tegangan yang direncanakan terhadap besarnya batas luluh
(o-y) atau terhadap kekuatan patah (ap). Dalam pengelasan faktor keamanan perlu
diambil karena adanya hal-hal yang kurang pasti dan adanya ketidak tetapan dalam
mutu las. Beberapa contoh tentang tegangan boleh ditunjukkan dalam Tabel 6.6.

Tabel 6.6 Beberapa harga tegangan boleh (tidak memperhitungkan kekuatan fatik).

Tegangan boleh (kg/cm')


Jenis lasan Jenis
tegangan
SM41 SM50

Las tumpul dengan uji tarik 1300 1800


t radiografi tekan 1300 1800
an
a tarik 1040 1440
a. Las tumpul tekan 1170 1620
uji radiografi geser 800 1100
V,
'li
tarik
tO
F.) Las sudut tekan 800 1100
a geser
o c,
to tarik 0,8
z
1 a
o cl
Angka pengurangan tekan 0,9
geser 0,9
41)., 'a

6.3.4 Efisiensi Sambungan

Efisiensi sambungan didefinisikan sebagai faktor penurunan terhadap tegangan


boleh dari logam induk yang dirumuskan sebagai berikut :

tegangan boleh dari sambungan (o-b„,)


Efisiensi sambungan (n) =
tegangan boleh dari logam induk (al)

Besarnya efisiensi sambungan ditentukan berdasarkan bahan las, cara pengelasan, cara
pemeriksaan dan keadaan tempat penggunaan sambungan
Secara lebih terperinci hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan ri
adalah :
1) Bahan las.
2) Cara mengelas : las busur tangan, las busur terendam dan lain sebagainya.
3) Tempat pengelasan: di pabrik atau di lapangan dan posisi pengelasan, datar,
atas kepala dan lain-lainnya.
4) Laku panas : pembebasan tegangan sisa, pemanasan mula dan lain-lain.
5) Penyelesaian.
6) .Persiapan permukaan.
7) Jenis pemeriksaan.
8) Jenis dari sambungan : las sudut, dengan penguat dan lain-lainnya.
9) Jenis beban : statis, dinamis atau beban tumbuk.
10) Keadaan pengunaan : suhu, tekanan, atmosfir dan lain sebagainya.
Dengan memperhatikan hal-hal di atas, beberapa efisiensi sambungan untuk bidang
bidang penggunaan tertentu telah distandarkan. Dalam Tabel 6.7 ditunjukkan efisiensi
sambungan untuk bejana tekan yang berubah dengan tingkat pemeriksaan radiografi.
6.4 Patahnya Konstruksi Las 189

Tabel 6.7 Efisiensi sambungan.

Efisiensi sambungan (%)

Jenis sambungan
Uji radiografi Uji radiografi Tanpa uji
penuh sebagian radiografi

(1) Las tumpul kedua sisi 100 95 70

Las tumpul dengan pelat


(2) 90 85 65
pembantu

(3) Las tumpul satu sisi — — 60

Sambungan tumpang
(4) — 55
dengan las sudut dua sisi

Sambungan tumpang
dengan las sudut satu — — 50
(5)
sisi dan las isi satu sisi

Sambungan tumpang
(6) — — 45
dengan las sudut satu sisi
6.3.5 Perhitungn Kekuatan Sambungan

Kekuatan sambungan las dihitung berdasarkan tegangan boleh dengan anggapan


bahwa hubungan antara tegangan dengan regangan mengikuti hukum Hooke dengan
syarat bahwa tegangan terbesar yang terjadi tidak melebihi tegangan boleh yang telah
ditentukan sebelumnya.
Distribusi tegangan dalam las tumpul tidak terlalu sukar dihitung tetapi dalam
sambungan las sudut sangat sukar, karena itu dalam hal ini tegangan yang terjadi
dianggap sama dengan yang terjadi dalam leher las. Dalam Tabel 6.8 didaftar beberapa
rumus perhitungsn dari Jenning untuk sambungan sederhana yang telah banyak
digunakan.
Dari beberapa negara telah mulai dipikirkan untuk menstandarkan perhitungan
sambungan las dan inipun mendapat dukungan dari IIIAT (International Institute of
Welding dan dari ISO).

6.4 Patahnya Konstruksi Las

6.4.1 Patah Ulet

Teori tentang patah ulet tidak akan dibahas dalam buku ini tetapi urutan dan
proses terjadinya patahan tersebut ditunjukkan dalam bentuk gambar-gambar seperti
terlihat dalam Gbr. 6.25, Gbr. 6.26 dan Gbr. 6.27. Sedang ciri-ciri dari patahan ulet
adalah sebagai berikut :
1) Terlihat adanya deformasi plastik yang cukup banyak seperti terjadinya
deformasi selip dan deformasi kembar.
2) Butir-butir kristal berubah bentuk memanjang karena adanya regangan geser. 3)
Penampang lintang dari benda mengecil dan untuk baja, muka patahnya
berwarna keabu-abuan.
6.4.2 Patah Getas

(1) Ciri patah getas


Patah getas terjadi pada saat yang tidak dapat diduga, baik pada waktu pembuatan
maupun sesudah selesai pembuatan, dengan beban yang lebih rendah dari batas luluh
bahan. Karena tidak dapat diduga sebelumnya, maka banyak kecelakaan kerusakan
dan kerugian yang diakibatkan oleh terjadinya patah getas seperti ditunjukkan dalam
Gbr. 6.28. Hal-hal umum yang terdapat dalam patah getas adalah sebagai berikut ;
1) Kemungkinan terjadi lebih besar pada suhu yang lebih rendah dari suhu ruang.
2) Patahannya tegak lurus terhadap arah tegangan tarik dengan permukaan
patahan yang mengkilat. Hal ini disebabkan karena patah terjadi pada per-
mukaan kristal. Di samping itu pada permukaan tampak adanya garis-garis
halus yang dapat menunjukkan dengan mudah sumber dari patahan seperti
terlihat dalam Gbr. 6.29 dan 6.30.
6.4.2 Patah Getas

(1) Ciri patah getas


Patah getas terjadi pada saat yang tidak dapat diduga, baik pada waktu pembuatan
maupun sesudah selesai pembuatan, dengan beban yang lebih rendah dari batas luluh
bahan. Karena tidak dapat diduga sebelumnya, maka banyak kecelakaan kerusakan
dan kerugian yang diakibatkan oleh terjadinya patah getas seperti ditunjukkan dalam
Gbr. 6.28. Hal-hal umum yang terdapat dalam patah getas adalah sebagai berikut ;
1) Kemungkinan terjadi lebih besar pada suhu yang lebih rendah dari suhu ruang.
2) Patahannya tegak lurus terhadap arah tegangan tarik dengan permukaan
patahan yang mengkilat. Hal ini disebabkan karena patah terjadi pada per-
mukaan kristal. Di samping itu pada permukaan tampak adanya garis-garis
halus yang dapat menunjukkan dengan mudah sumber dari patahan seperti
terlihat dalam Gbr. 6.29 dan 6.30.

6.4 Patahnya Konstruksi Las 193

Garis patah

dalam:c'>

1 1 1 3 ■111■■1

ivar
Perkiraan tempat
permulaan
patahan
im If,
Waktu patah 2-4-1968 jam 15.40 (suhu 10-17°C)

Jenis Tangki bulat untuk propilen, 2000 m3


Diameter dalam 16.300 mm
Tekanan perencanaan 18,6 kg/cm2
Tekanan uji 27,9 kg/cm2
Bahan Baja kuat BJ 80, tebal 29 mm

Gbr. 6.2S Patahan getas dari tangki bulat yang terjadi pada pengujian hidraulik.

t t f t t t 1 t
Titik permulaan
patah
Arah rambatan
Garis-garis 1 1 1 11 1 1 1 1
halus Retak di dalam
/-7/ / / /
Tebal pelat
). \ \ \ \ \ \
Gbr. 6.29 Ciri patahan getas.
Batas patahan
Gbr. 6.30 Permukaan patahan getas.
194 Perencanaan Konstruksi Las

3) Patah biasanya mulai dari bagian logam yang terputus, baik dalam bahan
maupun dalam bentuk, yang dapat menyebabkan terjadinya konsentrasi tegan-
gan. Keadaan terputus ini biasanya terjadi karena pengelasan yang kurang
baik.
4) Tegangan yang menyebabkan patah getas selalu lebih rendah dari kekuatan
luluh. Rambatan patahan dapat mencapai kecepatan 2000 m/detik.
5) Patah getas umumnya hanya terjadi pada logam dengan sel satuan B.C.C.
seperti pada baja lunak dan baja paduan rendah.

(2) Tahanan patah


Tahanan logam terhadap patah getas dinamakan tahanan patah. Untuk baja
karbon tahanan patahnya akan menurun dengan cepat dengan menurunnya suhu baja.
Jadi dalam hal ini terjadi perubahan dari patah ulet ke patah getas yang tergantung pada
temperatur. Karena hal ini maka temperatur terjadinya perubahan tersebut dinamakan
temperatur atau suhu transisi (Gbr. 6.31). Dalam Gbr. 6.32 dan 6.33 ditunjukkan
besarnya tahanan patah yang diukur dengan besarnya energi yang diserap. Suhu di
mana terjadi patahan dengan setengah energi maksimum dinamakan suhu transisi TrE
(Gbr. 6.32).
Karena suhu transisi dan energi yang diserap besarnya berbeda untuk jenis baja
yang berlainan, maka kedua besaran tersebut digunakan sebagai ukuran dari tahanan
patah. Kedua besaran tersebut untuk bermacam-macam baja harganya telah ditentukan
melalui pengujian skala besar.

Patah ulet

Daerah transisi

Gbr. 6.31 Keadaan transisi pada patahan.

Patah getas
Temperatur
Gbr. 6.32 Hubungan antara prosentase
V
50% patah getas dan energi yang dise-
rap dengan temperatur pengujian
yam-
0 (Charpy takik V).
0 8. a
TrE ; Suhu transisi energi

E mak
Trs; Suhu transisi patahan

Tr 15 ; Suhu transisi
15 ft-lb (2, 1 kg-m)
'/2E mak

15 ft-lb (2, 1 kg-m)

Trl. 5 Trs TrE 1 empeatur


6.4 Patahnya Konstruksi Las 195

30 -

25 -
A; SM41B
20
B; SM50C
C; SM58Q
15-
D; BJ-80
10 E; baja 9%-Ni

5-
Gbr. 6.33 Kurva energi-temperatur
untuk beberapa baja
-160 -140 -120 -100 -80 -60 -40 -20 20 40 (Charpy takik V-2 mm).
Temperatur (°C)

(3) Sebab dan cara menghindari patah getas


Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya patah getas dan bagaimana
usaha penghindarannya dapat dibaca pada bagian berikut ini.
1) Temperatur kerja dan sifat dari baja yang mempunyai suhu transisi yang
rendah. Hal ini dapat dihindari dengan memilih baja dan bahan las yang
mempunyai tahanan patah yang baik.
2) Adanya takikan yang disebabkan karena retak las, terak dan lain-lainnya yang
dapat dihindari dengan memperbaiki prosedur pengelasan sehingga mengur-
angi terjadinya retak dan takik las.
3) Adanya tegangan sisa yang besar yang dapat dihindari dengan prosedur
pengelaan yang sesuai misalnya urutan pengelasan yang betul dan dilakukan-
nya perlakupanasan.
4) Terjadinya penurunan mutu bahan pada daerah H AZ yang dapat dihindari
dengan cara pengelasan yang sesuai.
5) Adanya konsentrasi tegangan pada sambungan yang dapat dihindari dengan
perencanaan konstruksi yang baik.
6) Adanya perubahan bentuk yang dapat menimbulkan terjadinya tegangan yang
besar dalam konstruksi (Gbr. 6.34). Hal ini dapat dikurangi melalui prosedur
pengelasan dan perakitan yang baik.

(a) Pernbahan sudut. (b) Permukaan yang tidak


sebidang.

Gbr. 6.34 Kesalahan pembuatan.

6.4.3 Patah Fatik

(1) Hal-hal penting dalam patah fatik


Logam kadang-kadang patah karena tegangan berulang yang besarnya di bawah
tegangan boleh. Gejala patah yang disebabkan karena beban luar yang berulang,
perubahan bentuk yang berulang atau tegangan termal yang berulang dinamakan patah
fatik. Beberapa contoh dari patahan ini ditunjukkan dalam Gbr. 6.35 dan Gbr. 6.36.
Dalam Gbr. 6.36 patah fatik menjalar secara pelan-pelan dalam bentuk lingkaran
mulai dari retakan yang merupakan pusat dari patahan.
Titik mula patahan

daerah
patahan
statik

Gbr. 6.36 Skema permukaan patahan fatik.

Gbr. 6.35 Permukaan patah fatik.

Dengan menjalarnya retak menjadi permukaan patahan, maka luas permukaan


yang tidak cacat menjadi berkurang sehingga akhirnya terjadi patahan. Berdasarkan
penelitian telah diketahui bahwa patah fatik tidak terjadi bila tegangan yang berulang
tidak melebihi suatu harga tertentu yang dinamakan batas fatik atau batas ketahanan.
Bentuk dari tegangan berulang yang terjadi dalam suatu konstruksi sangat tidak
teratur, periodanya dan amplitudonya dapat berubah dengan waktu seperti ditunjukkan
dalam Gbr. 6.37. Walaupun demikian harga-harga batas fatik dari suatu bahan selalu
diambil dari hasil pengujian dengan beban standar, tekan tarik, geser, lentur puntir atau
gabungan dari beban-beban tersebut seperti ditunjukkan dalam Gbr. 6.38. Hasil
pengujian dinyatakan dalam grafik berskala logaritma atau semilogaritma dengan
tegangan (S) pada sumbu tegak dan jumlah siklus tegangan sampai patah (N) pada
sumbu datar seperti dalam Gbr. 6.39.

Qmax

Tegangan
5 (a) Tegangan berbalik

Waktu (det)
en
Gbr. 6.37 Suatu contoh beban berulang. A mex
E2-).

0
Waktu
(b) Tegangan puts*

Kekuatan
(,)
ea fatik )C
0 pada N
o
Waktu
Batas
fatik (c) Tegangan berulang
6
log N
S = tegangan fatik Gbr. 6.38 Tegangan berubah yang di-
gunakan dalam pengujian fatik.
N = Jumlah siklus pengulangan
Gbr. 6.39 Kurva S-N.
Diagram hasil pengukuran seperti dalam Gbr. 6.39, biasanya disebut diagram atau
kurva S-N. Bagian kurva yang mendatar menunjukkan batas tegangan maksimum di
mana tidak terjadi patah fatik dan seperti diterangkan di atas disebut batas fatik atau
batas ketahanan. Patah fatik yang terjadi pada siklus di bawah 105 disebut fatik siklus
rendah dan yang terjadi pada siklus yang lebih tinggi disebut fatik siklus tinggi. Titik
pertemuan antara garis miring dan garis datar (Gbr. 6.39) dinamakan batas fatik
seumur hidup.

(2) Kekuatan fatik pada sambungan las


Pada sambungan las banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan
fatik tetapi yang sangat berpengaruh adalah jenis dan mutu sambungan. Hasil pen-
gujian fatik pada sambungan las biasanya tidak terlalu tajam tetapi melebar sehingga
hasilnya harus ditentukan secara statistik. Dalam Gbr. 6.40 ditunjukkan beberapa
kurva S-N dari sambungan las dan dalam Tabel 6.9 dibuat daftar kekuatan fatik dari
sambungan las baja lunak.

50
E r
C
I) 40 •
• — 59,0
1----"t•—• -4 . 6°
50
0
bo 30 r, ...„..._ --jr•■• ......_ gi 40
'0—26,0 — 38,0
oh w-Os'--3..„..k ...0
20 ri 30
."---.....:8-—
-°- 0 —18,0 0 25,0
-0--
•1=1 20
180
E E -0_

10
2 5 105 2 5 106 2 104 2 5 105 2 5 106 2 5 107
Jumlah siklus Jumlah siklus
(a) b()
• logam induk sambungan las tanpa penguat 0

-0- sambungan las dengan penguat Batang uji manik pada las.

Gbr. 6.40 Kurva S-N untuk logam induk dan sambungan las. Untuk baja lunak (a) dan
untuk baja kuat (b).

Tabel 6.9 Kekuatan fatik untuk sambungan tumpul.

Tegangan Tegangan
Tegangan dan jumlah
berulang berbalik
siklus
Jenis lasan
2 x 106 5 x 106 2 x 106 5 x 106

Dilas kedua sisi <8,0 <7,0 <5,0 <4,0

Dilas satu sisi 16,0 14,0 10,0 8,0

Manik las diratakan dengan mesin 24,0 20,0 15,0 12,0


(3) Faktor yang mempengaruhi kekuatan fatik sambungan las dan
usaha pencegahannya
(a) Batas fatik logam las: Batas fatik logam las dengan sendirinya akan sama
dengan logam induk bila pemilihannya dan cars penyelesaiannya mengikuti petunjuk-
petunjuk yang benar.
(b) Cacat las: Cacat las seperti retak, terak, takik rongga halus dan lain-lainnya
dapat menyebabkan terjadinya konsentrasi tegangan yang tinggi yang akan menurun-
kan batas fatik terutama retak dan takik yang tegak lurus pada arah tegangan. Dalam
hal takik las, konsentrasi tegangan dapat dikurangi dengan menggerinda takik sehingga
tidak terlalu tajam. Sedangkan dalam hal adanya cacat yang lain, kekuatan fatik dapat
dikurangi dengan menggunakan faktor pengurang seperti yang ditunjukkan dalam Gbr.
6.41. Besarnya faktor pengurang tergantung dari hasil pengujian tak merusak seperti
radiografi, ultrasonik dan lain sebagainya.

30

6:4) 20

4)
fi
4)
60 a.
8
10
40 ro
00

Gbr. 6.41 Hubungan antara kekuatan fatik


0
2 4 6 dan basil pengujian sinar X.
hasil pengujian Sinar X
(klasifikasi JIS)

(c) Bentuk dari manik las: Kekuatan fatik sangat dipengaruhi oleh konsentrasi
tegangan karena itu bentuk manik las juga turut menentukan kekuatan fatik dari
sambungan. Dalam hal sambungan las tumpul kekuatan fatik dapat dipertinggi dengan
menghilangkan atau menghabiskan manik las penguat. Sedang dalam las sudut yang
paling baik adalah menghaluskan kaki las dengan membentuk permukaan cekung.
Dari hal di atas jelas bahwa penambahan pelat pembantu atau rusuk penguat akan
mengurangi batas ketahanan dari sambungan seperti terlihat dalam Gbr. 6.42.

of = 23-24 kg/mm2 16-18 kg/mm2 8-9 kg/mm2 8-9 kg/mm2

Gbr. 6.42 Pengaruh pelat penguat pada kekuatan fatik (a f).


(d) Tegangan sisa: Pengujian fatik biasanya dilakukan pada batang uji yang
dipotong dari bagian lasan. Sebenarnya dengan pemotongan ini sebagian dari tegangan
sisa juga hilang. Dengan kenyataan ini jelas bahwa hampir tidak mungkin untuk
meneliti pengaruh tegangan sisa secara tersendiri terhadap kekuatan fatik. Tetapi
walaupun demikian nampaknya tegangan sisa mempunyai pengaruh yang tidak baik
terhadap batas fatik sambungan seperti yang ditunjukkan dalam Gbr. 5.16 dalam Bab 5.
Untuk mengurangi tegangan sisa jelas bahwa laku panas diperlukan. Dalam Tabel 6.10
ditunjukkan hubungan antara batas ketahanan dan lakupanas.

Tabel 6.10 Pengaruh laku panas lanjut terhadap kekuatan fatik sambungan las tumpul
bercacat.

Tegangan berulang padaN = 2 x 106Hz

Jenis
cacat Jenis elektroda Setelah Setelah bebas tegangan
dilas pembebasan
(kg/mm2) tegangan las saja

Pemisahan Rutil 13,4 18,9 1,41


Hidrogen rendah 17,3 20,4 1,18

Terak las Rutil 8,7 12,6 1,45


Hidrogen rendah 11,0 11,0 1,00

Catatan: Logam induk baja kekuatan sedang (BS15)


Laku panas (pembebasan tegangan) : 650°C selama
30 menit, pendinginan di dalam tungku sampai 200°C
kemudian pendinginan di udara.

6.4.4 Patah Mulur

Logan mempunyai sifat untuk meregang bila dibebani. Bila regangan ini terjadi
pada suhu yang tinggi dan pada tegangan yang lebih rendah dari tegangan luluh,
sehingga terjadi perubahan bentuk plastik dan kemudian patah, maka peristiwa ini
disebut mulur. Dalam Gbr. 6.43 ditunjukkan perubahan regangan yang terjadi pada
suhu tetap. Karena adanya perubahan bentuk yang terus menerus maka penampang
batang jadi mengecil yang menyebabkan bertambah besarnya kecepatan mulur mulai
dari titik C dan berakhir dengan patah mulur pada titik D. Kurva OABCD (Gbr. 6.43)
disebut kurva mulur dan merupakan ciri penting bagi baja yang digunakan pada
konstruksi untuk temperatur tinggi.

Patah mulur
D
Mulur tahap ketiga

1
Mulur tahap kedua

Mulur tahap pertama

waktu
Regangan elastis-plastik Gbr. 6.43 Kurva mulur.
pada pembebanan
Sifat mulur dari logam sangat dipengaruhi oleh komposisi kimianya, cara pem-
buatannya, laku panasnya dan lain sebagainya. Di antara faktor-faktor tersebut laku
panaslah yang paling besar pengaruhnya. Dalam hal ini usaha penghindaran yang
sering dilakukan adalah pemilihan bahan induk dan bahan las yang tepat. Dalam Gbr.
6.44 dapat dilihat batas suhu penggunaan dari beberapa logam untuk suhu dan tekanan
tinggi. Karena laku panas mempunyai pengaruh yang besar maka cara pengelasan yang
berbeda, misalnya las listrik tangan, las busur rendam dan las listrik terak akan
memberikan pengaruh yang berbeda pada kekuatan mulur sambungan las.
Di samping itu daerah lasan terdiri dari bagian-bagian yang berbeda komposisi
kimianya dan sifatnya, misalnya logam induk, logam las, daerah HAZ dan batas las,
yang dengan sendirinya strukturnya juga berbeda. Dalam hal ini sudah pasti kekuatan
mulurnya juga berbeda, sehingga dalam perhitungan harus diambil batas mulur yang
terendah.

Baja untuk ketel Baja untuk industri Baja untuk industri Baja tahan tekanan dan suhu
tekanan tinggi pernmnyakan bahan sintetis tinggi dan bebas hidrogen
Baja paduan tahan
panas

800
4444 V• Baja tahan 1
•T•. 14 • • •. 444 panas
17:::•■ :.4 - • • - •.' • .
• •. • •Baja tahan panas jenis 18-8 '. ..
Baja tahan ;
700 • .•. • : ' ' ' :: . • •
• panas jenis .-
• 18-8 ♦ ...•' wp,
.•..
4 9Cr-lMo
• ••. 7Cr-0,5Mo I v , A
• • • •• 5Cr-0,5Mo 4 • '
600
/ 2,25Cr-IMo d e 5Cr-0,5Mo r r- .-■ ;
P 4*
.._ 2,25Cr-lMo
50.-0,5Mo
1,25Cr-0,5Mo
iiim•"-
2 2. 5.,, ♦ 4
1
1Cr-0,5Mo .1,25Cr-0,5Mo ` • ".--141,044L.L # ..4 4. 4.. 4.I L•...
500 1Cr-0,5Mo 1
= 0,5Mo =-- 3Cr-0,5Mo
117 -- 1,25Cr-0,5Mo'
-Iwo! 1Cr-0,5Mo
400 0,5Mo "...0.
u 2Cr-0,5Mo
Ino r - 4
1Cr-0,5Mo:.
FL' 300 I
on
0,5Mo

200

Baja lunak Baja lunak Baja lunak Baja lunak

Gbr. 6.44 Daerah suhu penggunaan untuk tekanan dan suhu tinggi dan
beberapa baja.
6.4.5 Korosi

Korosi adalah proses perubahan struktur logam yang menimbulkan kerapuhan dan
yang disebabkan karena reaksi sebagai akibat dari adanya sel konsentrasi dari ion
logam atau adanya proses galvanik. Proses korosi secara kasar dapat dibagi dalam dua
kelompok seperti terlihat dalam Tabel 6.11, yaitu korosi permukaan secara merata dan
korosi setempat. Dua jenis korosi yang paling berbahaya dalam konstruksi baja adalah
korosi antar butir dan korosi tegangan yang dapat menimbulkan retak seperti ditunjuk-
kan dalam Gbr. 6.45.
Komposisi kimia dari sambungan las pada umumnya tidak merata karena itu daya
tahannya terhadap korosi juga tidak sama. Hal ini perlu mendapat perhatian dalam
perencanaan sebab misalnya sambungan las dari baja kuat yang mengalami laku panas
akhir daya tahan korosinya terhadap air hujan dan air laut jauh lebih jelek dari pada
sambungan las pada baja lunak di mana dalam proses pengelasannya tidak memerlukan
laku panas akhir.

Tabel 6.11 Jenis-jenis korosi.

Korosi permukaan merata


Terjadi antara lain karena ada kar-
Korosi batas butir bida khrom yang mengendap pada
butir austenit di daerah HAZ.

Terjadi bila ada ion halogen atau


Korosi lubang zat lain yang melekat di per-
mukaan.

{
{
Korosi Terjadi bila ada tegangan beban
basah Korosi tegangan atau tegangan sisa yang bekerja dan
lingkungan yang bersifat korosi.
Korosi

k sebagian Korosi celah (Terjadi bila ada celah seperti takik


atau lipatan.

Terjadi bila ada listrik yang ter-


Korosi kontak hubung dengan logam yang ber-
lainan.

{
{
Korosi fatik Terjadi bila ada beban berulang
dan lingkungan yang bersifat
korosi.
Terjadi bila ada gesekan dengan

Erosi
Lcairan yang mengalir di antaranya.

Gbr. 6.45 Retak karena tegangan korosi.


6.5 Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Merencanakan Konstruksi De-
ngan Sambungan Las

Secara garis besar hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan konstruksi
dengan sambungan las adalah pemilihan bahan, deformasi dan tegangan sisa, konsen-
trasi tegangan, prosedur dan biaya. Dalam bagian berikut ini hal-hal tersebut akan
dibahas secara singkat.

6.5.1 Pemilihan Bahan

(1) Bahan induk


Dalam konstruksi dengan sambungan las dapat dikatakan bahwa kekuatan kons-
truksi terletak pada kekuatan sambungannya. Hal ini berarti bahwa dalam perencanaan
kekuatan sambungan harus betul-betul dihitung terhadap beban luar yang terjadi
dengan memperhatikan keadaan sekitarnya. Untuk menjamin bahwa kekuatan sam-
bungan sesuai dengan hasil hitungan diperlukan jaminan bahwa hasil-hasil lasan harus
baik dan ini bisa dicapai bila bahan induknya adalah bahan yang mempunyai sifat
mampu las yang tinggi. Tetapi di samping pemilihan bahan induk dengan mampu las
tinggi dalam merencanakan perlu juga diperhatikan cara pengelasan, prosedur dan
pemeriksaan hasil pengelasan.

(2) Bahan las


Pemilihan bahan las yang tepat sudah tentu suatu keharusan dalam mencapai mutu
lasan yang baik. Dalam hal ini perencana harus selalu mengikuti perkembangan
kemajuan pengelasan dan memperhatikan petunjuk dari pembuat bahan las dengan
memperhatikan semua faktor. Misalnya bila seorang perencana hanya memperhatikan
sifat-sifat mekaninya saja dari bahan las, maka kadang-kadang akan berhadapan
dengan proses pengelasan yang tidak mudah untuk dilaksanakan atau mendapatkan
hasil pengelasan dengan cacat las yang banyak.
Di sini jelas bahwa untuk mendapatkan hasil pengelasan yang baik dengan cara
yang ekonomis maka pemilihan bahan las harus diperhatikan secara menyeluruh.

6.5.2 Tegangan Sisa

Tegangan sisa telah diterangkan dalam Bab 5, baik sebabnya maupun pengaruhnya
terhadap mutu lasan. Akibat utama dari adanya tegangan sisa terhadap mutu las ada
dua yaitu menyebabkan terjadinya patah getas dan terjadinya perubahan bentuk. Di
bawah ini diterangkan bagaimana cara menghindari kedua akibat tersebut.

(1) Menghindari patah getas


Patah getas dalam hubungannya dengan tegangan sisa disebabkan karena adanya
tegangan sisa yang besar. Kejadian ini dapat dihindarkan dengan cara sebagai berikut;
1) Memilih bahan dengan ketangguhan yang tinggi
2) Menghindari adanya sambungan yang terlalu dekat satu sama lain atau
beberapa sambungan yang mengumpul pada satu tempat.
3) Menghindari perencanaan sambungan las dengan penahan yang banyak.
4) Menentukan urutan pengelasan yang tepat.
5) Bila perlu diadakan penurunan tegangan sisa secara termal atau mekanik.
(2) Menghindari perubahan bentuk
Perubahan bentuk terjadi karena adanya ketidak seimbangan dari tegangan sisa
yang terjadi yang dapat dihindari dengan jalan sebagai berikut ;
1) Mengusahakan perencanaan sambungan sedemikian sehingga memerlukan
logam las sesedikit mungkin.
2) Mengurangi jumlah lapisan las sejauh mungkin dengan menggunakan cara
pengelasan yang lebih efisien. Perbedaan ini dapat dilihat dalam Gbr. 6.46. 3)
Dalam hal las alur, sebaiknya diusahakan dengan alur ganda selama tidak
mempengaruhi pelaksanaan pengerjaan.
4) Menggunakan cara pengelasan yang efektif dan sesuai dengan sifat bahan
dengan menggunakan alat perakit dan memperhatikan prosedur pengelasan
yang telah ditentukan.
5) Bila perlu perubahan bentuk dapat dikurangi dengan cara termal atau mekanik
setelah pengelasan selesai.

Penyusutan dan Penyusutan dan


perubahan su- perubahan ben-
dut: besar tuk : kecil

f I
alur V
Alur I
(las busur rendam)
(a) Sambungan tumpul untuk pelat tipis dan sedang.

Penyusutan : besar Penyusutan : kecil

Alur X
(las busur rendam) Alur U
(las busur rendam)
(b) Sambungan tumpul untuk pelat tebal.

Penyusutan, peru- Penyusutan


bahan sudut dan perubahan sudut
puntiran: besar dan puntiran: kecil.

(las tangan)
(las listrik terak)

(c) Sambungan T untuk pelat tebal (las tumpul).

Perubahan sudut: besar. Perubahan sudut: kecil

(las tangan) (las busur rendam)

(d) Sambungan T untuk pelat sedang dan tebal (las sudut).

Gbr. 6.46 Perubahan bentuk pada sambungan las.


6.5.3 Konsentrasi Tegangan

Dalam Gbr. 6.47 ditunjukkan terbentuknya pembagian tegangan yang tidak merata
yang terkonsentrasi pada bagian tertentu dari penampang batang karena perubahan
luas penampang yang mendadak. Angka perbandingan dari tegangan tertinggi (o-maks)
yang terjadi dengan tegangan rata-rata (o-,.) pada penampang yang terkecil dinamakan
angka perbandingan konsentrasi tegangan atau koefisien bentuk. Seperti telah diterang-
kan sebelumnya konsentrasi tegangan ini merupakan salah satu sebab terjadinya patah
getas dan patah fatik yang dapat menjadi sebab runtuhnya suatu konstruksi sambungan
las.
P

Gbr. 6.47 Konsentrasi tegangan.

Karena proses pengelasan pada umumnya menurunkan ketangguhan pada daerah


lasan maka biasanya kemungkinan patah pada sambungan lebih besar dari pada patah
pada logam induk. Dengan adanya kenyataan ini dan ditambah dengan kemungkinan
konsentrasi tegangan, maka dalam merencanakan sambungan las, kemungkinan kon-
sentrasi tegangan harus dihindari sejauh mungkin dengan melalui perencanaan kons-
truksi yang baik dan mengikuti prosedur pengelasan yang tepat.

6.5.4 Prosedur pengelasan

(1) Kemampuan prosedur


Di dalam produksi terdapat lima faktor penting yang juga dikenal dengan 5 M,
yaitu : manusia, mesin, bahan (material), cara (method) dan manajemen. Di dalam
pengelasan, kecuali bahan, keempat faktor yang lain termasuk dalam prosedur penge-
lasan. Untuk membuat rencana konstruksi las yang baik, prosedur pengelasan yang
ditentukan harus memperhatikan keempat faktor di atas yaitu dalam hal manusia harus
mengingat kemampuan dan ketrampilan pekerjanya. Dalam hal mesin harus mem-
perhatikan kemampuan mesin lasnya baik yang ada di dalam pabrik maupun yang ada di
lapangan termasuk alat-alat bantunya. Dalam hal cara adalah pemilihan cara yang tepat
untuk melaksanakan seluruh konstruksi dan yang terakhir manejemen harus mampu
mengatur pelaksanaan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.

(2) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam prosedur pengelasan


Prosedur pengelasan harus menghasilkan pelaksanaan pengelasan yang semudah-
mudahnya. Karena itu hal-hal berikut harus diperhatikan.
1) Harus diusahakan supaya pelaksanaan pengelasan dapat dikerjakan dengan
posisi elektroda yang seharusnya.
2) Harus diusahakan agar juru las dapat melihat busur listrik yang terjadi.
3) Harus diusahakan agar pengelasan dapat dilaksanakan dengan posisi alamiah.
Dalam merencanakan konstruksi ketiga faktor di atas harus sejauh mungkin
diusahakan. Dan akhirnya hal yang tidak kalah pentingnya adalah mengusahakan agar
pemeriksaan hasil lasan seperti pengujian tak merusak dapat dilakukan dengan tidak
terganggu.

(3) Menghindari retak las


Cacat las seperti rongga halus, terak, takikan dan lipatan penghindarannya sangat
tergantung dari teknik pengelasan yang dilakukan oleh juru las. Tetapi dalam hal retak las
seperti diterangkan dalam bab sebelumnya, sangat dipengaruhi oleh komposisi kimia dari
bahan induk, keuletan bahan las kecepatan pendinginan dan lain-lainnya. Untuk
menghindari hal ini dalam prosedur pengelasan dan perencanaan harus diperhatikan
hal-hal berikut :
1) Pemilihan bahan dengan ketahanan retak yang tinggi.
2) Dalam perencanaan, penghalang atau penahan harus dihindari sejauh mung-
kin.
3) Harus dihindari konstruksi yang dapat memperbesar celah akar.
4) Pemilihan geometri sambungan yang tepat. Untuk ini dapat dilihat contoh
dalam Gbr. 6.48, di mana gambar (a) kalau mungkin harus diubah geometrinya
seperti dalam gambar (b) atau (c).

Robek

Robek

(a) (b) (c)

Gbr. 6.48 Contoh geometri sambungan yang kurang baik (a) dan yang lebih baik (b) dan (c).

(4) Pemilihan bentuk alur dan sambungan yang tepat


Pada pengelasan dengan arus dan daya tembus yang besar seperti dalam las busur
listrik terendam kadang-kadang terbentuk manik berbentuk buah pir seperti terlihat
dalam Gbr. 6.49 Bila hal ini terjadi akan mudah sekali terbentuk retak panas pada pusat
lasan karena struksur dendritik yang terbentuk saling berlawanan. Hal ini dapat
dihindari dengan memilih alur yang sesuai.
Dalam pasal sebelumnya telah dijelaskan bahwa kekuatan konstruksi las sangat
tergantung dari pada mutu sambungannya. Berdasarkan hasil penelitian dan penga-
laman, dalam Tabel 6.12 ditunjukkan sambungan-sambungan las yang tepat dan yang
tidak.

Retak susut

Gbr.br 6.49 Retak susut dalam manik bentuk buah


Manik bentuk buah pirG
(d > W) pir.
Tabel 6.12 Contoh sambungan las yang baik dan yang kurang baik.

Per-
baik- Kurang baik Cara Lebih baik
an

Jarak diperjauh sehingga elek-


Diperjauh
Sempit

rl,
troda dapat digerakkan lebih
bebas

cca Sempit
ca
= V
ca
-.0
o "E =121
R
Perlebar jarak agar dapat me-
lihat busur

Sempit Lebih dari


300

Sempit LL
Lebih dari 200 mm

Usahakan agar arah rol sejajar


arah tegangan.
„4
44.6
qc to
r --\,...1:0,
g 4b
ra ho .4„ 0
')
6 N 4i,
'flieg

Tegangan
Tegangan
Hilangkan pengaruh anisotropi
pengerolan
Robek lamel

[i

Robek lamel
i INI =I
.S4
ct
r:'4) I

LiTh[lr
iiiAIM

rt
II
27
,,y,
d> W

mu m

[2]
Pilih perencanaan yang baik. d> W

.`1.
c4

ill
i

VI
1/3-1/5
Tiruskan pelat yang lebih tebal
bila selisihnya lebih dari 3 mm.

Tiruskan pelat yang lebih besar.

F -J=
ED.
c=t Hindari terbentuknya takik
oo takik
cq yang tegak lurus pada arah te-
oo gangan tank 1"1 1..
0
P
.r1
takik Diratakan
=
D4 Takik
MEMOIR.
Dihaluskan
Takik
P A
4-----\4 - ---11 -1--
P

, . . .- --...--.

Dilas Tanpa las


lfens tank lfens tank


MM. 4111

Kurang baik Cara

Lebih baik
Hindari penyilangan
dan lasan yang terlalu
dekat
dipotong
1

I
i
A

=cd
to
m=t lebih dari 5 t
ea
E-. ..a.'.11 te t = tebal pelat
N.
I. I, .."
S
41 % 1

Kurang '4.
H --1 dari 3 t Lebih dari 3 t
t = tebal pelat t = tebal pelat

Usahakan logam lawn sesedikit


mungkin

_as4
'E'
a)
.o
z
..,„

a
To si

1,.
Samakan logam lasan pada
kedua permukaan
E21 1 [21

Sudut turut mencair


g

Perlebar ujung akhir

C il
a li g = 1,5-2,01

Masukkan pipa ke dalam flens.


rp=a
6.5.3 Biaya

Seorang perencana yang baik di samping memperhatikan kekuatan dan


mutu dari perencanaannya juga harus memikirkan agar rencana tersebut
dapat dilaksanakan dengan biaya yang serendah-rendahnya. Penurunan
biaya ini dapat dicapai dengan penggunaan bahan yang murah,
pengurangan jumlah bahan dan penyederhanaan konstruksi yang dapat
mengurangi waktu pembuatan. Tetapi hal-hal tersebut biasanya sukar
untuk dilakukan bersama-sama karena satu sama lain saling
bertentangan, misalnya bahan yang murah akan jatuh pada bahan dengan
sifat mampu las rendah sehingga untuk mendapatkan mutu sambungan
yang baik perlu proses pengelasan yang lebih mahal biayanya.
Jelas di sini bahwa untuk menurunkan biaya harus diadakan
pertimbangan yang menyeluruh dari sudut rencana, prosedur dan pasaran
bahan. Beberapa hal yang perlu dipikirkan dalam usaha penurunan biaya
adalah :
1) Menyederhanakan konstruksi dan mengurangi jumlah batang sejauh mung-
kin.
2) Konstruksi harus mudah dirakit.
3) Sejauh mungkin menggunakan batang dan konstruksi yang standar.
4) Rencana konstruksi harus sedemikian rupa sehingga ketelitian bentuk dapat
diatur pada tahap perakitan.
5) Menggunakan cara pengelasan yang menyebabkan terlaksananya pengelasan
dengan bahan las yang sesedikit mungkin.
6) Harus dihindari pengelasan dalam dan pengelasan ruang sempit.
7) Harus diusahakan menggunakan las datar.
8) Harus diusahakan sesedikit mungkin pelurusan dan penyetelan selama proses
pengelasan.
9) Menggunakan cara pengelasan dengan efisiensi yang tinggi.
10) Dihindari sejauh mungkin pengelasan di lapangan.
Seperti dikatakan di atas bahwa dalam usaha penurunan biaya
banyak faktor-
faktor yang saling bertentangan. Karena itu dalam hal ini harus ditekankan
pada faktor yang paling menguntungkan dan yang paling mudah
pelaksanaannya.

Anda mungkin juga menyukai