Tegangan :
F
σ= kg/mm2 (6.1)
AA00
di mana : F = beban (kg)
Ao = luas mula dari penampang batang uji (mm2)
Regangan :
L — Lo
e= x 100% (6.2)
Lo
di mana : Lo = panjang mula dari batang uji
L = panjang batang uji yang dibebani
Hubungan antara tegangan dan regangan untuk batang uji bulat dapat dilihat dalam
Gbr. 6.13. Di dalam gambar, titik P menunjukkan batas di mana hukum Hooke masih
berlaku dan disebut batas proporsi dan titik E menunjukkan batas di mana bila beban
diturunkan ke nol lagi tidak terjadi perpanjangan tetap pada batang uji dan disebut
batas elastik. Titik E sukar ditentukan dengan tepat karena itu biasanya ditentukan
batas elastik dengan perpanjangan tetap sebesar 0,005% sampai 0,01%. Titik S1 disebut
titik luluh atas dan titik S2 titik luluh bawah. Pada beberapa logam batas luluh ini tidak
kelihatan dalam diagram tegangan-regangan dan dalam hal ini tegangan luluhnya
ditentukan sebagai tegangan dengan regangan sebesar 0,2% seperti ditunjukkan dalam
Gbr. 6.14. Tegangan yang tertinggi adalah kekuatan tarik dari logam (as) dan tegangan
yang terjadi pada waktu patah disebut tegangan patah (ass).
Keuletan logam ditentukan sebagai regangan tertinggi dalam logam yang dapat
dihitung dengan persamaan (6.2) dengan L = L f seperti yang ditunjukkan dalam Gbr.
6.15. Dalam hal batang uji bulat keuletan dapat juga dinilai dari reduksi penampang
(RA), yang didefinisikan seperti dalam persamaan (6.3)
0 Sf
So
(penampang) (penampang)
Keku- Energi
Kekuatan Perpan-
Jenis atan terserap
Jenis fluks pembungkus tank jangan
elektroda
luluh (0°C—V)
(kg/ 2) (%)
(kg/mm2) (kg—m)
nya manik las dalam las tumpul mempunyai ketebalan yang lebih dari pada pelat yang
dilas dan ini disebut penguatan las. Tabel penguatannya sendiri (Gbr. 6.16) tidak boleh
melebihi 3 mm. Pada tempat pertemuan antara penguat las dan logam induk biasanya
terjadi ketidak lanjutan yang menyebabkan terbentuknya pengumpulan atau konsen-
trasi tegangan yang besarnya sangat tergantung dari bentuk kaki las dan adanya takik
las. Bila bentuk dari manik las rapi konsentrasi tegangan yang terjadi antara 1,3 sampai
1,8 tegangan rata-rata seperti yang ditunjukkan dalam Gbr. 6.17. Konsentrasi tegangan
dan tegangan sisa pada kenyataannya tidak terlalu mempengaruhi kekuatan sambun-
gan las tumpul.
Penguatan
Tegangan permukaan
1,71 1,80
41 ■
1,00 1.00 • N1■••""110"
Nat.
►
1,60 • 1.30
Dalam las sudut, karena bentuknya yang sukar maka analisa aliran tegangan-
nyapun sangat ruwet. Besarnya konsentrasi tegangan yang terjadi di dalam las sudut
dapat mencapai antara 6 sampai 8 kali pada akar las dan antara 2 sampai 6 kali pada
kaki las. Kekuatan tank dari sambungan las sudut didasarkan atas beban patah dan
dihitung dengan menggunakan persamaan (6.4).
L : Panjang kaki
h: ukuran sudut
: tebal leher teoritis
L ha:teballehersebenarnya
akar sambun an
Perbandingan kekuatan antara las sudut dan las tumpul dapat dilihat dalam Tabel
6.5. Bentuk batang uji las sudut melintang ditunjukkan dalam Gbr. 6.20. Dalam
pengujian las sudut hasilnya sangat berubah-ubah tergantung dari dalamnya penetrasi,
tinggi las penguatnya serta panjang kaki las dan pada umumnya kekuatannya turun
dengan bertambah tebalnya leher sambungan. Hal ini disebabkan karena adanya
konsentrasi tegangan pada akar las. Hubungan antara panjang kaki dan kekuatan
dapat dilihat dalam Gbr. 6.21.
•
I
•
400 350
Gbr. 6.20 Batang uji tank untuk sambungan las sudut melintang (JIS Z 3131).
•
• •
52 N42
a a
to
a
48
-se
38
a
5 44 r, 34
40 30
22 25 10 13 16 19 '22
12 1:6 19
Panjang kaki las (mm) Panjang kaki las (mm)
Gbr. 6.21 Hubungan antara kekuatan tank dan panjang kaki las pada sambungan sudut.
Tegangan geser dapat terjadi pada sambungan las sudut sejajar dengan pembagian
tegangan yang terbesar terjadi pada akhir manik yang dekat pada ujung batang yang
berpenampang luas dan pembagiannya simetri terhadap garis las. Dari sini jelas bahwa
makin panjang garis lasnya perbandingan antara tegangan tertinggi pada ujung las
dengan tegangan pada tengah-tengah garis las makin besar. Hal ini dibuktikan dengan
kenyataan bahwa pengujian sambungan las sudut patahnya selalu dimulai dari ujung las
dan menjalar ke tengah melalui garis las. Kekuatan patah dari sambungan las sudut
sejajar lebih rendah dari pada kekuatan sambungan las sudut melintang seperti
ditunjukkan dalam Tabel 6.5. Sedangkan bentuk batang uji untuk sambungan las sudut
sejajar dapat dilihat dalam Gbr. 6.22.
Ukuran dari las sudut dinyatakan dengan panjang kaki las dan biasanya panjang
dari kedua kaki dianggap sama sehingga tebal leher las teoritis (he) adalah h cos 45°.
sama de-
Alur Tumpul ngan logam 1,0
induk.
Sudut melintang Dengan penguat ganda 40-50 0,9-1,0
- Dengan penguat tunggal 30-40 0,7-0,8
, Tumpang (sudut ganda) 35-45 0,8-0,9
,, - Tumpang (sudut tunggal) 30-40 0,7-0,8
- Tumpang (sudut berseling) 30-35 0,7
, - Sambungan T 35-40 0,8
,, sejajar Dengan penguat ganda 30-35 0,7
Las isi Dengan penguat ganda 25-35 0,5-0,7
logam lasan
Gbr. 6.2.2 Batang uji tank untuk sambungan las sudut (JIS Z 3132).
6.3 Kekuatan Sambungan Las 187
Kekuatan tumbuk dari suatu bahan adalah kemampuan bahan dalam menerima
beban tumbuk yang diukur dengan besarnya energi yang diperlukan untuk mematah-
kan batang uji dengan palu ayun seperti terlihat dalam Gbr. 6.23. Jadi jelas di sini bahwa
kekuatan tumbuk adalah sifat logam yang sama dengan ketangguhan.
Sifat ini perlu diperhatikan karena logam dengan kekuatan tarik yang sama belum
tentu mempunyai kekuatan tumbuk atau ketangguhan yang sama dan logam yang kuat
belum tentu ketangguhannya tinggi. Hal yang jelas adalah bahwa sifat ini menurun
dangan menurunnya temperatur dan menurun dengan mendadak pada suatu suhu
tertentu yang disebut suhu transisi (Gbr. 6.31 dan Gbr. 6.32).
Perencanaan konstruksi dengan dasar kekuatan patah, sebenarnya didasarkan pada
kekuatan tumbuk. Pokok-pokok perencanaan ini ditunjukkan dalam bentuk bagan
dalam Gbr. 6.24.
Pemilihan bahan
Perencanaan
Pembuatan
Pengawasan
Tegangan boleh dalam las adalah tegangan tertinggi yang boleh terjadi dalam suatu
konstruksi las dengan tidak membahayakan yang didasarkan atas sifat mekanik logam
induk dan logam las, jenis dari beban serta jenis dari sambungan. Di samping itu
besarnya tegangan boleh, juga tergantung dari tingkat kepentingan dan kegunaan dari
konstruksi dan biasanya ditentukan antara 0,8 sampai 1,0 kali kekuatan tarik logam
induk. Dalam perencanaan besarnya tegangan yang terjadi harus lebih rendah dari pada
tegangan boleh.
188 Bab 6. Perencanaan Konstruksi Las
Tabel 6.6 Beberapa harga tegangan boleh (tidak memperhitungkan kekuatan fatik).
Besarnya efisiensi sambungan ditentukan berdasarkan bahan las, cara pengelasan, cara
pemeriksaan dan keadaan tempat penggunaan sambungan
Secara lebih terperinci hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan ri
adalah :
1) Bahan las.
2) Cara mengelas : las busur tangan, las busur terendam dan lain sebagainya.
3) Tempat pengelasan: di pabrik atau di lapangan dan posisi pengelasan, datar,
atas kepala dan lain-lainnya.
4) Laku panas : pembebasan tegangan sisa, pemanasan mula dan lain-lain.
5) Penyelesaian.
6) .Persiapan permukaan.
7) Jenis pemeriksaan.
8) Jenis dari sambungan : las sudut, dengan penguat dan lain-lainnya.
9) Jenis beban : statis, dinamis atau beban tumbuk.
10) Keadaan pengunaan : suhu, tekanan, atmosfir dan lain sebagainya.
Dengan memperhatikan hal-hal di atas, beberapa efisiensi sambungan untuk bidang
bidang penggunaan tertentu telah distandarkan. Dalam Tabel 6.7 ditunjukkan efisiensi
sambungan untuk bejana tekan yang berubah dengan tingkat pemeriksaan radiografi.
6.4 Patahnya Konstruksi Las 189
Jenis sambungan
Uji radiografi Uji radiografi Tanpa uji
penuh sebagian radiografi
Sambungan tumpang
(4) — 55
dengan las sudut dua sisi
Sambungan tumpang
dengan las sudut satu — — 50
(5)
sisi dan las isi satu sisi
Sambungan tumpang
(6) — — 45
dengan las sudut satu sisi
6.3.5 Perhitungn Kekuatan Sambungan
Teori tentang patah ulet tidak akan dibahas dalam buku ini tetapi urutan dan
proses terjadinya patahan tersebut ditunjukkan dalam bentuk gambar-gambar seperti
terlihat dalam Gbr. 6.25, Gbr. 6.26 dan Gbr. 6.27. Sedang ciri-ciri dari patahan ulet
adalah sebagai berikut :
1) Terlihat adanya deformasi plastik yang cukup banyak seperti terjadinya
deformasi selip dan deformasi kembar.
2) Butir-butir kristal berubah bentuk memanjang karena adanya regangan geser. 3)
Penampang lintang dari benda mengecil dan untuk baja, muka patahnya
berwarna keabu-abuan.
6.4.2 Patah Getas
Garis patah
dalam:c'>
1 1 1 3 ■111■■1
ivar
Perkiraan tempat
permulaan
patahan
im If,
Waktu patah 2-4-1968 jam 15.40 (suhu 10-17°C)
Gbr. 6.2S Patahan getas dari tangki bulat yang terjadi pada pengujian hidraulik.
t t f t t t 1 t
Titik permulaan
patah
Arah rambatan
Garis-garis 1 1 1 11 1 1 1 1
halus Retak di dalam
/-7/ / / /
Tebal pelat
). \ \ \ \ \ \
Gbr. 6.29 Ciri patahan getas.
Batas patahan
Gbr. 6.30 Permukaan patahan getas.
194 Perencanaan Konstruksi Las
3) Patah biasanya mulai dari bagian logam yang terputus, baik dalam bahan
maupun dalam bentuk, yang dapat menyebabkan terjadinya konsentrasi tegan-
gan. Keadaan terputus ini biasanya terjadi karena pengelasan yang kurang
baik.
4) Tegangan yang menyebabkan patah getas selalu lebih rendah dari kekuatan
luluh. Rambatan patahan dapat mencapai kecepatan 2000 m/detik.
5) Patah getas umumnya hanya terjadi pada logam dengan sel satuan B.C.C.
seperti pada baja lunak dan baja paduan rendah.
Patah ulet
Daerah transisi
Patah getas
Temperatur
Gbr. 6.32 Hubungan antara prosentase
V
50% patah getas dan energi yang dise-
rap dengan temperatur pengujian
yam-
0 (Charpy takik V).
0 8. a
TrE ; Suhu transisi energi
E mak
Trs; Suhu transisi patahan
Tr 15 ; Suhu transisi
15 ft-lb (2, 1 kg-m)
'/2E mak
30 -
25 -
A; SM41B
20
B; SM50C
C; SM58Q
15-
D; BJ-80
10 E; baja 9%-Ni
5-
Gbr. 6.33 Kurva energi-temperatur
untuk beberapa baja
-160 -140 -120 -100 -80 -60 -40 -20 20 40 (Charpy takik V-2 mm).
Temperatur (°C)
daerah
patahan
statik
Qmax
Tegangan
5 (a) Tegangan berbalik
Waktu (det)
en
Gbr. 6.37 Suatu contoh beban berulang. A mex
E2-).
0
Waktu
(b) Tegangan puts*
Kekuatan
(,)
ea fatik )C
0 pada N
o
Waktu
Batas
fatik (c) Tegangan berulang
6
log N
S = tegangan fatik Gbr. 6.38 Tegangan berubah yang di-
gunakan dalam pengujian fatik.
N = Jumlah siklus pengulangan
Gbr. 6.39 Kurva S-N.
Diagram hasil pengukuran seperti dalam Gbr. 6.39, biasanya disebut diagram atau
kurva S-N. Bagian kurva yang mendatar menunjukkan batas tegangan maksimum di
mana tidak terjadi patah fatik dan seperti diterangkan di atas disebut batas fatik atau
batas ketahanan. Patah fatik yang terjadi pada siklus di bawah 105 disebut fatik siklus
rendah dan yang terjadi pada siklus yang lebih tinggi disebut fatik siklus tinggi. Titik
pertemuan antara garis miring dan garis datar (Gbr. 6.39) dinamakan batas fatik
seumur hidup.
50
E r
C
I) 40 •
• — 59,0
1----"t•—• -4 . 6°
50
0
bo 30 r, ...„..._ --jr•■• ......_ gi 40
'0—26,0 — 38,0
oh w-Os'--3..„..k ...0
20 ri 30
."---.....:8-—
-°- 0 —18,0 0 25,0
-0--
•1=1 20
180
E E -0_
10
2 5 105 2 5 106 2 104 2 5 105 2 5 106 2 5 107
Jumlah siklus Jumlah siklus
(a) b()
• logam induk sambungan las tanpa penguat 0
-0- sambungan las dengan penguat Batang uji manik pada las.
Gbr. 6.40 Kurva S-N untuk logam induk dan sambungan las. Untuk baja lunak (a) dan
untuk baja kuat (b).
Tegangan Tegangan
Tegangan dan jumlah
berulang berbalik
siklus
Jenis lasan
2 x 106 5 x 106 2 x 106 5 x 106
30
6:4) 20
4)
fi
4)
60 a.
8
10
40 ro
00
(c) Bentuk dari manik las: Kekuatan fatik sangat dipengaruhi oleh konsentrasi
tegangan karena itu bentuk manik las juga turut menentukan kekuatan fatik dari
sambungan. Dalam hal sambungan las tumpul kekuatan fatik dapat dipertinggi dengan
menghilangkan atau menghabiskan manik las penguat. Sedang dalam las sudut yang
paling baik adalah menghaluskan kaki las dengan membentuk permukaan cekung.
Dari hal di atas jelas bahwa penambahan pelat pembantu atau rusuk penguat akan
mengurangi batas ketahanan dari sambungan seperti terlihat dalam Gbr. 6.42.
Tabel 6.10 Pengaruh laku panas lanjut terhadap kekuatan fatik sambungan las tumpul
bercacat.
Jenis
cacat Jenis elektroda Setelah Setelah bebas tegangan
dilas pembebasan
(kg/mm2) tegangan las saja
Logan mempunyai sifat untuk meregang bila dibebani. Bila regangan ini terjadi
pada suhu yang tinggi dan pada tegangan yang lebih rendah dari tegangan luluh,
sehingga terjadi perubahan bentuk plastik dan kemudian patah, maka peristiwa ini
disebut mulur. Dalam Gbr. 6.43 ditunjukkan perubahan regangan yang terjadi pada
suhu tetap. Karena adanya perubahan bentuk yang terus menerus maka penampang
batang jadi mengecil yang menyebabkan bertambah besarnya kecepatan mulur mulai
dari titik C dan berakhir dengan patah mulur pada titik D. Kurva OABCD (Gbr. 6.43)
disebut kurva mulur dan merupakan ciri penting bagi baja yang digunakan pada
konstruksi untuk temperatur tinggi.
Patah mulur
D
Mulur tahap ketiga
1
Mulur tahap kedua
waktu
Regangan elastis-plastik Gbr. 6.43 Kurva mulur.
pada pembebanan
Sifat mulur dari logam sangat dipengaruhi oleh komposisi kimianya, cara pem-
buatannya, laku panasnya dan lain sebagainya. Di antara faktor-faktor tersebut laku
panaslah yang paling besar pengaruhnya. Dalam hal ini usaha penghindaran yang
sering dilakukan adalah pemilihan bahan induk dan bahan las yang tepat. Dalam Gbr.
6.44 dapat dilihat batas suhu penggunaan dari beberapa logam untuk suhu dan tekanan
tinggi. Karena laku panas mempunyai pengaruh yang besar maka cara pengelasan yang
berbeda, misalnya las listrik tangan, las busur rendam dan las listrik terak akan
memberikan pengaruh yang berbeda pada kekuatan mulur sambungan las.
Di samping itu daerah lasan terdiri dari bagian-bagian yang berbeda komposisi
kimianya dan sifatnya, misalnya logam induk, logam las, daerah HAZ dan batas las,
yang dengan sendirinya strukturnya juga berbeda. Dalam hal ini sudah pasti kekuatan
mulurnya juga berbeda, sehingga dalam perhitungan harus diambil batas mulur yang
terendah.
Baja untuk ketel Baja untuk industri Baja untuk industri Baja tahan tekanan dan suhu
tekanan tinggi pernmnyakan bahan sintetis tinggi dan bebas hidrogen
Baja paduan tahan
panas
800
4444 V• Baja tahan 1
•T•. 14 • • •. 444 panas
17:::•■ :.4 - • • - •.' • .
• •. • •Baja tahan panas jenis 18-8 '. ..
Baja tahan ;
700 • .•. • : ' ' ' :: . • •
• panas jenis .-
• 18-8 ♦ ...•' wp,
.•..
4 9Cr-lMo
• ••. 7Cr-0,5Mo I v , A
• • • •• 5Cr-0,5Mo 4 • '
600
/ 2,25Cr-IMo d e 5Cr-0,5Mo r r- .-■ ;
P 4*
.._ 2,25Cr-lMo
50.-0,5Mo
1,25Cr-0,5Mo
iiim•"-
2 2. 5.,, ♦ 4
1
1Cr-0,5Mo .1,25Cr-0,5Mo ` • ".--141,044L.L # ..4 4. 4.. 4.I L•...
500 1Cr-0,5Mo 1
= 0,5Mo =-- 3Cr-0,5Mo
117 -- 1,25Cr-0,5Mo'
-Iwo! 1Cr-0,5Mo
400 0,5Mo "...0.
u 2Cr-0,5Mo
Ino r - 4
1Cr-0,5Mo:.
FL' 300 I
on
0,5Mo
200
Gbr. 6.44 Daerah suhu penggunaan untuk tekanan dan suhu tinggi dan
beberapa baja.
6.4.5 Korosi
Korosi adalah proses perubahan struktur logam yang menimbulkan kerapuhan dan
yang disebabkan karena reaksi sebagai akibat dari adanya sel konsentrasi dari ion
logam atau adanya proses galvanik. Proses korosi secara kasar dapat dibagi dalam dua
kelompok seperti terlihat dalam Tabel 6.11, yaitu korosi permukaan secara merata dan
korosi setempat. Dua jenis korosi yang paling berbahaya dalam konstruksi baja adalah
korosi antar butir dan korosi tegangan yang dapat menimbulkan retak seperti ditunjuk-
kan dalam Gbr. 6.45.
Komposisi kimia dari sambungan las pada umumnya tidak merata karena itu daya
tahannya terhadap korosi juga tidak sama. Hal ini perlu mendapat perhatian dalam
perencanaan sebab misalnya sambungan las dari baja kuat yang mengalami laku panas
akhir daya tahan korosinya terhadap air hujan dan air laut jauh lebih jelek dari pada
sambungan las pada baja lunak di mana dalam proses pengelasannya tidak memerlukan
laku panas akhir.
{
{
Korosi Terjadi bila ada tegangan beban
basah Korosi tegangan atau tegangan sisa yang bekerja dan
lingkungan yang bersifat korosi.
Korosi
{
{
Korosi fatik Terjadi bila ada beban berulang
dan lingkungan yang bersifat
korosi.
Terjadi bila ada gesekan dengan
Erosi
Lcairan yang mengalir di antaranya.
Secara garis besar hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan konstruksi
dengan sambungan las adalah pemilihan bahan, deformasi dan tegangan sisa, konsen-
trasi tegangan, prosedur dan biaya. Dalam bagian berikut ini hal-hal tersebut akan
dibahas secara singkat.
Tegangan sisa telah diterangkan dalam Bab 5, baik sebabnya maupun pengaruhnya
terhadap mutu lasan. Akibat utama dari adanya tegangan sisa terhadap mutu las ada
dua yaitu menyebabkan terjadinya patah getas dan terjadinya perubahan bentuk. Di
bawah ini diterangkan bagaimana cara menghindari kedua akibat tersebut.
f I
alur V
Alur I
(las busur rendam)
(a) Sambungan tumpul untuk pelat tipis dan sedang.
Alur X
(las busur rendam) Alur U
(las busur rendam)
(b) Sambungan tumpul untuk pelat tebal.
(las tangan)
(las listrik terak)
Dalam Gbr. 6.47 ditunjukkan terbentuknya pembagian tegangan yang tidak merata
yang terkonsentrasi pada bagian tertentu dari penampang batang karena perubahan
luas penampang yang mendadak. Angka perbandingan dari tegangan tertinggi (o-maks)
yang terjadi dengan tegangan rata-rata (o-,.) pada penampang yang terkecil dinamakan
angka perbandingan konsentrasi tegangan atau koefisien bentuk. Seperti telah diterang-
kan sebelumnya konsentrasi tegangan ini merupakan salah satu sebab terjadinya patah
getas dan patah fatik yang dapat menjadi sebab runtuhnya suatu konstruksi sambungan
las.
P
Robek
Robek
Gbr. 6.48 Contoh geometri sambungan yang kurang baik (a) dan yang lebih baik (b) dan (c).
Retak susut
Per-
baik- Kurang baik Cara Lebih baik
an
rl,
troda dapat digerakkan lebih
bebas
cca Sempit
ca
= V
ca
-.0
o "E =121
R
Perlebar jarak agar dapat me-
lihat busur
Sempit LL
Lebih dari 200 mm
Tegangan
Tegangan
Hilangkan pengaruh anisotropi
pengerolan
Robek lamel
[i
Robek lamel
i INI =I
.S4
ct
r:'4) I
LiTh[lr
iiiAIM
rt
II
27
,,y,
d> W
mu m
[2]
Pilih perencanaan yang baik. d> W
.`1.
c4
ill
i
VI
1/3-1/5
Tiruskan pelat yang lebih tebal
bila selisihnya lebih dari 3 mm.
F -J=
ED.
c=t Hindari terbentuknya takik
oo takik
cq yang tegak lurus pada arah te-
oo gangan tank 1"1 1..
0
P
.r1
takik Diratakan
=
D4 Takik
MEMOIR.
Dihaluskan
Takik
P A
4-----\4 - ---11 -1--
P
, . . .- --...--.
•
MM. 4111
Lebih baik
Hindari penyilangan
dan lasan yang terlalu
dekat
dipotong
1
I
i
A
=cd
to
m=t lebih dari 5 t
ea
E-. ..a.'.11 te t = tebal pelat
N.
I. I, .."
S
41 % 1
Kurang '4.
H --1 dari 3 t Lebih dari 3 t
t = tebal pelat t = tebal pelat
_as4
'E'
a)
.o
z
..,„
a
To si
1,.
Samakan logam lasan pada
kedua permukaan
E21 1 [21
C il
a li g = 1,5-2,01