Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.2, No.

3 Tahun 2011 : 175-181 ISSN 0216-468X

Pengaruh Kuat Arus dan Waktu Pengelasan Pada Proses Las Titik (Spot
Welding) Terhadap Kekuatan Tarik dan Mikrostruktur Hasil Las
Dari Baja Fasa Ganda (Ferrite-Martensite)
1) 2) 2)
Lisa Agustriyana , Yudy Surya Irawan , Sugiarto
1)
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Malang
2)
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang
Jl. MT.Haryono 167 Malang 65145, Indonesia
E-Mail: lisa_agustriyana@yahoo.com

Abstract
This research was conducted to investigate the appropiate spot welding variable to get the
maximum tensile strength. The highest of tensile strength referred as good quality of weldment.
The plate was made from low carbon steel with phase ferrite and martensite. The current of
welding used 0.9 kA, 1.6 kA, dan 1.85 kA with welding time were 0.25, 0.5 , 0.75 and 1 second.
Mechanical properties testing done involved tensile strength to know shear strength of weld
joint. Microstructure test used optical microscope.The results show that spot welding with the
current of 1.85kA and welding time of 1 second has the highest tensile strength (about 237.04
2 2
N/mm ). On the other hand, the lowest tensile strength (150 N/mm ) was produced by
combination of 0.9 kA and 0.25 second welding time. It was caused by recrystallization phase
deformation on steel.

Keywords: current, welding time, tensile strength, spot weld

PENDAHULUAN meskipun beberapa masalah masih terjadi


ketika mengelas baja ini, misalnya terdapat
Latar Belakang daerah yang lebih lunak pada daerah
Tuntutan bagi perusahaan otomotif pengaruh panas (HAZ).
dalam memenuhi permintaan pasar untuk Resistance spot welding (RSW)
menghasilkan produk yang berkualitas merupakan salah satu metode pengelasan
merupakan aspek penting yang menjadi yang sering digunakan untuk proses
target perusahaan saat ini. Setiap material penyambungan dalam industri otomotif
yang ditujukan untuk penggunaan otomotif dimana hampir tiap bagian kendaraan
khususnya pada bagian panel body harus khususnya untuk panel body menggunakan
memiliki kriteria mampu bentuk (formable), proses ini. Menurut hukum Joule's dalam
mampu las (weldable), coatable (tahan Pires [2] bahwa sebenarnya parameter
terhadap korosi) dan mampu diperbaiki pengelasan RSW dapat mempengaruhi hasil
(repairable). Salah satu kelompok material las (sifat mekanik, diameter nugget, bentuk
yang memenuhi semua persyaratan diatas patahan) seperti besar arus, waktu
adalah baja fasa ganda. Beberapa pengelasan dan tahanan listrik. Untuk
karakteristik yang membuat baja fasa ganda memperkuat penelitian tentang RSW pada
menarik untuk aplikasi otomotif dijelaskan baja fasa ganda diperkuat juga oleh Cortez
oleh Tumuluru (2006) yakni baja fasa ganda dan Valdes [3] dengan melakukan penelitian
mampu mencapai penguatan melalui untuk mendapatkan pemahaman tentang isu
transformasi fase, yaitu transformasi dari mampu las (weldability) dari tipe baja
austenite ke martensit. Tingkat kekuatan,baja Advanced High Strength Steel untuk industri
fasa ganda tergantung kandungan martensit otomotif dengan tensile strength 900 MPa
dalam matriks ferit (10% sampai 40%). dan yield strength 700 MPa, melalui
Menurut analisa Xiaoyan Li.[1], pengaturan parameter pengelasan (kuat arus
weldability dari baja fasa ganda lebih baik dan waktu pengelasan spot weld).
dibandingkan baja TRIP yang dilakukan Berdasarkan latar belakang mengenai
dengan menggunakan metode las laser, baja fasa ganda dan proses las tahanan (spot

175
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.2, No. 3 Tahun 2011 : 175-181 ISSN 0216-468X

welding), maka rumusan masalah dari ukuran diameter lebih besar maka semakin
penelitian ini adalah bagaimana pengaruh besar beban tariknya.
kuat arus dan waktu las terhadap karakteristik Cortéz dan Valdés [3] melakukan
hasil las dalam hal ini kekuatan sambungan penelitian tentang pengelasan tahanan
dari hasil pengelasan baja fasa ganda (ferite- (RSW) pada baja fasa ganda untuk aplikasi
martensite) melalui proses pengelasan industri otomotif, latar belakang penelitian
tahanan (spot welding). adalah tuntutan industri otomotif untuk
mencari material yang memiliki karakteristik
TINJAUAN PUSTAKA lebih dibandingkan pemakaian material baja
karbon dan baja paduan kekuatan tinggi
Penelitian Terdahulu (HSLA) tetapi tetap memiliki sifat mampu las.
Tumuluru [4] meneliti tentang metode Metodenya : material yang digunakan adalah
pengelasan tahanan (spot welding) pada baja baja MS 900T/700Y atau baja martensite
fasa ganda, latar belakang penelitian adalah: dengan nilai minimum ultimate strengthnya
karena beberapa karakteristik baja dual 900 MPa dan minimum yield strengthnya 700
phasa yang atraktif untuk aplikasi otomotif MPa. Metode pengelasan yang digunakan
sehingga Murali dkk tertarik untuk adalah las tahanan dengan variasi kuat arus
menggunakan material ini dalam dan waktu las. Hasil penelitian: diameter,
penelitiannya dengan metode pengelasan ukuran kedalaman serta kekuatan geser hasil
spot welding karena metode pengelasan ini las sebanding dengan heat input yang
paling banyak digunakan di industri otomotif. diberikan namun dalam level yang tinggi
Metode penelitian: material yang digunakan peningkatan kekuatan sedikit sekali bahkan
adalah baja fasa ganda dengan kekuatan cenderung menurun, kemudian hasil uji
tarik 590, 780, dan 980 MPa dengan tebal 1.6 kekerasan dan mikrostruktur menunjukkan
mm, untuk mengetahui pengaruh arus bahwa rendahnya nilai kekerasan pada
pengelasan dan kekuatan tarik las pada baja daerah HAZ dibandingkan logam induk dan
fasa ganda grade 780 digunakan plat tebal 2 logam las karena terdapat fase lunak (ferritic)
mm. Sebagai pembanding digunakan baja pada daerah ini sebagai akibat heat input.
DQSK (draw-quality special-killed) yang Berdasarkan riset yang telah dijabarkan
sering digunakan untuk body kendaraan yang diatas dapat menjadi dasar pijakan untuk
memiliki kekuatan tarik yang lebih rendah melakukan penelitian tentang pengelasan
yaitu 300 MPa. Parameter las yang tahanan (RSW) dengan parameter lasnya
digunakan: diameter elektrode 7 mm untuk untuk material tipe sama (fasa ganda) namun
tebal plat 1.6 mm dan diameter 8 mm untuk berbeda sifat mekanik dan komposisi
baja 780 MPa tebal 2 mm, besar gaya kimianya yaitu baja karbon rendah fasa
elektrode 4.2 kN untuk baja fasa ganda 590 ganda (ferite-martensite).
dan 5.3 kN untuk baja 780 dan 980 MPa,
besar amper 18 cycle untuk tebal plat 1.6 mm Dual Phase Steel
dan 23 cycle untuk tebal plat 2 mm (sheet). Seperti yang telah dibahas sebelumnya,
Hasil penelitian: menunjukkan bahwa pada dual phase steel merupakan salah satu
range kuat arus 2.2 kA untuk baja grade 590 material yang sangat popular saat ini di dalam
dan 780 menunjukkan ukuran lebar las yang industri otomotif. Tepatnya baja ini paling
optimum (dengan ukuran yang diijinkan 6.7 banyak digunakan dalam aplikasi struktur
mm sebagai sampel uji yang diijinkan untuk dimana material ini mampu menggantikan
pengujian tarik) sedangkan untuk grade 980 baja HSLA.
MPa kondisi lebar las yang optimum terjadi Bentuk mikrostruktur dari dual phase
pada range kuat arus 2.5 kA, hal ini steels terdiri atas matrik ferrite dengan
menunjukkan keberhasilan pengelasan pada sedikit martensite pada batas butirnya
baja fasa ganda tersebut, dimana dengan (Gambar 1). Partikel martensit akan
meningkatnya ukuran diameter sampe 8 mm mempengaruhi kekuatannya sedangkan
maka kekuatan las juga meningkat yaitu dari matriks ferrite memberikan formability yang
18 kN menjadi 35 kN hal ini karena dengan baik, sehingga campuran ferrite-martensite
pada dual phase seperti partikel composite

176
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.2, No. 3 Tahun 2011 : 175-181 ISSN 0216-468X

0
yang bertolak belakang. Phase ferrite yang Pendinginan cepat dari temperature 800 C
lunak akan membuat baja ini memiliki akan menghasilkan struktur martensit dalam
keuletan yang baik. matrik ferit, dimana butir ferit yang terbentuk
setelah proses pembentukan fasa ganda
adalah poligonal (memiliki sisi banyak).
Sedangkan proses heat treatmentnya dapat
ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Proses heat treatment pada dual


Gambar 1. Mikrostruktur Dual phase steel, phase steels

Metode untuk menghasilkan mikrostruktur Resistance spot welding (RSW)


dual phase adalah baja hypoeutectoid Spot welding merupakan proses
dipanaskan di antara temperature kritis atas pengelasan tahanan yang paling banyak
(A3) dan temperatur kritis bawah (A1) digunakan dalam aplikasi di seluruh dunia.
(Gambar 2), kemudian didinginkan dengan Proses pengelasan ini secara umum dapat
cepat melebihi laju pendinginan kritisnya ditunjukkan seperti Gambar 4.
maka akan didapat baja fasa ganda (dual
phase).

Gambar 2. Diagram fasa Fe-C Gambar 4. Skema dari proses spot welding.
R1- R5 resistansi antara Elektroda-benda
Sebagai contoh baja dengan kadar kerja, R2 dan R4-benda kerja, R3-resistansi
karbon 0,2% dipanaskan sampai temperatur antar permukaan
0
800 C maka baja tersebut setelah
kesetimbangan akan terdiri dari 50% ferit (α) Panas yang dihasilkan pada dasarnya
dan 50% austenite ( γ ) yang mengandung tergantung pada besarnya arus listrik dan
0,4% C seperti terlihat pada gambar 5.

177
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.2, No. 3 Tahun 2011 : 175-181 ISSN 0216-468X

waktu yang digunakan serta sifat tahanan temperatur dari temperatur ruang hingga titik
listrik dari material diantara elektroda. leleh, ∆V volume nugget las, dan H panas
Menurut hukum Joule's, yang dinyatakan laten dari fusi per unit volume. Dengan
oleh persamaan di bawah, Q adalah panas mengkombinasikan persamaan 3 dan 5 maka
yang dihasilkan, I adalah kuat arus dan t didapatkan hubungan:
adalah waktu saat arus listrik mengalir:
2
2
I t = (1+f) ∆V ………..................(5)
Q = I Rt ………........…….(1)
Adapun proses pengelasan tahanan ini
Pembentukan nugget las tergantung
terdiri dari tiga langkah atau tahap yaitu tahap
pada panas yang diberikan dan panas
squeezing, welding dan holding seperti yang
dissipasi pada elektrode dan benda kerja.
ditunjukkan pada Gambar 5.
Secara matematis dapat menuliskan
hubungan antara panas yang dihasilkan QG
dengan panas yang dibutuhkan QN serta
losses selama pengelasan QL sebagai
berikut:

QG=QN + QL …………........(2)

Dimana, QG adalah panas yang dihasilkan,QN


adalah total panas yang dibutuhkan untuk
membentuk nugget las, dan QL adalah heat
losses yang dihantarkan melalui benda kerja
dan elektrode dimana ditentukan oleh
besarnya konduktifitas termal bahan, bentuk
geometri benda kerja dan elektrode. Jika
diasumsikan QL = f.QN, maka persamaan 2 Gambar 5. Siklus resistance spot
menjadi: welding

QG = (1+f)QN…………........(3)
dimana tahap-tahapnya dapat dijelaskan
Dimana f merupakan ratio yang ditentukan sebagai berikut:
oleh besarnya perbandingan antara QL dan  Tahap 1 merupakan kondisi awal
QN, dan panas yang dihasilkan menurut dimana kedua bahan belum dijepit oleh
2 kedua elektroda.
persamaan 1 adalah Q= I Rt, dimana panas
yang dihasilkan tergantung oleh parameter  Tahap 2 merupakan tahap Squeezing
las (welding current dan welding time) dan terdiri dari penerapan gaya pengelasan
resistifitas bahan serta bentuk geometri untuk benda kerja sehingga
benda kerja, maka total panas yang mendapatkan jumlah tekanan yang
dibutuhkan untuk membentuk nugget las sesuai, sebelum pengelasan.
meliputi: pertama untuk memanaskan logam  Tahap 3 dan 4 merupakan tahap
las hingga mencapai titik leleh dan kedua pengelasan dimana selama tahap ini
untuk mencairkan logam las hingga arus listrik mengalir melalui benda kerja,
membentuk logam las (faktor lain seperti over sedangkan gaya pengelasan
heat pada logam cair diabaikan untuk dipertahankan, sehingga menghasilkan
analisis) sehingga: panas.
 Dalam tahap 5 yaitu holding time arus
QN =qN∆V = (ρCp∆T+ρH)∆V .....…..(4) listrik sudah dimatikan dan gaya las
dipertahankan, sehingga memungkinkan
Dimana, qN total panas untuk membentuk lasan tetap tertekan dan mengalami
nugget las per unit volume, ρ densitas dari pendinginan di bawah tekanan.
logam las, Cp panas spesifik, ∆T kenaikan

178
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.2, No. 3 Tahun 2011 : 175-181 ISSN 0216-468X

 Tahap 6 merupakan tahap akhir ketika (furnace) untuk memudahkan pengontrolan


nugget las sudah terbentuk. temperatur hingga mencapai temperatur 800
0
C selanjutnya di holding selama 30 menit
METODE PENELITIAN kemudian di quenching dalam air tanpa
agitasi, kemudian dilakukan proses
Tempat dan Waktu Penelitian pengelasan specimen dengan menggunakan
Jenis penelitian ini adalah jenis las tahanan (RSW).
penelitian experimental. Penelitian dan Rancangan diagram waktu vs suhu untuk
perlakuan panas dilakukan di bengkel las treatment pembentukan fasa ganda dapat
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri ditunjukkan Gambar 6.
Malang.
Adapun komposisi kimia bahan dapat
Bahan dan Peralatan Penelitian ditunjukkan pada Tabel 1.
Dalam penelitian ini bahan yang
digunakan adalah lembaran plat AISI 1005 Tabel 1. Komposisi kimia plat baja AISI 1005
dengan tebal 1 mm yang telah ditreatment Material %C %Si %Mn %P %S
menjadi baja fasa ganda.
SPCC 0.03 0.01 0.233 0.008 0.013
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini meliputi:
a. Variabel bebas (independent) adalah
Bentuk dan ukuran specimen uji tarik
besar arus yaitu 900 A,1600 A,1850 A.
mengikuti standar AWS D8.9-97 yang dapat
dan waktu penahanan selama proses
ditunjukkan seperti Gambar 7.
pengelasan yaitu , 0.25 detik, 0.5 detik,
0.75 detik,dan 1 detik. 120 mm
b. Variabel terikat (dependent) adalah
kekuatan sambungan dan bentuk
mikrostruktur yang dihasilkan dari proses
pengelasan RSW pada baja fasa ganda.
c. Variabel terkontrol adalah gaya tekan 38 mm
elektrode pada benda kerja saat
pengelasan. 19 mm

Rancangan Penelitian

Bahan spesimen adalah lembaran plat


baja karbon rendah AISI 1005 tebal 1 mm
19 mm
menjadi baja fasa ganda melalui heat
treatment dimana pemanasan dilakukan Gambar 7. Bentuk rancangan spesimen uji
dengan menggunakan dapur pemanasan tarik

Holding selama
30 menit HASIL DAN PEMBAHASAN
800 0C
Data Hasil Penelitian
Data hasil kekuatan tarik geser
2
sambungan las (N/mm ) dapat disajikan
dalam Tabel 2. Jika di tampilkan dalam
bentuk grafik pengaruh kuat arus dan waktu
pengelasan terhadap kekuatan tarik (dalam
hal ini adalah kekuatan geser) sambungan
las dapat disajikan seperti dalam Gambar 8.
Waktu
(menit)
Gambar 6. heat treatment pembentukan
baja fasa ganda (ferit+martensit)

179
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.2, No. 3 Tahun 2011 : 175-181 ISSN 0216-468X

pengelasan) maka menghasilkan ukuran


Tabel 2. Hasil uji tarik sambungan las dari diameter nugget spot weld semakin
spesimen las meningkat hal ini yang kemungkinan
menyebabkan tensile shear forcenya
0.25 det 0.5 det 0.75 det 1 det
meningkat, dan kekuatan maksimum
0.9 kA 145.433 186.249 193.966 231.285 ditunjukkan pada kuat arus 1.85 kA dan
1.6 kA 177.270 236.986 197.564 195.862 waktu pengelasan 1 detik yaitu sebesar
1.85 2
189.712 197.030 207.690 237.072 237,0724 N/mm hal ini karena besarnya
kA
gaya tarik geser hasil pengelasan pada titik
tersebut yang paling besar dibandingkan
diantara beberapa variasi parameter
pengelasan yang digunakan yaitu sebesar
2700 N. Sedangkan pada variasi waktu
pengelasan pada kuat arus 1.6 kA rata-rata
kuatan tariknya meningkat tetapi pada waktu
las 0.5 detik menunjukkan kekuatan tarik
yang paling besar, ini berarti pada titik
tersebut besarnya heat input mampu
menghasilkan sambungan yang ditunjukkan
oleh ukuran nugget las yang lebih besar
Gambar 8. Pengaruh kuat arus dan waktu sehingga menyebabkan gaya tariknya yang
pengelasan terhadap kekuatan tarik hasil las besar pula.
Kemudian ditinjau dalam prosentase
Jika ditunjukkan dalam grafik prosentase yang ditunjukkan oleh Gambar 9, jika
luasan seperti Gambar 9. dibandingkan di antara beberapa variasi kuat
arus dan waktu pengelasan kekuatan tarik
sambungan pada kuat arus 1.85 kA
menunjukkan prosentase yang paling besar
dalam berbagai range waktu pengelasan
dibanding variasi kuat arus yang lain ini
berarti pada kuat arus tersebut meskipun
dilakukan dalam waktu yang lebih singkat
dapat menghasilkan kekuatan las yang besar
yang ditunjukkan oleh besarnya gaya tarik
geser yang besar pula dibandingkan yang
lain,sehingga melihat hal ini dapat
disimpulkan bahwa nilai optimum dari
pengelasan spot welding pada baja fasa
ganda ini diperoleh pada kuat arus 1.85 kA
Gambar 9. Prosentase kekuatan tarik dan waktu pengelasan 1 detik.
sambungan las dari beberapa variasi
parameter pengelasan
KESIMPULAN
Pembahasan
Dari gambar 8 terlihat bahwa secara Dari hasil penelitian ini dapat ditarik
garis besar dengan bertambah besar kuat suatu kesimpulan bahwa dengan semakin
arus dan semakin lama waktu pengelasan besar kuat arus dan waktu pengelasan pada
rata-rata dari ketiga variasi kuat arus (0.9 proses spot welding pada baja fasa ganda
kA;1.6 kA dan 1.85 kA) menunjukkan bahwa maka dihasilkan kekuatan tarik yang semakin
kekuatan tarik sambungan las dalam hal ini besar dan nilai optimum di dapat pada kuat
adalah kekuatan gesernya rata-rata arus 1.85 kA dengan variasi yang terbaik juga
meningkat yang berarti semakin besar heat didapat pada kuat arus ini dalam berbagai
input (akibat perubahan kuat arus dan lama waktu pengelasan dan ditunjukkan pada

180
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.2, No. 3 Tahun 2011 : 175-181 ISSN 0216-468X

luasan daerah kekuatan tarik yang terbesar [2] Pires.N., 2006, Technology,System
yaitu sekitar 40%. Issues and Aplication, Springer Verlag
London Limited.pg.54-60.
DAFTAR PUSTAKA [3] Cortez V.H.L and F.A.R. Valdes.,2008,
”Understanding Resistance Spot Welding
[1] Xiaoyan Li, 2005. Weldability of Dual of Advanced High-Strength
Phase Steel and TRIP Steel, tesis Steels”,Weld.J,pg 36-40.
submitted to the Department of [4] Tumuluru. M.D.,2006, ”Resistance Spot
Mechanical and Materials Engineering, Welding of Coated High-Strength Dual-
Queen’s University Phase Steels”, Weld.J.,Vol.85(8),pg.31-
Kingston,Ontario,Canada. 37.

181

Anda mungkin juga menyukai