Anda di halaman 1dari 6

TUGAS UAS

TEKNOLOGI METAL DAN ALLOY

(Dosen. Akhmad Aminullah, ST., MT., Ph.D.)

REVIEW JURNAL
FAILURE OF WELD JOINTS BETWEEN CARBOON STEEL PIPE AND 304
STAINLESS STEEL ELBOWS
DAN
ANALYZING THE FAILURE OF WELDED STEEL COMPONENTS IN
CONSTRUCTION SYSTEMS

Dibuat Oleh :
DWI JENITA MAHARANI
NIM. 19/449708/PTK/12967

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SARANA PRASARANA DAN BAHAN


BANGUNAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
UNIVERSITAS GAJAH MADA
2020
Pada tugas ini penulis mereview dua jurnal yang berhubungan dengan kegagalan
metal. Jurnal pertama oleh Anwar dkk (2004) dengan judul “Failure of Weld Joints
Between Carbon Steel Pipe and 304 Stainless Steel Elbows” dan jurnal kedua oleh
Daniel J (2018) yang berjudul “Analyzing the Failure of Welded Steel Components in
Construction Systems”. Kedua jurnal tersebut membahas mengenai kaitan kegagalan
material metal pada infrastruktur.

Jurnal 1:
Judul Failure of Weld Joints Between Carbon Steel Pipe and 304
Stainless Steel Elbows
Jurnal Science Direct, www.sciencedirect.com
Volume & Halaman Engineering Failure Analysis 12 (2005) 181-191
Tahun Accepted 3 Juli 2004, Available Online 12 September 2004
Penulis Anwar Ul-Hamid, Hani M. Tawancy, Nureddin M. Abbas
Review Dwi Jenita Maharani
Tanggal 12 Mei 2020

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Anwar dkk dengan judul Failure of Weld
Joints Between Carbon Steel Pipe and 304 Stainless Steel Elbows meneliti mengenai
kegagalan sambungan logam las dalam sistem perpipaan pabrik petrokimia. Dalam
penelitian ini, peneliti melakukan pengujian plasma induktif dan pengujian kekerasan
mikro, yang digunakan untuk menentukan penyebab kegagalan yang paling besar.
Dalam analisis penelitian ini, retakan berasal dari hubungan antara pipa CS dan las root
SS.
Retakan terjadi ini muncul pada sambungan las setelah terjadinya periode layanan
yang relatif singkat dan mengalami kebocoran. Gas yang mengalir didalam pipa
memiliki senyawa hydrogen yang banyak. Pipa saluran yang keluar dari drum hisap,
merupakan las dari pipa baja karbon (CS) dan siku-siku SS304. Tes radiografi
dilakukan ditempat sehingga menunjukkan retakan terjadi melingkar dan berkembang di
sepanjang lapisan las yang berdekatan dengan pipa CS. Panjang retakan bervariasi
antara 120 – 600 mm.
Sambungan yang dihasilkan ini menjadi bocor setelah dilakukan perbaikan las di
masa lalu, salah satunya yaitu sambungan gagal setelah 2 tahun perbaikan las. Sampel

1
yang digunakan yaitu pipa CS yang gagal dan lapisan las yang dipotong, dan dianalisis
untuk menentukan kegagalan yang paling mungkin terjadi.
Pada percobaan didapatkan bahan pipa CS terjadi retak di permukaan yang dalam
yang bersentuhan dengan gas hydrogen. Retakan merambat secara melingkar dan
melintasi pipa. Ketebalan dinding menyebabkan terjadi kebocoran. Patahnya ini
diperkirakan telah muncul pada zona martenisit. Zona martenisit ini menunjukkan
bahwa panas yang cukup dihasilkan selama pengelasan untuk meleburkan CS ini
berlebihan sehingga mengakibatkan pengenceran las. Munculnya lapisan tipis martensit
antara pipa CS dan las SS menyebabkan keretakan. Besarnya jumlah hydrogen yang
melewati pipa juga dapat menyebabkan kerusakan hydrogen diwilayah martensit.
Hasil yang didapat dari percobaan peneliti menunjukkan bahwa sambungan pipa CS
dan las SS gagal karena terjadinya pengembangan daerah terlokalisasi dengan kekerasan
tinggi selama sama pendinginan dari suhu pengelasan. Maka dari itu input panas selama
pada proses pengelasan harus dikurangi melalui penggunaan elektroda berdiameter kecil
pada arus rendah dan tegangan yang relatif lebih tinggi dalam mencegah pengenceran.
Pengelasan harus dikontrol sehingga penetrasi ke dalam pipa CS dijaga agar tetap
minimum.

Jurnal 2:
Judul Analyzing the Failure of Welded Steel Components in
Construction Systems
Jurnal ASM International 2018
Volume & Halaman J. Fail. Anal. And Preven. (2018) 18:304-314
Tahun Submited: 8 December 2017 / Published Online 18 January
2018
Penulis Daniel J. Thomas
Review Dwi Jenita Maharani
Tanggal 12 Mei 2020

Dalam jurnal yang dilakukan oleh Daniel dengan judul Analyzing the Failure of
Welded Steel Components in Construction Systems membahas mengenai kegagalan
komponen baja konstruksi yang dilas. Kesalahan dalam baja yang dilas terjadi karena

2
desain yang tidak tepat, pilihan atau kualitas baja yang salah, proses pengelasan di
bawah standar dan pemeliharaan yang tidak tepat.
Penelitian yang dilakukan oleh Daniel bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja
yang mempengaruhi kegagalan komponen baja konstruksi saat pengelasan. Dimana
dapat kita ketahui bahwa sambungan baja konstruksi sangat rentan dan sensitif terhadap
korosi ataupun kualitas las.
Struktur baja konstruksi dilas ini terdiri dari balok, saluran, sudut dan pelat dan
tergabung dengan sambungan baut, dilas, ataupun dengan paku keling. Struktur baja
menjadi sasaran dari beban variabel dan dapat mengalami kegagalan fatik dari las.
Kekuatan dan kualitas sambungan las tergantung dari faktor desain, dimensi dan proses
pengelasan yang dilakukan selama pabrikasi. Faktor inilah yang akan mengurangi umur
struktur dan akhirnya menyebabkan pembentukan kegagalan struktural.
Pemilihan baja sangat bergantung dari grade baja dan pengelasan. Kalau salah
memilih grade baja, maka akan menghasilkan pembentukan zona yang dipengaruhi
panas dan masalah pengelasan seperti retak atau penetrasi las yang tidak memadai.
Telah diketahui bahwa penetrasi las sangat penting karena kualitas las tergantung dari
penggunaan panas. Meningkatnya panas, selain meningkatkan penetrasi las tapi juga
meningkatkan ukuran HAS (panas rapuh) dan berpotensi mendukung rapuh dan
tegangan sisa tarik.
Kerusakan struktur yang dilas disebabkan oleh kegagalan akibat kelelahan.
Kelelahan retak dimulai dari ujung las, tapi juga dimulai pada akar las. Maka dari itu,
diperlukan 3 kondisi untuk mencapai dalam mempertahankan umur komponen, yaitu
1. Aplikasi harus melakukan fungsi yang ditentukan seefisien mungking
2. Aplikasi harus mampu memberikan umur layanan yang memadai
3. Aplikasi harus mampu dibuat secara ekonomis.
Biasanya faktor keselamatan dikurangi hingga sangat rendah. Maka dari itu,
kebanyakan kegagalan yang terjadi pada komponen baja konstruksi yaitu karena adanya
pembentukan fraktur akibat kelelahan dari struktur yang dilas.
Kekuatan sambungan las pada peralatan konstruksi tergantung dari banyak faktor
yang harus dikontrol dengan baik sehingga didapatkan las yang berkualitas tinggi. Las
memiliki keunggulan dibandingkan dengan baut, yaitu harganya yang murah dan tidak
ada kelonggaran pada sambungan. Tapi selain memiliki keunggulan, las juga memiliki

3
kerugian yaitu pada sambungan las akan menghasilkan tegangan sisa dan membentuk
potongan dan perubahan metalurgi terjadi di HAZ. Umur kelelan dari komponen yang
dilas dapat berkurang secara signifikan dibandingkan dengan komponen yang tidak
dilas yang terbuat dari baja yang sama.
Selama proses pengelasan, cacat yang dihasilkan dapat meluas ke lasan, maka dari
itu cacat harus dihindari. Pada saat pengelasan, saat cacat terdeteksi, maka harus
langsung dihilangkan dengan cara perbaikan lasan yang sedang dilakukan. Desain las
yang baik akan menampilkan konsentrasi tegangan local diwilayah ujung las. Tapi jika
las yang dihasilkan buruk, maka tegangan dapat terkonsentrasi di berbagai geometri dan
peningkatan intensitas tegagangan dan mengakibatkan kegagalan cacat las.
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa kegagalan komponen baja konstruksi dilas
yaitu dari variabel yang mempengaruhi umur kelelahan las. Karena faktor seperti
tegangan yang diterapkan, tingkat kelengkungan, tegangan sisa, geometri dan ukuran las
setiap cacat las mempengaruhi tegangan takik. Perilaku kelelahan las lalu dikendalikan
oleh tegangan lokal pada tingkat yang sama.
Untuk itu, kita harus tau jenis dan besar beban yang mempengaruhi setiap bagian
dalam lasan. Kekuatan material dan lasan harus sesuai dengan syatat minimum yang
sesuai. Kegagalan dalam struktur baja konstruksi dapat menyebabkan kegagalan
struktural katastropik. Maka dari itu, harus mempertimbangkan faktor yang
mempengaruhi kegagalan pengelasan dan memastikan ada penyelesaian yang tepat
terhadap munculnya faktor kegagalan itu.

KESIMPULAN:
Dari hasil review 2 jurnal yang berkaitan dengan kegagalan metal, dapat
disimpulkan bahwa pada jurnal 1 yang berjudul Failure of Weld Joints Between
Carbon Steel Pipe and 304 Stainless Steel Elbows yang ditulis oleh Anwar dkk
menjelaskan bahwa kegagalan sambungan logam las dalam sistem perpipaan pabrik
petrokimia diakibatkan oleh panas yang digunakan untuk meleburkan Carbon Steel (CS)
berlebih sehingga mengakibatkan pengenceran las dan terjadinya keretakan. Maka dari
itu, input panas pada proses pengelasan harus dikurangi melalui penggunaan elektroda
berdiameter kecil pada arus rendah dan tegangan yang relatif lebih tinggi dalam
mencegah pengenceran. Dan pengelasan juga harus selalu dikontrol dan dijaga agar
suhu tetap minimum.

4
Pada jurnal ke 2 yang berjudul Analyzing the Failure of Welded Steel Components
in Construction Systems yang ditulis oleh Daniel J menjelaskan bahwa kegagalan
komponen baja konstruksi yang dilas diakibatkan oleh variabel yang mempengaruhi
umur las. Kesalahan baja yang dilas terjadi karena desain yang tidak tepat, pilihan atau
kualitas baja yang salah dan proses pengelasan dibawah standar serta pemeliharaan
yang tidak tepat. Kualitas las juga bergantung dari panas untuk penetrasi las. Semakin
meningkat panas las, akan meningkatkan penetrasi las tapi dapat juga mendukung
kerapuhan dari baja itu sendiri. Maka dari itu, perlu dipertimbangkan dan dijaga suhu
panas yang akan dilakukan.
Maka dari itu, dari hasil kedua jurnal diatas disebutkan bahwa kegagalan las yang
paling utama diakibatkan oleh kelebihan panas yang menyebabkan baja tersebut
menjadi mengencer dan terjadi kerapuhan sehingga mengakibatkan kegagalan las dan
berkurangnya umur komponen baja las tersebut. Sehingga pada saat pengelasan
diperlukan pemeriksaan dan menjaga suhu agar tidak terlalu panas dan tetap stabil agar
dapat menghindari dari kegagalan las tersebut.

Anda mungkin juga menyukai