Anda di halaman 1dari 110

MATA KULIAH :

STRUKTUR BAJA-1

MATERIAL BAJA

SP-032
FT SIPIL UMJ
Jenis-Jenis Baja

•Baja merupakan campuran dari beberapa unsur :


Besi (Fe) : + 98 %
Karbon (C) : max 1,7 % (tegangan naik, regangan kurang)
Manganese (Mn) : max 1,65 % (kekuatan)
Silikon (Si) : max 0,6 % (mengurangi gas)
Tembaga (Cu) : max 0,6 % (ketahanan terhadap karat)
Phosfor (P) dan belerang (S) (kurang keuletan)

•Sifat baja bergantung kepada kadar carbon, semakin bertambah kadar carbonnya
maka tegangannya akan naik tetapi regangannya semakin menurun sehingga baja
bersifat keras tetapi getas.
•Adanya phospor (P) dan belerang (S) juga menyebabkan berkurangnya keuletan
(getas)
•Tembaga (Cu) mempunyai pengaruh baik terhadap ketahanan korosi
•Silikon (Si) digunakan untuk mengurangi gas pada leburan logam
•Manganese (Mn) juga menambah kekuatan baja
Baja yang biasa digunakan untuk keperluan struktur adalah dari jenis :

1.Baja Karbon (fy = 210 – 250 MPa)


Baja karbon rendah : sekitar 0,15 %
Baja karbon sedang : 0.15 % - 0,29 % (umum untuk struktur bangunan
misalnya BJ 37)
Baja karbon medium : 0,3 % - 0,5 %
Baja karbon tinggi : 0,6 % - 1,7 %
Baja karbon memiliki titik peralihan leleh yang tegas, peningkatan kadar
karbon akan meningkatkan kuat leleh tapi mengurangi daktilitas dan
menyulitkan proses pengelasan

2.Baja Mutu Tinggi (fy = 275 – 480 MPa)


•Menunjukkan titik peralihan leleh yang tegas
•Didapat dengan menambahkan unsur aloi (chromium, nickel, vanadium,
dll) kedalam baja karbon untuk mendapatkan bentuk mikrostruktur yang
lebih halus

3.Baja Aloi (fy = 550 – 760 MPa)


•Tidak menunjukkan titik peralihan leleh yang tegas
•Titik peralihan leleh ditentukan menggunakan metode tangen 2 ‰ atau
metode regangan 5 ‰
Baja merupakan logam yang berunsurkan Fe dan C, yang
umumnya di
gunakan dalam bentuk plat, lembaran, pipa, dan batang.
Kekerasan dan keuletan baja secara garis besar
dikelompokkan sebagai berikut :
1.Baja Karbon rendah (0.08-0.35 % C)
digunakan untuk kawat, baja profil, skrup, ulir baut.

2.Baja Karbon sedang (0.35-0.55 % C)


digunakan untuk rel kereta api, as roda gigi dan lain-lain.

3.Baja Karbon tinggi (0.55-1.77 % C)


digunakan untuk perkakas potong, gergaji, pisau dan
bagian yang tahan gesekan.
Kelebihan dan kelemahan baja sebagai material konstruksi
Berikut keunggulan baja sebagai material konstruksi :
1.Kekuatan Tinggi ( High Strength )
Baja struktural umumnya mempunyai daya tarikan (tensile strength) antara
400 s/d 900 Mpa. Hal ini sangat berguna untuk dipakai pada struktur –
struktur yang memiliki bentang panjang dan struktur pada tanah lunak.
2.Keseragaman ( Uniformity )
Sifat – sifat baja tidak berubah karena waktu. Hampir seluruh bagian baja
memiliki sifat – sifat yang sama sehingga menjamin kekuatannya.
3.Elastisitas ( Elasticity )
Baja mendekati perilaku seperti asumsi yang direncanakan oleh perencana,
karena mengikuti hukum Hooke, walaupun telah mencapai tegangan yang
cukup tinggi. Modulus elastisitasnya sama untuk tarik dan tekan.
4.Daktalitas ( Ductility )
Daktalitas adalah kemampuan struktur atau komponennya untuk melakukan
deformasi inelastik bolak – balik berulang diluar batas titik leleh pertama, sambil mempertahankan sejumlah
besar kemampuan daya dukung bebannya. Manfaat daktalitas ini bagi kinerja struktural adalah pada saat
baja mengalami pembebanan yang melebihi kekuatannya, baja tidak langsung hancur tetapi akan
meregang sampai batas daktalitas. Demikian juga pada beban siklik, daktalitas yang tinggi menyebabkan
baja dapat menyerap energi yang besar.
5.Kuat Patah / Rekah ( Fracture Toughness )
Baja dalah material yang sangat ulet sehingga dapat memikul beban yang berulang – ulang. Komponen
struktur baja yang dibebani sampai mengalami deformasi besar, masih mampu menahan gaya – gaya yang
cukup besar tanpa mengalami fraktur. Keuletan ini dibutuhkan jika terjadi konsentrasi tegangan walaupun
tegangan yang masih dibawah batas yang diizinkan. Pada bahan yang tidak memiliki keuletan yang tinggi,
keruntuhan dapat terjadi pada tegangan yang rendah dan akan bersifat getas ( keruntuhan secara
langsung ).
Kelemahan baja sebagai material konstruksi :
1.Biaya Perawatan ( Maintenance Cost )
Baja bisa berkarat karena berhubungan dengan air dan udara. Oleh sebab itu,
baja harus dicat secara berkala

2. Biaya Penahan Api ( Fire Proofing Cost )


Kekuatan baja dapat berkurang drastis pada temperatur tinggi.

3.Kelelahan ( Fatigue )
Kelelahan pada baja tidak selalu dimulai dengan yielding ( leleh ) atau
deformasi yang sangat besar, tetapi dapat juga disebabkan beban siklik
ataupun pembebanan berulang – ulang dalam jangka waktu yang lama.
Kejadian ini sering terjadi dengan adanya konsentrasi tegangan karena adanya
lubang.

4.Rekah Kerapuhan
Struktur baja ada kalanya tiba – tiba runtuh tanpa menunjukkan tanda – tanda
deformasi yang membesar. Kegagalan ini sangat berbahaya dan harus
dihindari. Berbeda dengan kelelahan, rekah kerapuhan disebabkan oleh beban statik
Sifat Mekanis Baja
•Menurut SNI 03-1729-2002, sifat mekanis baja struktural adalah :

G = E/( 2(1 + ))

Nisbah poisson untuk daerah plastis = 0,5


Kelebihan Baja Sebagai Bahan Bangunan

•Kekuatan tinggi
baja bisa diproduksi dengan berbagai kekuatan yang bisa dinyatakan
dengan kekuatan tegangan lelehnya (fy) atau oleh tegangan tarik batas
(fu). Bahan baja walaupun dari jenis yang paling rendah kekuatannya,
tetap mempunyai perbandingan kekuatan per volume lebih tinggi
dibandingkan dengan bahan-bahan bangunan lainnya yang umum dipakai.
Hal ini memungkinkan perencana sebuah konstruksi baja bisa mempunyai
beban mati yang lebih kecil untuk bentang yang lebih besar, sehingga
memberikan kelebihan ruangan dan volume yang dapat dimanfaatkan
akibat langsingnya profil-profil yang dipakai.

•Kemudahan pemasangan
Semua bagian-bagian dari konstruksi baja bisa dipersiapkan di workshop,
sehingga satu-satunya kegiatan yang dilakukan di lapangan ialah erection
structure
• Keseragaman
Sifat-sifat dari baja, baik sebagai bahan bangunan maupun dalan bentuk
struktur terkendali dengan baik, sehingga para perencana dapat
mengharapkan elemen-elemen dari konstruksi baja bisa bersifat sesuai
dengan yang diduga dalam perencanaan

• Duktilitas
Sifat dari baja yang dapat mengalami deformasi yang besar dibawah
pengaruh tegangan tarik yang tinggi tanpa hancur atau putus disebut sifat
duktilitas. Sifat ini membuat baja mampu mencegah terjadinya
keruntuhan bangunan secara tiba-tiba.
• Dapat di las
Dalam keadaan panas (leleh) dapat digabungkan satu dengan yang lain
• Komponen-komponen strukturnya bisa digunakan lagi untuk keperluan
lainnya
• Komponen-komponen yang sudah tidak dapat digunakan masih
mempunyai nilai ekonomis sebagai besi tua
• Struktur yang dihasilkan bersifat permanen dengan cara pemeliharaan
yang tidak terlalu sukar
• Kekerasan
Dapat melawan masuknya benda lain kedalam.
Bentuk Profil Baja
Produk Baja Di Pasaran
Hubungan Tegangan - Regangan Baja Tegangan :

•Tegangan dan regangan yang terjadi pada suatu


penampang profil dapat disebabkan oleh
beberapa tipe pembebanan seperti tarik, tekan,
lentur, geser maupun torsi

•Pada umumnya satuan yang dipakai untuk


mendefinisikan tegangan yaitu Mega Pascals
(MPa)

•1 MPa = 1 MN/m2 = 1 N/mm2

•Simbol yang dipakai untuk mendefinisikan


tegangan yaitu  atau f
Regangan :

Contoh :
Sebuah batang baja dengan panjang mula-mula 100 mm diberikan
pembebanan tarik hingga terjadi penambahan panjang sebesar 0,15
mm. Berapa nilai regangan yang dialami batang baja tersebut ?
Solusi :
=  / L ;  = 0,15 mm
L = 100 mm
 = 0,15 / 100 = 0,0015 = 1,5 x 10-3
Idealisasi kurva tegangan – regangan baja :
•Pada umumnya kurva tegangan-regangan untuk baja berdasarkan pembebanan tarik (gbr
diatas)
•Sumbu vertikal merupakan nilai tegangan dan sumbu horisontal merupakan nilai
regangan
•Pada pembebanan awal, kurva berbentuk garisk lurus OA. Terdapat hubungan linier
antara tegangan dan regangan
•Slope dari garis lurus OA tersebut dikenal dengan Modulus Young
•Pada baja nilai Modulus Young (E) berkisar 200.000 MPa
Kurva Tegangan - Regangan Baja
Kurva tegangan – regangan berbagai jenis baja :
Kurva tegangan – regangan pada daerah lebih rinci
Stress adalah beban dibagi luas penampang bahan strain adalah
pertambahan panjang dibagi panjang awal bahan.
Stress: σ = F/A F: gaya tarikan, A: luas penampang
Strain: ε = ΔL/L ΔL: pertambahan panjang, L: panjang awal
Hubungan antara stress dan strain dirumuskan:
E=σ/ε
Elastisitas” atau “Young Modulus”. Kurva yang menyatakan
hubungan antara strain dan stress seperti ini kerap disingkat
kurva SS (SS curve). E = 200.000 MPa

Persentase perpanjangan (Elongation) :

e (%) = [(Lf-L0)/L0] x 100%

dimana : Lf = panjang akhir benda uji


L0 = panjang awal benda uji
POISSON RATIO
• Adalah konstanta elastisitas yang di miliki oleh setiap material, Sebuha
material yang diberikan gaya satu arah, ditarik atau ditekanakan akan
mengalami perunahan bentuk . Selain perubahan bentuk ke arah gaya
yang diberikan juga mengalami perubahan bentuk ke arah tegak lurus gaya
yg diberikan.
• Jadi Poisson Ratio adalah perbandingan dari perubahan arah tranversal
dengan perubahan bentuk ke arah axial

 = d tranversal / d axial
Fig 2. A stress–strain curve typical of structural steel
1. Ultimate Strength
2. Yield Strength
3. Rupture
4. Strain hardening region
5. Necking region.
A: Apparent stress (F/A0)
B: Actual stress (F/A)
Schematic appearance of round
metal bars after tensile testing.
(a) Brittle fracture
(b) Ductile fracture
(c) Completely ductile fracture
Perilaku Baja pada Suhu Tinggi
•Bila suhu mencapai 900C, hubungan tegangan-regangan baja menjadi
tidak lagi proporsional dan peralihan kuat leleh menjadi tidak tegas

•Modulus elastisitas E, kuat leleh fy, dan kuat tari fu, tereduksi dengan
sangat nyata

•Reduksi tersebut sangat besar pada rentang suhu 4300C – 5400C

•Pada suhu sekitar 2600C – 320oC, baja memperlihatkan sifat rangkak


Keruntuhan Getas
•Meskipun umumnya keruntuhan baja bersifat daktail, namun dalam
beberapa kondisi baja dapat mengalami keruntuhan secara getas.

•Keruntuhan getas adalah jenis keruntuhan yang terjadi tanpa didahului oleh
deformasi plastis dan terjadi dalam waktu yang sangat singkat

•Keruntuhan getas dipengaruhi oleh suhu, kecepatan pembebanan, tingkat


tegangan, tebal pelat, dan geometri detailing.

•Pada suhu normal, keruntuhan getas berpotensi untuk terjadi bila keadaan
tegangan cenderung bersifat multiaksial
Karena perubahan geometri yang tiba-tiba sering menimbulkan keadaan tegangan
multiaksial, konfigurasi dan perubahan penampang harus dibuat sehalus mungkin
untuk menghindari terjadinya keruntuhan getas.
Hal-hal berikut ini perlu diperhatikan dalam
mengantisipasi keruntuhan getas :

1.Temperatur rendah meningkatkan resiko keruntuhan getas


2.Keruntuhan getas terjadi karena tegangan tarik
3.Pelat baja tebal meningkatkan resiko
4.Geometri tiga dimensi meningkatakan resiko
5.Adanya cacat baja meningkatkan resiko
6.Kecepatan pembebanan yang tinggi meningkatkan resiko
7.Sambungan las menimbulkan resiko
•Namun, daktilitas dalam arah ketebalan jauh lebih kecil daripada dalam arah
gilas

•Bila proses pembebanan adalah sedemikian sehingga diperlukan


redistribusi, maka daktilitas yang terbatas tidak dapat mengakomodasi
redistribusi yang diperlukan, bahkan yang terjadi dapat berupa sobekan
lamelar.
Sobekan Lamelar
•Sobekan lamelar adalah jenis keruntuhan getas yang terjadi pada bidang gilas akibat
gaya tarik yang bekerja tegak lurus ketebalan elemen pelat profil

•Karena regangan yang diakibatkan oleh beban layan biasanya <ey maka beban layan
biasanya tidak perlu diperhatikan sebagai penyebab sobekan lamelar

•Dalam sambungan las yang terkekang, regangan akibat susut logam las dalam arah
tegak lurus ketebalan sering terjadi secara lokal dan lebih besar daripada ey

•Hal ini yang sering menyebabkan terjadinya sobekan lamelar

•Sebagai akibat proses gilas baja panas, profil baja memiliki sifat yang berbeda-beda
dalam arah gilas, transfersal, dan ketebalan

•Pada daerah elastis, sifat-sifat baja dalam arah gilas dan arah transfersal hampir sama
( tahanan dalam arah transfersal sedikit lebih kecil daripada tahanan dalam arah gilas)
Keruntuhan Lelah (Fatigue)
•Tegangan tarik yang bersifat siklis dapat menyebabkan keruntuhan meskipun kuat leleh baja
tidak pernah tercapai
•Gejala tersebut dinamakan keruntuhan lelah (fatigue)
•Keruntuhan atau keretakan yang terjadi bersifat progresif hingga mencapai
keadaan instabilitas
•Keruntuhan lelah dipengaruhi oleh beberapa faktor :

1.Jumlah siklus pembebanan


2.Taraf tegangan tarik yang terjadi (dibandingkan dengan kuat leleh)
3.Ukuran cacat-cacat dalam material baja

•Dalam hal keruntuhan lelah, tegangan yang terjadi pada saat layan
merupakan pertimbangan utama, sedangkan mutu baja tidak memegang peranan penting
•Pengaruh beban mati juga tidak cukup sensitif
•Namun geometri penampang dan kehalusan penyelesaian detailing memberikan pengaruh
yang dominan
Example - Tensile Force acting on a Rod
A force of 10 kN is acting on a circular rod with diameter 10 mm. The stress in the rod
can be calculated as
σ = (10 103 N) / (π ((10 10-3 m) / 2)2)
= 127388535 (N/m2)
= 127 (MPa)

Example - Force acting on a Douglas Fir Square Post


A compressive load of 30000 lb is acting on short square 6 x 6 in post of Douglas fir.
The dressed sizeof the post is 5.5 x 5.5 in and the compressive stress can be
calculated as
σ = (30000 lb) / ((5.5 in) (5.5 in))
= 991 (lb/in2, psi)

Shear Stress
Stress parallel to the plane is usually denoted "shear stress" and can be expressed
as
τ = Fp / A (2)
where
τ = shear stress ((Pa) N/m2, psi)
Fp = parallel component force (N, lbf)
A = area (m2, in2)
Strain (Deformation)
ensile or Compressive Stress - Normal Stress
Tensile or compressive stress normal to the plane is usually denoted "normal stress" or "direct stress" and can be expressed as
σ=F/A n (1)
where
σ = normal stress ((Pa) N/m , psi) 2

F = normal component force (N, lb (alt. kips))


n f

A = area (m , in ) 2 2

•a kip is a non-SI unit of force - it equals 1,000 pounds-force


•1 kip = 4448.2216 Newtons (N) = 4.4482216 kilonewtons (kN)

Strain is defined as "deformation of a solid due to stress" and can be expressed as


ε = dl / l o

=σ/E (3)
where
dl = change of length (m, in)
l = initial length (m, in)
o

ε = strain - unitless
E = Young's modulus (Modulus of Elasticity) (N/m (Pa), lb/in (psi)) 2 2

•Young's modulus can be used to predict the elongation or compression of an object.

Example - Stress and Change of Length


The rod in the example above is 2 m long and made of steel with Modulus of Elasticity 200 GPa (200 109 N/m2). The change of length can be calculated by
dl = σ lo / E
= (127 106 Pa) (2 m) / (200 109 Pa)
= 0.00127 (m)
= 1.27 (mm)
•thermal stress and force

Young's Modulus - Modulus of Elasticity (or Tensile Modulus) - Hooke's Law


Young's Modulus Shear Modulus Bulk Modulus

Material
1010 N/m2 106 lb/in2 1010 N/m2 106 lb/in2 1010 N/m2 106 lb/in2

Aluminum 7.0 10 2.4 3.4 7.0 10

Brass 9.1 13 3.6 5.1 6.1 8.5

Copper 11 16 4.2 6.0 14 20

Glass 5.5 7.8 2.3 3.3 3.7 5.2

Iron 9.1 13 7.0 10 10 14

Lead 1.6 2.3 0.56 0.8 0.77 1.1

Steel 20 29 8.4 12 16
Profil Baja Struktural
Poril Baja WF (Wide Flange)
Profil baja ini biasa di gunakan untuk membuat
sebuah kolom , ring balk , tiang pancang , top
& bottom cord member pada truss , komposit
beam atau coloum , kanti liver kanopi .
U Channel (Kanal U , UNP)

tidak untuk struktur kolom , ukuran lebih kecil


dan mudah mengalami tekukan - tekukan di
setiap sisi nya .
profil baja ini biasa di gunakan untuk rangka
atap .

Profil baja ini j memiliki sebutan -yang


beragam sepeti Baja UNP , Channel U , Kanal
U dan Profil U ..
C Channel (Kanal C , CNP) Lipped Channel

Profi baja ini memiliki fungsi untuk purlin (Balok


dudukan penutup atap) , girts (Elemen yang
memegang penutup dinding seperti metal sheet dan
lain sebagainya ) , member pada truss , rangka
komponen arsitektural .

Seperti Profil baja lainnya profil baja ini juga


memiliki istilah - istilah lainnya seperti Balok purlin ,
kanal C , C- Channeldan CNP . jika anda ingin tau
ukuran dari profil baja ini lihat lah gambar di bawah
ini
RHS (Rectangular Hollow Section) - Cold
Hollow (Hollow Persegi)

Profil baja ini memiliki fungsi untuk


komponen - komponen rangka arsitektural
(Ceiling , partisi gipsum dan lain sebagai
nya) , rangka dan support ornamen non
struktural .

Baja ini juga memilik istilah lainnya seperti


Besi Hollow , Profil persegi dan Profil
Hollow . jika anda ingin mengetahui ukuran
dari profil baja ini lihat lah gambar di
bawah ini
STELL PIPE adalah sejenis pipa yang
berbahan dasar baja , fungsi dari profil
baja ini adalah bracking (Horizontal dan
Vertikal ) , Secondary beam (yang biasa
ada di rangka atap) , kolom arstektural ,
support arsitektural (biasanya ekposed )

Istilah lain yang di gunakan untuk profil


baja ini adalah Pipa Baja , Pipa Hitam ,
Pipa Galvanis , Pipa Seamles , Pipa
Wrlded dan stell tube . jika ingin
mengetahui ukuran dari profil baja ini lihat
lah gambar di bawah ini . Penggunaan :
bracing (horizontal dan vertikal), secondary
beam (biasanya pada rangka atap), kolom
arsitektural, support komponen arsitektural
(biasanya
eksposed, karena bentuknya yang silinder
mempunyai nilai artistik)
Istilah lain : steel tube, pipa
Besi Siku EQUAL ANGLE

Kami menyediakan besi siku lobang dan


besi siku biasa. Besi siku berbentuk siku
sama kaki yang digunakan untuk
penggunaan umum dengan ukuran
mulai 50 mm sampai 250 mm.
Besi Siku Lobang dapat digunakan untuk
Rak Lemari, Sandaran buku,dll.
Sedangkan untuk besi siku biasa dapat
digunakan untuk baja struktural atau
kegunaan lainnya dengan tipe yang
tersedia adalah equal angle dan unequal
angle.

UNEQUAL ANGLE
T-Beam
Pengunaan : balok lantai, balok kantilever
(kanopi: https://goo.gl/DYGbub

Make Google view image button visible


again:
MATA KULIAH :
STRUKTUR BAJA-1

BATANG TARIK

SP-032
FT SIPIL UMJ
BATANG TARIK
BATANG TARIK ( TENSION)

Pu Pu

Pu = Pn /   Ag . Fy / 1.67 (ASD/DKI) Pu = Pn /  < 1/2 . Ae . Fu

Pu = t . Pn  0.9 Ag . Fy (LRFD/DFBK) Pu = t .Pn < 0.75 Ae . Fu

Leleh pada Fracture pada


penampang bruto penampang efektif

Batas Kelangsingan Batang Tarik L / r < 300


Luas Bersih ( netto) Komponen Struktur Tarik

Pu Pu
h

An  Ag  n . d . t

Dimana :
An = Luas Netto ( Luas Bersih)
Ag = Luas Gross ( Luas Kotor)
n = Jumlah baut
d = diameter Lobang Baut
t = Tebal PelatPotongan melintang
h = Tinggi Pelat
b = diameter baut

An  0.85. Ag
Pada bentang garis OA, struktur baja akan berperilaku sebagai material elastis,
dimana deformasi yang terjadi akan berbanding lurus dengan penambahan beban
yang bekerja. Juga, ketika beban tersebut dihilangkan maka elemen akan kembali
ke keadaan seperti semula tanpa mengalami perubahan bentuk / deformasi

•Ketika tegangan yang terjadi mencapai titik A (tegangan leleh), maka deformasi
yang besar akan terjadi walaupun hanya bekerja penambahan beban yang relatif
kecil. Zona dimana kurva tegangan-regangan adalah datar (AB) dikenal dengan zona
plastis dimana struktur akan berperilaku sebagai material plastis
•Metode ASD menggunakan tegangan ijin yang lebih kecil daripada kuat
leleh baja

•Metode LRFD menggunakan kuat lelebh baja sampai dengan kuat batas

•Seperti jenis baja lainnya, baja aloi juga memiliki daerah plastis. Namun
dalam daerah plastis tersebut hubungan tegangan-ragangannya
menunjukkan penguatan. Karena baja tersebut tidak memiliki daerah
plastis yang betul-betul datar maka baja aloi (fy > 450 MPa) tidak boleh
digunakan dalam perencanaan plastis

Anda mungkin juga menyukai