Anda di halaman 1dari 10

MATA KULIAH

BAHAN BANGUNAN
NAMA DOSEN
JULMADIAN ABDA, ST., MT.

JUDUL TUGAS
Bahan Logam Besi/Baja

Oleh:

HANIEF RIFQI FALIH


NIM: 193001

PROGRAM STUDI BANGUNAN GEDUNG


POLITEKNIK PEKERJAAN UMUM
TAHUN 2019
1. Komposisi dasar senyawa penyusun besi/baja

Besi sendiri merupakan bahan logam yang diperoleh dari proses


pemurnianbijih besi. Dalam prosesnya, bijih besi diolah dalam dapur tinggi (tanur)
yang akan menghasilkan besi kasar yang merupakan bahan baku untuk pembuatan
besi cor / tuang (cast iron), besi tempa (wrought iron) serta baja (steel).

Sebagai bahan dasar besi, bijih besi diambil dari alam melalui
proses penambangan terbuka maupun dengan pembuatan terowongan -
terowongan. Selain mengandung unsur utamanya yakni besi (Fe), dalam bijih besi
juga terkandung beberapa unsur maupun senyawa sebagai komposisi yang andil
dalam penentuan kualitas dan pembentukan karakteristik besi nantinya, yang
diantaranya adalah :

Element Kadar Efek


Meningkatkan kekerasan, daya rentang dan
< 0.90%
kemampuan bereaksi terhadap panas
Carbon
Meningkatkan kekerasan, namun kehilangan
> 0.90%
kemampuan untuk ditempa
Memberikan kekuatan dan kemempuan
bereaksi terhadap panas, meningkatkan
Manganese 0.50% - 2.00%
kekerasan serta keseragaman dalam berat
internal struktur
Memberikan kekuatan dan kemampuan
bereaksi terhadap panas, meningkatkan
Silicon < 2.50%
kekerasan serta keseragaman dalam berat
internal struktur
Menjaga kandungan guna menahan kemampuan
< 0.05%
ditempa pada temperatur tinggi
Sulfur
Meningkatkan kemampuan sehubungan dengan
0.05% - 3.00%
permesinan
Meningkatkan kekuatan dan ketahanan
Phosphorus < 0.05%
terhadap korosi
2. Jenis-jenis besi/baja untuk konstruksi
Baja merupakan besi dengan kadar karbon kurang dari 2 %. Baja dapat
dibentuk menjadi berbagai macam bentuk sesuai dengan keperluan. Secara garis
besar ada 2 jenis baja, yaitu :

2.1. Baja Karbon


Baja karbon disebut juga plain karbon steel, mengandung terutama unsure karbon
dan sedikit silicon, belerang dan pospor. Berdasarkan kandungan karbonnya, baja
karbon dibagi menjadi :
- baja dengan kadar karbon rendah ( < 0,2 % C)

- Baja dengan kadar karbon sedang ( 0,1%-0,5 % C)

- Baja dengan kadar karbon tinggi ( >0,5 % C)

Kadar karbon yang terdapat di dalam baja akan mempengaruhi kuat tarik,
kekerasan dan keuletan baja. Semakin tinggi kadar karbonnya, maka kuat
tarik dan kekerasan baja semakin meningkat tetapi keuletannya cenderung turun.
Penggunaan baja di bidang teknik sipil pada umumnya berupa baja konstruksi atau
baja profil, baja tulangan untuk beton dengan kadar karbon 0,10% - 0,50%. Selain
itu baja karbon juga digunakan untuk baja/kawat pra tekan dengan kadar karbon
s/d 0,90 %. Pada bidang teknik sipil sifat yang paling penting adalah kuat tarik dari
baja itu sendiri.

2.2. Baja Paduan

Baja dikatakan di padu jika komposisi unsur-unsur paduannya secara khusus ,


bukan baja karbon biasa yang terdiri dari unsure silisium dan mangan. Baja paduan
semakin banyak di gunakan.Unsur yang paling banyak di gunakan untuk baja
paduan , yaitu : Cr, Mn, Si, Ni, W, Mo, Ti, Al, Cu, Nb, Zr.

3. Keuntungan dan kelemahan baja


Keuntungan:
 Mempunyai kekuatan yang tinggi meski berukuran lebih ringkas daripada
beton. Sehingga dapat mengurangi ukuran struktur, serta mengurangi beban
sendiri struktur. Baja sangat cocok diterapkan pada struktur jembatan. Beton
jauh lebih berat dibandingkan baja.
 Homogenitas tinggi. Baja bersifat homogen, sehingga kekuatannya merata.
Beda dengan beton yang merupakan campuran dari beberapa material
penyusun, tidak mudah mengatur agar kerikil dan pasir bisa merata ke semua
bagian beton.
 Keawetan tinggi. Baja akan tahan lama bila perawatan yang dilakukan
terhadapnya sangat baik. Misalnya, rutin mengecat permukaan baja agar
terhindar dari korosi.
 Bersifat elastis. Baja berperilaku elastis sampai tingkat tegangan yang
cukup tinggi. Baja akan kembali ke bentuk semula asalkan gaya yang
terjadi tidak melebihi batas elastisitas baja.
 Daktilitas baja cukup tinggi. Selain mampu menahan tegangan tarik yang
cukup tinggi, baja juga akan mengalami regangan tarik yang cukup besar
sebelum runtuh.
 Kemudahan pemasangan dan pengerjaan. Penampang baja bisa dibentuk
sesuai yang dibutuhkan. Penyambungan antar elemen pada struktur baja juga
mudah, hanya tinggal memasangkan baut atau bisa menggunakan las, sehingga
akan mempercepat kegiatan proyek.

Kelemahan:
 Pemeliharaan rutin. Baja membutuhkan pemeliharaan khusus agar mutunya
tidak berkurang. Konstruksi baja yang berhubungan langsung dengan
udara atau air harus dicat secara periodik.
 Baja akan mengalami penurunan mutu secara drastis bahkan kerusakan
langsung karena temperatur tinggi. Misalnya saat terjadi kebakaran.
 Baja memiliki kelemahan tekuk pada penampang langsing.

4. Sifat teknis dan sifat mekanis baja


Sifat baja pada umumnya terdiri dari sifat teknis dan sifat mekanis.
Sifat teknis meliputi : berat, berat jenis, daya hantar panas dan konduktivitas
listrik. Baja dapat berubah sifatnya karena adanya pengaruh beban dan panas.
Sifat Mekanis

Sifat mekanis suatu bahan adalah kemampuan bahan tersebut memberikan


perlawanan apabila diberikan beban pada bahan tersebut. Atau dapat dikatakan sifat
mekanis adalah kekuatan bahan didalam memikul beban yang berasal dari luar. Sifat
mekanis pada baja meliputi :
a. Kekuatan. Sifat penting pada baja adalah kuat tarik. Pada saat baja
diberi beban, maka baja akan cenderung mengalami deformasi/perubahan
bentuk. Perubahan bentuk ini akan menimbulkan regangan/strain, yaitu
sebesar terjadinya deformasi tiap satuan panjangnya. Akibat regangan
tersebut , didalam baja terjadi tegangan/stress. Pada waktu baja diberi
beban, maka terjadi regangan. Pada waktu terjadi regangan awal,
dimana baja belum sampai berubah bentuknya dan bila beban yang
menyababkan regangan tadi dilepas, maka baja akan kembali ke bentuk
semula. Regangan ini disebut dengan regangan elastis karena sifat
bahan masih elastis. Perbandingan antara tegangan dengan regangan dalam
keadaan elastis disebut dengan “Modulus Elastisitas/Modulus Young”.
Ada 3 jenis tegangan yang terjadi pada baja, yaitu :
-tegangan , dimana baja masih dalam keadaan elastis
-tegangan leleh, dimana baja mulai rusak/leleh
-tegangan plastis, tegangan maksimum baja, dimana baja mencapai
kekuatan maksimum.
b. Keuletan (ductility), Kemampuan baja untuk berdeformasi sebelum baja
putus. Keuletan ini berhubungan dengan besarnya regangan/strain yang
permanen sebelum baja putus. Keuletan ini juga berhubungan dengan sifat
dapat dikerjakan pada baja. Cara ujinya berupa uji tarik.
c. Kekerasan, adalah ketahanan baja terhadap besarnya gaya yang
dapat menembus permukaan baja. Cara ujinya dengan kekerasan Brinell,
Rockwell, ultrasonic, dll.
d. Ketangguhan (toughness), adalah hubungan antara jumlah energi yang
dapat diserap oleh baja sampai baja tersebut putus. Semakin kecil
energi yang diserap oleh baja, maka baja tersebut makin rapuh dan makin
kecil ketangguhannya. Cara ujinya dengan cara memeberi pukulan
mendadak (impact/pukul takik).

5. Pengujian yang dilakukan terhadap Bahan Besi/Baja Struktur


a. Pengujian Tarik (Tensile Test)
Tensile test adalah pengujian kekuatan suatu material dengan menarik suatu
bahan sampai putus. Pada tensile test suatu material akan mengalami kerusakan,
karena tensile test adalah pengujian kekuatan material dengan menarik suatu
material sampai putus. Jadi material yang ditest kekuatannya akan rusak. Pengujian
ini merupakan proses pengujian yang biasa dilakukan karena pengujian tarik dapat
menunjukkan perilaku bahan selama proses pembebanan. Pada uji tarik , benda uji
diberi beban gaya tarik , yang bertambah secara kontinyu, bersamaan dengan itu
dilakukan pengamatan terhadap perpanjangan yang dialami benda uji.
b. Pengujian Tekan (Compressed Test)
Pada uji tekan umumnya kekuatan tekan lebih tinggi dari kekuatan tarik. Suatu
material akan ditekan dan saat pengujian ini material akan rusak.
Prosesnya material akan ditaruh diatas landasan dan ditekan dari atas.
Baru-baru ini telah ditemukan bahan yang baik terbuat dari keramik sebagai
landasan dari silica, yang memberi pengaruh baik.

c. Pengujian Bengkok ( Bending Test)


Pengujian bengkok adalah salah satu cara pengujian yang dipakai
sejak lama bagi bahan yang cocok, karena dapat dilakukan terhadap batang uji
berbentuk sederhana dan tidak perlu menggunakan mesin uji biasa. Tapi
pengujian ini menyebabkan material rusak karena akan terjadi patahan.

Pengujian ini merupakan salah satu pengujian sifat mekanik bahan


yang diletakkan terhadap specimen dan bahan, baik bahan yang akan
digunakan pada kontraksi atau komponen yang akan menerima pembebanan
terhadap suatu bahan pada satu titik tengah dari bahan yang ditahan diatas dua
tumpuan.

Uji bengkok ( bending test ) merupakan salah satu bentuk pengujian


untuk menentukan mutu suatu material secara visual. Selain itu uji bending
digunakan untuk mengukur kekuatan material akibat pembebanan dan
kekenyalan hasil sambungan las di weld metal. Dalam pemberian beban ada
beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu :
-Kekuatan Tarik (Tensile Test)
-Komposisi kimia dan struktur mikro terutama kandungan Mn dan C
-Tegangan luluh

d. Pengujian Puntir ( Torsion Test)


Pada pengujian puntiran suatu material akan rusak karena material trsebut
akan mengalami patahan. Umumnya ini terjadi pada material yang getas,
sedangkan pada material yang ulet patahan terjadi pada sudut tegak lurus
terhadap sumbu puntiran setelah gaya pada arah sumbu terjadi dengan
deformasi yang besar.

e. Uji impact (Pukul Takik)


Uji impact dilakukan untuk menentukan kekuatan material sebagai sebuah
metode uji impact digunakan dalam dunia industry khususnya uji impact charpy
dan uji impact izod. Dasar pengujian ini adalah penyerapan energy
potensial dari beban yang mengayun dari suatu ketinggian tertentu dan
menumbuk material uji sehingga terjadi deformasi.

f. Pengujian Kekerasan

Pengujian kekerasan ini bertujuan :

- Untuk memperoleh harga kekerasan suatu logam.

-Untuk mengetahui perubahan suatu sifat dan perubahan suatu kekerasan dari

logam setelah di Heat Treatment.

- Untuk mengetahui kekerasan baja terhadap kecepatan pendinginan.

- Untuk mengetahui perbedaan kekerasan yang disebabkan oleh media

pendingin.

6. SNI

No Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup


Spesifikasi baja RSNI S-08-2004 Spesifikasi ini mencakup empat mutu
1. berkekuatan tinggi Keputusan baja structural berkekuatan tinggi
dengan kadar alloy MenteriPermukiman dan dengan campuran Colombium-
Vanadium berkadar rendah, berbentuk
columbium vanadium Prasarana Wilayah Nomor :
pelat, turap dan batang baja dengan
rendah 360/KPTS/M/2004 mutu 42 (290 Mpa) dan mutu 50 (345
Mpa) dimaksudkan untuk konstruksi
bangunan yang menggunakan paku
keling, baut atau las pada konstruksi
jembatan, bangunan, dan konstruksi
lainnya. Baja dengan mutu 60 (415 Mpa)
dan 65 (450 Mpa) dimaksudkan untuk
konstruksi jembatan yang menggunakan
paku keeling atau baut, konstruksi
lainnya yang menggunakan paku keling,
baut atau las.
Spesifikasi baja RSNI S-09-2004 Spesifikasi ini meliputi baja
2. berkekuatan tinggi Keputusan Menteri berkekuatan tinggi berkadar alloy
dengan kadar alloy Permukiman dan Prasarana rendah berbentuk profil, pelat dan
Wilayah batang untuk konstruksi yang
rendah yang mempunyai
Nomor:360/KPTS/M/2004 menggunakan las, paku keeling atau baut
titik leleh minimum 345 terutama ditunjukan untuk digunakan
mpa dan ketebalan 100 pada jembatan dan
mm bangunan yang dilas, dimana
pengurangan berat dan penambahan
durabilitas dianggap penting. Ketahanan
korosi
terhadap cuaca dari baja ini pada
hamper segala jenis lingkungan relative
lebih baik dari pada baja karbon
structural dengan atau tanpa tambahan
tembaga. Jika terekspos langsung
terhadap cuaca, untuk beberapa
pemakaian baja ini dapat digunakan
tanpa dilapis cat. Spesifikasi ini dibatasi
untuk material dengan ketebalan sampai
dengan 200 mm.
Perencanaan struktur RSNI T-03-2005 Standar Perencanaan Struktur Baja
3. baja untuk jembatan Keputusan Menteri untuk Jembatan ini digunakan untuk
Permukiman dan Prasarana merencanakan jembatan jalan raya
Wilayah dan jembatan pejalan kaki di
Nomor : 330/KPTS/M/2002 Indonesia, yang menggunakan bahan
baja dengan panjang bentang tidak
lebih dari 100 meter

PEDOMAN Pedoman ini menetapkan tata cara


4. PERLINDUNGAN 26/SE/M/2015 perlindungan komponen baja
KOMPONEN BAJA jembatan dari serangan
JEMBATAN DENGAN korosi dengan cara pengecatan, baik
CARA
untuk komponen baja baru maupun
PENGECATAN
komponen baja
terpasang. Tipe struktur baja
jembatan yang tercakup dalam
pedoman ini adalah struktur
baja yang terbuat dari baja karbon
atau baja alloy rendah, tidak
termasuk struktur yang
terbuat dari stainless steel atau
weathering steel.
Spesifikasi material Standar ini menetapkan ketentuan
5. baja unit instalasi SNI 7505 : 2011 material untuk instalasi
pengolahan air pengolahan air yang menggunakan
bahan dari baja dengan
ketebalan pelat lebih besar dari 3 mm,
tegangan leleh f y
komponen struktur kurang dari 450 MPa.
Standar ini juga mengatur pelapisan pelat
baja dengan epoxy untuk unit instalasi
pengolahan air dengan kapasitas
maksimum 50 L/detik.
Spesifikasi material Standar ini menetapkan ketentuan
6. baja tahan karat unit SNI 7506 : 2011 material untuk instalasi
instalasi pengolahan pengolahan air dengan kapasitas
air maksimum 50 L/detik yang
menggunakan bahan dari baja tahan
karat dengan ketebalan pelat lebih besar
dari 3 mm, tegangan leleh f komponen
y
struktur kurang dari 450 MPa.

Spesifikasi baja 1. Spesifikasi ini mencakup penampang


7. struktural SNI 03-6764-2002 baja karbon, pelat dan tulangan berkualitas
struktural untuk digunakan dalam
konstruksi baja dan bangunan dengan paku
keling, baut atau las dan untuk tujuan
struktural umum
2. Pemakai harus mnempertimbangkan
persyaratan tambahan, seperti ukuran
kehaluran austenitic dan persyaratan, charpy
V – Notch Impact, bila kelompok 4 atau 5
profil bersayap lebar disyaratkan untuk
digunakan selain kolom atau batang tekan
lainnya.

Spesifikasi profil, pelat, Standar ini memaparkan tentang


8. dan batang tulangan baja SNI 7563-2011 spesifikasi teknis yang harus dipenuhi
struktural dari oleh profil, pelat, dan batang tulang baja
baja karbon dan baja struktural dari baja karbon dan baja
paduan rendah paduan rendah kekuatan tinggi, serta
kekuatan tinggi, serta pelat baja struktural paduan hasil quen
pelat baja struktural dan temper untuk jembatan dengan
paduan hasil quen dan delapan kelas.
temper untuk jembatan

Metode pengujian kuat Metode ini digunakan untuk menentukan


9. tarik baja beton SNI 07-2529-1991 besarnya nilai kuat tarik baja beton dan
parameter lainnya yang dapat digunakan
dalam pengendalian mutu baja.
Daftar Pustaka
Hakim, M. L. (2014, Mei 5). Retrieved from lek-lut16.blogspot.com: https://lek-
lut16.blogspot.com/2014/05/macam-macam-pengujian-bahan-logam.html

Jannah, N. (2017). Teknologi Bahan Baja. Kupdf.net.

Teknik Sipil PNJ. (2005). Teknologi Bahan I. Academia.edu.

Teknik Sipil UniBraw. (2015). BAHAN BESI DAN BAJA. Academia.edu.

http://sni.litbang.pu.go.id/index.php?r=site/index

Anda mungkin juga menyukai