Anda di halaman 1dari 11

Jurnal ENGINE Vol.1 No.

2, Nopember 2017, pp no 19-29 e-ISSN 2579-7433

PENGARUH PERLAKUAN PANAS QUENCHING DAN TEMPERING TERHADAP


LAJU KOROSI PADA BAJA AISI 420

Sotya Anggoro

Prodi Teknik Mesin Program Vokasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)


E-Mail : anggapmy@gmail.com
Jl. Lingkar Selatan Tamantirto Kasihan Bantul

ABSTRACT

Corrosion occurs in almost all metals. Even corrosion-resistant metals are corroded, but
their corrosion rate is different from ordinary or non-corrosion resistant metals. This study examines
the corrosion rate that occurs in stainless steel that is stainless steel. Stainless steel contains high
enough chromium levels that can reduce the rate of corrosion that occurs. The metal material to be
studied is the AISI 420 steel, which belongs to the Martensitic Stainless Steel class. This study
examined the effect of heat treatment on corrosion rate and hardness level of AISI 420 steel.
The heat treatment carried out was Quenching at 1020oC with a holding time of 60minutes
with an oil cooling medium. After quenching the subsequent heat treatment is tempering with
temperature variations of temperature 200oC and 300oC with a resistance time of 45minutes and air
cooling media.
The results of this study showed that the base material specimens had the highest corrosion
rate of 0.569 mm / y. The lowest corrosion rate is in specimens with quenching process with a value of
0.267 mm / y. The highest Vickers hardness values were found in specimens with quenching process
with a value of 551 kg / mm2. The lowest hardness value is in the specimen with tempering process at
300oC with 405 kg / mm2.

Keywords: Heat Treatment, Quenching, Tempering, Stainless steel, Corrosion.

I. PENDAHULUAN
yang ada dalam bahan, teknik pencampuran
Hampir disetiap bidang kehidupan bahan dan sebagainya. Sedangkan faktor
manusia menggunakan alat bantu yang alat yang berasal dari lingkungan meliputi
tersebut digunakan untuk mempermudah tingkat pencemaran udara, suhu,
kehidupan manusia. Sudah sejak dahulu kelembaban, keberadaan zat-zat kimia yang
konstruksi berbagai alat yang digunakan bersifat korosif dan sebagainya.
manusia menggunakan logam sebagai Korosi merupakan penyebab utama
komponen utamanya. Pada logam ini dapat kerusakan pada suatu konstruksi yang
terjadi korosi yang akan menyebabkan menggunakan bahan logam, atau yang
kualitas bahan tersebut menurun yang sebagian besar komponennya memakai
akhirnya dapat menyebabkan kegagalan. bahan logam. Bahan-bahan korosif yaitu
Dalam peristiwa korosi, ada dua hal yang dapat menyebabkan korosi terdiri atas
yang dapat digunakan untuk membedakan asam, basa serta garam, baik dalam bentuk
atau membagi korosi itu menjadi dua yaitu senyawa anorganik maupun organik.
korosi yang disebabkan atau berasal dari Dari sekian banyak penyebab korosi
bahan itu sendiri dan korosi yang dari lingkungan, hujan asam merupakan
disebabkan dari lingkungan. Faktor dari salah satu pencemaran udara yang dapat
bahan meliputi kemurnian bahan, struktur mengakibatkan korosi pada logam.
bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kimia
19
Jurnal ENGINE Vol.1 No.2, Nopember 2017, pp no 19-29 e-ISSN 2579-7433

II. LANDASAN TEORI perkakas, baut, pipa sepeda, pasak, dan


laras senapan.
Baja merupakan salah satu jenis logam
Namun karena diproduksi secara massal
yang banyak terdapat di muka Bumi ini.
maka baja yang terdapat dipasaran atau
Jenis logam ini juga dapat mengalami
yang tersedia biasanya kurang cocok
korosi. komponen utama dari baja adalah
apabila kita menginginkan kekuatan baja
besi (Fe) dengan karbon (C) sebagai
yang lebih spesifik untuk membuat
paduan utamanya. Baja dapat
konstruksi tertentu. Dengan kata lain
diklasifikasikan dalam dua kelompok besar
apabila dibutuhkan kekuatan dan keuletan
yaitu baja karbon dan baja paduan. Baja
tertentu untuk digunakan sebagai
karbon adalah baja yang tidak mengandung
komponen khusus pada suatu konstruksi
unsur-unsur paduan, jadi unsur yang
maka diperlukan proses untuk
dipakai adalah karbon (C) atau Baja karbon
meningkatkan kekuatan dan keuletan serta
adalah baja yang dimana karbon sebagai
ketahanan korosi pada baja tersebut. Maka
unsur yang utama dalam menentukan sifat-
perlu dilakukan Heat Treatment atau
sifat dari baja. Sedangkan baja paduan
perlakuan panas pada baja tersebut. Dengan
adalah baja dengan banyak unsur paduan
cara ini dapat meningkatkan kekuatan
seperti : karbon (C), kromium (Cr), silicon
mekanik baja, peningkatan ini juga diikuti
(Si), nikel (Ni), molibdenum (Mo),
dengan perubahan secara fisis dari baja.
wolfram (W), dan vanadium (V). Unsur-
Tujuan dari heat treatment adalah
unsur ini dibatasi dalam kandungan tertentu
untuk peningkatan keliatan bahan,
dengan tujuan agar memperoleh kekuatan
penghilangan tegangan dalam, penghalusan
baja sesuai dengan kebutuhan. Kekuatan
ukuran butiran, dan meningkatkan
baja yang diinginkan adalah kekuatan
kekerasan atau tegangan tarik serta
secara mekanik dan kimia. Yang dimaksud
merubah struktur mikro permukaan logam
dengan kekuatan kimia adalah kekuatan
(Rajan, dkk. 1997). Heat treatment yang
baja terhadap korosi, sedangkan korosi
dapat dilakukan pada baja karbon adalah
sendiri adalah merupakan peristiwa
perlakuan panas fisis, seperti hardening dan
penurunan kualitas logam akibat pengaruh
tempering. Rajan, dkk. (1997)
lingkungan yang bersifat asam, basa, dan
mengemukakan bahwa sifat-sifat dari baja
bahan kimia lainnya. Oleh karena itu
(kekuatan, kekerasan dan ketangguhan)
sebelum baja digunakan, Sebaiknya
dari proses pengerasan (quenching)
mengetahui sifat-sifat mekanik dn sifat-
tergantung dari barbagai faktor diantaranya
sifat yang lain, misalnya sifat kimia dari
suhu austenit, waktu tahan, dan media
baja.
pendingin.
Ditinjau dari kandungan karbonnya, Dalam penelitian ini menggunakan
baja karbon digolongkan menjadi 3 macam, bahan Baja paduan AISI 420 yang
yaitu : termasuk kedalam golongan baja karbon
1. baja karbon rendah (<0,3%), sedang. Baja karbon sedang mempunyai
2. baja karbon sedang (0,3%-0,6%), kekuatan dan ketangguhan yang baik dan
3. dan baja karbon tinggi (>0,6%). respon perlakuan panas yang bagus.
Baja karbon sedang memiliki kekuatan Sehingga akan menunjukkan hasil yang
dan kekerasan yang lebih tinggi dari baja cukup signifikan antara sebelum diberikan
karbon rendah, serta mempunyai keuletan heat treatment dan sesudah dilakukan heat
yang lebih tinggi dari baja karbon tinggi. treatment. Baja paduan AISI 420
Oleh karena itu baja karbon sedang Diproduksi oleh LUCCHINI yang
biasanya digunakan untuk membuat merupakan perusahaan pengolahan baja
peralatan mesin seperti roda gigi dan yang berasal dari Negara Italia, sedangkan
pinion, sekrup sungkup, as, spindle mesin di Indonesia didistribusikan lewat PT.
GENTA LARAS SEMESTA. Berdasarkan
20
Jurnal ENGINE Vol.1 No.2, Nopember 2017, pp no 19-29 e-ISSN 2579-7433

standar AISI (American Iron and Steel dibentuk sesuai dengan bentuk yang
Institute) baja ini termasuk dalam grade dibutuhkan tanpa mengalami keretakan
420, yaitu golongan martensitic stainless atau tegangan sisa yang berarti sehingga
steel. material tidak mengalami kerusakan baru
Karena sifat baja karbon sedang yang kemudian dilakukan heat threatment sesuai
cukup tangguh dan ulet serta ketahanan dengan kebutuhan. Berikut adalah kekuatan
terhadap aus tinggi, maka baja karbon Fisik dari baja AISI 420 disajikan oleh
sedang sangat banyak digunakan dalam Tabel 3.
otomotif maupun konstruksi yang
mengalami beban dinamis serta kebutuhan Tabel 3. Kekuatan Fisik Baja AISI 420
proses permesinan yang membutuhkan
Temperatur 200C 2500C 5000C
bahan dengan ketahanan korosi yang tinggi.
Berikut disajikan pada Tabel 1 adalah Modulus Elastisitas 210 198 177

penamaan Baja AISI 420 secara (kN/mm2)

internasional : Koefisien Ekspansi - 11,4 12,2


Thermal (10-6/0K)
Tabel 1. Nama AISI 420 secara Konduktivitas Thermal 17,5 20,7 23,2
internasional (W/Mk)

ORGANISASI NOMOR KODE NEGARA


III. METODE PENELITIAN
JIS SUS 420 J2 Jepang

W. Nr. 1.2316 Jerman A. Alat Penelitian


DIN X38CrMo16.1KU Jerman
1. Untuk pembuatan spesimen
AISI 420F Amerika Serikat
digunakan mesin - mesin perkakas
sebagai berikut :
a). Mesin bubut
Baja AISI 420 Secara umum b). Mesin gergaji
kandungan kimianya adalah sebagai berikut 2. Dapur Pemanas Listrik
pada Tabel 2

Tabel 2. Kandungan Kimia Baja AISI 420


secara umum
C Cr Mo Ni Mn Si
0,33 15,00- 1,00- <1,00 <1,00 <1,00
– 17,50 1,30
0,43

Paduan unsur crom merupakan


unsur yang mempengaruhi logam dalam
ketahanan terhadap korosi. Resistensi Gambar 1. Dapur pemanas
terhadap korosi yang tinggi pada baja ini 3. Alat uji komposisi bahan
disebabkan oleh kandungan unsur Cr yang Tempat : Laboratorium PT. Karya Hidup
cukup dominan, Baja ini tersedia di pasaran Sentosa (KHS), Jl. Magelang Jatimulyo,
dalam kondisi yang telah mengalami proses Yogyakarta
annealing sehingga mempunyai tingkat
kekerasan ≤ 250 HB. Karena tersedia dalam 4. Alat uji korosi (tipe sel tiga elektroda)
kondisi anealled maka baja ini memiliki
mampu mesin yang baik sehingga dapat

21
Jurnal ENGINE Vol.1 No.2, Nopember 2017, pp no 19-29 e-ISSN 2579-7433

Tempat : Laboratorium Badan Tenaga Rentang tegangan : -2000 mV


Atom Nasional (BATAN), Jl. Babarsari, sampai dengan 2000mV
Yogyakarta Rentang arus : 200 nA
sampai dengan 2 A
Diproduksi oleh : Tacussel
Electronique, Perancis

Gambar 2. Alat uji korosi


Potensial/Galvanostat PGS 201T

5. Mikroskop untuk uji metalografi


(struktur mikro)

Gambar 4. Alat uji Micro Hardness Tester


2. Alat Uji Metalografi
Nama alat uji : Mikroskop
Logam Olympus
Model : PME 3
3. Alat uji kekerasan
Nama alat uji : Micro
Hardness Tester
Merk : Buehler,
German.
Beban indentasi : 1kg
Waktu pembebanan : Otomatis

B. Bahan Penelitian
Bahan yang dipakai dalam penelitian
Gambar 3. Alat uji struktur mikro ini adalah AISI 420. Dalam standar AISI
bahan ini termasuk dalam stainless steel
6. Alat uji kekerasan Micro Vickers grade 420F. Baja ini termasuk dalam
golongan baja tahan karat martensitik yang
Penelitian ini menggunakan beberapa alat memiliki resistensi terhadap korosi.
uji dengan spesifikasi sebagai berikut : Dimensi spesimen yang digunakan
1. Alat uji korosi untuk penelitian ini mengambil acuan
Nama alat uji : ukuran spesimen standar untuk pengujian
Potensiostat/Galvanostat korosi dari pihak P3TM Batan, kemudian
Model : PGS 201T untuk mempermudah dan mempersingkat
22
Jurnal ENGINE Vol.1 No.2, Nopember 2017, pp no 19-29 e-ISSN 2579-7433

waktu pembuatan spesimen untuk Sn 0,0093


pengujian yang lainnya seperti uji Al 0,0426
Metalografi dan uji kekerasan Vickers Pb 0,0000
Ca 0,0051
maka digunakan ukuran dan dimensi Zn 0,0218
spesimen yang sama dengan yang dipakai Fe 78,16
pada pengujian korosi yaitu adalah sebagai
berikut : Hasil pengujian komposisi ini
1. Dimensi spesimen silinder / koin : didapatkan data pada tabel diatas dengan
a). diameter 13 mm dengan tebal 3 mm kandungan unsur – unsur dan prosentase
beratnya yang mendekati dengan
kandungan unsur – unsur serta prosentase
berat pada referensibaja AISI 420.Data uji
komposisi dapat digunakan untuk melihat
apakah suatu logam cukup responsif untuk
diperlakukan panas atau tidak serta
kemungkinan pengaruh perlakuan panas
tersebut terhadap laju korosi.Baja AISI
R 6.5
420 ini masuk dalam golongan martensitic
3
stainless steel atau baja tahan karat
martensitik, dengan kandungan kromium
yang cukup besar yaitu 18%.Martensitic
Gambar 5. Spesimen silinder / koin
stainless steeldengan kandungan karbon
sedang dikembangkan untuk paduan baja
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
tahan karat yang bisa dikeraskan oleh
perlakuan panas.Sehingga tipe martensitik
A. Hasil
ini digunakan untuk kebutuhan yang
1) Uji Komposisi Kimia memerlukan kekerasan (hardness),
Pengujian uji komposisi pada bahan kekuatan (strength) dan ketahanan pakai
raw material atau bahan dasar baja paduan (thoughness).
AISI 420 dilakukan di Pt. Karya Hidup
Sentosa (KHS).Hasil pengujian komposisi 2) Uji Kekerasan
kimia bahan spesimen baja AISI 420
(bahan dasar) didapat unsur – unsur yang Uji kekerasan penelitian ini dilakukan
terkandung dalam baja tersebut. Dalam pengujian sebanyak lima titik yang
prosentase berat unsur – unsur yang diaplikasikan pada spesimen Raw material
terkandung dalam baja AISI 420 adalah dan spesimen yang mengalami perlakuan
sebagai berikut pada Tabel 4 : panas. Lima titik tersebut dimulai dari tepi
spesimen menuju ketengah. Hal tersebut
Tabel 4. Komposisi Kimia Baja AISI 420 dilakukan agar didapatkan data yang
NAMA UNSUR JUMLAH (%) akurat, dan dapat mewakili atau dapat
C 0,3583 menunjukkan nilai kekerasan sebenarnya
Si 0,2800
tiap spesimen baik yang mengalami
S 0,0040
P 0,0210 perlakuan panas atau sebelum mengalami
Mn 0,8199 perlakuan panas. Kekerasan logam
Ni 0,4879 menunjukkan tolok ukur ketahanannya
Cr 18,7597 terhadap deformasi plastik atau deformasi
Mo 0,8549 permanen. Setelah dilakukan pengujian
Cu 0,1489 kekerasan diperoleh data hasil uji
W 0,0196
Ti 0,0035
kekerasan dari baja AISI 420 pada Tabel 5.

23
Jurnal ENGINE Vol.1 No.2, Nopember 2017, pp no 19-29 e-ISSN 2579-7433

dengan dimensi yang besar disebut dengan


speroidit. Karbida yang terbentuk
merupakan dispersi partikel yang bulat
Tabel 5. Hasil Uji Kekerasan dalam matriks ferit. Dengan proses
No SPESIMEN TEMPERATUR VHN penemperan yang agak lama partikel
(oC) (kg/mm2) karbida yang terbentuk dapat bersatu
1 - 288
membentuk partikel karbida dengan
Raw
Material dimensi yang lebih besar yang dinamakan
2 Quenching, T = 1020 0C 551
speroidit.Partikel karbida yang keras dapat
1 jam menghambat deformasi plastik matriks ferit
3 Tempering, T = 200 0C 430 yang lunak dan ulet, besar hambatan ini
45 menit berbanding lurus dengan kontak antara
4 Tempering, T = 300 0C 405 kedua fasa tersebut, yaitu batas fasa antara
45 menit
ferit dan karbida persatuan volume.
Hal ini menunjukkan bahwa speroidit
atau terbentuknya karbida dengan dimensi
yang besar mengakibatkan penurunan
tingkat kekerasan. Namun dari segi tingkat
resistensi terhadap korosi, situasi ini dapat
mencegah terjadinya korosi karena terjadi
pengurangan daerah batas butir, dimana
dapat terjadi presipitasi karbida pada
daerah batas butir ini yang akan
menyebabkan terjadinya korosi
Gambar 6. Grafik hasil uji kekerasan intergranuler.

Sesuai dengan data pada Tabel 5 3) Uji Korosi


tersebut, baja ini memiliki nilai kekerasan Pengujian korosi ini dilakukan di
awal sebelum mengalami perlakuan panas Laboratorium korosi P3TM BATAN
sebesar 288kg/mm2 ini terbaca pada Yogyakarta dengan menggunakan alat uji
spesimen raw material atau spesimen korosi potensiostat / galvanostat PGS 201T
bahan dasar.Setelah diliakukan heat milik P3TM BATAN Yogyakarta.
treatment spesimen yang memiliki nilai Pengujian menggunakan medium elektrolit
kekerasan tertinggi adalah spesimen yang berupa larutan asam klorida atau HCl
mengalami quenching, yaitu dengan nilai dengan konsentrasi 0,01 M. Dipilih
551kg/mm2. Nilai yang terbaca cukup jauh menggunakan media larutan elektrolit
perbedaannya dan itu menunjukkan dengan larutan HCl dengan konsentrasi
pengaruh quenching pada baja AISI 420. 0,01 M. Uji korosi dilakukan pada
Kemudian nilai terendah terlihat pada spesimen baja AISI 420 sebelum perlakuan
spesimen yang mengalami tempering pada panas dan setelah perlakuan panas.
suhu 300ºC yaitu dengan nilai kekerasan
Hasil pengujian korosi ini didapat
sebesar 405 kg/mm2.
berupa grafik tafel untuk masing-masing
Dengan nilai kekerasan sebesar
spesimen. Kurva polarisasi pada grafik tafel
551kg/mm2 proses quenching pada
ini menunjukkan hubungan potensial (E)
penelitian ini meningkatkan nilai kekerasan
dalam satuan mV sebagai fungsi log arus
hingga sebesar 47,73% dengan acuan nilai
kekerasan pada bahan dasarnya. Tingkat (I) dalam satuan (A/cm2 ). Kurva
kekerasan pada spesimen tempering 300oC polarisasi ini menginformasikan reaksi
ini rendah karena terbentuknya karbida oksidasi dan reaksi reduksi pada elektroda
kerja (spesimen yang diuji). Yang kita tahu
24
Jurnal ENGINE Vol.1 No.2, Nopember 2017, pp no 19-29 e-ISSN 2579-7433

bahwa pada saat reaksi oksidasi ini maka yang tinggi terhadap korosi. Kemudian
terjadi peristiwa pelepasan elektron apabila rapat arus korosinya makin besar
kemudian pada reaksi reduksi adalah reaksi menunjukkan bahwa laju korosi makin
yang membutuhkan atau menerima besar yang memperlihatkan bahwa
elektron. Potensial korosi bisa diukur ketika ketahanan terhadap korosinya semakin
elektroda kerja bernilai arus nol dan rapat rendah, sehingga akan cepat terkena korosi.
arus korosi Ikor akan terukur dengan Tabel 6. Data rapat arus dan laju korosi
ekstrapolasi tafel dari kurva polarisasi. RAPAT LAJU
E ARUS KOROSI
Nilai rapat arus korosi memperlihatkan SPESIMEN
KOROSI LAJU LAJU
banyak atau sedikitnya jumlah ion-ion KOROSI Rata- KOROSI
(I=0) (mpy) rata(mp (mm/y)
(2 spesimen /pengujian)
logam yang larut dalam larutan elektrolit (mV) (Icor) y)
atau media yang dipakai dalam (A/cm2)

pengujian.Dengan demikian hal itu akan RAW


-562,5 56,66
23,062
bahan
menunjukkan bahwa logam mengalami MATERIAL
dasar -564,7 53,33
22,385 0,569
21,707
reaksi oksidasi, yang dimana terjadi
T= -421,2 22,73
pelepasan elektron yang mengakibatkan 10200C 9,252
QUENCHING 10,524 0,267
ion-ion positif logam akan larut dalam 1 Jam -308,0 29,47 11,995
larutan elektrolit. Apabila rapat arus yang T1 = -485,4 29,62
2000C 12,056
terbaca besar dapat disimpulkan bahwa 17,724 0,450
45 menit -532,7 57,47
ion-ion logam banyak yang larut ke dalam 23,392
TEMPERING T2 =
larutan elektrolit. Hal itu akan membuat -565,1 18,56
7,554
3000C 12,254 0,311
kondisi logam berada tidak stabil, seperti 45 menit -540,6 41,65 16,953
kondisi logam pada awalnya yang akan
mengarah pada terjadinya kerusakan pada
bagian permukaannya karena bereaksi
dengan lingkungannya.
Dengan menggunakan besarnya rapat
arus korosi Ikor yang terbaca pada data yang
terdapat pada grafik tafel maka dapat
dihitung laju korosi dari masing-masing
spesimen. Dalam penelitian laju korosi
dengan menggunakan metode elektrolisis
diorientasikan bahwa laju korosi
merupakan kedalaman korosi pada suatu Gambar 7. Grafik Laju Korosi
bahan dalam waktu tertentu, atau
dimaknakan bahwa laju korosi merupakan Apabila dilihat dari variasi perlakuan
kecepatan bahan untuk mengalami korosi. panasnya, bahan yang memiliki resistensi
korosi paling rendah terjadi pada spesimen
Data hasil pengujian korosi yang telah bahan dasar. Artinya bahan ini akan
dilakukan pada baja AISI 420 meliputi mengalami korosi paling cepat
rapat arus korosi serta hasil perhitungan dibandingkan dengan spesimen lainnya
berupa laju korosinya terdapat pada Tabel yang mengalami perlakuan panas.
6. Spesimen yang mengalami quenching
Setelah melakukan analisa pada data menunjukkan penurunan laju korosi atau
hasil pengujian korosi dan hasil mengalami peningkatan resistensi terhadap
perhitungan laju korosinya maka dapat korosi cukup signifikan dibandingkan
dilihat bahwa semakin kecil rapat arus dengan spesimen bahan dasar. Kemudian
korosinya maka hal itu menunjukkan laju pada penelitian ini bahan yang mengalami
korosinya rendah maka memiliki resistensi laju korosi paling rendah terjadi pada
25
Jurnal ENGINE Vol.1 No.2, Nopember 2017, pp no 19-29 e-ISSN 2579-7433

spesimen yang mengalami perlakuan panas butir berkurang maka di daerah tersebut
tempering pada suhu 4000C. akan mudah terserang korosi.
Dari data pada tabel 6 maka dapat
Laju korosi yang terhitung pada
dibahas bahwa spesimen yang mengalami
spesimen yang mengalami tempering pada
quenching pada suhu 10200C mengalami
suhu 3000C sebesar 0,311mm/y. Pada
penurunan laju korosi yang cukup
spesimen yang telah mengalami proses
signifikan dilihat dari arus laju korosi yang
perlakuan panas laju korosi yang paling
rendah.
tinggi terdapat pada spesimen yang
Hasil data penelitian ini
mengalami proses tempering pada suhu
memperlihatkan bahwa setelah dilakukan
2000C yaitu dengan nilai laju korosi sebesar
proses heat treatment terhadap baja AISI
0,450mm/y.
420 dapat meningkatkan ketahanannya
Heat treatment yang dilakukan pada terhadap serangan korosi.
baja ini dapat mempengaruhi laju korosi
yang terjadi dengan berubahnya struktur 4) Uji Metalografi
mikro dari logam.Sebelum proses Pengujian struktur mikro dilakukan
penemperan baja mengandung satu fasa pada setiap spesimen yang belum
yang dominan yaitu fasa martensit yang mengalami perlakuan panas maupun yang
mempunyai struktur tetragonal pemusatan sudah mengalami perlakuan panas. Uji
ruang. Kemudian saat proses penemperan metalografi digunakan untuk mengambil
martensit akan bertransformasi menjadi foto-foto struktur mikro dari spesimen baja
AISI 420.Masing – masing spesimen
ferit () dan karbida karena akibat dari
seharusnya memiliki struktur mikro yang
pendinginan yang cukup lama karena
berbeda karena tiap spesimen dilakukan
menggunakan media udara sebagai
heat treatment yang berbeda yaitu dengan
pendinginnya. Pada saat ferit dan karbida
proses quenching dan proses tempering
terbentuk maka akan membuat batas-batas
dengan beberapa variasi suhu temper. Tiap
butir dari ferit dan karbida semakin banyak
spesimen dicari suatu daerah pemotretan
yang dapat berakibat lebih cepat terjadinya
yang bersih dan paling jelas terlihat struktur
laju korosi. Itu terjadi pada awal
mikronya. Dan kemudian tiap spesimen
penemperan dengan suhu yang rendah. Hal
difoto sebanyak satu kali. Spesimen yang
ini terjadi pada penelitiann ini untuk suhu
dipakai dalam uji metalografi ini ada 4
temper 2000C yang menunjukkan laju
spesimen yaitu spesimen bahan dasar,
korosi terbesar diantara perlakuan panas
spesimen quenching pada suhu 10200C dan
yang lainnya. Namun saat penemperan
spesimen quenching-tempering dengan
pada suhu yang lebih tinggi pada 3000C
variasi suhu temper 2000C dan 3000C.
karbida-karbida yang tersebar akan
mengumpul kembali, hal ini membuat
Pengambilan foto struktur mikro
jumlah batas butir dari ferit dan karbida
spesimen dilakukan dengan perbesaran
akan berkurang yang otomatis laju
200x.Yang juga perlu diperhatikan adalah
korosinya juga akan berkurang.
pada saat pengambilan foto, spesimen harus
Fenomena yang terjadi pada laju korosi
rata dan bersih. Hal tersebut perlu
yang besar pada suhu temper 2000C
diperhatikanagar strukturnya terlihat
tersebut terjadi pada baja AISI 420 dan
dengan jelas. Alat uji yang dipakai untuk
juga kebanyakan baja tahan karat
pemotretan ini menggunakan Mikroskop
martensitik 420f. Hal tersebut dikarenakan
Logam dengan merek Olympus.
terjadinya pengendapan atau presipitasi
Berikut foto – foto hasil uji
karbida di batas-batas butir sehingga
metalografi dengan menggunakan
butiran yang berdekatan kekurangan
perbesaran 200x :
kromium. Apabila kromium pada batas

26
Jurnal ENGINE Vol.1 No.2, Nopember 2017, pp no 19-29 e-ISSN 2579-7433

1. Struktur mikro pada raw material


Gambar 10. Struktur mikro baja AISI
420 dengan proses temperingpada suhu
2000C selama 45 menit.

4. Struktur Mikro Spesimen Quenching –


Tempering 300oC

Gambar 8. Struktur mikro baja AISI


420sebelum perlakuan panas (bahan
dasar/raw material) dengan perbesaran
200x

2. Struktur Mikro spesimen quenching


Gambar 11. Struktur mikro baja AISI
420 dengan proses tempering pada suhu
3000C selama 45 menit.

Baja AISI 420 yang dipakai dalam


penelitian ini adalah yang sudah mengalami
proses anealing dari pabriknya. Dan hal ini
ditunjukkan dari struktur mikro spesimen
bahan dasarnya yang menunjukkan matriks
ferit dengan karbida yang terdispersi secara
merata pada butir logam. Kemudian pada
spesimen dengan proses quenching
Gambar 9. Struktur mikro baja AISI 420 didominasi oleh fasa martensit, dan austenit
dengan proses quenchingpada suhu sisa namun juga terdapat karbida.Austenit
10200C selama satu jam pada media sisa tersebut dapat terbentuk karena pada
pendingin oli dengan perbesaran 200x baja ini mengandung komposisi karbon
sebesar 0,358%, namun apabila kadar
3. Struktur Mikro Spesimen Quenching – karbon yang terdapat pada baja lebih dari
Tempering 200oC 0,5% maka akan lebih banyak austenit sisa
yang terbentuk dan dapat mengakibatkan
turunnya temperatur pembentukan
martensit.
Untuk baja paduan yang termasuk
dalam martensitic stainless steel Pada saat
quenching dilakukan maka saat proses
pendinginan terjadi, Austenit akan
bertransformasi menjadi Martensit.
Transformasi Austenit menjadi Martensit
ini terjadi pada rentang suhu antara 3000C-
7000C dan akan berhenti bertransformasi
27
Jurnal ENGINE Vol.1 No.2, Nopember 2017, pp no 19-29 e-ISSN 2579-7433

pada suhu sekitar 1500C-2000C dibawah sekitar 4000C-5000C namun proses


rentang suhu saat terjadi transformasi. transformasinya tidak komplet.
Heat treatment yang dilakukan pada
penelitian ini adalah quenching dan V. KESIMPULAN
Setelah melakukan analisa dan
tempering, oleh karena itu setelah semua
pembahasan hasil penelitian ini maka
spesimen dilakukan quenching, maka
dalam penelitian ini dapat diambil
selanjutnya beberapa spesimen dilakukan
kesimpulan sebagai berikut :
penemperan dengan variasi suhu temper
1. Kekerasan bahan meningkat setelah heat
2000C dan 3000C.Di suhu temper 2000C
treatment. Nilai kekerasan tertinggi
karbon akan keluar dari larutan yang
adalah spesimen yang telah mengalami
biasanya sebagai karbida kaya kromium
quenching dengan nilai kekerasan 551
( Cr23C6 ). Presipitasi karbida pada batas
kg/mm2. Hal ini sangat jauh nilainya
butir ferit ini bahkan bisa terjadi ketika jika dibandingkan dengan spesimen
kandungan karbon pada baja sangat rendah bahan dasar, dimana spesimen ini
sekalipun yaitu misalnya memiliki nilai kekerasan sebesar 288
<0,05%.Presipitasi yang terjadi pada baja kg/mm2.
yang dikenakan perlakuan panas ini bisa 2. Nilai kekerasan terendah terdapat pada
mengakibatkan terjadinya deplesi dari spesimen yang mengalami proses
daerah-daerah yang berdekatan dengan tempering pada suhu 3000C,dengan nilai
batas-batas butir berhubungan dengan kekerasan 405 kg/mm2. Menurunnya
kadar kromium. Atau dengan kata lain akan kekerasan spesimen ini terjadi karena
mengakibatkan daerah tersebut menjadi terbentuknya karbida dengan dimensi
kekurangan kromium sehingga berdampak yang besar dan dinamakan speroidit.
pada lebih mudah terserang korosi yang 3. Spesimen raw material atau bahan dasar
disini adalah awal mula korosi laju korosinya sebesar 0,569mm/y,
intergranular. Semetara disisi lain spesimen dengan perlakuanquenching
presipitasi karbida ini menimbulkan efek terjadi penurunan laju korosi yang cukup
merugikan dalam sifat mekaniknya, signifikan yaitu sebesar 0,267 mm/y.
khususnya sifat liat pada temperatur Dan kemudian ketika dilakukan
rendah. temperinglaju korosi tetap lebih rendah
Hasil uji metalografi untuk proses dibandingkan dengan laju korosi pada
tempering dengan suhu 3000C bahan dasar yaitu pada suhu temper
menggambarkan bahwa karbida yang 200oC laju korosinya 0,450 mm/y dan
terbentuk semakin banyak. Hal ini terjadi suhu temper 300oC laju korosinya
seiring dengan naiknya suhu temper.Produk 0,311mm/y
heat treatment seperti bainit mulai
terbentuk akibat dari austenit sisa yang Data-data ini menunjukkan bahwa proses
terurai, bentuknya menyerupai tempered heat treatment terhadap baja AISI 420
martensit atau martensit temper tetapi dapat meningkatkan ketahanan terhadap
dengan bentuk yang agak sedikit lebih korosi.
kotak-kotak dan tidak terlalu
0 DAFTAR PUSTAKA
meruncing.Suhu temper disini 300 C dan
masih tergolong suhu rendah untuk
pembentukan bainit, oleh karenanya bainit ASM, 1989, Metals Handbook
yang terbentuk disebut dengan lower bainit. Metallographyand Microstructures,
Bainit terbentuk atau bertransformasi pada Vol. 9, Ninth Edition, Gulf
rentang suhu sekitar 3000C -4000C dengan Publishing Company, Houston.
transformasi sampai komplet dan akan
lebih cepat terbentuk pada rentang suhu
28
Jurnal ENGINE Vol.1 No.2, Nopember 2017, pp no 19-29 e-ISSN 2579-7433

Honey Combe, R.W.K and Bhadeshia,


H.K.D.H, Steel Microstructure and
properties, Second Edition, Edward
Arnold, London.

Jones, D.A.,1991, Principles and Pevention


of Corrosion, Macmillan Publishing
Company, New York.

Kenneth R. Trethewey., John


Chamberlain., Korosi untuk
Mahasiswa Sains dan Rekayasa.,
PT. Gramedia Pustaka Pratama,
Jakarta.

Mars G. Fontana., 1987, Corrosion


Engineering., Third Edition,
McGraw-Hill Book Company, New
York

Pierre R. Roberge 2000, Handbook of


Corrosion Engineering, McGraw-
Hill Companies, Inc.

Rajan, T. V., Sharma, C. P., and Sharma


Ashok., 1997, Heat Treatment :
Principles andTechniques, Prentice
Hall of India, New Delhi.

Rochim Suratman, 1994, Panduan Proses


Perlakuan Panas, Lembaga
Penelitian Institut Teknologi
Bandung.

Surdia, T and Saito, S, 1985, Pengetahuan


Bahan Teknik, PT. Pradnya
Paramita, Jakarta.

Van Vlack, 1991, Ilmu dan Teknologi


Bahan, Edisi 5, Alih Bahasa Sriati
Djaprie , Penerbit Erlangga, Jakarta.

William D. Callister, Jr., 2000,


Fundamentals of Materials Science
and Engineering, An Interactive e –
text, John Wiley & Sons, Inc.

http://www.lucchini.com.
http://www.matweb.com.
http://www.keytometal.com.
29

Anda mungkin juga menyukai