Anda di halaman 1dari 25

STRUKTUR BAJA 1

OLEH
JUANITA, ST., M.Eng
SISTEM PENILAIAN
• ABSENSI : 10%
• TUGAS/QUIS : 15%
• UTS : 35%
• UAS : 40%
MATERI STRUKTUR BAJA 1

• Material Baja (konsep diagram tegangan dan regangan, mutu dan


profil baja yang ada di pasaran, filosofi perencanaan ASD, LRFD, SNI,
AISC)
• Elemen Tarik (kuat nominal, luas netto, luas efektif, blok geser
ujung, perencanaan dan pemeriksaan kapasitas tarik)
• Elemen tekan (angka kelangsingan dan batas-batasnya, fenomena
tekuk, profil kompak, tidak kompak dan langsing, tekuk local
elemen, tekuk komponen struktur, perencanaan aksial tekan
• Elemen balok (kondisi batas lentur, momen leleh dan momen
plastis, factor betuk penampang, tekuk torsi lateral, factor
modifikasi momen, perancangan elemen balok (kapasitas lentur,
kapasitas geser, perancangan kombinasi lentur-geser)
• Sambungan dan alat sambung (tipe-tipe dan jenis sambungan)
PENDAHULUAN
PENGENALAN BAJA SEBAGAI BAHAN BANGUNAN
Sejak permulaan sejarah, manusia telah berusaha mencari bahan yang
tepat untuk membangun tempat tinggalnya, jembatan untuk
menyeberangi sungai dan membuat peralatan-peralatan yang dibutuhkan.

Sebagian besar dari impian ini baru terlaksana setelah ditemukannya besi
yang kemudian bisa diolah menjadi bahan baja.

Penggunaan logam sebagai bahan struktural diawali dengan besi tuang


untuk bentang lengkungan (arch) sepanjang 30 m yang dibangun di Inggris
pada tahun 1777-1779.

Dalam kurun waktu 1780-1820 dibangun lagi sejumlah jembatan dari besi
tuang, kebanyakan berbentuk lengkungan dengan balok-balok utama dari
potongan-potongan besi tuang individual yang membentuk batang-
batang atau kerangka (truss) konstruksi.
Setelah tahun 1840, besi tempa mulai mengganti
besi tuang dengan contoh pertamanya adalah
Brittania Bridge, jembatan ini menggunakan
gelagar dari pelat dan profil siku besi tempa.
PROSEDUR DAN KONSEP DESAIN
PROSEDUR DESAIN :
1.Pendefinisian kebutuhan dan prioritas klien :
―Tinjauan fungsi
―Tinjauan keindahan
―Tinjauan pendanaan
2.Pengembangan konsep desain :
―Pengembangan alternatif lay-out struktur
―Memperkirakan ukuran awal komponen struktur dan biaya untuk
masing-masing alternatif
―Memilih sistem struktur yang paling optimal :
o Kepantasan
o Ekonomis
o Mudah dirawat
3.Desain sistem struktur :
―Analisis struktural (berdasarkan desain awal)
o Gaya dalam momen
o Gaya dalam geser
o Gaya dalam aksial
o Gaya dalam torsi dan kombinasinya
―Desain elemen/komponen struktur
o Dimensi elemen struktur untuk menahan gaya-gaya
dalam
– Aspek estetika
– Kemudahan pelaksanaan
– Kemudahan perawatan
o Mempersiapkan spesifikasi teknis
KONSEP DESAIN :
1. Berdaya guna atau berfungsi baik selama umur bangunan
tersebut.
2. Kaku : komponen struktur dari bangunan tidak mengalami
deformasi yang berlebihan.
3. Kuat : bangunan tersebut harus dapat memikul beban-beban yang
bekerja selama masa layan bangunan.
Agar suatu bangunan kuat terhadap beban-beban yg bekerja maka
:
Kekuatan Struktur > Besar beban-beban yang bekerja
Diberikan penggunaan Angka Keamanan (SF) untuk
memperhitungkan ketidakpastian yang disebabkan oleh :
- perhitungan beban-beban
- sifat-sifat bahan yang tidak seragam
- cara analisis struktur yang tidak eksak
-pelaksanaan yang tidak sempurna
4. Stabil : struktur tersebut tidak mudah terguling, miring, atau
tergeser selama umur bangunan.
5. Ekonomis : perencanaan dituntut untuk memilih secara cermat
tentang :
- pemilihan struktur
- bahan struktur
- ketelitian analisis dan detailing
- spesifikasi dan metode pelaksanaan bangunan
RESIKO KEGAGALAN :
1. Potensi timbulnya korban jiwa
2. Biaya untuk membersihkan puing-puing dan penggantian struktur
beserta isinya.
3. Biaya yang harus dibayarkan pada masyarakat.
4. Tipe keruntuhan, adanya tanda-tanda akan terjadinya
keruntuhan, adanya alternatif lintasan beban (load path)
Peraturan SNI BAJA
1. SNI-2002 TATACARA PERENCANAAN
STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN
GEDUNG
2. AISC – MANUAL OF STEEL CONSTRUCTION,
LOAD AND RESISTANCE FACTOR DESIGN
3. AISC – DESIGN EXAMPLES
Konsep Dasar Perencanaan
Ada 3 cara perhitungan yang dapat digunakan
untuk merencanakan struktur baja :
1. Metode elastis/perencanaan berdasarkan
tegangan kerja (ASD = Allowable Stress
Design)
2. Metode Plastis (PD = Plastic Design)
3. Metode LRFD/perencanaan berdasarkan
beban terfaktor (Load Resistance Factor
Design)
Perencanaan struktur baja berdasarkan LRFD
(SNI 03-1729-2002) harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
ØRn = Ʃ ƴi.Qi
Rn = tahanan nominal
Ø= faktor tahanan
ƴi = faktor beban
Qi = beban mati, beban hidup, angin dan
gempa.
Faktor Tahanan
Faktor Tahanan (LRFD)
1). Komponen struktur memikul lentur Ø = 0,90
2). Komponen struktur memikul gaya tekan aksial Ø =
0,85
3). Komponen struktur yang memikul gaya tarik aksial,
• terhadap kuat tarik leleh Ø = 0,90
• terhadap kuat tarik fraktur Ø = 0,75
4). Komponen struktur yang memikul aksi-aksi
kombinasi,
• kuat lentur atau geser Ø = 0,90
• kuat tarik Ø = 0,90
• kuat tekan Ø = 0,85
Faktor Tahanan
5). Komponen struktur komposit,
• kuat tekan Ø = 0,85
• kuat tumpu beton Ø = 0,60
• kuat lentur dengan distribusi tegangan plastic Ø = 0,85
• kuat lentur dengan distribusi tegangan elastic Ø = 0,90

6). Sambungan baut,


• baut yang memikul geser Ø = 0,75
• baut yang memikul tarik Ø = 0,75
• baut yang memikul kombinasi geser dan tarik Ø = 0,75
• lapis yang memikul tumpu Ø = 0,75
Faktor Tahanan
7). Sambungan las,
• las tumpul penetrasi penuh Ø = 0,90
• las sudut dan las tumpul penetrasi sebagian
Ø = 0,75
• las pengisi Ø = 0,75
PEMBEBANAN
Tipe-Tipe Pembebanan :
1.Beban Mati (D)
Beban yang tidak berpindah-pindah sepanjang masa, misal berat sendiri struktur
(dinding, lantai, atap, langit-langit, tangga), perlengkapan bangunan yang bersifat
tetap (VAC, perpipaan, kabel dan raknya, dll).
Beban mati dapat juga bersifat tidak pasti misal : tebal perkerasan, tebal timbunan
tanah.
2.Beban Hidup (L)
Beban yang dihasilkan akibat pemanfaatan struktur. Biasanya berupa beban
maksimum yang mungkin terjadi akibat pemanfaatan bangunan. Besarnya beban
hidup yang diambil tidak boleh lebih kecil dibandingkan dengan yang telah
ditetapkan dalam peraturan.
Tergantung pada jenis elemen struktur dan beban yang ditinjau, nilai beban hidup
dapat direduksi.
3.Beban Gempa (E)
Beban horisontal dan vertikal yang diakibatkan oleh pergerakan tanah saat terjadi
gempa bumi.
4.Beban Angin (W)
– Terjadi pada bangunan tinggi (>150 m)
– Pada bangunan yang berada di area terbuka
– Bangunan-bangunan yang relatif ringan

5.Beban Hujan (H)


Beban Hujan sangat penting untuk diperhitungkan karena dapet
berpotensi menimbulkan keruntuhan struktur.
- Atap harus dapat memikul beban dari air hujan yang
terkumpul pada saat saluran tersumbat.
-Penyebab Keruntuhan pada tampungan :
Genangan air hujan terjadi di daerah deflesi maksimum>>akibatnya
meningkatkan defleksi>>mengakomodasi penambahan air>>siklus
berlanjut…>>potensi keruntuhan.
JENIS-JENIS BAJA
• Baja merupakan campuran dari beberapa unsur :
-Besi (Fe) : + 98 %
-Karbon (C) : max 1,7 % (tegangan naik, regangan kurang)
-Manganese (Mn) : max 1,65 % (kekuatan)
-Silikon (Si) : max 0,6 % (mengurangi gas)
-Tembaga (Cu) : max 0,6 % (ketahanan terhadap karat)
-Phosfor (P) dan belerang (S) (kurang keuletan)
• Sifat baja bergantung kepada kadar carbon, semakin bertambah kadar
carbonnya maka tegangannya akan naik tetapi regangannya semakin
menurun sehingga baja bersifat keras tetapi getas.
• Adanya phospor (P) dan belerang (S) juga menyebabkan berkurangnya
keuletan (getas)
• Tembaga (Cu) mempunyai pengaruh baik terhadap ketahanan korosi
• Silikon (Si) digunakan untuk mengurangi gas pada leburan logam
• Manganese (Mn) juga menambah kekuatan baja
JENIS-JENIS BAJA
Baja yang biasa digunakan untuk keperluan struktur adalah dari jenis :

1.Baja Karbon (fy = 210 – 250 MPa)


– Baja karbon rendah : sekitar 0,15 %
– Baja karbon sedang : 0.15 % - 0,29 % (umum untuk struktur bangunan misalnya BJ 37)
– Baja karbon medium : 0,3 % - 0,5 %
– Baja karbon tinggi : 0,6 % - 1,7 %
Baja karbon memiliki titik peralihan leleh yang tegas, peningkatan kadar karbon akan
meningkatkan kuat leleh tapi mengurangi daktilitas dan menyulitkan proses pengelasan

2.Baja Mutu Tinggi (fy = 275 – 480 MPa)


– Menunjukkan titik peralihan leleh yang tegas
– Didapat dengan menambahkan unsur aloi (chromium, nickel, vanadium, dll) kedalam baja
karbon untuk mendapatkan bentuk mikrostruktur yang lebih halus

3.Baja Aloi (fy = 550 – 760 MPa)


– Tidak menunjukkan titik peralihan leleh yang tegas
– Titik peralihan leleh ditentukan menggunakan metode tangen 2 % atau metode regangan 5 %
SIFAT MEKANIS BAJA
Menurut SNI 03-1729-2002, sifat mekanis baja struktural adalah :
HUBUNGAN TEGANGAN-REGANGAN BAJA

Tegangan :
•Tegangan dan regangan yang terjadi pada suatu
penampang profil dapat disebabkan oleh
beberapa tipe pembebanan seperti tarik, tekan,
lentur, geser maupun torsi
•Pada umumnya satuan yang dipakai untuk
mendefinisikan tegangan yaitu MegaPascals
(MPa)
•1 MPa = 1 N/mm2
•Simbol yang dipakai untuk mendefinisikan
tegangan yaitu σ atau f
HUBUNGAN TEGANGAN-REGANGAN BAJA
Regangan :
•Regangan merupakan rasio dari deformasi/perubahan bentuk
terhadap ukuran bentuk pada kondisi awalnya
•Regangan tidak mempunyai satuan dan dilambangkan dengan
simbol Ɛ

Contoh :
Sebuah batang baja dengan panjang mula-mula 100 mm diberikan
pembebanan tarik hingga terjadi penambahan panjang sebesar
0,15 mm. Berapa nilai regangan yang dialami batang baja tersebut ?
Solusi :
Ɛ = Δ / L ; Δ = 0,15 mm
L = 100 mm
Ɛ= 0,15 / 100 = 0,0015 = 1,5 x 10-3
Idealisasi kurva tegangan – regangan baja :
- Pada umumnya kurva tegangan-regangan untuk baja berdasarkan
pembebanan tarik (gbr diatas)
- Sumbu vertikal merupakan nilai tegangan dan sumbu horisontal
merupakan nilai regangan
- Pada pembebanan awal, kurva berbentuk garisk lurus OA. Terdapat
hubungan linier antara tegangan dan regangan
- Slope dari garis lurus OA tersebut dikenal dengan Modulus Young
- Pada baja nilai Modulus Young (E) berkisar 200.000 MPa
• Pada bentang garis OA, struktur baja akan berperilaku sebagai material
elastis, dimana deformasi yang terjadi akan berbanding lurus dengan
penambahan beban yang bekerja. Juga, ketika beban tersebut dihilangkan
maka elemen akan kembali ke keadaan seperti semula tanpa mengalami
perubahan bentuk / deformasi
• Ketika tegangan yang terjadi mencapai titik A (tegangan leleh), maka
deformasi yang besar akan terjadi walaupun hanya bekerja penambahan
beban yang relatif kecil. Zona dimana kurva tegangan-regangan adalah
datar (AB) dikenal dengan zona plastis dimana struktur akan berperilaku
sebagai material plastis.
TUGAS

Anda mungkin juga menyukai