bangunan tahan gempa harus terbuat dari sistem struktur yang perilakunya daktail.
Perilaku ini cukup penting karena saat pelelehan elemen struktur terjadi maka terjadi
pula peresapan energi gempa oleh struktur.
Saat terjadi gempa, daktilitas akan mempertahankan kekuatan dan kekakuan pada
struktur sehingga struktur gedung tetap berdiri walaupun telah berada pada ambang
keruntuhan.
Gambaran struktur daktail (Kantor Pusat Bank Sulteng) dan struktur yang getas (Hotel
Roa Roa) paska terkena goncangan gempa palu, 2018, seperti gambar berikut:
Gamb
ar 1 Struktur daktail dan struktur getas [1] Gedung Kantor Pusat Bank Sulteng dan Hotel Roa
Roa di Palu
Struktur dengan daktilitas tertentu akan memungkinkan terjadinya sendi plastis secara
bertahap pada elemen-elemen struktur yang telah ditentukan.
Dengan terbentuknya sendi plastis pada struktur, maka struktur akan mampu menahan
beban gempa yang besar tanpa memberikan kekuatan berlebihan pada elemen struktur
karena energi kinetik akibat gerakan tanah yang diterima akan diserap oleh sendi plastis
tersebut.
Semakin banyak sendi plastis yang terjadi pada struktur maka semakin banyak pula
energi yang diserap oleh struktur.
Agar struktur gedung memiliki daktilitas yang tinggi, maka harus direncanakan sendi
plastis yang terjadi berada pada balok-balok dan bukan terjadi pada kolom, kecuali
pada kaki kolom paling bawah dan bagian atas kolom penyangga atap (Gambar 2).
Gambar 2 Mekanisme keruntuhan ideal suatu struktur gedung dengan sendi plastis terbentuk
pada ujung-ujung balok, kaki kolom [2]Hal ini dapat terjadi jika bangunan didesain dengan
kapasitas kolom-kolom melebihi kapasitas balok yang bertemu pada kolom tersebut
(Strong Column Weak Beam). Selain itu displacement yang yang terjadi harus dijaga
batasannya agar menjaga integrasi bangunan dan bertambahnya momen akibat P-Δ
efek.
Rasio antara simpangan maksimum struktur (Xmax) terhadap simpangan struktur pada
saat terjadi sendi plastis yang pertama (Xy) dinyatakan sebagai faktor daktilitas (μ).
Untuk mendapatkan gambaran perilaku struktur dari saat struktur masih linear elastis,
pelelehan pertama pada elemen struktur sampai dengan keruntuhannya saat terkena
goncangan gempa dapat dilakukan dengan analisis non linear static dengan metode
analisis gaya dorong static (pushover analysis). Analisis pushover lebih lanjut dapat
dibaca pada artikel Hesa berikut ini :
Tulangan baja di dalam kolom beton merupakan faktor kunci dalam kekuatan bangunan
beton. Di bawah ini adalah perbandingan kolom getas dan kolom daktail dan
bagaimana perilaku keduanya saat diguncang gempa bumi.
Gambar 3
Ilustrasi Penulangan Kolom Getas dan Kolom Daktail [3]
Perilaku kolom getas dan kolom daktail saat diguncang gempa bumi seperti ilustrasi
berikut:
Gambar 4
Ilustrasi perilaku kolom getas dan kolom daktail saat diguncang gempa bumi [4]
Struktur baja memiliki sub-struktur atau bagian dalam sebuah bangunan yang
terbuat dari baja struktural. Baja struktural ini adalah bahan konstruksi baja yang
dibuat dengan bentuk dan komposisi kimia tertentu sesuai dengan
spesifikasi proyek pembangunan.
Bahan utama baja struktural adalah besi dan karbon. Selain itu ada mangan,
logam campuran, dan beberapa zat kimia tertentu juga ditambahkan pada bahan
utama itu guna menambah ketahanan.
Sementara itu, baja struktural memiliki beberapa bentuk, ukuran dan alat ukur.
Umumnya berbentuk balok I, talang, dan siku.
Bentuk-bentuk struktur baja
Proyek pembangunan yang menggunakan struktur baja bisa lebih hemat biaya.
Produksi lebih murah serta minim perawatan. Selain itu, 98% dari semua struktur
baja dapat didaur ulang menjadi produk baja baru tanpa mengurangi fisik
bahannya.
Produksi struktur baja dilakukan di pabrik dan dipasang dengan cepat di lokasi
konstruksi. Hal ini membuat struktur baja tetap aman. Berdasarkan survei di
bidang industri menunjukkan bahwa struktur baja adalah solusi paling aman.
39
Gambar 11. Foto mikro struktur
canne cutter
yang dilapisi dan dipanaskan
Cane cuter
yang telah megalami pelapisankemudian diberikan pemanasan hingga suhu850ºC dan
holding time
selama 2 jamkemudian didinginkan dengan metode
quenching
menggunakan media air. Pada proses
heat treathment
ini mengubah strukturmikronya menjadi
martensite
sehingga sifatnyasangat keras ditambah lagi dengan logam pelapis yang turut dalam
perlakuan panas serta pendinginan secara paksa, sehingga mampumemberikan pengaruh
terhadap peningkatannilai kekerasan, namun yang terjadi nilaielastisitasnya menurun.Hasil
pengujian tarik dengan standarASTM E8 berupa grafik untuk menunjukanhubungan antara
perbedaan spesimen dari hasilkekuatan tarik yang dihasilkan berupa nilairata-rata setelah
mengalami proses perhitunganseluruh hasil. Nilai rata rata uji tarik dapatdilihat apada grafik
3.Grafik 3. Nilai rata-rata uji tarikKemudian grafik 4 untuk nilai prosentase perpanjangan
SS400Martensite
Grafik 4. Nilai prosentase perpanjangan
Dari hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel, diagram dan gambar strukturmikro, ada
perbedaan karaketirstik kekuatantarik dan kekerasan dari spesimen penelitianantata
raw materials
,
cane cutter, cane cutter
pelapisan dan spesimen yang mengalami perlakuan panas dari semua kategori dengansuhu
pemanasan 850 °C ditahan selama 2 jamdan didinginkan dengan proses
quenching
(pendinginan secara cepat) menggunakanmedia pendingin air biasa (suhu ruangan).Dari hasil
pengujian diatas menunjukan bahwa raw material mempunyai struktur mikroyang tampak adalah
pearlite
dan f
errite,
dimana
pearlite
berwarna gelap dan
ferrite
berwarna putih. Stuktur
ferrite
tampak lebihdominan dari pada struktur
pearlite
sehinggamengakibatkan kekerasan dari
raw materials
menjadi rendah, dimana hasil nilai rata-ratakekerasan yang dimiliki adalah 142.6 MPadengan
hasil kekuatan tarik rata-rata 491.3 N/mm
2
. Nilai kekuatan tarik yang ada
memilikikesesuaian dengan data nilai kekuatan tarik baja karbon rendah yang tersaji di babsebel
umnya (bab II). Nilai Kekuatan tarik dan nilai kekerasansangat dipengaruhi oleh perlakuan
yangdiberikan pada bahan di semua kategori.Khususnya pada pengujian kekerasan, nilaiyang
tersaji setelah mengalami perlakuan panas serta setelah mengalami pelapisanataupun pelapisan
yang mengalami perlakuan panas, memiliki nilai yang cenderung naik.Kenaikan nilai keuatan
tarik dan nilaikekerasan dipengaruhi oleh perubahan struktursetelah mengalami perlakuan, baik
itu perlakuan panas atapun perlakun pelapisan.
Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013
Perlakuan pelapisan sangat terlihat pada nilaikekuatan tarik yang disajikan, pertambahannilai
prosentase perpanjangan hingga 33.33%membuktikan bahwa pelapisan mampumemberikan
kontribusi terhadap sifat mekaniksuatu bahan, penambahan nilai prosentasi perpanjangan
tersebut sarat dengan sifat elastis.Begitu juga pada pengaruh yang diberikanoleh perlakuan
panas, pelakuan panas dengansuhu 850ºC,
holding time
selama
Perlakuan panas sangat mempengaruhi perubahan sifat mekanik material, terbuktidengan adanya
kenaikan nilai kekerasandan kenaikan nilai kekeuatan tarik.2.
Beumer, BJ M. Ilmu Bahan Logam Jilid 1.Jakarta: PT. Bathara Karya Aksara.[4]