.................................... (2.7)
Akibat Beban Mati + Beban Hidup + Beban Angin
............................... (2.8)
Dimana :
: Tegangan yang bekerja
: Tegangan ijin maksimal
\ Wx : Beban arah x
Wy : Beban arah y
f. Kontrol Lendutan
Lendutan yang diijinkan untuk gording (pada arah x terdiri 2 wilayah yang ditahan oleh trakstang)
......................................... (2.9)
......................................... (2.10)
Dimana :
fx : lendutan arah x
fy : lendutan arah y
E : modulus elastisitas
Ix : Momen inersia penampang x
Iy : momen inersia penampang y
2.6.2. Perhitungan Batang Tarik
Batang tarik (trackstang) berfungsi untuk mengurangi lendutan gording pada arah sumbu x
(miring atap) sekaligus untuk mengurangi tegangan lendutan yang timbul pada arah x.
Gx = Berat sendiri gording + penutup atap sepanjang gording arah sumbu x
Px = Beban hidup arah sumbu x
P total = Gx + Px = (qx . L) + Px ..................................... (2.11)
Jika batang tarik yang dipasang dua buah, maka per batang tarik adalah :
P = Ptotal / 2 = (qx . L) + Px) / 2 ..................................... (2.12)
=
.......................................... (2.13)
Fn =
.................................................... (2.14)
Dimana :
P : Beban hidup
qx :beban mati arah x
L : lebar bentang
Fn : gaya yang terjadi
2.6.3. Perhitungan Ikatan Angin
Ikatan angin hanya bekerja menahan gaya normal (axial0 tarik saja. Adapun cara kerjanya adalah
apabila salah satu ikatan angin bekerja sebagai batang tarik, maka yang lainnya tidak menahan gaya
apapun. Sebaliknya apabila arah angin berubah, maka secara bergantian batang tersebut bekerja sebagai
batang tarik.
N dicari dengan syarat keseimbangan, sedangkan P = gaya / tekanan angin
Gambar 2.15. Ikatan Angin
ikatan angin
kuda-kuda
gording
h
b
P
P
P
N
N Ny
Nx
10
2.7. Sambungan
2.7.1. Sambungan Baut
Jenis baut yang dapat digunakan adalah baut yang jenisnya ditentukan dalam SII (0589-81, 0647-91
dan 0780-83, SII 0781-83) atau SNI (0541-89-A, 0571-89- A, dan 0661-89-A) yang sesuai, atau
penggantinya.
Tegangan-tegangan yang diizinkan dalam menghitung kekuatan baut adalah sebagai berikut.
Tegangan geser yang diizinkan :
= 0,6 ................................ ( 2.15 )
Tegangan tarik yang diizinkan :
ta = 0,7 ................................ ( 2.16)
Kombinasi tegangan geser dan tegangan tarik yang diizinkan :
1
=
2
56 , 1 ................................. ( 2.17)
Tegangan tumpu yang diizinkan :
tu = 1,5 untuk
1
s 2 a ................................ ( 2.18 )
tu = 1,2 untuk 1,5 d
1
s < 2 d .................( 2.19 )
Dimana :
1
s = jarak dari sumbu baut yang paling luar ke tepi bagian yang disambung.
d = diameter baut.
= tegangan dasar, di mana persamaan ( 2.15 ), ( 2.16 )
, ( 2.17)menggunakan tegangan dasar dari bahan baut, sedangkan persamaan ( 2.18 )dan ( 2.19)
menggunakan tegangan dasar bahan yang disambung.
2.7.2. Sambungan Las
Pengelasan harus memenuhi standar SII yang berlaku (2441-89, 2442-89, 2443-89, 2444-89, 2445-89,
2446-89, dan 2447-89), atau penggantinya.
Las Tumpul
Pada suatu pelaksanaan yang baik, dimana penampang las sesuai dengan penampang batang,
tegangan pada las sama dengan tegangan pada batang, sehingga apabila batang itu telah cukup
kuat, maka las itu tidak perlu dihitung lagi.
Las Sudut
Panjang netto las adalah :
Ln = L
brutto
- 3
a
........................................... ( 2.20)
Panjang netto las tidak boleh kurang dari 40 mm atau 8a 10 kali tebal teras batang las.
Panjang netto las tidak boleh lebih dari 40 kali tebal las. Apabila ternyata diperlukan panjang netto
las yang lebih dari 40 kali tebal las, sebaiknya dibuat las yang terputus-putus ( las terputus ).
Untuk las terputus pada batang tekan, jarak antara bagian-bagian las itu tidak boleh melebihi 16 t
atau 30 cm, sedangkan pada batang tarik, jarak itu tidak boleh melebihi 24 t atau 30 cm, dimana t
adalah tebal terkecil dari elemen yang dilas.
Las terputus tidak diperkenankan jika dikhawatirkan terjadi pengkaratan pada permukaan bidang
kontak dibagian yang tidak ada lasnya, atau pada elemen yang dipengaruhi gaya getar.
Tebal las sudut tidak boleh lebih dari t
2
, dimana t adalah tebal terkecil pelat yang dilas.
Apabila gaya P yang ditahan oleh las membentuk sudut dengan bidang retak las, tegangan miring
yang diizinkan adalah :
11
2.9. Pondasi
2.9.1. Desain Perencanaan Pondasi Telapak
1. Menentukan Dimensi Pondasi
Dimensi yang direncanakan meliputi : panjang, lebar dan ketebalan telapak pondasi. Semuanya
harus di desain sedemikian rupa, sehingga tegangan yang terjadi pada dasar pondasi tidak melebihi
daya dukung tanah dibawahnya.
2. Mengontrol Kuat Geser 1 Arah
Kerusakan akibat gaya geser 1 arah terjadi pada keadaan dimana mula- mula terjadi retak miring
pada daerah beton tarik (seperti creep), akibat distribusi beban vertikal dari kolom (Pu kolom) yang
diteruskan ke pondasi sehingga menyebabkan bagian dasar pondasi mengalami tegangan. Akibat
tegangan ini, tanah memberikan respon berupa gaya reaksi vertikal ke atas (gaya geser) sebagai akibat
dari adanya gaya aksi tersebut. Kombinasi beban vertikal Pu kolom (ke bawah) dan gaya geser tekanan
tanah ke atas berlangsung sedemikian rupa hingga sedikit demi sedikit membuat retak miring tadi
semakin menjalar keatas dan membuat daerah beton tekan semakin mengecil.
Dengan semakin mengecilnya daerah beton tekan tersebut, maka mengakibatkan beton tidak
mampu menahan beban geser tanah yang mendorong ke atas, akibatnya beton tekan akan mengalami
keruntuhan. Berikut ini ilustrasinya :
Gambar 2.18. Kerusakan Pondasi Akibat Gaya Geser 1 arah
Kerusakan pondasi yang diakibatkan oleh gaya geser 1 arah ini biasanya terjadi jika nilai
perbandingan antara nilai a dan nilai d cukup kecil, dan karena mutu beton yang digunakan juga kurang
baik, sehingga mengurangi kemampuan beton dalam menahan beban tekan.
Gambar 2.19. Keretakan Pondasi Akibat Gaya Geser 1 arah
Tegangan tanah pada bidang kritis geser
qx = qmin + (Bx - ax) / Bx . (qmax - qmin) ............................... (2.21)
Dimana :
qx : tegangan tanah
qmin : tegangan tanah minimum
qmax : tegangan tanah maksimum
Bx : lebar pondasi
ax :jarak bidang kritis terhadap sisi luar
h
Pu
d
ds
retak miring
tekanan tanah tekanan tanah
retak miring
menjalar ke atas
ds
d
Pu
h
h
b
d
kolom
B
L
luas bid. geser
h
Pu
d
ds
retak miring
tekanan tanah
L
d
a a
12
3. Mengontrol Kuat Geser 2 Arah (Punching Shear)
Kuat geser 2 arah atau biasa disebut juga dengan geser pons, dimana akibat gaya geser ini
pondasi mengalami kerusakan di sekeliling kolom dengan jarak kurang lebih d/2.
Gaya geser pons yang terjadi,
Vup = ( Bx . By - cx . cy ) . [ ( qmax + qmin ) / 2 - q ] ................. (2.22)
Dimana :
Vup : gaya geser pons
Bx & By : lebar pondasi
cx : lebar bidang geser pons arah x
cy : lebar bidang geser pons arah y
qmin : tegangan tanah minimum
qmax : tegangan tanah maksimum
q : tekanan akibat berat pondasi pada tanah
Gambar 2.20. Kerusakan Pondasi Akibat Gaya Geser 2 arah
4. Menghitung Tulangan Pondasi
Beban yang bekerja pada pondasi adalah beban dari reaksi tegangan tanah
yang bergerak vertikal ke atas akibat adanya gaya aksi vertikal kebawah (Pu) yang
disalurkan oleh kolom. Tulangan pondasi dihitung berdasarkan momen maksimal
yang terjadi pada pondasi dengan asumsi bahwa pondasi dianggap pelat yang terjepit
dibagian tepi- tepi kolom. Menurut SNI 03-2847-2002, tulangan pondasi telapak
berbentuk bujur sangkar harus disebar merata pada seluruh lebar pondasi (lihat pasal
17.4.3)
Rasio tulangan yang diperlukan :
= 0.85 . fc / fy . [ 1 - {1 2 . Rn / ( 0.85 . fc ) } ] ..................... (2.23)
Dimana :
: rasio tulangan yang diperlukan
fc : kuat tekan beton
fy :kuat leleh baja tulangan
Rn : faktor reduksi kekuatan lentur
5. Mengontrol Daya Dukung Pondasi
Pondasi sebagai struktur bangunan bawah yang menyangga kolom memikul beban-beban diatasnya
(bangunan atas), harus mampu menahan beban axial terfaktor (Pu) dari kolom tersebut. Maka dari itu beban dari Pu
diisyaratkan tidak boleh melebihi daya dukung dari pondasi (Pup) yang dirumuskan sebagai berikut :
Pu < Pup
Pup = x 0,85 x fc x A
Dimana :
Pu = Gaya aksial terfaktor kolom. (N)
Pup = Daya dukung pondasi yang dibebani... (N)
fc = Mutu beton yang diisyaratkan. (Mpa)
A = Luas daerah yang dibebani(mm
2
)
h
Pu
keruntuhan beton pondasi
akibat punching shear
a a
L
tekanan tanah
retak miring
ds
d
Pu
h
lokasi retak yang diakibatkan
oleh punching shear
L
B
h
d/2 d/2
13
BAB III
METODA DAN LANGKAH PERENCANAAN
Adapun data-data perencanaan adalah sebagai berikut:
1. Tipe Konstruksi : Gudang tipe Gable Frame
2. Bahan penutup Atap : Alumunium Gelombang
3. Jarak Antar Portal : 6,25 meter
4. Bentang Kuda-Kuda (L) : 25 meter
5. Jarak Gording : 1,9 meter
6. Tinggi Kolom (H) : 8 meter
TIDAK
MULAI
Data :
Gambar Rencana Struktur Portal Gable
Asumsi :
Beban Angin, Beban Hidup, tanah, fc, fy
PERLIMINARY DESIGN
HITUNG BEBAN-BEBAN YANG BEKERJA
PROSES PROGRAM SAP 2000
OUTPUT GAYA DALAM & GAYA BATANG
YA
PERENCANAAN ELEMEN STRUKTUR
Asumsi Data Teknis :
Fc, fy, profil
A
B
KONTROL SYARAT BATAS
YA
PERENCANAAN SAMBUNGAN
KONTROL SYARAT BATAS
SAMBUNGAN TERPASANG
TIDAK
SELESAI
TINJAUAN PUSTAKA
YA
14
7. Kemiringan Atap (a) : 20
o
8. Beban Angin : 40 kg/m
2
9. Beban Hidup : 100 kg
10. Beban Mati : Berat Sendiri Profil
11. Alat Sambung : Baut dan Las
12. Baja Profil : BJ 41
13. Mutu Beton : fc = 25 MPa
14. Mutu Baja : fy = 400 MPa
15. Tegangan Ijin Baja : 1660 kg/cm
2
16. Berat Penutup Atap : 3 kg/m
2
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Umum
Perhitungan perencanaan struktur gudang adalah perhitungan-perhitnugan elemen struktural
pembentuk struktur gudang secara keseluruhan. Perhitungan struktur ini dilakukan supaya struktur gudang
dapat dibangun sesuai kebutuhan, baik dari segi mutu bahan bangunan, umur rencana dan segi keamanan
serta stabilitas struktur.
4.2. Data Perhitungan
Gambar 4.1. Portal Gudang
4.3. Perhitungan Struktur
4.3.1. Perhitungan Gording
Gambar 4.2. Perhitungan Gording
20
o
A B
C
D
E
25.00
12.50 12.50
8
.
0
0
4
.
5
5
13.302
C
D
F
sb x
sb y
r
x =
1
2
L
y
15
Menghitung Panjang Balok
Panjang balok adalah 13,302/7 = 1,90 m
Perhitungan Dimensi Gording
Untuk dimensi gording dicoba dengan menggunakan profil baja Light Lip Channel C
150.75.20.4,5 dengan data-data sebagai berikut :
- A = 13,97 cm
2
- Ix = 489 cm
4
- q = 11,0 kg/m - Iy = 99,2 cm
4
- ix = 5,92 - Zx = 65,2 cm
3
- iy = 2,66 cm - Zy = 19,8 cm
3
Pembebanan pada Gording :
a. Beban Mati / Dead Load
- Berat gording = 11,0 kg/m
- Berat penutup atap (1,90 m x 3 kg/m
2
) = 5,7 kg/m
q = 16,7 kg/m
Momen maksimum akibat beban mati :
Mx1 = 1/8 . qx . (l)
2
. 80%
= 1/8 . 5,71 . (6,25)
2
. 0,8
= 22,30 kgm
My1 = 1/8 . qy . (l)
2
. 80%
= 1/8 . 15,7 . (6,25)
2
. 0,8
= 61,32 kgm
b. Beban Hidup / Live Load
Gambar 4.5. gaya kerja pada beban hidup
Beban hidup adalah beban terpusat yang bekerja di tengah-tengah bentang gording, beban ini
diperhitungkan kalau ada orang yang bekerja di atas gording. Besarnya beban hidup diambil dari
PPURG 1987, P = 100 kg.
Px = P . sin a
= 100 . sin 20
o
= 34,20 kg
Py = P . cos a
= 100 . cos 20
o
= 93,96 kg
Momen maksimum akibat beban hidup
Mx2 = (1/4 . Px . l) . 80%
= (1/4 . 34,20 . 6,25) . 0,8
= 42,75 kgm
My2 = (1/4 . Py . l) . 80%
= (1/4 . 93,96 . 6,25) . 0,8
= 117,45 kgm
c. Beban Angin
Beban angin diperhitungkan dengan menganggap adanya tekanan positif (tiup) dan tekanan
negatif (hisap), yang bekerja tegak lurus pada bidang atap. Menurut PPPURG 1987, tekanan
tiup harus diambil minimal 25 kg/m
2
. Dalam perencanaan ini, besarnya tekanan angin (w)
diambil sebesar 40 kg/m
2
.
P
Px
Py
x
x
y
20
o
16
Gambar 4.7. Gaya kerja pada beban angin
Ketentuan :
Koefisien angin tekan (c) = (0,02 x a -0,4)
Koefisien angin hisap (c) = -0,4
Beban angin kiri (W1) = 40 kg/m
2
Beban angin kanan (W2) = 40 kg/m
2
Kemiringan atap (a) = 20
o
Jarak gording = 1,90 m
- Koefisien tekan : C1 = 0,02 a -0,4
= (0,02 x 20) -0,4)
= 0
- Koefisien hisap : C2 = -0,4
Maka : W1 = C1 x W x jarak gording
= 0 x 40 x 1,90
= 0
W2 = C2 x W x jarak gording
= -0,4 x 40 x 1,90
= -30,4 kg/m
Momen maksimum akibat beban angin
Mx3 = 1/8 x W . l
2
= 1/8 x -30,4 x 6,25
2
karena tegak lurus gording
= 148,437 kgm
Atap+gording
q
Kg/m
Beban orang
P
kg
Angin
kg
16,7 100 0
x 5,71 34,20 0
y 15,7 93,96 0
Mx 22,30 42,75 148,43
My 61,32 117,45 0
Tabel 4.1. Perhitungan momen
d. Kombinasi Pembebanan
Akibat beban tetap
M = M beban mati + M beban hidup
= 178,77 kgm = 17877 kgcm
Akibat beban sementara
M = M beban mati + M beban hidup + M beban angin
= 213,48 kgm = 21348 kgcm
My = My1 + My2 + My3
= 178,77 kgm = 17877 kgcm
e. Kontrol Tegangan
Akibat beban mati + beban hidup
=
.............. ok!
Akibat beban mati + beban hidup + beban angin
=
o
20
y
x
x
y
17
=
.................ok!
f. Kontrol lendutan
Lendutan yang diijinkan untuk gording (pada arah x terdiri 2 wilayah yang ditahan oleh
trakstang).
! ......... 736 , 1 .... 56 , 1 76 , 0 37 , 1
2 2 2 2
OK cm cm fy fx f
Jadi gording Light Lip Channel C 150.75.20.4,5 aman untuk digunakan.
4.3.2. Perhitungan Batang Tarik (Trackstang)
Gambar 4.8. Perletakan Batang Tarik (trackstang)
batang tarik yang dipakai adalah 19 mm
4.3.3. Perhitungan Ikatan Angin
Ikatan angin hanya bekerja menahan gaya normal (axial) tarik saja. Adapun cara kerjanya adalah
apabila salah satu ikatan angin bekerja sebagai batang tarik, maka yang lainnya tidak menahan gaya
apa-apa.
Sebaliknya apabila arah angin berubah, maka secara bergantian batang tersebut bekerja sebagai
batang tarik.
Gambar 4.8. Ikatan angin
digunakan ikatan angin 19 mm
4.3.4. Perhitungan Dimensi Balok dan Kolom Kuda-kuda
1. Pembebanan pada Balok Gable
Gambar 4.9. Pembebanan pada balok gable akibat beban-beban yang dipikul oleh gording
terpanjang 6,25 m
batang tarik (trekstang)
Gording
Balok WF
ikatan angin
kuda-kuda
gording
h
b
P
P
P
N
N Ny
Nx
8
.
0
0
12.50 12.50
25.00
E
D
C
B A
o
20
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P6
P7
P5
P4
P3
P2
P1
18
Gambar 4.10. Pembebanan yang dipikul gording
Balok yang direncanakan menggunakan I WF 300.200.8.12
- H = 300 mm - b = 200 mm
- Ts = 12 mm - tb = 8 mm
- Zx = 771 cm
3
- Zy = 160 cm
3
- Ix = 11300 cm
4
- Iy = 1600 cm
4
- ix =12,5 cm - iy = 4,71 cm
- A = 72,38 cm
2
- q = 56,8 kg/m
Gambar 4.11. Penampang baja I WF
Pembebanan pada balok gable akibat beban-beban yang dipikul oleh 1 gording dengan 6,25 m :
a. Beban Gording
Gording 1 (terletak di ujung balok )
Beban mati
- Berat sendiri penutup atap : 3,125 m x 3 kg/m
2
x0,95 = 8,906 kg
- Berat alat penyambung : 10% x q
WF
(56,8 kg/m ) = 5,68 kg/m+
15,055 kg/m
- Beban hidup (P) = 100 kg/m
Gording 2 = G3 = G4 = G5 = G6 = G7
Beban mati
Berat sendiri penutup atap : 6,25 m x 3 kg/m
2
x1,90 = 35,625 kg
Berat alat penyambung : 10% x q
WF
(56,8 kg/m) = 5,68 kg/m +
= 24,43 kg/m
Beban hidup (P) = 100 kg
Dengan cara yang sama untuk mempermudah perhitungan beban-beban pada balok gable akibat
masing-masing gording dilakukan secara tabelaris sebagai berikut :
No. Pembebanan
G
1
(kg/m)
G
2
= G
3
= G
4
= G
5
= G
6
= G
7
(kg/m)
1 Berat Penutup Atap 8,906 35,625
2 Beban Hidup 100 100
3 Berat Alat Penyambung 5,396 10,792
P 114,302 146,417
Tabel 4.2. Pembebanan pada joint atap
13.302
1.90
Ikatan Angin
Gording
Balok Gable
6
.
2
5
m
3
.
1
2
5
m
3
.
1
2
5
m
3
0
0
2
7
6
200
12
8
19
b. Tekanan Angin pada Bidang Atap
c. q = 50 . c0s 20
o
= 46,98 kg/m
d. q = -100 . cos 20
o
= -93,96 kg/m
e. Tekanan Angin pada Bidang Dinding
Koefisien angin tekan C
1h
= 0,9 Wt = 0,9 . 40 . 6,25 = 225 kg/m
Koefisien angin hisap C
hs
= -0,4 W
h
= -0,4 . 40 . 6.25 = -100 kg/m
f. Beban Portal
Tabel 4.3. output dari SAP 2000 v.14
- Berat Portal = 3425,96
- Berat dinding pas. Batako : 8 x 6,25 x 300 = 2812,5 kg/m x 2 +
W= 9050,96 kg/m
Perhitungan Beban Gempa
Perhitungan beban gempa ekivalen mengacu pada SNI 1726 2002
konstruksi Wi ( kg ) hi ( kg ) Wi. hi
H (W) 9050,96 12,55 113589,548
W 9050,96 W.h 113589,548
Tabel 4.4. Berat struktur gudang yang dianalisis
Lokasi = Tasikmalaya ( wilayah gempa zona 4)
Struktur di atas tanah sedang
I = 1
R = 5,5
T =
4
3
. . 06 , 0 H
=
4
3
55 , 12 . 06 , 0
= 0,400
Didapat,
C =
T
42 . 0
(untuk tanah sedang)
C = 05 , 1
400 . 0
42 . 0
V = Wt
R
I C
.
.
TABLE: Groups 3 - Massa dan Berat
GroupName SelfMass SelfWeight TotalMassX TotalMassY TotalMassZ
Text Kgf-s2/m Kgf Kgf-s2/m Kgf-s2/m Kgf-s2/m
SEMUA 3045,9 29870,09 3045,9 3045,9 3045,9
KOLOM TENGAH 0 0 0 0 0
KOLOM UTAMA 807,71 7920,88 807,71 807,71 807,71
FRAME 1345,89 13198,71 1345,89 1345,89 1345,89
GORDING 786,07 7708,75 786,07 786,07 786,07
JOINT 1 0 0 0 0 0
JOINT TENGAH 0 0 0 0 0
JOINT UJUNG 27,91 273,74 27,91 27,91 27,91
20
= 96 , 9050 .
5 , 5
1 . 05 , 1
= 1727,91 kg
Perhitungan beban gempa ekivalen untuk joint pada portal
Untuk joint H ( F)
F
= V
h W
H W
.
.
.
= 91 , 1727 .
548 , 113589
548 , 113589
= 1727,91 kg
Beban gempa arah x dan y
F = 1727,91 kg
kg 995 , 863
2
91 , 1727
g. Perhitungan Momen
Perhitungan analisa struktur menggunakan Program SAP 2000 Versi 14.
Gambar 4.12. BMD dan SFD
h. Kontrol balok yang direncanakan
Terhadap momen tekanan (Wx)
Mmax = 11057,03 kgm = 1105703 kgcm
Wx =
Profil baja I WF 300.200.8.12 dengan harga Wx hitung = 663,68 cm
3
< Wx rencana = 771
cm
3
, maka profil baja ini dapat digunakan.....ok!
Stabilitas batang tekan
Lk = 13,302 m = 1330,2 cm
(tabel 3 PPBBI 1984)
Terhadap balok yang dibebani lentur (KIP)
Cek profil berubah bentuk atau tidak :
= 20,80
44,34 20,80........ok!
Penampang tidak berubah bentuk
= 1752,01 kg/cm
2
> 556,96 kg/cm
2
.........ok!
Kontrol terhadap tegangan
N = 2227,45 (output SAP 2000 v14)
21
= 67,94 kg/cm
2
< 1666 kg/cm
2
.....ok!
Kontrol terhadap lendutan
0,76 cm < 3,695 cm .....ok!
Kontrol tegangan geser
D = 1754,26 (output SAP 2000 v14)
= 7,61 kg/cm
2
966,288 kg/cm
2
...........ok!
i. Kontrol kolom yang direncanakan
Dari hasil analisa SAP didapatkan Pu kolom sebesar -3779,997 kg -3780 kg
Dimana nilai kc pada kolom dengan asumsi ujung jepit sendi : 0,7
Tinggi kolom = 8 m = 800 cm
Lk = 0,7 x 800 = 560 cm
r
min
Kontrol penampang :
1. Cek kelangsingan penampang
a. Pelat sayap
..............ok!
b. Pelat badan
..............ok!
2. Kuat tekan rencana kolom, Pn
Pn = 0,85 . Ag . Fy = 0,85 . 72,38 . 2500 = 153807,5 kg
3. Kuat lentur rencana kolom Mnx
Mnx = Fy x Wx = 2500 x 771 = 1927500 kgcm = 19275 kgm
Diperoleh nilai Mmax = 11057,03
4. Rasio tegangan total
..........ok!
.200.8.12 kuat menerima beban dan memenuhi syarat!
4.3.5. Perencanaan Base Plate
Gaya normal dengan gaya hitung yang terjadi adalah :
DA = 6188,23 kg
NA = 3779,997 kg
Mmax = 10579,80 kgm = 1057980 kgcm
Ukuran base plate ditaksir 35 cm x 30 cm dan tebal = 12 mm = 1,2 cm
Kontrol tegangan yang timbul
F = a . b = 35 . 30 = 1050 cm
2
Wn = 1/6 . a
2
. b = 1/6 . 35
2
. 30 = 6125 cm
2
Angker baut
Angker baut yang digunakan sebanyak 4 buah
Akibat beban gaya geser tiap baut memikul beban
Diameter angker baut d =
Ambil baut 19 mm sebanyak 4 buah
F
gs
= 4 . . . d
2
= 4 . 0,25 . 3,14 . (1,9)
2
= 11,3354 cm
2
22
.........aman!
4.3.6. Sambungan
a. Pertemuan balok dan kolom
Momen maksimal yang bekerja 11057,03 kgm
Dipakai baut (mutu tinggi) 16
Jarak baut dalam 1 baris ambil = 5d = 8 cm (antara 2,5 d s/d 7d)
Kita tinjau akibat momen 11057,03 kgm
.......ok!
b. Perhitungan sambungan di titik buhul
MC = 1661,52 kgm = 166152 kgcm
DC = 1396,14 kg
............aman!
Gaya geser baut akibat gaya lintang :
D = 1396,14 kg
Setiap baut memikul gaya geser sebesar Q = V/6 = 1396,14/6 = 232,69 kg
Gaya geser pada baut :
.........aman!
Kombinasi gaya geser dan gaya aksial baut :
= 831,42 kg/cm
2
< = 1666 kg/cm
2
Gaya geser pada ulir :
c. Perhitungan las pelat sambungan arah sejajar kolom
Tebal las ditaksir a = 4 mm = 0,4 cm
Panjang las (lbr) = 36 cm
P = N balok = 2333,469 kg 2334 kg
23
Kontrol :
........ok!
Kesimpulan : tebal las 0,4 cm dapat digunakan pada pelat penyambung arah sejajar kolom.
d. Perhitungan las pelat sambungan arah sejajar balok
Tebal las ditaksir a = 4 mm = 0,4 cm
Panjang las (lbr) = 100 cm
Kontrol :
........ok!
Kesimpulan : tebal las 0,4 cm dapat digunakan pada pelat penyambung arah sejajar balok.
4.3.7. Perhitungan Pondasi Telapak
a. Data Pondasi
Kedalaman pondasi (D
f
) = 2,90 m
lebar pondasi (Bx) = 2,30 m
lebar pondasi (By) = 2,80 m
tebal pondasi (h) = 0,60 m
lebar kolom (bx) = 0,40 m
lebar kolom (by) = 0,35 m
kuat tekan beton (fc) = 25 MPa
kuat leleh baja tulangan (fy) = 400 MPa
berat baja ( = 25 kN/m
3
Pu = 33,381 kN
Mux = 12,572 kNm
Muy = 180,157 kNm
b. kapasitas dukung tanah
Kapasitas dukung tanah menurut Meyerhof (1956) :
qa =
(dalam kg/cm2)
dengan, K
d
= 1 + 0,33 .
harus 1.33
Diambil Kd = 1,33
Kapasitas dukung ijin tanah qa = 247,01 kN/m
2
c. Kontrol Tegangan Tanah
Tekanan akibat berat foot plat dan tanah q = (h . c) + (z . )
= (0,60.25) + (2,30.20,00) = 61 kN/m2
Tegangan tanah maksimum yang terjadi pada dasar fondasi :
qmax =
qmax < qa
131,230 < 247,01..... Aman (OK)
Tegangan tanah minimum yang terjadi pada dasar fondasi :
qmin =
qmin > 0
1,137 > 0 ...... tak terjadi teg.tarik (OK)
24
d. Gaya geser pada foot plat
1. Tinjauan Geser Arah x
Tegangan tanah pada bidang kritis geser arah x,
qx = 922,343 kN/m
2
Gaya geser arah x Vux = 97,764 kN
kuat geser foot plat Vc = 2450 kN
Faktor reduksi kekuatan geser = 0,75
Kuat geser foot plat . Vc
= 0,75.2450 = 1837,5 kN
Syarat yang harus dipenuhi, . Vc Vux
1837,5 > 97,764.......Aman (OK)
2. Tinjauan Geser Arah y
Tegangan tanah pada bidang kritis geser arah y,
qy = 86,278 kN/m2
Gaya geser arah y Vuy = 106,264 kN
kuat geser foot plat Vc = 1974,167 kN
Faktor reduksi kekuatan geser = 0,75
Kuat geser foot plat .Vc = 0,75. 1974,167 = 1480,625 kN
Syarat yang harus dipenuhi,
. Vc Vuy
1480,625 > 106,264.....Aman (OK)
3. Tinjauan Geser Dua Arah (Pons)
Gaya geser pons yang terjadi,
Vup = 29,278 kN
Tegangan geser pons yang disyaratkan, fp = 1,667 MPa
Faktor reduksi kekuatan geser pons, = 0,75
Kuat geser pons, . Vnp = . Ap . p . 10
3
= 0,75 . 1,667.10
3
= 2291,75 kN
Syarat : . Vnp Vup
2291,750 > 29,278 ...... Aman (OK)
. Vnp Pu
2291,750 > 33,381 .......Aman (OK)
e. Pembesian Footplat
1. Tulangan Lentur Arah
Tegangan tanah pada tepi kolom,
qx = 77,496 kN/m2
Momen yang terjadi pada plat fondasi akibat
tegangan tanah,
Mux = 66,104 kNm
Rmax = 6,574
Mn = 82,630 kNm
Rn = 0,107
Rn < Rmax
0,107 < 6,574 ...... (OK)
25
Diameter tulangan yang digunakan, D 16 mm
Jarak tulangan yang diperlukan, s =
= 153 mm
Jarak tulangan maksimum, Smax = 200 mm
Jarak tulangan yang digunakan, S = 153 mm
Digunakan tulangan, D16-150
Luas tulangan terpakai, As =
= 3753,16 mm
2
2. Tulangan Lentur Arah y
Tegangan tanah pada tepi kolom,
qy = 74,314 kN/m
2
Momen yang terjadi pada plat fondasi akibat tegangan tanah,
Muy = 88,457 kNm
Rmax = 6,574
Mn = 110,571 kNm
Rn = 0,1812
Rn < Rmax
0,1812 < 6,574 ..........(OK)
Rasio tulangan yang digunakan, = 0,0025
Luas tulangan yang diperlukan, As = . b . d = 0,0025.2300.515
= 2961,25 mm
2
Diameter tulangan yang digunakan, D16 mm
Jarak tulangan yang diperlukan, S =
= 156 mm
Jarak tulangan maksimum, Smax = 200 mm
Jarak tulangan yang digunakan, S = 156 mm
Digunakan tulangan, D 16 - 150
Luas tulangan terpakai, As =
= 3082,95 mm
2
3. Tulangan Susut
Diameter tulangan yang digunakan, 12 mm
Jarak tulangan susut arah x, sx =
= 154 mm
Jarak tulangan susut maksimum arah x, sx,max = 200 mm
Jarak tulangan susut arah x yang digunakan, sx = 154 mm
Jarak tulangan susut arah y, sy =
= 157 mm
Jarak tulangan susut maksimum arah y, sy,max = 200 mm
Jarak tulangan susut arah y yang digunakan, sy = 157 mm
Digunakan tulangan susut arah x, 12 - 157
Digunakan tulangan susut arah y, 12 - 157
26
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari uraian pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan antara lain :
1. Baja merupakan bahan yang mempunyai sifat struktur yang sangat baik, terlebih untuk bangunan
gudang karena kebutuhan jarak antar kolom yang jauh sedangkan atap biasanya merupakan atap metal
yang ringan.
2. Profil baja yang digunakan dalam perencanaan ini adalah baja I WF 300.200.8.12 untuk struktur balok
dan kolom, sedangkan untuk gording digunakan profil baja Light Lip Channel C 150.75.20.4,5.
3. Dengan kondisi tanah setempat yang keadaan tanahnya tidak keras dan daya dukungnya cukup baik,
maka pondasi telapak atau foot plate yang digunakan. Dengan kedalaman pondasi 3,0 meter lebar
pondasi 2,3 x 2,8 meter, tebal pondasi 0,6 meter, dan lebar kolom 0,40 x 0,35 meter.
4. Ketelitian dari cara dan data perencanaan akan sangat berpengaruh pada tingkat kekuatan struktur.
5.2. Saran
1. Untuk merelisasikan hasil perhitungan dengan di lapangan maka diperlukan pengawasan yang benar-
benar teliti.
2. Pondasi yang direncanakan harus kuat menahan beban yang bekerja padanya. Selain itu tanah tempat
pondasi diletakan juga harus bisa memberikan daya dukung yang cukup kuat agar pondasi tidak
mengalami penurunan yang melebihi batas toleransi.
3. Pada keseluruhan pembangunan gudang ini seluruh material harus benar-benar sesuai dengan hasil
perhitungan.
DAFTAR PUSTAKA
Aminullah, Muhammad, Ir, Mt. Perencanaan Pondasi Telapak Beton. Pusat Pengembangan Bahan Ajar-
UMB.
Berutu, Beni. 2009. Efisiensi dan Optimalisasi Pemakaian Baja Sebagai Bahan Konstruksi. USU
Repository.
Departemen Pekerjaan Umum. Peraturan Perencanaan Bamgunan Baja Indonesia 1984 (PPBBI 1984).
Bandung : Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.
Departemen Pekerjaan Umum. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung. Standar
Nasional Indonesia.
Gunawan, Rudy, Ir. 1988. Tabel Profil Konstruksi Baja. Yogyakarta : Kanisius.
Ilham, M. Noer. 2010. Perhitungan Fondasi Footplat (Bentuk Empat Persegi Panjang).
Konstruksi Gudang Baja. [online]. Tersedia : http : //www.google.com/Perencanaan Konstruksi Gudang.
(Maret 2013).
Nt, Suyono. 2007. Rangkuman Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983.
Perencanaan Konstruksi Baja II (Gable). [online]. Tersedia : http : //www.google.com/Perencanaan
Konstruksi Gudang. (Maret 2013).
Setiaawan, M. Ikhsan. 2013. Analisa Dimensi dan Biaya Struktur Baja.
Setyowati, Sri Utami. 2013. Efisiensi Dimensi dan Biaya Atap Baja Rumah Susun C Siwalankerto.