Anda di halaman 1dari 6

SOAL 2

Topik yang dipilih: Detail sambungan antara balok dan kolom


Penyelesaian:
2.1 Sejarah Struktur Baja
Penggunaan logam sebagai bahan struktural diawali dengan besi tuang untuk bentang
lengkungan (arch) sepanjang 100 ft (30 m) yang dibangun di Inggris pada tahun 1777 1779.
Dalam kurun waktu 1780 1820, dibangun lagi sejumlah jembatan dari besi tuang,
kebanyakan berbentuk lengkungan dengan balok balok utama dari potongan potongan
besi tuang indivudual yang membentuk batang batang atau kerangka (truss) konstruksi.
Besi tuang juga digunakan sebagai rantai penghubung pada jembatan jembatan suspensi
sampai sekitar tahun 1840.
Setelah tahun 1840, besi tempa mulai mengganti besi tuang dengan contoh pertamanya
yang penting adalah Brittania Bridge diatas selat Menai di Wales yang dibangun pada 1846
1850. Jembatan ini menggunakan gelagar gelagar tubular yang membentang sepanjang 230
460 460 230 ft (70 140 140 70 m) dari pelat dan profil siku besi tempa.
Proses canai (rolling) dari berbagai profil mulai berkembang pada saat besi tuang dan
besi tempa telah semakin banyak digunakan. Batang batang mulai dicanai pada skala
industrial sekitar tahun 1780. Perencanaan rel dimulai sekitar 1820 dan diperluas sampai pada
bentuk I menjelang tahun 1870-an.
Perkembangan proses Bessemer (1855) dan pengenalan alur dasar pada konverter
Bessemer (1870) serta tungku siemens-martin semakin memperluas penggunaan produk
produk besi sebagai bahan bangunan. Sejak tahun 1890, baja telah mengganti kedudukan besi
tempa sebagai bahan bangunan logam yang terutama. Dewasa ini (1990-an), baja telah
memiliki tegangan leleh dari 24.000 sampai dengan 100.000 pounds per square inch, psi (165
sampai 690 MPa), dan telah tersedia untuk berbagai keperluan struktural.
Berikut ini adalah awal mula ditemukannya baja, yaitu:
Besi ditemukan digunakan pertama kali pada sekitar 1500 SM
Tahun 1100 SM, Bangsa hittites yang merahasiakan pembuatan tersebut selama 400
tahun dikuasai oleh bangsa asia barat, pada tahun tersebbut proses peleburan besi
mulai diketahui secara luas.
Tahun 1000 SM, bangsa yunani, mesir, jews, roma, carhaginians dan asiria juga
mempelajari peleburan dan menggunakan besi dalam kehidupannya.
Tahun 800 SM, India berhasil membuat besi setelah di invansi oleh bangsa arya.
Tahun 700 600 SM, Cina belajar membuat besi.
Tahun 400 500 SM, baja sudah ditemukan penggunaannya di eropa.
Tahun 250 SM bangsa India menemukan cara membuat baja
Tahun 1000 M, baja dengan campuran unsur lain ditemukan pertama kali pada 1000
M pada kekaisaran fatim yang disebut dengan baja damascus.
1300 M, rahasia pembuatan baja damaskus hilang.
1700 M, baja kembali diteliti penggunaan dan pembuatannya di eropa.

2.2 Tinjauan Pustaka
Rangka baja beton bertulang (SRC) biasanya terdiri dari anggota-anggota struktural baja
dicirikan oleh bentuk penampang silang dan pengekang baja untuk penguatannya. Pada
sambungan balok kolomnya lebih signifikan gaya gesernya saat gempa dengan jenis loading.
Dengan demikian desain geser sambungan balok kolom merupakan salah satu aspek
penting dalam SRC ini. Penelitian Stell Reinforced Concrete Beam-Column Joint ini
diprakarsai oleh Wakabayashi (1986) di Jepang. Struktural yang digunakan untuk kolom itu
terutama baja flens lebar penampang bentuk silang. Kemudian Chen dan Lin (2008)
melakukan tes pembebanan siklik pada lima besar tipe salib balok kolom dengan gaya dua
sisi input, dilanjutkan Chen dan Budi (2009) melakukan uji pembebanan siklik delapan skala
besar tipe salib beam-kolom dengan gaya satu sisi input. Wilayah sambungan dari kolom
yang terkena gaya geser horizontal dan vertikal besarnya bisa lebih banyak daripada di balok
yang bersebelahan. Bisa dilihat pada gambar dibawah ini. Jika sendi tidak dirancang dengan
baik, hal ini dapat menyebabkan kegagalan geser sendi.


Gambar 2.1. Features of beam, column, and joint behavior (Chen dan Lin,2008)


Gambar 2.2. Steel Renforced Concrete


Gambar 2.3. Gaya yang bekerja pada sambungan balok-kolom (Hwang dan Lee,1999)
Contoh bentuk kolom SRC:

Gambar 2.4. Contoh Penampang Kolom SRC (Chen dan Budi,2009)



Gambar 2.5. Contoh Penampang Balok SRC(Chen dan Budi,2009) (ukuran dalam mm)
Detail sambungan beam-kolom joint SRC:


Gambar 2.6. Contoh Beam-Column Joint SRC (Chen dan Budi,2009)
2.2.1 Stell Reinforced Concrete Beam-Column J oint
2.2.1.1 Strength Superposition Method
Cara ini sangat sederhana, hanya dengan menambahkan momen nominal dari Reinforced
Concrete dan momen plastis dari Steel Shape-nya. Asumsi dasar kenapa digunakan momen
plastis untuk steel shapenya dikarenakan kekangan beton diluar steel shape secara otomatis
berlaku sebagai lateral support yang menghindarkan dari lateral torsional buckling.
Sedangkan local buckling dicegah dengan pemilihan dimensi steel shape sehingga
merupakan penampang kompak (pemilihan penambang baja menggunakan tabel profil
umumnya sudah merupakan jenis penampang kompak).
2.2.1.2 Modified softened strut-and-tie method
Softened strut-and-tie (SST) method, kesetimbangan, kompabilitas dan hukum keretakan
beton, telah diusulkan untuk menentukan kekuatan geser balok-kolom sendi oleh Hwang dan
Lee (2000). Metode modified SST total luas efektif strut diagonal dihitung sebagai
penjumlahan kontribusi beton bertulang dan longitudinal web.
2.2.2. Sambungan
Perencanaan semua sambungan harus konsisten dengan bentuk-bentuk struktur, serta
perilaku sambungan tidak boleh menimbulkan pengaruh buruk terhadap bagian-bagian
lainnya dalam suatu struktur di luar dari yang direncanakan. Kuat rencana setiap komponen
sambungan tidak boleh kurang dari beban terfaktor yang dihitung. Perencanaan sambungan
harus memenuhi persyaratan berikut:
Gaya-gaya dalam yang disalurkan berada dalam keseimbangan dengan gaya-gaya
yang bekerja pada sambungan.
Deformasi pada sambungan masih berada dalam batas kemampuan deformasi
sambungan.
Sambungan dan komponen yang berdekatan harus mampu memikul gaya-gaya yang
bekerja padanya.

Komentar:
Pada pembahasan diatas, lebih banyak membahas detail sambungan antara balok dan
kolom yang mengarah pada gaya geser pada saat gempa terjadi. Perencanaan sambungan
harus sesuai dengan bentuk struktur, tidak menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap
bagian-bagian lainnya, serta harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti yang telah
dijelaskan pada pembasan diatas. Oleh karena itu butuh ketelitian dan ketepatan dalam
merencanakan sambungan agar tidak terjadi kegagalan.

Anda mungkin juga menyukai