Anda di halaman 1dari 51

i

REKONSTRUKSI STRUKTURAL DAN ARSITEKTURAL


KAWASAN GERBANG UTAMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

ANGGA WARSITO

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rekonstruksi Struktural


Dan Arsitektural Kawasan Gerbang Utama Institut Pertanian Bogor adalah benar
karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2019

Angga Warsito
F44120052
iii

ABSTRAK
ANGGA WARSITO. Rekonstruksi Struktural dan Arsitektural Kawasan Gerbang
Utama Institut Pertanian Bogor. Dibimbing oleh ERIZAL.

Gerbang utama Insitut Pertanian Bogor berdiri sejak 2009, sehingga perlu
adanya pengecekan dari segi struktur dan perombakan dari aspek visual. Selain itu
meningkatnya volume lalu lintas, mengalami kesulitan bagi para pejalan kaki untuk
menyeberang Jalan Raya Dramaga. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis
kekuatan struktur dari gerbang utama IPB, melakukan desain ulang untuk segi
fungsional dan segi visual kawasan gerbang utama, serta mendesain jembatan
penyeberangan orang (JPO) di depan Jalan Raya Dramaga Bogor. Dari hasil
penelitian, didapatkan kekuatan struktur dari gerbang utama Institut Pertanian
Bogor masih cukup baik menahan beban. Konsep desain ulang kawasan gerbang
utama IPB mencakup 3 hal: renovasi gerbang utama, pemberdayaan lahan kosong
di kanan kiri lanskap dan perubahan pada bagian signage IPB. Desain konstruksi
JPO yang direncanakan sudah memenuhi syarat kelayakan dan dinyatakan aman
dengan nilai R<1.

Kata kunci: desain ulang, gerbang, jembatan penyeberangan, lanskap

ABSTRACT

ANGGA WARSITO. Structural and Architectural Reconstruction of the Main Gate


Area of IPB University. Supervised by ERIZAL.

The main gate of IPB University was build in 2009, so it is necessary to check
the structure and to change the visual aspect. Due to the heavy volume of traffic, it
is difficult for pedestrians to cross Jalan Raya Dramaga of IPB University. The
purpose of this study were to analyze the strength of the main gate structure of IPB,
to redesign in functional and visual aspects of the main gate area, and to design a
bridge for pedestrian. The results of analysis showed that the strength of the
structure from the main gate of the IPB University was still good at bearing the load.
The concept of redesign of the main gate area of IPB University consisted of
renovation of the main gate, empowerment of bare land on the right and left side of
the landscape and changement on IPB signage. The bridge design for pedestrian
had fulfilled the feasibility standard and it is safe (R value <1).

Keywords: gate, landscape, pedestrian bridge, re-design


iv

REKONSTRUKSI STRUKTURAL DAN ARSITEKTURAL


KAWASAN GERBANG UTAMA
INSTITUTPERTANIAN BOGOR

ANGGA WARSITO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
vi

PRAKATA

Puji dan syukur diucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya
dengan karunia dan rahmat-Nya skripsi yang berjudul “Rekonstruksi Struktural dan
Arsitektural Kawasan Gerbang Utama Institut Pertanian Bogor” ini dapat
diselesaikan. Penyusunan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat kelulusan
pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan. Pada kesempatan ini, diucapkan
terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Erizal, M.Agr selaku dosen pembimbing atas dukungan dan masukan
yang diberikan.
2. Dr. Ir. Nora Herdiana Pandjaitan, DEA dan Bapak Muhammad Fauzan, ST,
MT selaku dosen penguji yang telah bersedia menjadi penguji serta memberi
masukan untuk perbaikan skripsi.
3. Kedua orang tua tercinta atas doa dan dukungan yang telah diberikan.
4. Teman-teman mahasiswa di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
angkatan 49 yang telah banyak memberi semangat, saran maupun bantuan
dalam penyusunan skripsi ini.
Diharapkan segenap pihak yang terkait dapat memberikan saran, tanggapan,
dan solusi yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini
bermanfaat.

Bogor, Februari 2019

Angga Warsito
vii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii


DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
Dasar-dasar Pembebanan 3
Analisis Pembebanan 5
Klasifikasi Situs 6
Gaya Geser Dasar Seismik 7
Desain Lanskap 10
METODE PENELITIAN 11
Waktu dan Lokasi 11
Alat dan Bahan 11
Prosedur Penelitian 12
HASIL DAN PEMBAHASAN 15
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 15
Kontrol Struktur Gerbang Utama 16
Desain Jembatan Penyeberangan Orang 23
Desain Arsitektur dan Lanskap 31
Kontrol Struktur Desain Usulan 34
SIMPULAN DAN SARAN 36
Simpulan 36
Saran 36
DAFTAR PUSTAKA 36
LAMPIRAN 38
RIWAYAT HIDUP 42
viii

DAFTAR TABEL
1 Koefisien situs (Fa) berdasarkan SNI 1726-2012 7
2 Koefisien situs (FV) berdasarkan SNI 1726-2012 7
3 Faktor keutamaan gempa 8
4 Hasil pengujian hammer test 17
5 Perhitungan beban mati 18
6 Nilai capacity ratio komponen struktur gerbang 22
7 Nilai capacity ratio komponen struktur JPO 30
8 Perhitungan beban mati setelah penambahan beban 34
9 Nilai capacity ratio komponen struktur gerbang setelah desain ulang 35

DAFTAR GAMBAR
1 Peta Lokasi penelitian 11
2 Skema perancangan lanskap 14
3 Bagan alir penelitian 14
4 Detail ukuran tampak depan gerbang utama IPB 15
5 Detail ukuran tampak samping gerbang utama IPB 16
6 Dokumentasi pengukuran dengan hammer test 18
7 Grafik percepatan respon spektra 18
8 Diagram momen akibat gempa respon spektrum 19
9 Output momen V2 pada kolom ø 0.8 m 19
10 Output momen V2 pada balok 20
11 Diagram gaya geser akibat gempa respon spektrum 20
12 Ouput gaya geser pada kolom 21
13 Ouput gaya geser pada balok 21
14 Hasil analisis concrete frame design 22
15 Denah lokasi perencanaan jembatan penyeberangan 23
16 Detail dimensi bentang jalan raya 24
17 Komponen jembatan penyeberangan 25
18 Tampak samping jembatan penyeberangan 25
19 Tampak depan jembatan penyeberangan 26
20 Model gridline permodelan SAP2000 27
21 Permodelan 3D SAP2000 28
22 Diagram momen akibat gempa respon spektrum 28
23 Diagram gaya geser akibat gempa respon spektrum 29
24 Diagram stress akibat gempa respon spektrum 29
25 Hasil running permodelan SAP2000 30
26 Ilustrasi pada gerbang 31
27 Ilustrasi pada sekitar tempat banner 32
28 Ilustrasi sinage IPB 33
29 Ilustrasi bagian air mancur 33
30 Ilustrasi penempatan jembatan penyeberangan 34
ix

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa 38
2 Kurva hubungan empirik dari nilai hammer rebound 39
3 Peta respon spektra percepatan 0.2 detik 40
4 Peta respon spektra percepatan 1 detik 41
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gerbang adalah tempat keluar atau masuk ke dalam suatu kawasan tertutup
yang dikelilingi pagar atau dinding. Gerbang berguna untuk mencegah atau
mengendalikan arus keluar-masuknya orang. Gerbang dapat bersifat sederhana
hanya berupa bukaan sederhana pada sebuah pagar, maupun dekoratif dan bahkan
monumental. Istilah lainnya untuk gerbang adalah pintu dan gapura. Gerbang besar
dan kokoh pada sebuah bangunan dapat menjadi sarana pertahanan, misalnya
gerbang pada benteng atau kastil. Pintu adalah bagian yang menutup akses lewat
melalui rumah gerbang. Kini banyak gerbang modern dioperasikan secara otomatis
sehingga dapat membuka dan menutup secara otomatis.
Institut Pertanian Bogor memiliki beberapa gerbang untuk akses keluar masuk
para civitas maupun pengunjung. Gerbang utama Institut Pertanian Bogor terletak
di tepi Jalan Raya Cibadak Ciampea. Ketika memasuki pintu gerbang akan terlihat
logo IPB warna biru dalam ukuran besar, kemudian di samping kiri terdapat jajaran
spanduk yang merupakan media publisitas kegiatan IPB, kemudian akan ditemui
kantor dari petugas keamanan dari Satuan Unit Keamanan Kampus IPB.
Gerbang utama ini dibangun pada tahun 2009, sehingga secara visual terkesan
sudah usang dan perlu renovasi. Keberadaan gerbang memiliki peran yang penting,
antara lain untuk aspek keamanan, estetika dan publikasi. Dalam aspek keamanan,
gerbang utama memiliki fungsi untuk memonitor kendaraan yang keluar masuk.
Peran dalam aspek estetika dan publikasi adalah gerbang utama memberikan daya
tarik lebih dan dapat memberi ciri khas dari Kampus Institut Pertanian Bogor
Dramaga. Sampai saat ini belum ada desain baru untuk gerbang utama Kampus
Institut Pertanian Bogor Dramaga, yang sejalan dengan kemajuan yang telah diraih
Institut Pertanian Bogor.
Evaluasi struktur sesuai dengan peraturan terbaru perlu dilakukan mengingat
dalam perencanaan, struktur harus memikul beban rancang secara aman tanpa
kelebihan tegangan pada material dan mempunyai batas deformasi yang masih
dalam daerah yang diizinkan. Kemampuan suatu struktur untuk memikul beban
tanpa mengalami kelebihan tegangan ini diperoleh dengan menggunakan faktor
keamanan dalam mendesain elemen struktur. Dengan memilih ukuran serta bentuk
elemen struktur dan bahan yang digunakan, taraf tegangan pada suatu struktur dapat
ditentukan pada taraf yang dipandang masih dapat diterima secara aman, dan
sedemikian hingga kelebihan tegangan material (misalnya ditunjukan dengan
adanya retak) tidak terjadi. Pada dasarnya inilah kriteria kekuatan dan merupakan
dasar yang sangat penting.
Peningkatan sistem transportasi memerlukan penanganan yang menyeluruh,
mengingat bahwa transportasi timbul karena adanya perpindahan manusia dan
barang. Meningkatnya perpindahan tersebut dituntut penyediaan fasilitas
penunjang laju perpindahan manusia dan barang yang memenuhi ketentuan
keselamatan bagi pejalan kaki dimana pejalan kaki merupakan salah satu komponen
lalu lintas yang sangat penting terutama di perkotaan. Keberadaan pejalan kaki ini
biasanya terkonsentrasi pada fasilitas umum seperti terminal, pusat pertokoan, pusat
pendidikan serta tempat-tempat fasilitas umum lainnya. Keberadaan pejalan kaki
2

tersebut memerlukan fasilitas bagi pejalan kaki, termasuk fasilitas penyeberangan


jalan seperti jembatan penyeberangan orang (JPO), dimana JPO tersebut dipasang
apabila diharuskan tidak ada pertemuan sebidang antara arus pejalan kaki dengan
arus lalu lintas. Agar pejalan kaki mau untuk menggunakan JPO harus dijamin
keamanan dan jarak berjalan tidak terlalu bertambah jauh (Malkamah 1995).
Pergerakan pejalan kaki meliputi pergerakan-pergerakan menyusuri jalan,
memotong jalan dan persimpangan. Sebagaimana yang lazim terjadi di berbagai
kota besar, karena tuntutan perkembangan ekonomi, perdagangan dan kemudahan
jangkauan pelayanan bagi masyarakat, maka fasilitas-fasilitas umum seperti hotel,
pertokoan dan lain sebagainya biasanya mengelompok pada suatu daerah tertentu,
karena letak gedung satu dengan gedung yang lain menyebar ke seluruh kawasan,
maka suatu ketika pajalan kaki harus menyeberangi lalu lintas kendaraan untuk
sampai ke tempat tujuan. Namun sering kali keberadaan penyeberang jalan tersebut
pada tingkat tertentu akan mengakibatkan konflik yang tajam dengan arus
kendaraan yang berakibat pada tundaan lalu lintas dan tingginya tingkat kecelakaan.
Seperti yang tertulis pada artikel pada sebuah situs internet www.pelangi.or.id pada
tanggal 22 Oktober 2003 yang menyebutkan bahwa kurangnya fasilitas pejalan kaki
yang memadai di Jakarta, terutama Jembatan Penyeberangan Orang, sangat
berdampak pada keselamatan jiwa pejalan kaki. Terbukti bahwa 65% kecelakaan
di jalan raya melibatkan kematian pejalan kaki, dimana 35% nya adalah anak-anak.

Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:


1. Gerbang Utama Institut Pertanian Bogor berdiri sejak 2009, sehingga perlu
adanya pengecekan dari segi struktur untuk menjamin kekuatan konstruksi.
2. Gerbang Utama Institut Pertanian Bogor memiliki tampilan visual yang perlu
dibuat lebih menarik, sehingga perlu adanya desain ulang dalam aspek arsitektur.
3. Kawasan gerbang utama Institut Pertanian Bogor berhubungan langsung dengan
ruas jalan nasional yaitu Jalan Raya Cibadak-Ciampea yang memiliki volume
lalu lintas yang padat, sehingga menimbulkan kesulitan bagi para pejalan kaki
untuk menyeberang.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Menganalisis kekuatan struktur dari gerbang utama Institut Pertanian Bogor dan
melakukan rekonstruksi apabila ditemukan nilai ketahanan struktur yang tidak
sesuai dengan standar yang berlaku.
2. Melakukan desain ulang dalam segi fungsional dan segi visual pada kawasan
gerbang utama Institut Pertanian Bogor, sehingga meningkatkan atensi dan
ketertarikan masyarakat sehingga menjadi suatu icon dari Kampus Institut
Pertanian Bogor Dramaga.
3. Mendesain jembatan penyeberangan orang di depan kawasan gerbang utama
Institut Pertanian Bogor, sebagai solusi untuk mengurangi risiko kecelakaan oleh
penyeberang jalan.
3

Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian ini adalah memberikan informasi kepada pimpinan


Institut Pertanian Bogor mengenai:
1. Kekuatan konstruksi gerbang utama Institut Pertanian Bogor.
2. Desain arsitektur yang lebih modern dan representatif pada kawasan gerbang
utama Institut Pertanian Bogor disertai dengan peningkatan aspek fungsional.
3. Desain jembatan penyeberangan orang yang efisien dan tepat guna, sebagai
solusi untuk mengurangi risiko kecelakaan pada penyeberang jalan.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini dideskripsikan secara singkat sebagai


berikut:
1. Penelitian dilakukan pada gapura gerbang utama Institut Pertanian Bogor dan
Lanskap taman depan gerbang utama Institut Pertanian Bogor.
2. Penelitian pada desain jembatan penyeberangan fokus terhadap bangunan atas
jembatan.

TINJAUAN PUSTAKA

Dasar-dasar Pembebanan

Perencanaan struktur suatu bangunan sebaiknya mengikuti peraturan-peraturan


pembebanan berlaku untuk mendapatkan struktur bangunan yang aman secara
konstruksi. Dalam SNI 1726-2013 (BSN 2012), dicantumkan bahwa struktur
gedung direncanakan kekuatannya terhadap beban mati, beban hidup, dan beban
gempa. Berikut adalah pengertian dari beban-beban tersebut:
1. Beban mati, merupakan berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat
tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin,
serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung.
2. Beban hidup, merupakan semua beban yang terjadi akibat penghuni atau
penggunaan suatu gedung, dan termasuk beban-beban pada lantai yang berasal
dari barang-barang yang berpindah yang tak terpisahkan dari gedung dan dapat
diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan
dalam pembebanan atap dan lantai tersebut.
3. Beban gempa, merupakan semua beban statis ekuivalen yang bekerja dalam
gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari pergerakan tanah
akibat gempa tersebut, gempa di sini adalah gaya-gaya di dalam struktur tersebut
yang terjadi oleh pergerakan tanah akibat gempa. Beban gempa merupakan
fungsi dari waktu, sehingga respon yang terjadi pada struktur gedung juga
tergantung dari waktu pembebanan (PBI 1983).
Suatu konstruksi beton bertulang merupakan suatu kombinasi dari balok,
kolom dan pelat yang dihubungkan bersama secara tegar yang membentuk suatu
kerangka. Setiap bagian secara tersendiri harus mampu menahan gaya yang bekerja
(Mosley dan Bungey 1989). Proses perancangan bangunan tahan gempa harus
mempertimbangkan gaya-gaya horizontal yang timbul akibat gempa yang bekerja
4

pada struktur. Pada SNI 1726-2013 (BSN 2013) tercantum bahwa pemilihan cara
menganalisis bangunan tahan gempa untuk gedung yang tidak beraturan (simetris)
dan untuk gedung yang bentuk, ukuran dan penggunaannya tidak umum akan
dianalisis menggunakan analisa dinamik. Analisa dinamik dari struktur bangunan
yang menderita beban gempa dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu riwayat
waktu (time history analysis) dan analisa respons spektrum (response spectrum
analysis).
Balok merupakan elemen struktur yang menyalurkan beban-beban dari plat
lantai ke kolom penyangga vertikal. Balok adalah batang struktural yang menahan
gaya-gaya yang bekerja dalam arah transversal terhadap sumbunya yang
mengakibatkan terjadinya lenturan. Dua hal utama yang dialami oleh balok adalah
gaya tekan dan gaya tarik, yang antara lain karena adanya pengaruh lentur ataupun
gaya lateral. Kolom merupakan elemen bangunan yang berfungsi utama sebagai
pendukung gaya tekan (Dewobroto 2005). Dalam praktiknya, kolom tidak hanya
menahan gaya lain seperti momen dan geser. Secara struktural, kolom mempunyai
peran yang relatif penting dan kritis daripada balok. Kolom menahan lantai lebih
luas dan banyak hal yang berkaitan dengan momen pada kolom yang belum
diketahui secara pasti, sehingga kolom juga berfungsi sebagai elemen penjamin
stabilitas bangunan. Kolom pada struktur gedung merupakan elemen yang
berfungsi sebagai pilar-pilar yang mendukung berdirinya rangka struktur serta
berperan untuk mendistribusikan beban-beban dari elemen pelat lantai dan balok
yang kemudian diteruskan ke tanah dasar melalui pondasi (Faizah 2013).
Beban dari elemen pelat lantai dan balok ini berupa beban aksial serta
momen lentur. Struktur gedung tinggi harus di desain dengan prinsip strong colomn
weak beam artinya kolom harus didesain lebih kuat dari struktur balok. Apabila
komponen struktur memerlukan penulangan torsi maka harus dipasang tulangan
baja yang merupakan tambahan terhadap penulangan yang sudah ada yakni
penulangan untuk menahan gaya geser, lentur maupun aksial. (Setiawan 2014).
Analisis pelat sama seperti analisis pada balok. Pembebanan disesuaikan dengan
beban persatuan panjang dari lajur pelat sehingga gaya momen yang timbul adalah
gaya per lebar satuan pelat berdasarkan pola lendutan dan momen tipikal dengan
sistim balok. Berdasarkan perbandingan antara bentang panjang dan bentang
pendek pelat dibedakan menjadi dua, yaitu pelat satu arah (one way slab) dan pelat
dua arah (two way slab). Pelat satu arah (one way slab) adalah pelat yang didukung
pada dua tepi yang berhadapan saja sehingga lendutan yang timbul hanya satu arah
saja, yaitu pada arah yang tegak lurus terhadap arah dukungan tepi. Pelat dua arah
(two way slab) adalah pelat yang didukung sepanjang keempat sisinya dengan
lendutan yang akan timbul pada dua arah yang saling tegak lurus kurang dari dua.
Setiap bangunan sipil seperti gedung, jembatan, jalan raya, terowongan,
menara, dam/tanggul dan sebagainya harus mempunyai pondasi yang dapat
mendukungnya. Istilah pondasi digunakan dalam teknik sipil untuk mendefinisikan
suatu konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai penopang bangunan dan
meneruskan beban bangunan di atasnya (upper structure) ke lapisan tanah yang
cukup kuat daya dukungnya. Untuk itu, pondasi bangunan harus diperhitungkan
agar dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beban–beban
yang bekerja, gaya–gaya luar seperti tekanan angin, gempa bumi dan lain–lain. Di
samping itu, tidak boleh terjadi penurunan melebihi batas yang diijinkan. (Nugroho
2012).
5

Analisis Pembebanan

Analisis Pembebanan
Beban yang akan ditinjau dan dihitung dalam perancangan struktur adalah
beban mati, beban hidup dan beban gempa dengan kombinasi pembebanan (BSN
2013b).
1. Kuat perlu (U)
U=1.4D (1)
U=1.2D + 1.6L+0.5 (L atau R) (2)
U=1.2D + 1.6(Lr atau R) + (1.0L atau 0.5W) (3)
U=1.2D + 1.0W + 1.0L+0.5(Lr atau R) (4)
U=1.2+1.0E+1.0L (5)
U=0.9D+1.0W (6)
U=0.9D+1.0E (7)
Dengan: D = beban mati (N)
L = beban hidup (N)
E = beban gempa (N)
R = beban hujan (N)

2. Kuat Rencana
Dalam menentukan kuat rencana suatu komponen struktur, maka kuat
minimalnya harus direduksi dengan faktor reduksi kekuatan yang sesuai dengan
sifat beban. Dalam SNI 1727-2013 (BSN 2013a) diberikan faktor reduksi kekuatan
Ф untuk berbagai mekanisme yaitu:
a. reduksi lentur tanpa beban aksial = 0.8
b. aksial tarik, dan aksial tarik dengan lentur = 0.8
c. aksial tekan, aksial tekan dengan lentur (spiral) = 0.7
d. aksial tekan, aksial tekan dengan lentur (sengkang) = 0.65
e. geser dan torsi = 0.6
f. tumpuan pada beton = 0.7

3. Perhitungan Beban Gempa


Budiono dan Supriyatna (2011) menyebutkan bahwa dalam perencanaan
struktur bangunan tahan gempa, diperlukan standar dan peraturan perencanaan
bangunan untuk menjamin keselamatan penghuni terhadap gempa besar yang
mungkin terjadi serta menghindari dan meminimalisasi kerusakan struktur
bangunan dan korban jiwa terhadap gempa bumi yang sering terjadi. Oleh karena
itu struktur bangunan tahan gempa harus memiliki kekuatan, kekakuan, dan
stabilitas yang cukup untuk mencegah terjadinya keruntuhan bangunan.
Respons spektrum merupakan konsep pendekatan yang digunakan untuk
keperluan perencanaan bangunan. Definisi respons spektrum adalah respons
maksimum dari suatu sistem struktur single degree of freedom (SDOF) baik
percepatan (a), kecepatan (v), dan perpindahan (d) dengan struktur tersebut
dibebani oleh gaya luar tertentu. Absis dari respons spektrum adalah periode alami
sistem struktur (T) dan koordinat dari respons spektrum adalah respons maksimum.
Kurva respons spektrum akan memperlihatkan simpangan relatif maksimum (Sd),
kecepatan relatif maksimum (Sv), dan percepatan total maksimum (Sa).
Berdasarkan SNI 1726-2012 (BSN 2012), desain respons spektrum harus
6

ditentukan dan dibuat terlebih dahulu. Data-data yang dibutuhkan antara lain:
Parameter percepatan batuan dasar, parameter kelas situs, koefisien-koefisien situs
dan parameter-parameter percepatan respons spektrum gempa maksimum yang
dipertimbangkan risiko tertarget (MCER), parameter desain percepatan spektrum.
Data-data tersebut kemudian digunakan untuk menentukan nilai percepatan respons
spektrum terhadap periode struktur sehingga membentuk suatu grafik (Nugroho
2008). Penentuan nilai desain percepatan respons spektrum (Sa) untuk periode yang
lebih kecil dari periode pada waktu nol detik (To), nilai Sa ditentukan dengan
persamaan (8).
𝑇
𝑆𝑎 = 𝑆𝐷𝑆 (0.4 + 0.6 ) (8)
𝑇0

Pada periode yang lebih besar dari atau sama dengan To dan lebih kecil dari
atau sama dengan periode pendek (Ts) nilai spektrum desain Sa sama dengan
parameter percepatan spektrum desain pada periode pendek (SDS). Sedangkan untuk
periode yang lebih besar dari Ts nilai desain percepatan respons spektrum Sa
diambil berdasarkan persamaan (9).

𝑆𝐷𝑆
𝑆𝑎 = (9)
𝑇
dimana:
SDS = parameter percepatan spektrum desain pada periode pendek. (g)
SD1 = parameter percepatan spektrum desain pada periode 1 detik. (g)
T = periode yang ditentukan. (detik)

Klasifikasi Situs

Penentuan kelas situs yang dianalisa untuk desain respon spektra, perlu
dilakukan investigasi tanah sehingga mendapatkan data bor log berupa nilai N-SPT
lokasi tanah yang ditinjau, ataupun melakukan seismic downhole test untuk
mendapatkan nilai kuat gelombang geser. Namun, untuk penelitian kali ini
klasifikasi kelas situs dari tanah tempat penelitian ditentukan berdasarkan kepada
Peta Hazard Gempa Indonesia 2010. Klasifikasi tersebut memberikan kriteria
desain seismik berupa faktor-faktor amplifikasi pada bangunan. Amplifikasi
tersebut memberikan pengaruh terhadap besaran percepatan puncak gempa dari
batuan dasar ke permukaan tanah (BSN 2012).
Amplifikasi mempengaruhi secara langsung respons spektral percepatan
gempa MCER di permukaan tanah, yakni memerlukan faktor amplifikasi seismik
pada perioda 0.2 detik dan perioda satu detik dalam penentuannya. Faktor
amplifikasi meliputi faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran
perioda pendek (Fv), parameter respon spektrum percepatan pada periode pendek
(SMS) dan perioda satu detik (SM1) (BSN 2012). Nilai SMS dan SM1 memengaruhi
besarnya nilai SDS dan SD1, yang dihitung dengan persamaan (10) dan (11).
7

Tabel 1 Nilai koefisien situs (Fa)


Kelas situs Parameter respons spektral percepatan gempa (MCE R) terpetakan
pada perioda pendek, T=0.2 detik, Ss

Ss ≤ 0.25 Ss= 0.5 Ss = 0.75 Ss = 1.0 Ss ≥ 1.25


SA 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8
SB 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
SC 1.2 1.2 1.1 1.0 1.0
SD 1.6 1.4 1.2 1.1 1.0
SE 2.5 1.7 1.2 0.9 0.9
SF SSb
Sumber: BSN 2012
a
Untuk nilai-nilai antara Ss dapat dilakukan interpolasi linier.
b
SS = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respon situs-
spesifik.
2
SDS = Sms (10)
3

2
SD1 = Sm1 (11)
3

Tabel 2 Nilai koefisien situs (FV)


Kelas situs Parameter respons spektral percepatan gempa (MCER) terpetakan
pada perioda 1 detik, S1

S1 ≤ 0.1 S1= 0.2 S1= 0.3 S1= 0.4 S1≥ 0.5


SA 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8
SB 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
SC 1.7 1.6 1.5 1.4 1.3
SD 2.4 2 1.8 1.6 1.5
SE 3.5 3.2 2.8 2.4 2.4
SF SSb
Sumber: BSN 2012
a
Untuk nilai-nilai antara S1 dapat dilakukan interpolasi linier.
b
SS = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respon situs-
spesifik.

Gaya Geser Dasar Seismik

Besarnya gaya geser dasar seismik (V) dalam arah yang ditetapkan harus
ditentukan sesuai SNI-1726-2012 dengan menggunakan persamaan (10) (BSN
2012). Koefisien respons seismik (Cs) ditentukan sesuai dengan persamaan (13)
dan persamaan (14). Nilai Cs yang dihitung sesuai dengan Persamaan (13) tidak
boleh melebihi nilai Cs yang diperoleh dari perhitungan dengan persamaan (14).

N = CsW (12)

Keterangan:
N = gaya geser dasar seismic (N)
8

Cs = koefisien respons seismik


W = berat seismik efektif (N)

𝑆𝐷𝑆
Cs = 𝑅 (13)
𝑇(𝐼 )
𝑒
𝑆𝐷1
Cs = 𝑅 (14)
𝑇(𝐼 )
𝑒

Keterangan:
SD1 = parameter percepatan spektrum desain pada periode 1 detik. (g)
SDS = percepatan spektrum respons desain dalam rentang periode pendek
R = faktor modifikasi respons
Ie = faktor keutamaan gempa berdasarkan Tabel 3

Tabel 3. Faktor keutamaan gempa


Kategori risiko Faktor keutamaan gempa
I atau II 1.0
III 1.25
IV 1.50
Sumber: BSN 2012
Penjabaran mengenai kategori risiko bangunan gedung dan non gedung yang
yang berhubungan dengan beban gempa dapat dilihat pada Lampiran 1.

Perencanaan Balok
Berdasarkan SNI 2847-2013 (BSN 2013b) mencakup beberapa tahapan yaitu:
1. Penentuan dimensi balok, mutu beton, dan mutu baja.
2. Penghitungan kuat lentur perlu balok total
3. Penentuan rasio penulangan
4. Penghitungan luas lapangan
5. Penentuan diameter dan jumlah tulangan
Kuat lentur balok ditentukan berdasarkan kombinasi pembebanan dan
nilainya, harus memenuhi persamaan (13), (14), (15).

Mu,b = 1.2 MD,b + 1.6 ML,b + 0.5 MA,b (15)

Mu,b = 1.2 MD,b + 1.6 ML,b,R ± 1.0 ME,b (16)

Mu,b = 0.9 MD,b ± 1.0 ME,b (18)

Dengan:
MD,b = momen lentur balok akibat beban mati tak terfaktor. (N.mm)
ML,b,R = momen lentur balok akibat beban hidup tak terfaktor
dengan memperhatikan faktor reduksinya. (N.mm)
ME,b = momen lentur balok akibat beban gempa tak terfaktor. (N.mm)
MA,b = momen lentur balok portal akibat beban atap tak terfaktor. (N.mm)
9

Analisis struktur pada kolom akibat pembebanan akan menghasilkan gaya


dalam yang digunakan untuk melihat kemampuan penampang beton bertulang
dalam menahan kombinasi gaya aksial dan momen lentur yang digambarkan
dalam suatu bentuk kurva interaksi antara kedua gaya tersebut, disebut dengan
diagram interaksi P-M kolom. Diagram interaksi ini dapat dibagi menjadi dua
daerah, yaitu daerah yang ditentukan dari keruntuhan tarik dan dari keruntuhan
tekan, dengan pembatasnya adalah titik seimbang. Setiap kombinasi beban P-M
kolom yang diperoleh dari hasil analisis sruktur diplotkan pada diagram interkasi
kolom (Zaidir 2012).
Rasio tulangan dihitung menggunakan persamaan (16), (17) dan (18). Luas
tulangan dihitung menggunakan persamaan (19).

0,85.𝑓′ 𝑐.𝛽1 600


𝜌= 𝑥 (600+𝑓𝑦) (18)
𝑓𝑦

𝜌maks = 0,75. 𝜌b (19)

1,4
𝜌min = 𝑓𝑦 (20)

𝑀𝑝𝑟1 +𝑀𝑝𝑟2 𝑊
Ve,b = ± (21)
𝐿 2

Dengan: Veb = gaya geser rencana balok. (N)


𝑀𝑝𝑟1 = kuat momen lentur 1. (N.mm)
𝑀𝑝𝑟2 = kuat momen lentur 2. (N.mm)
L = bentang bersih balok. (mm)
W = beban gravitasi. (N)

Perencanaan Kolom
Berdasarkan SNI 2847-2013 (BSN 2013b), kuat kolom portal dengan
daktilitas penuh harus memenuhi persamaan (20). Gaya geser rencana Ve pada
kolom dihitung dengan persamaan (21).
6
∑ 𝑀𝑒 ≥ ∑ 𝑀𝑔 (22)
5
Dengan:

∑ 𝑀𝑒 = jumlah momen pada saat pusat hubungan balok-kolom


sehubungan dengan kuat lentur nominal kolom yang merangka pada hubungan
balok-kolom tersebut. (N.mm)
∑ 𝑀𝑔 = jumlah momen pada saat pusat hubungan balok-kolom
sehubungan dengan kuat lentur balok-balok yang merangka pada hubungan balok-
kolom tersebut. (N.mm)
𝑀𝑝𝑟1 +𝑀𝑝𝑟2
Ve = (23)
𝐻

Dengan: Ve = gaya geser rencana kolom. (N)


𝑀𝑝𝑟1 = kuat momen lentur 1. (N.mm)
10

𝑀𝑝𝑟2 = kuat momen lentur 2. (N.mm)


H = tinggi kolom. (mm)

Desain Lanskap

Pengertian lanskap yang banyak dipersepsikan oleh para ahli perancang dan
para ahli kebun ialah penampakan asli dan aspek estetika. Kier (1979) mengartikan
lanskap sebagai hubungan antara komponen biotik dan abiotik, termasuk komponen
yang berpengaruh terhadap manusia, yang terdapat di dalam suatu sistem yang
menyeluruh dan membutuhkan analisa dan konsep yang terpadu. Neef (1967 dalam
Klink 2002) memberi pengertian lanskap adalah keharmonisan struktur dan proses
yang di tandai dari sifat karakter sebagian permukaan bumi.
Perancangan sebuah taman agar dapat berfungsi secara maksimal dan estetis,
perlu dilakukan pemilihan dan penataan secara detail terhadap elemen-elemennya
(Arifin 2006). Menurut Sulistyantara (2002) elemen taman, atau di sebut juga unsur
taman, adalah apa saja yang berkaitan dengan taman. Elemen taman dapat
dibedakan berdasarkan karakter menjadi:
1. Material lunak (soft material), terdiri dari tanaman dan satwa yang ada di lahan
maupun yang diadakan pada taman. Manusia juga dapat dipandang sebagai
elemen lunak yaitu yang berkepentingan langsung (pemilik) maupun yang tidak
langsung. Dalam merencanakan taman, unsur manusia (sosial) sangat perlu di
perhatikan.
2. Material keras (hard material), kelompok ini mencakup semua elemen taman
yang sifat/karakternya keras dan tidak hidup seperti: tanah, batuan,
perkerasan/paving, jalan setapak, pagar, bangunan taman, dan bangunan rumah.
Elemen ini juga memunculkan karakter yang kaku, keras, gersang dan
sebagainya.
Ashihara dalam Susanti (2000) di dalam bukunya membagi elemen Lanskap
ke dalam tiga bagian:
1. Hard material: perkerasan, beton, jalan, paving block, gazebo, pagar, dan pergola
2. Soft material: tanaman dengan berbagai sifat dan karakternya
3. Street furniture: elemen pelengkap dalam tapak, seperti bangku taman, lampu
taman, kolam, dan sebagainya.
Simonds (1983) menjelaskan bahwa dalam lanskap karakter tapak yang
menarik harus diciptakan atau dipertahankan sehingga semua elemen yang
memiliki banyak variasi menjadi kesatuan yang harmonis. Lebih lanjut Simonds
menjelaskan bahwa dalam mendesain sebuah lanskap terdapat sebuah prinsip, yaitu
dengan mengeliminasi elemen-elemen yang buruk dan menonjolkan elemen-
elemen yang baik, karakter tapak yang menarik harus diciptakan atau dipertahankan
sehingga semua elemen yang banyak variasinya akan menjadi kesatuan yang
harmonis. Ingram (1991) menambahkan bahwa prinsip-prinsip desain merupakan
perpaduan antara elemen-elemen desain yang tergabung dan saling berinteraksi
dalam pembentukan suatu taman, yaitu: kesatuan, keseimbangan, peralihan,
pemberian focal point, kesesuaian, irama, pengulangan dan kesederhanaan.
Penataan zona resapan air yang kurang diperhatikan saat kondisi hujan banyak
terjadi penggenangan air yang merusak pandangan. Seharusnya dalam setiap
penataan ruang harus mempertimbangkan adanya saluran air sebagai tempat
pengaliran air agar tidak menggenang dan merusak pemandangan dan juga
11

memanfaatkan sumur resapan untuk memberikan cadangan air tanah sehingga


dapat dimanfaatkan pada saat musim kemarau. Penggunaan tanaman yang kurang
tepat memberikan kesan yang tidak baik terutama dalam tata ruang pada gebang
Kampus. Ketika kita masuk kampus tidak memiliki pohon-pohon sebagai pemberi
kesan yang sejuk dan tenang saat kita masuk ke dalam kampus (Najoan 2011).
Seharusnya pada gerbang depan kampus pemberian pohon trembesi Samanea
saman (rain tree) yang memiliki fungsi sebagai tempat penaungan agar tidak terlalu
panas ketika musim kemarau dan tidak memberikan kesan yang gersang pada saat
kemarau. Secara ekologi tanaman ini memiliki fungsi sebagai pengurangan emisi
gas CO2 dan dapat mengurangi dampak pemanasan global (Nuroniah dan Kosasih
2010).

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi

Pengambilan data dan evaluasi dilakukan pada bulan Maret hingga bulan Juni
2016. Penelitian dilaksanakan di Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor dengan
objek penelitian adalah gerbang utama dan lanskap kawasan gerbang utama. Lokasi
penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Peta Lokasi penelitian

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan adalah laptop Asus tipe K401LB yang dilengkapi
dengan software Microsoft Excel, Microsoft Word, AutoCAD 2016, SAP2000 dan
Lumion 3D. Bahan yang digunakan pada penelitian kali ini adalah, peta respon
spektra percepatan 0.2 detik dan peta respon spektra percepatan 0.2 detik. Juga
digunakan pita ukur dan hammer test.
12

Prosedur Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan data primer dari gerbang utama
Institut Pertanian Bogor. Tahap ini dilakukan dengan pengukuran langsung dan
wawancara dari sumber yang terkait. Setelah data primer didapatkan, metode
perencanaan bangunan pun dipilih. Perencanaan dimulai dengan perancangan CAD
dan perhitungan pembebanan dengan menggunakan software AutoCAD 2016 dan
SAP2000 sehingga dapat ditentukan dimensi teknis dari rancangan, perancangan
CAD ini meliputi: denah, potongan, dan 3 dimensi. Langkah selanjutnya adalah
finishing, dengan visualisasi dengan software Lumion 3D. Setelah semua komponen
rancangan selesai, dilakukan penyusunan draft yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi skripsi. Adapun detail metode penentuan dimensi dan
perhitungan pembebanan akan dijelaskan lebih lanjut.

Data Primer
Data primer adalah data primer utama, data yang diperoleh dari pengukuran
langsung di kawasan gerbang utama Institut Pertanian Bogor. Data meliputi
dimensi bangunan gerbang utama dan dimensi dari komponen lanskap kawasan
gerbang utama Institut Pertanian Bogor serta beban-beban yang bekerja pada
bangunan,

Data Sekunder
Data sekunder adalah data penunjang yang mendukung proses pembahasan
yang diperoleh dari sumber buku referensi dan literatur. Data-data sekunder antara
lain sebagai berikut:
1. Standar-standar perhitungan struktur beton bertulang
2. Metode perhitungan struktur bangunan,

Kajian Penelitian
Data yang telah diperoleh, selanjutnya akan dilaksanakan proses kajian
penelitian, dalam proses kajian ini penulis mengacu pada pedoman-pedoman yang
mengatur tentang batasan-batasan dalam perencanaan struktur bangunan beton
bertulang. Perhitungan beban-beban yang bekerja pada struktur bangunan gedung
tersebut dengan tujuan untuk mengetahui besarnya beban-beban yang bekerja pada
masing-masing komponen struktur, sehingga didapatkan suatu struktur dengan
berbagai jenis dimensi atau ukuran dari masing-masing komponen yang efektif,
efisien serta kuat secara teknis.
Proses kajian ini, mengacu pada peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia
(Standar Nasional Indonesia), sehingga diharapkan perencanaan struktur gerbang
utama Institut Pertanian Bogor ini dapat mampu menahan semua beban-beban yang
bekerja pada struktur bangunan gedung tersebut dan dapat dipertanggungjawabkan
baik dari segi, kekuatan, keamanan, keindahan, serta tetap memperhatikan unsur
ekonomis, sehingga dapat membantu pengguna dalam mendesain atau menganalisa
struktur bangunan gedung yang lain. Dalam kajian perhitungan ini digunakan
berbagai sumber literatur sebagai acuan dan referensi diantaranya adalah SNI 1727-
2013, SNI 1726-2012, SNI 03-2847-2013 dan program SAP 2000.
13

Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran langsung pada lokasi
penelitian yaitu di kawasan gerbang utama Institut Pertanian Bogor, meliputi
dimensi gapura utama beserta data teknis beton serta dimensi dan inventarisasi
tapak pada lanskap. Serta dilakukan pengukuran dimensi pada lokasi usulan
jembatan penyeberangan orang yang akan dibangun dengan menggunakan tapping
meter. Selain itu, diperlukan peta respon spektra percepatan 0.2 detik dan peta
respon spektra percepatan 1 detik. Data sekunder berupa standar mutu yang berlaku
berdasarkan SNI 1727-2013 (BSN 2013a) dan SNI 03-2847-2013 (BSN 2013b).

Permodelan Struktur dan pembebanan


Permodelan struktur dilakukan menggunakan software SAP2000. Permodelan
mengikuti gambar desain dan data teknis serta material dan dimensi yang telah
didapat dari pengukuran langsung, yang selanjutnya dilakukan input data ke dalam
software SAP2000 dengan variabel beban berupa beban hidup, beban mati serta
beban gempa. Setelah perhitungan kontrol kekuatan struktur, selanjutnya dilakukan
perhitungan kontrol struktur terhadap kondisi saat dilakukan pemugaran dengan
penambahan beban mati dan beban hidup oleh pekerja.

Perhitungan Momen
Analisis dilakukan menggunakan software SAP2000 dan bantuan Microsoft
excel untuk beberapa perhitungan pada ketiga jenis beban. Analisis beban hidup
dan beban mati mengacu pada SNI pembebanan gedung pada SNI 1727-2013.
Kombinasi pembebanan beban mati, beban hidup dan beban gempa mengacu pada
SNI 03-1726-2012. Penentuan kelayakan struktur didapatkan dari kajian nilai
capacity ratio (R) pada tiap komponen struktur, meliputi balok, kolom dan pelat.
Komponen struktur dinyatakan aman apabila nilai capacity ratio (R) kurang dari 1.
Apabila terdapat komponen struktur dengan nilai R lebih dari 1 akan dilakukan
peninjauan ulang terhadap dimensi komponen struktur dan kualitas material yang
digunakan.

Perancangan Lanskap
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif
kualitatif yang mengacu pada tahapan proses perancangan lengkap (Simonds 1983).
Proses perancangan dibagi ke dalam empat tahap, yaitu: persiapan awal,
inventarisasi, analisis dan sintesis, pembuatan konsep dan pembuatan hasil akhir
desain berupa. Dalam penelitian kali ini, data yang dibutuhkan berupa data
kualitatif yang didapatkan dari proses inventarisasi dan data kuantitatif dengan
melakukan pengukuran pada lokasi tapak. Skema perancangan lanskap bisa dilihat
pada Gambar 2 dan bagan alir penelitian pada Gambar 3.

Gambar Desain arsitektur dan lanskap


Desain arsitektur dan lanskap dilakukan dengan software AutoCad 2016,
Google Sketch Up 2017 sebagai program modeling 3 dimensi awal dan rendering
gambar akhir menggunakan software Lumion 3D. Pemodelan ini berdasarkan data-
data dari pengukuran langsung dan data dimensi dari perhitungan beban yang telah
dilakukan dengan SAP2000. Hasil output dari gambar desain selanjutnya di export
ke dalam format gambar jpeg.
14

Gambar 2 Skema perancangan lanskap

Gambar 3 Bagan alir penelitian


15

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di kawasan gerbang utama Institut Pertanian


Bogor Kampus Dramaga, Bogor, yang berlokasi di tepi Jalan Raya Cibadak-
Ciampea. Kawasan gerbang utama Institut Pertanian Bogor beserta lanskapnya
memiliki luas ± 5500 m2. Kawasan gerbang utama dibatasi oleh pagar besi yang
mengelilingi IPB dan Jalan Raya Cibadak-Ciampea. Komponen utama dari
kawasan utama adalah: Gerbang/gapura utama, bundaran logo IPB, signage logo
IPB, Bagian tempat pemasangan banner dan jalan akses masuk Institut Pertanian
Bogor.
Struktur gerbang utama Institut Pertanian Bogor terdiri dari plat balok yang
ditopang oleh 8 buah kolom, yang terdiri dari 4 kolom berbentuk tabung dan 4
kolom lainnya berbentuk segi empat dengan ukuran yang lebih kecil berada di
tengah membentuk ruang untuk pos jaga. Detail ukuran dari struktur gerbang utama
IPB dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.

Satuan: mm
Gambar 4 Detail ukuran tampak depan gerbang utama IPB

Jalan akses masuk Kampus Institut Pertanian Bogor menggunakan jalan aspal
dua jalur satu arah dengan lebar antara 6-7 m. Namun, terkadang untuk jalur mobil
terjadi antrian hingga beberapa meter dikarenakan proses pengambilan dan
pembayaran administrasi dan adanya kemacetan di Jalan Raya Cibadak-Ciampea
di depan gerbang utama Institut Pertanian Bogor.
Lanskap pada kawasan gerbang utama didominasi oleh tumbuhan rumput,
tanaman caviari dan pohon rindang yang terdapat di tepi kanan kiri lanskap.
Terdapat logo Institut Pertanian Bogor di tengah kawasan lanskap yang berfungsi
untuk tempat memutar kendaraan, dan terdapat signage berukuran 6x4 m tepat di
tepi Jalan Raya Cibadak-Ciampea sebagai identitas dari Institut Pertanian Bogor.
Pada lanskap juga terdapat pedestrian berukuran lebar 2.25 m di kanan kiri lanskap
untuk akses pejalan kaki. Sistem drainase pada lanskap gerbang utama
menggunakan parit berukuran 0.75x0.65 m.
16

Satuan: mm

Gambar 5 Detail ukuran tampak samping gerbang utama IPB

Kontrol Struktur Gerbang Utama

Pengukuran kuat tekan dari struktur gerbang utama menggunakan metode


hammer test di 5 titik pada kolom gerbang utama dengan masing- masing dilakukan
3 kali pengulangan dengan posisi pengukuran A dengan 5 titik acak (ABCDE) (bisa
dilihat pada Lampiran 1 mengenai kurva hubungan empirik dari nilai hammer
rebound) serta dokumentasi pengukuran hammer test pada Gambar 6. Selanjutnya,
dari hasil hammer rebound diteruskan ke kurva posisi A dan didapatkan nilai dalam
satuan N/mm2. Hasil dari pengujian hammer test dapat dilihat pada Tabel 4.
17

Gambar 6 Dokmentasi pengukuran dengan hammer test

Tabel 4 Hasil pengujian hammer test


Perc. 1 Perc. 2 Perc. 3 Rata-rata
Titik 2
(N/mm ) (N/mm2) (N/mm2) (N/mm2)
A 42.78 42.78 4456 43.37
B 51.17 51.17 45.95 49.43
C 48.15 48.15 47.08 47.79
D 54.218 54.21 48.68 52.36
E 50.66 50.66 51.76 51.02

Nilai tertinggi dari kelima titik pengukuran terdapat pada titik D dengan 52.36
N/mm2 dan nilai terendah terdapat pada titik A dengan nilai 43.37 N/mm2. Dari data
tersebut selanjutnya dilakukan simulasi pembebanan dengan menggunakan
program SAP2000. Nilai kuat tekan yang digunakan adalah nilai terkecil dari
pengukuran, yaitu 43.37 N/mm2.
Variabel yang menjadi input dalam analisis pembebanan adalah beban mati
dan beban gempa. Beban mati juga diartikan sebagai beban – beban yang bekerja
vertikal ke bawah pada struktur dan mempunyai karakteristik bangunan.
Menghitung beban mati suatu elemen adalah didasarkan atas peninjauan berat
satuan material yang terlihat dan bedasarkan volume elemen tersebut (Ariestadi
2008). Berat jenis dari beton bertulang menurut (BSN 2013) adalah 2400 kg/m 3,
selanjutnya variabel ini dikalikan dengan volume struktur. Perhitungan beban mati
struktur gerbang bisa dilihat pada Tabel 5.

Respon Spektrum
Respon spektrum merupakan grafik hubungan percepatan respon sprektrum
sebagai respon struktur terhadap eksistensi gempa dengan fungsi dari periode
natural struktur. Respon spektrum dibuat berdasarkan Peta Gempa Indonesia 2010
(Febrianti 2014). Grafik respon spektrum dibuat menyesuaikan letak geografis
struktur dan kelas tanah bangunan tersebut berdiri. Kawasan gerbang utama Institut
Pertanian Bogor secara geografis terletak pada 6⁰ 33’ 45.241“ LS dan 106⁰ 43’
42.035” BT. Koordinat tersebut digunakan untuk menentukan percepatan batuan
dasar pada peta gempa.
18

Tabel 5 Perhitungan beban mati


Luas Berat Beban
Komponen Panjang Volume
Jumlah Penampang Jenis Mati
struktur (m)
(m2) (m3) (kg/m3) (kg)
Kolom ø 0.8 m 4.4 4 0.5 8.8 2400 21120
Kolom 0.3x0.3 m 4.4 4 0.09 1.58 2400 3801.6
Balok 20 m 20 2 0.06 6.6 2400 5760
Balok 6 m 6 2 0.06 3.60 2400 1728
Pelat 20 1 0.09 66 2400 4320
Total 36729.6

0,5
0,45
0,4
0,35
0,3
SA

0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5
T (detik)

Gambar 7 Grafik percepatan respon spektra


Lokasi penelitian berada di atas tanah dengan kelas tanah D atau tanah sedang.
Data tersebut digunakan untuk memperoleh grafik respon spektrum yang secara
otomatis dapat diakses pada website Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pemukiman (PUSKIM), Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(www.puskim.pu.go.id/aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011). Hasil analisis
dari website PUSKIM didapat nilai percepatan batuan dasar 1 detik (S1) diperoleh
sebesar 0.246 dan nilai percepatan batuan dasar 0.2 detik (Ss) diperoleh sebesar
0.605. Grafik respon spektrum yang dihasilkan ditampilkan pada Gambar 7.
Pembebanan dilakukan sesuai pada SNI 1727-2013 tentang beban minimum
untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain. Gerbang yang akan
dianalisis merupakan struktur sederhana yang tidak dipergunakan untuk hunian
manusia, sehingga beban yang dimasukkan meliputi beban mati, beban mati
tambahan (superdead), dan beban gempa respon spektra. Perhitungan beban gempa
respon spektra mengacu pada SNI 1726-2012 (BSN 2012). Setelah dilakukan
analisis pembebanan, didapatkan hasil berupa diagram gaya geser dari struktur
gerbang yang bisa dilihat pada Gambar 8 dengan nilai momen M2 maksimal pada
kolom diameter 0.8 m sebesar 28332.53 kgm yang bisa dilihat pada Gambar 8.
19

Gambar 8 Diagram momen akibat gempa respon spektrum

Nilai momen V2 maksimal pada balok didapatkan sebesar 626.17 kg/m dengan
nilai defleksi sebesar 0.000773 m yang bisa dilihat pada Gambar 9. Selanjutnya
dilakukan pengkajian terhadap gaya geser terhadap kolom dan balok struktur.
Diagram gaya geser dapat dilihat pada Gambar 11. Nilai gaya geser maksimal pada
kolom adalah sebesar 21027.36 kg, yang dapat dilihat pada Gambar 12. Pada balok
nilai gaya geser maksimal didapatkan sebesar 786.49 kg dengan nilai defleksi
0.000773 m seperti pada Gambar 13.

Gambar 9 Output momen V2 pada kolom ø 0.8 m


20

Gambar 10. Output momen V2 pada balok

Gambar 11 Diagram gaya geser akibat gempa respon spektrum


21

Gambar 12 Ouput gaya geser pada kolom

Gambar 13 Ouput gaya geser pada balok


22

Capacity ratio (R) adalah rasio antara gaya atau momen ultimate pada
penampang yang terjadi (beban terfaktor: Pu atau Mu atau Nu) terhadap kuat
nominal penampang (Pn atau Mn atau Nn) yang tentunya telah memasukkan faktor
reduksi (phi). Cara tersebut merupakan strategi program (SAP2000 atau yang
sejenis) dalam menerjemahkan code design untuk mengetahui apakah suatu
penampang pada elemen struktur telah memenuhi persyaratan perencanaan atau
tidak. Nilai dari capacity ratio dari komponen struktur gerbang dapat dilihat pada
Tabel 6.

Tabel 6 Nilai capacity ratio komponen struktur gerbang


Komponen Stuktur Capacity ratio (R) Keterangan
Kolom ø 0.8 m 0.52 Aman
Kolom 0.3x0.3 m 0.73 Aman
Balok 20 meter 0.55 Aman
Balok 6 meter 0.58 Aman

Hasil dari nilai capacity ratio dari komponen struktur menunjukkan nilai R< 1
sehingga struktur dinyatakan aman. Selanjutnya, analisis concrete frame design
pada SAP2000 menampilkan secara keseluruhan apakah komponen struktur dapat
menahan beban atau tidak dengan diagram warna. Warna merah menunjukkan
bahwa komponen struktur tidak aman dengan nilai R>1, untuk warna jingga sampai
hijau menyatakan bahwa struktur aman dan indikator warna biru menunjukkan
bahwa struktur mengalami pemborosan material sehingga dimensi komponen
struktur bisa dikaji ulang. Hasil dari analisis bahwa semua elemen struktur sudah
memenuhi syarat kelayakan dengan menunjukkan warna indikator kuning dan
hijau, sehingga dinyatakan aman dan tidak perlu dilakukan peninjauan penampang
maupun material yang digunakan seperti yang bisa dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14 Hasil analisis concrete frame design


23

Desain Jembatan Penyeberangan Orang

Ketentuan Umum
Pedoman Tata Cara Perencanaan Jembatan Penyeberangan Untuk Pejalan Kaki
Di Perkotaan (DPU 1995) dipilih sebagai acuan dengan pertimbangan kondisi
volume lalu lintas dan arus penyeberangan di depan kawasan gerbang utama IPB
terhitung ramai. Dari ruang lingkup penelitian, didapatkan beberapa poin dasar
dalam perencanaan jembatan penyeberangan orang. Pertama, dalam perencanaan
harus memiliki 4 aspek, yaitu:
- Pelaksanaan cepat dan mudah
- Tidak mengganggu kelancaran lalu lintas
- Memenuhi kriteria K3
- Pemeliharan cepat & mudah
Berdasarkan keempat aspek tersebut, ditentukan material yang digunakan
dalam desain jembatan penyeberangan orang adalah baja. Material baja memiliki
keunggulan di kecepatan dalam pelaksanaan sehingga meminimalisasi gangguan
terhadap lalu lintas. Metode perencanaan perencanaan struktur jembatan harus
dilakukan dengan salah satu metode:
(1) Kondisi batas ultimit dengan mengambi1 faktor keamanan > 1,10;
(2) Kondisi batas layan dengan mengambil faktor keamanan > 1,10;
(3) Kondisi batas beban kerja dengan mengambil faktor keamanan > 2,0.
Tahap perencanaan harus memperhatikan lokasi di mana jembatan tersebut
dibangun. Menurut Tata Cara Perencanaan Jembatan Penyeberangan Untuk Pejalan
Kaki Di Perkotaan lokasi ideal penempatan jembatan penyeberangan orang adalah
memiliki jarak maksimum 50 m dari pusat keramaian dan jarak minimal 50 m dari
persimpangan jalan. Berdasarkan aturan tersebut, ditentukan lokasi perencanaan
jembatan adalah pada denah lokasi Gambar 15. Dimensi ruang bebas di bawah
jembatan ditentukan sebesar 5.1 m dengan asumsi jembatan dilewati bus tingkat.
Lebar minimal jalur pejalan kaki dan tangga ditentukan sebesar 2 m (DPU 1995).

Gambar 15 Denah lokasi perencanaan jembatan penyeberangan


24

Data Teknis Jembatan


Berdasarkan pengukuran lapang yang telah dilakukan, dimensi bentang total
jalan dari titik A ke titik C adalah 10.3 m dengan pembatas jalan pada titik B terletak
berada di tengah bentang. Namun dengan adanya bangunan berupa pos pada lokasi
eksisting diperlukan adanya penyesuaian terhadap perletakan kolom penyangga
tengah jembatan dan kolom pada akhir titik C. Jarak dari titik A ke B adalah 6.3 m
dengan jarak titik B ke C adalah 10.3 m, untuk ilustrasi bisa dilihat pada Gambar
16.

Gambar 16 Detail dimensi bentang jalan raya


Data teknis dimensi usulan desain konstruksi yang akan direncanakan adalah
sebagai berikut:
Nama Jembatan : Jembatan penyeberangan orang
Lokasi : Depan kawasan gerbang utama IPB
Material Jembatan : Baja
Fungsi : Akses pejalan kaki
Panjang total : 22.5 m (terdiri dari 1 bentang)
Lebar total : 2.2 m
Ruang bebas : 5.1 m
Gambar tampak samping dan tampak depan jembatan bisa dilihat pada Gambar 18
dan Gambar 19. Material yang akan digunakan dalam perencanaan adalah:
Material : Baja
Profil : WF dan penampang persegi
Tegangan leleh (fy) : 320 MPa
Tegangan putus (fc) : 416 MPa
Modulus elastisitas (E) : 200000 MPa

Data Teknis Penampang


Komponen penampang pada jembatan bisa dilihat pada Gambar 17. Dimensi
penampang yang akan digunakan dalam perencanaan adalah:
Kolom utama : Baja WF 550x300x16x30 mm
Balok utama : Baja WF 450x200x9x14 mm
Balok melintang : Baja WF 350x175x7x11 mm
Kolom penunjang : Baja WF 150x75x5x7 mm
Bracing : Baja Penampang persegi 75x35x0,75x1 mm
25

Gambar 17 Komponen jembatan penyeberangan

Satuan: mm
Gambar 18 Tampak samping jembatan penyeberangan
26

Satuan: mm Gambar 19 Tampak depan jembatan penyeberangan


27

Analisis Struktur
Jembatan penyeberangan orang (JPO) terbentuk dari beberapa komponen
struktur yang memiliki fungsi yang berbeda. Elemen balok kolom menjadi struktur
primer yang berfungsi menahan beban strukturnya sendiri dan beban luar. Struktur
lain seperti pelat lantai dan brasing disebut struktur sekunder. Program SAP2000
memiliki beberapa tahapan kerja sama seperti program metode elemen hingga yang
lain, yaitu pembuatan model geometri struktur yang pada kasus ini dibuat 3D (tiga
dimensi), pemberian beban, pemberian asumsi perletakan, pemilihan tipe elemen
(yaitu rangka untuk batang pengaku, kolom dan balok untuk elemen portal) dan
melakukan running analisa struktur.
Data teknis jembatan dan data teknis material yang telah ditentukan, selanjutnya
dilakukan permodelan dengan menggunakan software SAP 2000. Pembebanan
memasukkan variabel beban mati, beban hidup dan beban gempa dengan metode
response spectrum. Lokasi penempatan jembatan penyeberangan berada masih di
kawasan gerbang utama IPB sehingga diasumsikan tidak diperlukan perhitungan
respon spektrum kembali. Selanjutnya, model gridline JPO bisa dilihat pada
Gambar 20 dan untuk model 3D pada Gambar 21.

Gambar 20 Model gridline permodelan SAP2000

Analisa struktur yang telah didapatkan, diperoleh diagram momen, gaya geser
dan steel frame design check. Diagram momen dari struktur jembatan dapat dilihat
pada Gambar 22, serta diagram gaya geser dapat dilihat pada Gambar 23. Momen
maksimal terletak pada balok utama sebesar 2723.88 kg dengan besaran defleksi
0.000017 m. Nilai gaya geser terbesar terjadi pada kolom utama dengan 86.38 kg,
sehingga mengalami defleksi 0.000018 m. Dari nilai defleksi yang yang disebabkan
oleh keduanya dapat disimpulkan bahwa struktur tidak mengalami deformasi yang
berarti akibat gempa respon spektrum.
28

Gambar 21 Permodelan 3D SAP2000

Gambar 22 Diagram momen akibat gempa respon spektrum


29

Gambar 23 Diagram gaya geser akibat gempa respon spektrum

Nilai stress ratio

Gambar 24 Diagram stress akibat gempa respon spektrum

Pelat lantai atau slab merupakan suatu konstruksi yang menumpang pada balok.
Pelat adalah elemen horizontal struktur yang mendukung beban mati maupun beban
hidup dan menyalurkannya ke rangka vertikal dari sistem struktur. Pelat merupakan
30

struktur bidang (permukaan) yang lurus), (datar atau melengkung) yang tebalnya
jauh lebih kecil dibanding dengan dimensi yang lain (Pasaribu 2012). Diagram
stress pada pelat baja disajikan dalam Gambar 24. Dalam gambar dapat dilihat
dalam pelat baja rencana setebal 100 mm masih bisa menahan beban mati, beban
hidup serta beban gempa yang dialami oleh struktur yang ditunjukkan dengan
indikator warna jingga dengan rentang niai stress ratio 4.5 sampai 13.5. Untuk
kontrol struktur terhadap kemampuan struktur menahan beban dilakukan
pengkajian terhadap nilai capacity ratio (R). Nilai dari capacity ratio dari
komponen struktur gerbang dapat dilihat pada Tabel 7. Hasil dari nilai capacity
ratio dari komponen struktur menunjukkan nilai R< 1 sehingga struktur dinyatakan
aman.

Tabel 7 Nilai capacity ratio komponen struktur JPO


Komponen Stuktur Capacity ratio (R) Keterangan
Kolom utama 0.64 Aman
Balok utama 0.61 Aman
Balok melintang 0.58 Aman
Kolom penunjang 0.57 Aman
Bracing 0.52 Aman

Gambar 25 Hasil running permodelan SAP2000

Analisis concrete frame design pada SAP2000 menampilkan secara


keseluruhan apakah komponen struktur dapat menahan beban atau tidak dengan
diagram warna. Warna merah menunjukkan bahwa komponen struktur tidak aman
dengan nilai R<1, untuk warna jingga sampai hijau menyatakan bahwa struktur
aman dan indikator warna biru menunjukkan bahwa struktur mengalami
pemborosan material sehingga dimensi komponen struktur bisa dikaji ulang. Hasil
steel frame design check SAP2000 sebagai langkah untuk pengecekan akhir pada
Gambar 25 menunjukkan bahwa struktur jembatan penyeberangan orang sudah
memenuhi syarat kelayakan (warna indikator hijau) sehingga dinyatakan aman dan
tidak perlu dilakukan peninjauan penampang maupun material yang digunakan.
31

Desain Arsitektur dan Lanskap

Gerbang utama ini sudah ada sejak kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga
didirikan, sehingga secara visual terkesan perlu dilakukan penyegaran. Ada 3 poin
utama dalam desain ulang dari kawasan gerbang utama, yaitu: penyegaran desain
gerbang utama, pemberdayaan lahan kosong di kanan kiri lanskap dan penyegaran
pada bagian signage dan logo ikon IPB. Penyegaran desain dari gerbang utama
dirasa perlu untuk meningkatkan sisi estetika dan peningkatan citra Institut
Pertanian Bogor, karena kondisi gerbang yang ada adalah desain dari tahun 2009
sehingga perlu adanya penyesuaian dengan keadaan terkini.
Pemberdayaan lahan kosong di kanan dan kiri kawasan gerbang utama dapat
dilakukan dengan membangun sebuah taman pada lahan tersebut, hal ini dirasa
perlu agar lebih ”menghidupkan” kawasan gerbang utama IPB terutama pada
malam hari yang terkesan sepi dan kurang aman. Untuk penyegaran bagian signage
dan logo ikon IPB dilakukan dengan mengubah total dari bangunan yang telah ada,
sehingga lebih menambah daya tarik dan meningkatkan kesan positif Institut
Pertanian Bogor.
Gambar 26 memperlihatkan perbandingan antara bangunan gerbang eksisting
dengan desain usulan yang telah dibuat, bisa dilihat bahwa ubahan tidak terlalu
banyak karena tetap mempertahankan struktur yang sudah ada. Ubahan pada kolom
adalah dengan menambahkan ornamen tema warna biru. Pada struktur gerbang
tidak bisa terpisahkan dari ruangan pos jaga untuk administrasi dan keamanan.
Perubahan disini cukup mendasar yaitu dengan mengganti pos dengan bentuk yang
lebih futuristik dengan tema polygonal dengan aksen warna biru dengan jendela
kaca lebar pada kedua sisi ruangan.

Gambar 26 Ilustrasi pada gerbang


32

Gambar 27 mengilustrasikan bagian kawasan gerbang utama pada bagian


tempat banner biasa terpasang. Kondisi saat ini hanya terdapat ruang terbuka
dengan panjang rumput relatif pendek. Perubahan pada bagian ini adalah dengan
membangun suatu signage tambahan berupa tulisan 3 dimensi bertuliskan Institut
Pertanian Bogor. Signage 3 dimensi ini menggunakan bahan beton yang dikelilingi
suatu taman mini. Taman mini tersebut nantinya bukan diperuntukkan untuk umum,
sehingga tidak bisa diakses oleh siapapun dengan tujuan menjaga ketertiban dan
kebersihan lingkungan kawasan gerbang utama Institut Pertanian Bogor.
Pengadaan signage ini dimaksudkan untuk memanfaatkan lahan kosong menjadi
sesuatu yang lebih estetik. Keberadaan signage ini juga meningkatkan atensi
daripada banner yang dipasang di belakang lokasi tersebut sehingga meningkatkan
jangkauan informasi yang akan disampaikan.

Gambar 27 Ilustrasi pada sekitar tempat banner

Gambar 28 memperlihatkan perubahan pada gaya signage logo Institut


Pertanian Bogor, dengan desain lebih modern dan bentuk blok asimetris. Pada
bagian lingkaran air mancur logo IPB perubahan yang dilakukan adalah meliputi
penggantian vegetasi yang mengelilingi air mancur dengan beton melingkar yang
lebih terbuka dengan warna biru, serta perubahan pada air mancur dengan gaya
lebih modern dengan pancuran air yang terpusat. Untuk lebih jelasnya disajikan
pada Gambar 29. Dari sudut tersebut juga dapat dilihat desain usulan gerbang utama
yang memiliki ciri khas logo IPB berwarna biru yang menempel pada ornamen
cable stayed horizontal.
Gambar 30 mengilustrasikan penempatan jembatan penyeberangan orang pada
lokasi yang telah ditentukan. Pemilihan lokasi tersebut dianggap strategis karena
dapat menghubungkan dengan daerah Cibadondeng. Pengadaan sarana jembatan
penyeberangan dapat menjadi solusi untuk pedestrian yang hendak menyeberang
dari arah gerbang utama dan sebaliknya.
33

Gambar 28 Ilustrasi signage IPB

Gambar 29 Ilustrasi bagian air mancur


34

Gambar 30 Ilustrasi penempatan jembatan penyeberangan

Kontrol Struktur Desain Usulan

Usulan desain gerbang yang telah direncanakan perlu dilakukan kontrol


struktur untuk mengecek apakah struktur masih mampu menahan beban dari
penambahan material sebagai kompensasi perubahan fisik dari gerbang tersebut.
Variabel yang menjadi input dalam analisis pembebanan adalah beban mati setelah
dilakukan desain ulang, beban gempa dan simulasi beban hidup pada saat dilakukan
pengerjaan struktur. Beban mati dihitung berdasarkan volume dan berat jenis
material. Berat jenis dari material yang ditambahkan didapatkan dari literatur (BSN
2013). Perhitungan beban mati dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Perhitungan beban mati setelah penambahan beban


Luas Berat Beban
Panjang Volume
Komponen struktur Jumlah Penampang Jenis Mati
(m)
(m2) (m3) (kg/m3) (kg)
Pelat Aluminium 0.2 m 0.15 1 4.54 0.68 2712 1846.87
Kawat baja 9 1 0.15 1.35 7850 10597.5
Pelat Aluminium 0.1 m - 1 - 0.68 2712 1844.16
Papan GRC 10 mm 0.01 - 39.49 0.39 1310.13 517.37
Beton tanpa tulangan 2.5 2 0.13 0.32 2200 715
Total 15520.9
35

Kontrol struktur diperhitungkan juga beban hidup yang diakibatkan oleh pekerja
konstruksi. Diasumsikan terdapat 3 pekerja yang harus ditahan oleh strukutur, dengan
beban minimum 100 kg dapat ditentukan beban hidup terpusat yang harus diterima
struktur adalah 300 kg. Untuk simulasi beban gempa telah dilakukan perhitungan
sebelumnya, didapatkan nilai percepatan batuan dasar 1 detik (S1) diperoleh sebesar
0.246 dan nilai percepatan batuan dasar 0.2 detik (Ss) diperoleh sebesar 0.605. Setelah
ketiga variabel beban didapatkan, kemudian dilakukan penambahan beban terhadap
beban eksisting yang telah diperhitungkan dalam SAP 2000. Hasil output diagram gaya
geser dapat dilihat pada Gambar 31 dan diagram momen pada Gambar 32.

Gambar 31 Diagram gaya geser akibat akibat gempa respon spektrum

Gambar 32 Diagram momen akibat akibat gempa respon spektrum

Tabel 9 Nilai capacity ratio komponen struktur gerbang setelah desain ulang
Komponen Stuktur Capacity ratio (R) Keterangan
Kolom ø 0.8 m 0.55 Aman
Kolom 0.3x0.3 m 0.79 Aman
Balok 20 meter 0.56 Aman
Balok 6 meter 0.59 Aman
36

Kontrol struktur terhadap kemampuan struktur menahan beban setelah


penambahan komponen struktur dilakukan pengkajian terhadap nilai capacity ratio
(R). Nilai dari capacity ratio dari komponen struktur gerbang dapat dilihat pada
Tabel 9 dengan nilai terbesar pada komponen kolom 0.3x0.3 m. Hasil dari nilai
capacity ratio dari komponen struktur menunjukkan nilai R<1 sehingga struktur
dinyatakan aman setelah dilakukan penambahan beban.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapat kesimpulan:
1. Kekuatan struktur dari gerbang utama Institut Pertanian Bogor memiliki nilai
kuat tekan minimum sebesar 43,37 N/mm2, masih mampu menahan beban
dengan nilai capacity ratio (R) <1.
2. Konsep desain ulang kawasan gerbang utama IPB mencakup 3 kegiatan:
renovasi gerbang utama, pemberdayaan lahan kosong di kanan kiri gerbang dan
perubahan pada bagian signage IPB.
3. Desain konstruksi JPO memiliki nilai R maksimum sebesar 0.64 (R<1), yang
berarti sudah memenuhi syarat kelayakan dan dinyatakan aman.

Saran

Perlu dijadwalkan tindakan perawatan taman kawasan gerbang utama Institut


Pertanian Bogor agar vegetasi tetap terjaga kerapiannya karena instensitas
perawatan lanskap pada saat ini masih kurang.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, I A. 2009. Analisis Pengaruh Temperatur Terhadap Kuat Tekan Beton.
Jurnal Teknik Sipil. 16(2):11-13.
Arifin, H S. 2006. Evaluasi Lanskap Perkotaan. Bogor (ID): IPB Press.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung SNI 1726-2012.
Jakarta (ID): BSN.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2013a. Beban Minimum untuk Perancangan
Gedung dan Struktur Lain SNI 1727-2013. Jakarta (ID): BSN.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2013b. Persyaratan Beton Struktural untuk
Bangunan Gedung SNI 2847-2013. Jakarta (ID): BSN.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2013c. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
(SNI 03-2847-2013). Jakarta (ID): BSN.
Budiono B, Supriatna L. 2011. Studi Komparasi Desain Bangunan Tahan Gempa
dengan Menggunakan SNI 03-1726-2002 dan RSNI 03-1726-201X. Bandung
(ID): ITB Press.
Dewobroto W. 2005. Evaluasi Kinerja Struktur Baja Tahan Gempa dengan Analisa
Pushover. Jurnal Teknik Sipil. 2(1):11-14.
37

[DPU] Departemen Pekerjaan Umum. 1995. Tata Cara Perencanaan Jembatan


Penyeberangan Untuk Pejalan Kaki Di Perkotaan. Jakarta (ID): Direktorat
Bina Teknik.
Faizah, R. 2013. Analisis Gaya Gempa Rencana pada Struktur Bertingkat Banyak
dengan Metode Dinamik Respon Spektra. Jurnal Teknik Sipil. 12(1):201-208.
Febrianti NIC. 2014 Analisis Peak Ground Acceleration (PGA) di Sumatra Barat
akibat gempa bumi Tektonik tahun 2000-2012 dengan maagnitudo lebih dari
7.0 SR. Jurnal Fisika. 3(2):80-83.
Hadi YCE. 2000. Mekanika Tanah Statis Tak Tentu Metode Cross. Jakarta (ID).
Ingram DL. 1991. Basic Principles of Landscape Design. Florida (US): The
University of Florida.
Kier Rob. 1979. Urban Space. London (GB): Academy Editions.
Klink HJ. 2002. Landscape ecology: From roots to the present. In: Bastian O and
Steinhardt U (eds) Development and perspectives of landscape ecology.
Boston (US): Kluwer Academic Publisher.
Malkhamah S. 1995. Survey Lampu Lalu-lintas & Pengantar Manajemen Lalu-
lintas. Yogyakarta (ID): Biro Penerbit KMTS FT Universitas Gajah Mada.
Mosley WH, Bungey JH. 1989. Perencanaan Beton Bertulang. Jakarta (ID):
Erlangga.
Najoan J. 2011. Evaluasi Penggunaan Tanaman Lansekap di Taman Kesatuan
Bangsa (Tkb) Pusat Kota Manado. Jurnal Sabua 3(1): 9-18.
Nugroho F. 2008. Evaluasi Kinerja Seismik dengan Analisis Statik Nonlinear
Pushover Pada Gedung Berdenah. Jurnal Teknik Sipil. 7(2):27-28.
Nugroho SA. 2012. Studi Daya Dukung Pondasi Dangkal Pada Tanah Gambut
Dengan Kombinasi Geotekstil Dan Grid Bambu. Jurnal Teknik Sipil. 8(1):31-
40.
Nuroniah HS, Kosasih AS. 2010. Mengenal Jenis Trembesi (Samanea Saman
(Jacquin) Merrill) Sebagai Pohon Peneduh. Mitra Hutan Tanaman. 5(1): 1-5.
Pasaribu, Irvan Rico. 2012. Desain dan Analisa Harga Pelat Satu Arah dengan
Memakai Pelat Komposit dibandingkan dengan Pelat Beton Biasa pada
Bangunan Bertingkat. Jurnal Teknik Sipil USU. 1(1): 2.
Pranata YA, Wijaya PK. 2008. Kajian Daktilitas StrukturGedung Beton Bertulang
Dengan Analisis Riwayat Waktu dan Analisis Beban Dorong, Jurnal Teknik
Sipil. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 8(3): 34-35.
Setiawan I. 2014. Evaluasi Geser Dasar Minimum Pada SNI 1726-2012. Jurnal
Teknik Sipil.10(2):166-184.
Simonds JO. 1983. Landscape Architecture: A Manual Site Planning and Design.
New York (US): McGraw-Hill Book Co. Inc.
Sulistyantara B. 2002. Taman Rumah Tinggal. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Susanti ET. 2000. Pemanfaatan Elemen Alam sebagai Faktor Penunjang
Religiusitas dan Fasilitas Peribadatan Studi Kasus: Tempat Peziarahan
Sendangsono. Seminar Arsitektur Universitas Katolik Soegijapranata.
Semarang (ID): Universitas Katolik Soegijapranata.
Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan. 1983. Peraturan Pembebanan
Indonesia Untuk Gedung. Bandung (ID): Yayasan Lembaga Penyelidikan
Masalah Bangunan.
Zaidir. 2012. Konstruksi Beton Bertulang/Jilid I. Padang (ID): Universitas Andalas.
38

Lampiran 1 Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa
Jenis pemanfaatan Kategori
risiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa manusia
pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk, antara lain:
- Fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan
I
- Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya.
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori risiko I,
III, IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Perumahan
- Rumah toko dan rumah kantor - Pasar
- Gedung perkantoran
II
- Gedung apartemen rumah susun
- Pusat perbelanjaan mall
- Bangunan industri
- Fasilitas manufaktur
- Pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa manusia pada
saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo III
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV, yang
memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan atau
gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi
kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting,
termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas bedah dan
unit gawat darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta garasi -
kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat -
perlindungan darurat lainnya IV
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas lainnya untuk
tanggap darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan pada saat
keadaan darurat
- Struktur tambahan termasuk menara telekomunikasi, tangki penyimpanan
bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik, tangki air pemadam
kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung air atau material atau
peralatan pemadam kebakaran yangdisyaratkan untuk beroperasi pada saat
keadaan darurat.
Sumber: SNI 1726-2012
39

Lampiran 2 Kurva hubungan empirik dari nilai hammer rebound


40

Lampiran 3 Peta respon spektra percepatan 0.2 detik


41

Lampiran 4 Peta respon spektra percepatan 1 detik


42

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pati pada tanggal 02 Oktober


1994 dari pasangan Bapak Sisianto dan Ibu Rukini.
Penulis adalah anak tunggal. Penulis menyelesaikan
pendidikan dasar pada tahun 2006 di SD Negeri 1 Raci,
kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di
SMP Negeri 1 Juwana dan lulus pada tahun 2009. Tahun
2012 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Rembang dan pada
tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian
Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN Undangan dan
diterima di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan,
Fakultas Teknologi Pertanian.
Penulis juga aktif mengikuti lomba karya tulis ilmiah
tingkat mahasiswa, diantaranya sebagai Juara 1 Lomba
Desain Eco-Village ICEF 2015 dan Juara 2 Lomba Karya Ilmiah Nasional
DEDIKASI 2014. Penulis aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan. Penulis
menjadi anggota Perhimpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan
(HIMATESIL) IPB periode 2013/2014 dan 2014/2015 sebagai anggota Divisi
Komunikasi dan Informasi. Selain itu penulis juga mengikuti Organisasi
Mahasiswa Daerah Asal (OMDA) Rembang.
Penulis telah melaksanakan kegiatan Praktik Lapangan pada tahun 2015 di Proyek
Pembangunan Gedung Teaching Hospital Universitas Indonesia serta menyusun
laporan berjudul “Analisis Kinerja Waktu Proyek Pembangunan Gedung Teaching
Hospital Universitas Indonesia”. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik (ST), penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Rekonstruksi
Struktural dan Arsitektural Kawasan Gerbang Utama Institut Pertanian Bogor” di
bawah bimbingan Dr. Ir. Erizal, M. Agr.

Anda mungkin juga menyukai