Anda di halaman 1dari 65

i

PERENCANAAN PLAMBING DI GEDUNG 6 LANTAI

Yogi Proyo Pradana F44160014


M. Aldian Rasyid F44160020
Ahmad Ulil Albab F44160041
Firman Siregar F44160054
Anis Nurul S F44160092

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
ii

PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN BESAR DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini kami menyatakan bahwa laporan besar PTLT III berjudul
“Perancanaan Plambing Gedung 6 Lantai” adalah benar karya kami dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir laporan ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis kami kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2019

Tim Penyusun
iii

ABSTRAK

Air merupakan salah satu komponen sumber kehidupan bagi manusia.


Berdasarkan hal tersebut, dari kegiatan manusia sehari-hari muncul adanya air bersih
dan air buangan. Air bersih adalah air yang memenuhi syarat secara fisik dan dapat
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan air buangan adalah semua
cairan yang di buang, baik yang mengandung kotoran manusia maupun sisa proses
industri. Penelitian perencanaan sistem plambing dilaksanakan pada tiga tahapan yaitu
perhitungan kebutuhan air bersih, perhitungan dimesi pipa, dan perhitungan headloss
friction. Penelitian diawali dengan desain denah penyediaan air bersih, denah ruang
saniter dan gambar isometrik bangunan 6 lantai menggunakan software AutoCAD.
Nilai total debit air per jam semua alat plambing adalah 7758.36 liter/jam atau 7.76
m3/jam. Jumlah unit alat plambing pada saniter ini adalah 208 UAP, maka jumlah unit
alat plambing dalam satu gedung adalah 1456 UAP. Panjang pipa dari ground reservoir
ke pompa adalah 6.3 m dan panjang pipa dari pompa ke roof tank adalah 352.2 m.
Spesifikasi pompa sebesar 150 x 125 – 500. Daya air dan daya poros pompa
membutuhkan daya listrik sebesar 1286.59 watt dan 1431.74 watt.

Kata kunci: air, debit, plambing

ABSTRACT

Water is one component of the source of life for humans. Based on this, from
daily human activities emerged the presence of clean water and waste water. Clean
water is water that meets physical requirements and can be used in everyday life.
Whereas waste water is all liquid that is discharged, both containing human waste and
the rest of the industrial process. Plumbing system planning research is carried out in
three stages, namely the calculation of clean water requirements, calculation of pipeline
dimensions, and headloss friction calculations. The study began with the design of a
clean water supply plan, sanitary space plan and isometric drawing of a 6-story building
using AutoCAD software. The total value of water flow per hour for all plumbing tools
is 7758.36 liters / hour or 7.76 m3 / hour. The number of plumbing units in this sanitary
unit is 208 UAP, so the number of plumbing units in one building is 1456 UAP. The
length of the pipe from the ground reservoir to the pump is 6.3 m and the length of the
pipe from the pump to the roof tank is 352.2 m. Pump specifications are 150 x 125-
500. Water power and shaft power require 1286.59 watts and 1431.74 watts.

Keywords: debit, plambing, water


iv

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-Nya sehingga laporan akhir ini berhasil diselesaikan. Laporan akhir yang
dilaksanakan sejak bulan september 2019, dengan judul Perencanaan Plambing Di
Gedung 6 Lantai.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen mata kuliah Praktikum Teknik
Lingkungan Terpadu III selaku pembimbing. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga laporan akhir ini bermanfaat.

Bogor, November 2019

Tim penyusun
v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................... iii


PRAKATA ................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... vii
PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................ 3
Sistem Plambing Air Bersih ...................................................................................... 3
Pipa Buangan, Pipa Bersih dan Pipa Ven.................................................................. 6
Kehilangan Tekanan dan Roof Tank.......................................................................... 9
METODOLOGI .......................................................................................................... 12
Metode Penghuni atau Luas Lantai ......................................................................... 12
Metode Jenis dan Jumlah Alat Plambing ................................................................ 14
Metode Unit Beban Alat Plambing ......................................................................... 14
Dimensi Perpipaan Air Bersih Gedung ................................................................... 16
Kehilangan Tekanan dan Tinggi Roof Tank ............................................................ 17
Penentuan Dimensi Pipa Buangan dan Pipa Ven .................................................... 19
Penentuan Dimensi Ground Reservoir dan Roof Tank............................................ 19
BAB IV ....................................................................................................................... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................... 22
Perhitungan Kebutuhan Air Bersih ......................................................................... 22
Perhitungan Dimensi Perpipaan Air Bersih ............................................................ 26
Perhitungan Kehilangan Tekanan dan Tinggi Roof Tank........................................ 27
Perhitungan Dimensi Pipa Air Buangan dan Pipa Vent .......................................... 28
Penentuan Daya dan Efisiensi Pompa dari Reservoir dan Roof Tank ..................... 30
SIMPULAN ................................................................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 36
vi

DAFTAR TABEL

1 Kemiringan Pipa Pembuangan Horisontal 7


2 Tekanan Minimum Yang Diperlukan Alat Plambing 10
3 Hasil perhitungan metode penghuni atau luas lantai 22
4 Hasil perhitungan metode jenis dan jumlah alat plambing 23
5 Nilai debit pada metode jenis dan jumlah alat plambing 24
6 Hasil perhitungan dengan metode unit beban alat plambing 25
7 Nilai debit pada metode jenis dan jumlah alat plambing 25
8 Hasil perhitungan kebutuhan air 26
9 Kerugian gesek yang diizinkan sistem 1 dan sistem 2 28
10 Unit beban alat plambing dan diameter minimum untuk pipa air buangan 30
11 Perhitungan kapasitas ground reservoir 31
12 Dimensi ground reservoir 31
13 Hasil perhitungan kapasitas roof tank 32
14 Dimensi roof tank 32
15 Parameter perhitungan head pompa 32
16 Hasil perhitungan head pompa 33
17 Daya dan efisiensi pompa 33

DAFTAR GAMBAR

1 Sistem Sambungan Langsung 4


2 Sistem Sambungan Langsung 5
3 Sistem tangki tekan 6
4 Langkah penelitian perancangan plambing air bersih 12
5 Langkah perhitungan kebutuhan air bersih 15
6 Perhitungan dimensi pipa air bersih 17
7 Langkah perhitungan Hf dan tinggi roof tank 18
8 Langkah perencanaan pipa air buangan dan pipa ven 19
9 Bagan alir metode pengukuran reservoir dan roof tank 21
10 Faktor pemakaian alat plumbing 24
11 Pemakaian air setiap alat plambing 24
12 Hasil grafik penentuan laju aliran 25
13 Isometrik pipa air berisi 26
14 Isometrik pipa pembuangan dan pipa ven 29
15 Diagram penentuan kapasitas pompa 34
vii

DAFTAR LAMPIRAN

1 Unit alat plambing untuk penyediaan air bersih 35


2 Grafik laju aliran 36
3 Hasil dan contoh perhitungan dimensi pipa air bersih 37
4 Tabel Panjang ekivalen 42
5 Hasil dan contoh perhitungan kehilangan tekanan dan tinggi rooftank 43
6 Hasil perhitungan pipa buangan 48
7 Tabel diameter minimum, perangkap dan pipa buangan alat plambing 51
8 Ketentuan dalam perhitungan dimensi pipa buangan 52
9 Hasil perhitungan pipa ven 53
10 Ketentuan dalam perhitungan dimensi pipa ven 54
11 Contoh perhitungan perhitungan kebutuhan air bersih 55
12 Contoh perhitungan penentuan kapasitas ground reservoir dan rooftank 56
13 Denah toilet 57
14 Denah ground reservoir dan rooftank 58
15 Gambar 3D Bangunan gedung dan toilet 59
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dunia pembangunan memang tidak pernah berhenti, seiring dengan
perkembangan teknologi. Perencanaan pembangunan haruslah matang dengan
memperhitungkan resiko yang akan berdampak pada lingkungan. Setiap usaha dan atau
kegiatan pada dasarnya menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup yang perlu
dianalisis sejak awal perencanaannya, sehingga langkah pengendalian dampak negatif
dan pengembangan dampak positif dapat dipersiapkan sedini mungkin. Pengendalian
lingkungan untuk pembangunan gedung dapat dimulai dari perencanaan sistem
plambing. Sistem plambing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
bangunan gedung, oleh karena itu perencanaan sistem plambing haruslah dilakukan
bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan gedung itu sendiri, dalam
rangka penyediaan air bersih baik dari kualitas dan kuantitas serta kontinuitas maupun
penyaluran air bekas pakai atau air kotor dari peralatan saniter ke tempat yang
ditentukan agar tidak mencemari bagian-bagian lain dalam gedung atau lingkungan
sekitarnya. Sehingga perkembangan pembangunan dapat bersinkronisasi dengan
peningkatan kualitas lingkungan.
Air merupakan salah satu komponen sumber kehidupan bagi manusia. Kebutuhan
manusia akan air sangat kompleks, antara lain untuk minum, masak, mandi dan
mencuci. Berdasarkan hal tersebut, dari kegiatan manusia sehari-hari muncul adanya
air bersih dan air buangan. Air bersih adalah air yang memenuhi syarat secara fisik dan
dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan air buangan adalah semua
cairan yang di buang, baik yang mengandung kotoran manusia maupun sisa proses
industri. Air buangan terdiri dari air kotor, air bekas, air hujan dan air buangan khusus
(SNI, 2000).
Berbagai macam air terjadi karena adanya tindak manusia. Macam air tersebut
perlu diperhatikan dalam bidang pengaliran agar tidak timbul gangguan dan
ketidaknyamanan. Aliran air erat kaitannya dengan adanya bangunan dimana manusia
berada. Pada pembangunan gedung perlu adanya perhatian khusus dalam arus
penggunaan air agar keselamatan dan kenyamanan pengguna gedung tidak terganggu.
Selain mempertimbangkan faktor keselamatan dan kenyamanan, perhatian arus
penggunaan air juga mencegah adanya kerusakan lingkungan (PP No.36, 2005). Salah
satu upaya meningkatkan kualitas sarana dan prasarana guna memberikan kenyamanan
dan kepuasan penghuni gedung adalah dengan merancang sistem plambing. Sistem
plambing tersebut meliputi sistem penyediaan air minum, sistem penyaluran air
2

buangan dan ven, sistem pencegah kebakaran dan sistem air hujan (Soufyan, 1991).
Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan sistem plambing dimulai dengan
rencana konsep rencana, rencana dasar, rencana pendahuluan, dan gambar gambar
pelaksanaan, dengan memperhatikan koordinasi dan keserasian bagian-bagian
konstruksi serta peralatan gedung.
Perkembangan sistem plambing dalam suatu konstruksi pula yang menjadi
tantangan bagi seorang insinyur sipil untuk menemukan teknik terbaik dari segi
pemasangan, perawatan dan pemilihan alat sanita yang baik sehingga dapat menjadi
instalasi pemipaan yang kokoh. Hal inilah yang menjadi landasan penting bagi
mahasiswa untuk mengetahui teknik yang baik dan benar mengenai proses
perencanaan dan pemasangan system plumbing. Dalam hal ini kami menganalisis
sistem plumbing di Gedung 6 lantai.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari penulisan tugas plambing ini adalah sebagai salah satu pengenalan
tugas perencanaan perpipaan dalam gedung.
Sedangkan tujuan dari penulisan tugas plambing ini yaitu:
1. Membuat perpipaan sistem air bersih;
2. Membuat perpipaan sistem air buangan dan ven;

1.3 Ruang Lingkup


Dalam perencanaan gedung 6 lantai memperhatikan beberapa aspek yang
menentukan perencanaan. Aspek tersebut adalah:
a. Kebutuhan air
• Metode berdasarkan jumlah penghuni dengan data jumlah penghuni;
• Metode berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing;
• Metode berdasarkan alat plambing (UAP).
b. Sistem perpipaan air bersih;
c. Penentuan diameter pipa air bersih;
d. Penentuan jumlah dan letak Ground Reservoir dan Roof Tank;
e. Sistem perpipaan air kotor dan air bekas;
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Plambing Air Bersih

Air bersih berasal dari air baku yang telah mengalami pengolahan. Air baku itu
sendiri dapat berasal dari berbagai macam sumber daya air. Definisi dalam UU Sumber
Daya Air (UU RI No. 7 Tahun 2004) menyebutkan bahwa sumber daya air adalah
semua air yang terdapat pada, di atas maupun di bawah permukaan tanah, termasuk
dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di
darat (Kodoatie dan Sjarief 2005). Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan sistem
distribusinya atau plambing yang baik.
Alat plambing adalah semua peralatan yang dipasang di dalam maupun di luar
gedung untuk menyediakan air panas atau air dingin, serta digunakan untuk
menyalurkan air buangan (Noerbambang dan Morimura, 2000). Sedangkan menurut
Raswari (2007), sistem plambing terdiri dari tiga bagian yaitu penyediaan air atau
supply (dimana sumber air berasal), perlengkapan pipa atau fixtures (dimana air
digunakan), serta saluran penyaluran air buangan dan ven atau drain-waste-vent
(dimana panyaluran air setelah digunakan). Plambing juga merupakan seni dan
teknologi perpipaan dan peralatan untuk menyediakan air bersih ke tempat yang
dikehendaki (baik dalam hal kualitas, kuantitas, dan kontinuitas yang memenuhi
syarat) dan juga membuang air limbah dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemari
bagian penting lainnya untuk menjaga kondisi higenis dan kenyamanan yang
diinginkan (Noerbambang dan Morimura 1991). Dengan demikian istilah peralatan
plambing, meliputi peralatan untuk penyediaan air bersih / air minum, peralatan untuk
penyediaan air panas, peralatan untuk pembuangan dan vent, peralatan saniter,
peralatan pemadam kebakaran, peralatan penyediaan gas, peralatan untuk mencuci,
berbagai instalasi pipa lainnya (Noerbambang dan Morimura, 2000).
Fungsi peralatan plambing dalam sistem penyediaan air bersih adalah untuk
meyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup.
Tujuan utama dari sistem penyediaan air bersih adalah untuk menyediakan air yang
cukup berlebih, namun saat ini ada pembatasan dalam jumlah air yang bisa diperoleh
karena pertimbangan penghematan energi dalam perencanaan sistem plambing air
bersih, terdapat hal penting yang harus diperhatikan, yaitu kualitas air yang akan
didistribusikan, sistem penyediaan air yang akan digunakan, pencegahan pencemaran
air dalam sistem, laju aliran dalam pipa, kecepatan aliran dan tekanan air, serta
permasalahan yang mungkin timbul jika dilakukan penggabungan antara cadangan air
untuk air bersih dan pencegahan kebakaran. keterbatasan sumber air. Sistem jaringan
pipa merupakan komponen utama dari sistem distribusi air bersih suatu perkotaan.
4

Selain itu, peralatan plambing ditujukan juga dalam pencegahan kebakaran, penyaluran
gas, dan penyaluran air hujan dalam suatu bangunan (Rinka 2014).
Sistem penyediaan air bersih yang banyak digunakan, dapat dikelompokkan
sebagai berikut :

1. Sistem Sambungan Langsung


Pada sistem ini, pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan pipa
utama penyediaan air bersih. Sistem ini dapat diterapkan untuk perumahan dan
gedung - gedung kecil dan rendah, karena pada umumnya pada perumahan dan gedung
kecil tekanan dalam pipa utama terbatas dan dibatasinya ukuran pipa cabang dari
pipa utama. Ukuran pipa cabang biasanya diatur dan ditetapkan oleh Perusahaan Air
Minum. Berikut contoh sistem sambungan langsung disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Sistem Sambungan Langsung

2. Sistem Tangki Atap


Pada sistem ini, air ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah. (dipasang pada
lantai terendah bangunan atau dibawah muka tanah), kemudian dipompakan ke suatu
tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau di atas lantai tertinggi
bangunan. Dari tangki ini, air didistribusikan ke seluruh bangunan. Sistem ini
diterapkan karena alasan - alasan sebagai berikut :
1. Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat
plambing hampir tidak berarti. Perubahan tekanan ini hanyalah akibat
perubahan muka air dalam tangki atap.
2. Sistem pompa yang menaikkan air ke tangki atap bekerja secara otomatik
dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil sekali kemungkinan
timbulnya kesulitan.
3. Pompa biasanya dijalankan dan dimatikan oleh alat yang mendeteksi muka
dalam tangki atap.
5

4. Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan dengan misalnya tangki


tekan.
Berikut contoh dari sistem penyaluran tangka atap disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Sistem Sambungan Langsung

3. Sistem Tangki Tekan


Prinsip sistem ini adalah sebagai berikut : air yang telah ditampung dalam tangki
bawah, dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki) tertutup sehingga udara di
dalamnya terkompresi.air dari tangki tersebut dialirkan ke dalam sistem distribusi
bangunan. Pompa bekerja secara otomatik yang diatur oleh suatu detektor tekanan,
yang menutup/membuka saklar motor listrik penggerak pompa: pompa berhenti
bekerja kembali setelah tekanan mencapai suatu batas maksimum yang ditetapkan dan
bekerja kembali setelah tekanan mencapai suatu batas maksimum tekanan yang
ditetapkan juga. Daerah fluktuasi biasanya ditetapkan 1-1.5 kg/cm2. Sistem tangki
tekan biasanya dirancang sedemikian rupa agar volume udara tidak lebih dari 30%
terhadap volume tangki dan 70% volume tangki berisi air. Jika awalnya tangki tekan
berisi udara bertekanan atmosfer, kemudian diisi air, maka volume aur yang
akan mengalir hanya 10% volume tangki.
Untuk mengatasi hal ini, dimasukkan udara kempa bertekanan lebih besar
daripada tekanan atmosfer. Adapun kelebihan sistem tangki tekan adalah:
1. Dari segi estetika tidak menyolok jika dibandingkan dengan tangki atap.
2. Mudah perawatannya karena dapat dipasang dalam ruang mesin bersama
pompa-pompa lainnya.
3. Harga awal lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang harus dipasang
di atas menara.
6

Kekurangannya adalah pompa akan sering bekerja sehingga menyebabkan


keausan pada saklar lebih cepat. Berikut sistem tangki tekan disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Sistem tangki tekan

4. Sistem Tanpa Tangki


Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki
tekan maupun tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan
dan pompa menghisap air langsung dari pipa utama (missal : pipa utama PDAM). Ada
dua macam dalam pelaksanaan sistem ini, dikaitkan dengan kecepatan putaran pompa
konstan dan variabel. Namun sistem ini dilarang di Indonesia, baik oleh perusahaan air
minum maupun pada pipa-pipa utama dalam pemukiman khusus (tidak untuk umum).

Pipa Buangan, Pipa Bersih dan Pipa Ven

Pipa pembuangan alat plambing merupakan pipa yang menghubungkan


perangkap alat plambing dengan pipa pembuangan lainnya (Noerbambang dan
Morimura, 2005). Pipa ini biasanya dipasang tegak dimana ukurannya harus sama atau
lebih besar dengan ukuran lubang keluar perangkap alat plambing. Macam - macam
pipa dalam sistem pembuangan yaitu sebagai berikut:
a) Pipa cabang mendatar merupakan semua pipa pembuangan mendatar yang
menghubungkan antara pipa pembuangan alat plambing dengan pipa tegak air
buangan.
b) Pipa tegak air buangan adalah pipa tegak yang mengalirkan air buangan dari pipa
cabang-cabang mendatar.
7

c) Pipa tegak air kotor yaitu pipa tegak yang mengalirkan air kotor dari pipa cabang-
cabang mendatar.
d) Pipa atau saluran pembuangan gedung yaitu pipa pembuangan dalam gedung
yang mengumpulkan air kotor, air bekas, dan air hujan dari pipa-pipa tegak air
buangan.
e) Riol gedung yaitu pipa di halaman gedung yang menghubungkan antara
pembuangan gedung dengan instalasi pengolahan atau dengan riol umum.
Pipa pembuangan harus mempunyai ukuran dan kemiringan yang cukup, sesuai
dengan banyaknya dan jenis air buangan yang harus dialirkan agar mampu mengalirkan
dengan cepat air buangan yang biasanya mengandung bagian-bagian padat.
Kemiringan pipa dapat dibuat sama atau lebih dari satu per diameter pipanya (dalam
mm).

Tabel 1 Kemiringan Pipa Pembuangan Horisontal


Kemiringan
Diameter Pipa (mm)
Minimum
75 atau kurang 1 / 50
100 atau kurang 1 / 100
Sumber : (Noerbambang dan Morimura, 2005)

Pipa ven adalah pipa instalasi yang berfungsi untuk mengeluarkan udara yang
terjebak di dalam instalasi pipa air buangan. Menurut Noerbambang dan Morimura
(2005) disebutkan tujuan pemasangan pipa ven yaitu :
1. Menjaga sekat perangkap dari efek tekanan atau efek siphon.
2. Untuk menjaga kelancaran air di dalam pipa pembuangan.
3. Dapat mensirkulasikan udara di dalam semua jaringan pipa pembuangan
Jenis-jenis sistem pipa ven (Noerbambang dan Morimura, 2005) diantaranya :
1. Ven tunggal, pipa ini dipasang untuk melayani satu alat plambing dan
disambungkan pada sistem ven yang lainnya atau langsung ke udara
luar/terbuka.
2. Ven lup, pipa ven ini melayani dua atau lebih alat plambing (maksimum 8)
dan disambungkan ke ven pipa tegak.
3. Ven pipa tegak, merupakan perpanjangan dari pipa tegak buangan, diatas
cabang mendatar pipa air buangan yang paling tinggi.
4. Ven bersama, pipa ven ini dimana pipa ven dipasang untuk melayani dua alat
plambing yang dipasang bertolak belakang.
5. Ven basah, dimana pipa ven ini berfungsi menerima air buangan dari alat
plambing selain kloset.
8

6. Ven pelepas, dimana pipa ven ini berfungsi untuk melepas tekanan udara
dalam pipa pembuangan
7. Ven balik, pipa bagian ven tunggal yang membelok kebawah setelah bagian
tegak keatas sampai lebih tinggi dari muka air banjir alat plambing.
8. Ven yoke, yaitu pipa ven yang menghubungkan pipa tegak air buangan pada
pipa tegak ven

Pengaliran air dari sumber air baku menuju tangki atas (roof tank) maupun dari
tangki atas (roof tank) menuju keseluruh rumah direncanakan menggunakan pipa PVC.
Penentuan dimensi pipa air bersih dihitung berdasarkan kebutuhan air bersih dan letak
alat plambing yang terjauh dari tangki atas (roof tank). Dalam menentukan diameter
pipa yang akan digunakan terlebih dahulu pembuatan jalur pipa air bersih harus
diselesaikan agar mengetahui berapa alat plambing yang harus dilayani dan apa saja
alat plambing yang digunakan. Setelah pembuatan jalur pipa air bersih selesai untuk
mempermudah dalam menentukan diameter pipa maka pemberian tanda untuk setiap
alat plambing yang digunakan dan pada setiap cabang pipa diberian tanda, Penentuan
jalur pipa akan dilakukan berdasarkan denah yang didapatkan dari data lapangan dan
pada shaft pipa yang telah tersedia. Jalur yang di rencanakan adalah dengan sistem
terpisah, dimana jalur pipa air bersih kelas satu terpisah dengan jalur pipa air bersih
kelas dua. Perhitungan diameter pipa dilakukan dengan menghitung akumulasi beban
alat plambing yang akan dilayani berdasarkan SNI 03-7065-2005. Setelah
mengakumulasikan beban alat plambing, akan di dapatkan diameter pipa. Dasar-dasar
dalam penentuan pipa dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain, laju aliran dengan unit
beban alat plambing, pipa baja karbon, kecepatan aliran dalam pipa 2 m/detik atau
kurang (Noerbambang dan Morimura, 1991).
Berdasarkan jumlah penghuni tidak diketahui dapat diperkirakan berdasarkan
luas lantai efektif serta menetapkan kepadatan hunian misalnya 5-10 m3/orang dengan
memilih standar pemakaian air per orang sehari berdasarkan jenis penggunaan gedung,
jumlah pemakaian air per hari seluruh gedung dapat dihitung. Berdasarkan jenis dan
jumlah alat plambing sebagai contoh dapat ditinjau sebuah gedung apartemen untuk 50
keluarga dimana untuk 30 keluarga disediakan satu kamar tidur untuk 20 keluarga
disediakan dua kamar tidur. Perlengkapan untuk setiap keluarga disediakan satu kloset
duduk dengan penggelontor satu bak mandi, satu bak cuci tangan, dan satu bak cuci
dapur. Untuk penggunaan bersama seluruh penghuni gedung disediakan delapan bak
cuci pakaian (Noerbambang dan Morimura, 1991).
9

Kehilangan Tekanan dan Roof Tank

Plambing adalah seni dan teknologi perpipaan dan peralatan untuk menyediakan
air bersih ke tempat yang dikehendaki (baik dalam hal kualitas, kuantitas, dan
kontinuitas yang memenuhi syarat) dan juga membuang air limbah dari tempat-tempat
tertentu tanpa mencemari bagian penting lainnya untuk menjaga kondisi higienis dan
kenyamanan yang diinginkan. Plambing merupakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan pelaksanaan pemasangan pipa dengan peralatannya di dalam gedung atau
gedung yang berdekatan yang bersangkutan dengan air hujan, air buangan, air minum
termasuk reservoir yang dihubungkan dengan sistem kota atau sistem lain yang
dibenarkan. Tangki reservoir merupakan tempat menyimpan (menimbun) air, minyak
dan sebagainya sebelum disalurkan pada suatu tempat. Penentuan dimensi tangki
reservoir dihitung berdasarkan kebutuhan air maksimum (Herbianto 2017).
Tekanan yang tersedia dalam instalasi mempunyai peranan yang sangat penting
untuk mendistribusikan air ke ruman-rumah maupun ke alat saniter. Oleh karena itu
pada pipa distribusi harus memiliki tekanaan yang cukup dan stabil agar distribusi air
dapat merata ke seluruh daerah dengan kecepatan dan tekanan yang cukup bila setiap
saat digunakan. Apabila penyediaan air dilaksanakan oleh PAM (Perusahaan Air
Minum) maka tekanan yang tersedia pada pipa induk harus stabil agar distribusi air
dapat menjangkau ke seluruh daerah konsumen, dengan kecepatan dan tekanan yang
memadai meskipun daerah tersebut cukup tinggi. Tetapi apabila penyediaan air minum
disediakan sendiri oleh pemilik maka tinggi reservoir yang disediakan harus dapat
memberikan tekanan yang memadai sehingga pada alat-alat saniter yang paling kritis
sekalipun dapat terpenuhi kebutuhan airnya. Kerugian gesek yang diizinkan telah
dilakukan terhadap alat plambing mulai dari tingkat tertinggi, karena disini akan
diperoleh tekanan sisa yang paling rendah (Noerbambang dan Morimura, 1991).
Jaringan instalasi diusahakan sependek mungkin dan penggunaan fitting-fitting
nya di usahakan seminimal mungkin. Penggunaan jaringan yang terlalu panjang di
samping biaya yang tinggi juga berakibat pada kehilangan tekanan karena panjangnya
pipa maupun kontraksi karena banyaknya fitting. Penggunaan alat-alat instalasi seperti
stop kran, gate valve, float valve, bib tap, pilar tap dan sebagainya semakin besar hal
ini mempengaruhi pengaliran air dalam jaringan instalasi maupun dalam alat-alat
saniter.
Ekuivalen panjang pipa, untuk memudahkan perhitungan besarnya kehilangan
tekanan yang disebabkan karena penggunaan fitting biasanya diperhitungkan dengan
cara menambahkan harga panjang pipa yang diperhitungkan dengan harga ekuivalen
dari fitting fitting yang digunakan. Disamping kehilangan tekanan yang disebabkan
karena menggunakan fitting, kehilangan tekanan juga bertambah karena menggunakan
alat-alat saniter (Kurniawan dan Sudiyono 2014). Head adalah ukuran energi yang
10

diberikan ke air pada kapasitas dan kecepatan operasi tertentu, sehingga air dapat
mengalir dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi.
Apabila tekanan air yang kurang mencukupi maka dapat menimbulkan kesulitan
dalam pemakaian air. Namun tekanan yang berlebihan juga dapat menimbulkan rasa
sakit akibat terkena pancaran air serta akan mempercepat kerusakan peralatan
plambing dan juga menambah kemungkinan untuk timbulnya pukulan air. Besarnya
tekanan air yang baik berkisar dalam suatu daerah yang agak lebar dan bergantung pada
persyaratan pemakai atau alat yang harus dilayani. Disamping itu, beberapa macam
peralatan plambing tidak dapat berfungsi dengan baik apabila tekanan airnya kurang
dari suatu batas minimum (Noerbambang dan Morimura, 2005). Tekanan minimum
yang dibutuhkan oleh alat plambing dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Tekanan Minimum Yang Diperlukan Alat Plambing


Tekanan yang
Nama Alat dibutuhkan
Katup gelontor kloset 0.7
Katup gelontor peturasan 0.4
Keran yang menutup
0.7
sendiri
Pancuran mandi dengan
0.7
pancaran halus/tajam
Pancuram mandi biasa 0.35
Keran biasa 0.3
Sumber : SNI 03-7065-2005

Ground reservoir berfungsi sebagai penampungan sementara volume air yang


didistribusikan oleh PDAM dengan debit tertentu secara berkesinambungan. Ground
reservoir diletakkan di bawah permukaan tanah dengan bertujuan agar tangki
penampungan tidak menggunakan ruang diatas permukaan tanah. Ruang kosong di atas
permukaan tanah dapat dimanfaatkan untuk keperluan yang lain. Ground reservoir
juga berfungsi sebagai penampung/penyimpan air hasil olahan maupun langsung dari
sumber mata air dan untuk mengatasi masalah naik turunnya kebutuhan air serta bagian
dari pengelolaan distribusi air di masyarakat.
Tandon air / Tangki air merupakan salah satu komponen bangunan yang sangat
penting untuk menjamin ketersediaan air suatu rumah tinggal atau bangunan gedung.
Dari segi lokasi penempatannya tendon / tangki air terbagi menjadi dua macam, yaitu
yang ditanam dalam tanah (Ground Tank) dan yang diletakkan di area atap bangunan
(Roof Tank).
11

Roof tank atau tangki atap merupakan reservoir yang dipergunakan untuk
melayani fluktuasi kebutuhan air bersih pada saat-saat tertentu (Noerbambang dan
Morimura 1984). Roof tank biasanya diletakkan di atas pelat beton atau menara dari
besi siku yang dilas. Ketinggian antara plafond dengan dasar Tangki air sebaiknya
sekitar 2 meter untuk mendapatkan tekanan air pada kran antara 5 sampai 20 psi. Untuk
rumah tinggal sering dijumpai menggunakan ground tank dan roof tank sekaligus. Jadi
air dari ground tank akan ditarik ke roof tank menggunakan pompa sedangkan air dari
roof tank akan mengalir ke kran-kran air secara gravitasi (Ramachandran 2016).
12

BAB III
METODOLOGI

Penelitian perencanaan sistem plambing dilaksanakan pada tiga tahapan yaitu


perhitungan kebutuhan air bersih, perhitungan dimesi pipa, dan perhitungan headloss
friction. Penelitian dilaksanaan pada hari Jumat, 30 Agustsus 2019, 20 September 2019
dan 27 September 2019 pada pukul pada pukul 08.00 hingga 10.30 WIB di
Laboratorium Struktur dan Infrastruktur, Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut
Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan dengan menggunakan laptop dan software
Microsoft Excel dan software AutoCAD. Penelitian diawali dengan desain denah
penyediaan air bersih, denah ruang saniter dan gambar isometrik bangunan 6 lantai
menggunakan software AutoCAD. Langkah penelitian perencanaan plambing gedung
disajikan dalam diagram alir pada Gambar 4.

Mulai

Pembuatan desain denah gedung, denah toilet dan isometrik

Perhitungan kebutuhan air pada gedung

Perhitungan dimensi pipa air bersih

Perhitungan kehilangan tekan dan tinggi menara

Selesai

Gambar 4 Langkah penelitian perancangan plambing air bersih

Perancangan diawali dengan perhitungan kebutuhan air bersih dengan tiga


metode yaitu metode jumlah penghuni atau luas lantai, metode jenis dan jumlah alat
plambing, dan metode unit beban alat plambing atau fixture unit.

Metode Penghuni atau Luas Lantai

Kriteria bangunan meliputi luas tiap lantai gedung dan luas total gedung 12 lantai.
Luas efektif perkantoran berkisar 60%-70% ditentukan 70% dan kepadatan gedung
berkisar 5-12 m2 ditentukan 7 m2 sehingga diperoleh luas lantai efektif, jumlah
13

penghuni gedung, dan jumlah penghuni tiap lantai pemakaian air gedung perkantoran
yang dapat dihitung dengan persamaan (1), persamaan (2) dan persamaan (3).

𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 (𝑚2 ) = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑘𝑎𝑛𝑡𝑜𝑟(%) × 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑚2 )(1)
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑢𝑛𝑖 𝑔𝑒𝑑𝑢𝑛𝑔 (𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔) = ............................. (2)
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 ℎ𝑢𝑛𝑖𝑎𝑛
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑢𝑛𝑖 𝑔𝑒𝑢𝑑𝑛𝑔 (𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔)
𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑢𝑛𝑖 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 (𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔) = ................ (3)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖

Pemakaian air gedung perkantoran diasumsikan 100 L/orang/hari berdasarkan


tabel pemakaian air rata-rata per orang/hari pada Lampiran 1 sehingga dapat dihitung
pemakaian air rata-rata dengan persamaan (4). Perkiraan penambahan kebutuhan lain-
lain ditentukan sebesar 20% sehingga dapat dihitung debit pemakaian harian (Qd)
dengan persamaan (5). Kantor diasumsikan beroperasi selama 8 jam/hari sehingga
dapat dihitung pemakaian air rata-rata tiap jam (Qh).

𝑃𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 (𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖) = 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑢𝑛𝑖 (𝑜𝑟𝑔) × 100 (L/org/hari) ... (4)
𝑄𝑑 = 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 + (20% × 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎) ... (5)
𝑄𝑑
𝑄ℎ = 𝑇
..................................................................................................................... (6)

Keterangan:
𝑄𝑑 = pemakaian air rata-rata harian (m3/hari)
𝑄ℎ = pemakaian air rata-rata tiap jam (m3/hari)
𝑇 = jam operasional kantor (jam/hari)

Pemakaian air pada jam puncak dengan C1 berkisar antara 1.5-2.0 ditentukan
sebesar 2.0 sehingga dapat dihitung air pada jam puncak (Q h-max) dengan persamaan
(7). Pemakaian air pada menit puncak dengan C 2 berkisar antara 3.0-4.0 ditentukan
4.0 sehingga dapat dihitung air padamenit puncak (Qm-max) dengan persamaan (8).
𝑄ℎ−𝑚𝑎𝑥 = 𝑄ℎ × 𝐶1 .......................................................................................... (7)
𝑄ℎ
𝑄𝑚−𝑚𝑎𝑥 = × 𝐶2 ........................................................................................... (8)
60

Keterangan:
𝑄ℎ−𝑚𝑎𝑥 = pemakaian air pada jam puncak (m3/jam)
𝑄𝑚−𝑚𝑎𝑥 = pemakaian air pada menit puncak (m3/jam)
𝑄𝑑 = pemakaian air rata-rata harian (m3/hari)
𝑄ℎ = pemakaian air rata-rata tiap jam (m3/hari)
𝐶1 = konstanta pemakaian air pada jam puncak
𝐶2 = konstata pemakaian air pada menit puncak
14

Metode Jenis dan Jumlah Alat Plambing

Alat plambing yang digunakan ditentukan antara lain water closet (WC), lavatory
(LV), urinoir (UR), faucet (FC). Jumlah alat plambing pada ruang saniter pria dan
wanita ditentukan dan ditotalkan satu gedung. Total kebutuhan air dapat dihitung
dengan persaman (9). Penggunaan per jam ditentukan sehingga diperoleh debit per jam
pada persamaan (10). Nilai faktor pemakaian air pada alat plambing ditentukan dari
tabel pada Lampiran 2 kemudian dihitung debit final air per jam pada persamaan (11).
Nilai Qh diperoleh dari total debit final air per jam (m 3/jam). Nilai Qd, Q(h-max), dan
Q(m-max) dapat dihitung berturut-turut dengan persamaan (12) dan persamaan
sebelumnya yaitu (7) dan (8).

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 (𝐿) = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑙𝑎𝑡 × 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 1 𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 (𝐿) . (9)
𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 (𝐿/𝑗𝑎𝑚) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 (𝐿) × 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛 (/𝑗𝑎𝑚) ........... (10)
𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑓𝑖𝑛𝑎𝑙 (𝐿/𝑗𝑎𝑚) = 𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡 (𝐿/𝑗𝑎𝑚) × 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 ............... (11)
𝑄𝑑 = 𝑄ℎ × 𝑇 ................................................................................................. (12)
Keterangan:
𝑄𝑑 = pemakaian air rata-rata harian (m3/hari)
𝑄ℎ = pemakaian air rata-rata tiap jam (m3/hari)
𝑇 = jam operasional kantor (jam/hari)

Metode Unit Beban Alat Plambing

Penentuan uni beban alat plambing dilakukan dengan tabel unit beban alat
plambing untuk penyediaan air dingin pada Lampiran 3 pada masing-masing alat
plambing yang digunakan pada ruang saniter gedung. Jumlah alat plambing pada ruang
saniter baik pria maupun wanita dijumlahkan sehingga diperoleh total unit dari masing-
masing alat. Total unit beban alat plambing (UAP) dapat dihitung seperti pada
persamaan (13). Total UAP 1 gedung dihitung dari jumlah lantai gedung kemudian
diplot ke grafik hubungan unit beban plambing dengan laju aliran pada Lampiran 3
sehingga diperoleh nilai Q(m-max). Pemakaian air seluruh dedung per jam (Qh) dapat
dihitung dengan persamaan (14) sedangkan pemakaian air pada jam puncak ((Qh-max))
dan Qd berturut-turut dapat dihitung dengan persamaan (7) dan (12).
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝐴𝑃 = 𝑈𝐴𝑃 × 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑝𝑙𝑎𝑚𝑏𝑖𝑛𝑔 ...................................... (13)
60 ×𝑄𝑚−𝑚𝑎𝑥
𝑄ℎ = ........................................................................................... (14)
𝐶2

Keterangan:
𝑄𝑚−𝑚𝑎𝑥 = pemakaian air pada menit puncak (m3/jam)
𝑄ℎ = pemakaian air rata-rata tiap jam (m3/hari)
𝐶1 = konstanta pemakaian air pada jam puncak
15

Hasil perhitungan nilai kebutuhan air dengan tiga metode yang digunakan
kemudian dibuat ke dalam matriks. Nilai Qd, Qh, Q (m-max) dan Q(m-max) dibandingkan
pada setiap metode. Metode yang lebih mendekati kebenaran dipilih sebagai metode
penentuan nilai kebutuhan pemakaian air. Selanjutnya, perhitungan dimensi pipa
dilakukan pada penelitian. Langkah perhitungan kebutuhan air bersih disajikan pada
Gambar 5.
Mulai

Perhitungan metode Perhitungan metode jenis Perhitungan metode jenis


penghuni atau luas lantai dan jumlah alat plambing dan jumlah alat plambing

1. Luas total 12 lantai (m2)


2. Luas lantai efektif (m2) 1. Jenis alat plambing
2. Total alat 1 gedung 1. Jenis alat plambing
3. Kepadatan kantor
3. Kebutuhan air 1 x pakai 2. Jumlah alat plambing
4. Pemakaian air kantor
4. Total kebutuhan air (L) 3. Unit alat plambing
5. Jumlah penghuni gedung
6. C1 dan C2 5. Debit perjam (L/jam) 4. Total unit alat
7.Pemakaian air rata-rata 6. Faktor pemakaian (%) plambing
(m3/hari) 7. Debit final air (L/jam)

Perhitungan dan penentuan:


1. Pemakaian air harian (Qd) (m3/hari)
2. Pemakaian air per jam (Qh) (m3/jam)
3. Qh-max (m3/hari)
4. Qm-max (m3/menit)

Selesai

Gambar 5 Langkah perhitungan kebutuhan air bersih


16

Dimensi Perpipaan Air Bersih Gedung

Isometrik perpipaan air bersih yang telah dibuat digunakan sebagai acuan
dalam perhitungan dimensi pipa. Perhitungan kerugian gesek yang diizinkan dilakukan
dengen penentuan sistem pipa terlebih dahulu. Perhitungan head (H) dari roof tank ke
alat plambing tertinggi dapat dihitung dengan tinggi lantai atas dengan dasar roof tank
dikurangi dengan tinggi water closet sebagai alat plambing tertinggi. Head static
standar tertinggi pada sistem ditentukan pada water closet menggunakan katup
gelomtor sebesar 7 m. Panjang dari pipa utama ke percabangan serta panjang cabang
ke alat plambing terakhir dihitung. Nilai koefisien sistem pipa (K) ditentukan sehingga
dapat dihitung kerugian gesek yang diizinkan (R) dengan persamaan (15).
(𝐻−𝐻1 )
𝑅 = 1000 ∗ 𝐾 (𝐿+𝑙) .................................................................................... (15)

Keterangan:
R = Kerugian gesek yang diizinkan (mm/m)
H = Head statik pada alat plambing (m)
H1 = Head standar pada alat plambing (m)
K = Koefisien sistem pipa (2-3)
L = Panjang pipa lurus, pipa utama (m)
L = Panjang pipa lurus, pipa cabang (m)

Beban unit alat plambing dihitung pada tiap daerah alat plambing sesuai dengan
tabel unit alat plambing pada Lampiran 3. Laju aliran ditentukan berdasarkan grafik
unit beban pada Lampiran 3 sesuai dengan unit alat plambing pada tiap daerah. Ukuran
pipa (mm), ratio kerugian gesek (mm/m) yang diinginkan dan ratio (m/detik)
ditentukan berdasarkan nomogram Hazen-Williams untuk pipa baja karbon pada
Lampiran 4. Nilai panjang daerah (l) diperoleh dari gambar isometrik pipa air bersih,
selain itu panjang ekivalen (l’) diperoleh dari gambar isometrik pipa dan tabel panjang
ekivalen untuk katup dan perlengkapan lainnya pada Lampiran 5. Selanjutnya dihitung
panjang (l) dijumlah dengan panjang ekivalen (l’) serta dihitung kerugian gesek dikali
dengan panjang dan panjang ekivalen. Ukuran pipa diperhatikan jika terdapat ukuran
pipa terkecil maka dilakukan perhitungan ukuran pipa baru dengan langkah yang sama.
Langkah perhitungan dimensi pipa dapat dilihat pada Gambar 6.
17

Mulai

Penentuan:
1. Beban unit alat plambing
2. Head dan Head static
3. Kerugian gesek (R)
4. Laju airan (l/menit), Rasio (mm/m dan m/detik)
dan ukuran pipa dari nomogram
5. Panjang (l) dan panjang ekivalen (l’)

Penentuan ukuran pipa terkecil (mm)

Diameter pipa (mm)

Selesai

Gambar 6 Perhitungan dimensi pipa air bersih

Kehilangan Tekanan dan Tinggi Roof Tank

Perhitungan kehilangan tekanan (Hf) dilakukan dengan data rasio (m/detik),


diameter pipa (mm), dan panjang pipa sehingga diperoleh nilai luas dengan persamaan
(16) dan debit dengan persamaan (17). Nilai kehilangan tekanan (Hf) dapat dihitung
dengan persamaan (18). Hf terbesar dipilih dari perhitungan,Hf sisa tekan dan tinggi
(h) alat plambing ditentukan. Hf total dapat dihitung dengan persamaan (19). Nilai
tinggi gedung lantai teratas dan tinggi menara roof tank ditentukan sehingga dapat
dihitung kehilangan statis yang tersedia dengan persamaan (20). Nilai head statis yang
tersedia harus lebih besar dari Hf total agar air dapat mengalir. Langkah perhitunga
kehilangan tekan dan tinggi roof tank disajikan pada Gambar 4.
1
𝐴 = 4 𝜋𝐷 2 ...................................................................................................... (16)

𝑄 = 𝑉 × 𝐴 ..................................................................................................... (17)
𝑄 1.85
𝐻𝑓 = [0.00155 ×𝑐×𝐷2.63] × 𝐿 ..................................................................... (18)

𝐻𝑓 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∑ 𝐻𝑓 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 + 𝐻𝑓 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 + ℎ 𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑝𝑙𝑎𝑚𝑏𝑖𝑛𝑔 ...... (19)


𝐻𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 = ℎ𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑠 + ℎ𝑚𝑒𝑛𝑎𝑟𝑎 ........................... (20)
Keterangan:
A = luas penampang pipa (m2)
18

D = debit aliran pipa (m3/detik)


𝐻𝑓 = Kehilangan tekanan (m)
Q = Debit aliran (L/detik)
D = Diameter pipa (cm)
C = Kofisien Hazen Williams (c=100 untuk pipa baja karbon)
L = Panjang pipa (m)
Mulai

Nilai:
1. Rasio (m/detik)
2. Diameter (mm)
3. Panjang (m)

Penentuan:
1. Hmenara roof tank
2. H alat plambing,
3. Hf sisatekan
4. H gedung lantai teratas

Perhitungan:
1. Luas penampang pipa (m2)
2. Debit aliran (L/detik)
3. Kehilangan tekan (Hf) (m)
4. Hf total (m)
5. Head statis yang tersedia (m)

T
idak Hftotal < Hstatis
yang tersedia

Y
a
Selesai

Gambar 7 Langkah perhitungan Hf dan tinggi roof tank


19

Penentuan Dimensi Pipa Buangan dan Pipa Ven

Langkah berikutnya untuk membuat tabel perhitungan dimensi pipa air buangan
dan pipa ven. Kolom sistem, daerah, alat plambing, UAP, dan akumulasi UAP sama
dengan praktikum sebelumnya tentang perhitungan dimensi pipa air bersih. Namun
unit keran diganti menjadi floor drain. Selanjutnya yaitu penentuan diameter dengan
memplotkan unit alat plambing, kemudian untuk diameter pipa terpasang dipilih
mengikuti pipa minimum namun dengan ukuran semakin mendekati pipa induk maka
diameter semakin besar. Lalu dilakukan perhitungan konversi dari mm menjadi satuan
inchi. Sedangkan untuk diameter pipa tegak. Kemudian penentuan slope pipa dengan
memplotkan diameter pipa dengan tabel.
Selanjutnya yaitu dilakukan perhitungan dimensi untuk pipa ven. Hal yang dilauka
pertama kali yaitu dihitungnya panjang pipa ven untuk setiap daerah.

Mulai

Data UAP dan akumulasi beban UAP, Gambar isometric


pipa air buangan dan pipa ven

Penentuan dimensi pipa air buangan (diameter Penentuan dimensi pipa ven (diameter minimum dan
minimum, diameter terpasang, dan slope) diameter terpasang)

Selesai

Gambar 8. Langkah perencanaan pipa air buangan dan pipa ven

Penentuan Dimensi Ground Reservoir dan Roof Tank

. Praktikum dilakukan untuk mengetahui kapasitas reservoir dan roof tank,


penetuan pipa air bersih dari ground reservoir ke roof tank, serta daya dan efisiensi
pompa. Surplus dan defisit didapat dari hasil kumulatif. Freeboard untuk tangki
reservoir sebesar 0,3 m dan untuk tangki roof tank sebesar 0,2 m. Penentuan kapasitas
reservoir dan roof tank dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑢𝑝𝑙𝑎𝑖
Presentase suplai air bersih per jam = ...........................................(21)
24 𝑗𝑎𝑚
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑢𝑝𝑙𝑎𝑖
Pemompaan setiap jam = ...............................................................(22)
8 𝑗𝑎𝑚

Selisih suplai = Presentase suplai air bersih per jam- Pemompaan setiap jam...(23)
20

Kumulatif = Kumulatif sebelumnya - Selisih suplai ..............................................(24)


Vgr = (surplus max – defisit max) x Qd .................................................................(25)
𝑉𝑔𝑟
Lebar = 𝑃 𝑥 𝑇 ...........................................................................................................(26)
Tinggi yang digunakan = tinggi efektif x freeboard ..............................................(27)

Keterangan :
Vgr = Volume (m3/detik)
Qd = Debit air (m3/detik)
P = Panjang (m)
T = Tinggi efektif (m)
Penentuan pipa air bersih dari ground reservoir ke roof tank dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut. Koefesisen belokan 90o adalah 0,5, Gate valve
adalah 0,13, Check valve adalah 0,2, Basket strainer adalah 0,95. Setelah diketahui
dimensi yang dibutuhkan, plotkan ke grafik (groundfos)
4𝑥𝑄
D=√ ..........................................................................................................(28)
𝑥𝑉
𝑄
V= ...................................................................................................................(29)
𝐴
Head pompa = Hstatis + Hsistem ............................................................................(30)
Hstatis = tinggi gedung+panjang pipa dari reservoar+freeboar reservoir +
freeboard roof tank ......................................................................……(31)
𝑣2
Hsistem= Mayor losses+Minor losses+Sisa tekan+ .....................................(32)
2𝑔
Mayor losses = Hr suction + Hr discharge .......................................................(33)
Q 1,85
Hr suction = 2,63 x L ...........................................................(34)
0,00155 𝑥 𝐶 𝑥 𝐷
Q 1,85
Hr discharge = 2,63 x L .......................................................(35)
0,00155 𝑥 𝐶 𝑥 𝐷
K x 𝑣2
Minor losses = .............................................................................................(36)
2𝑔

Keterangan :
D = Diameter pipa (m)
Q = Debit air (m3/detik)
V = Kecepatan aliran (m/detik)
A = Luas penampang (m)
L = Panjang salurang (m)
K = Koefesisen belokan 90o, Gate valve, Check valve, Basket strainer
21

G = Garvitasi (m2/detik)
C = Koefisien Hazen Williams (c=100 untuk pipa baja karbon)
Penentuan daya dan efisiensi pompa dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut.
𝛾𝑥𝑄𝑥𝐻
Whp = .....................................................................................................(37)
75
𝑊ℎ𝑝
Bhp = ............................................................................................................(38)
𝜂

Keterangan :
Whp = Water House power atau daya air
𝛾 = berat jenis zat cair (kg/m3)
H = Total head pompa (m)
Q = Debit air (m3/detik)
L = Panjang salurang (m)
Bhp = Broke horse power atau daya poros
𝜂 = Efisiensi pompa (90%)
Berikut ditampilkan prosedur penelitian yang dapat dilihat pada gambar 1.

Mulai

Mengumpulkan data-data yang diperlukan

Hitung kapasitas reservoir dan roof tank

Hitung dimensi pipa air bersih dari ground reservoir ke roof tank

Plotkan ke dalam grafik ke grafik (groundfos) penentuan spesifikasi pompa

Hitung daya dan efisiensi pompa

Desain reservoir dan roof tank menggunakan AutoCAD

Selesai

Gambar 9 Bagan alir metode pengukuran reservoir dan roof tank


22

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan Kebutuhan Air Bersih


Kebutuhan air bersih dapat dihitung dengan menggunakan tiga metode, yaitu
metode jumlah penghuni atau luas lantai, metode jenis dan jumlah alat plambing, dan
metode unit beban alat plambing atau fixture unit. Pada penelitian ini, ketiga metode
perhitungan tersebut dihitung dan dipilih nilai yang sesuai. Hasil perhitungan dengan
metode penghuni atau luas lantai disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil perhitungan metode penghuni atau luas lantai


Kriteria Nilai Satuan
Jumlah lantai 6
Luas total 5400 m2
Luas total gedung 6 lantai 32400 m2
Luas efektif perkantoran 70%
Kepadatan gedung perkantoran 5 m2 /orang
Luas lantai efektif 22680 m2
Jumlah penghuni gedung 4536 orang
Tiap lantai dihuni 756 orang
Pemakaian air gedung perkantoran 100 L/orang/hari
Pemakaian air rata-rata 453600 L/hari
453.6 m3/hari
Kebutuhan lain-lain 20%
Qd 544.32 m3/hari
Jam operasional kantor (t) 8 jam/hari
Qh 68.04 m3/jam
C1 2
Qh-max 136.08 m3/jam
C2 3
Qm-max 3.402 m3/menit

Luas gedung yang direncanakan adalah 32400 m2 dengan jumlah lantai sebanyak
6 lantai. Jumlah penghuni dalam gedung ini mencakup sebanyak 4536 orang dengan
tiap lantai dapat dihuni sebanyak 756 orang. Pemakaian air rata-rata di gedung
perkantoran sebesar 100 liter/hari (Morimura dan Noerbambang 1993). Nilai Qd (debit
pemakaian air bersih dalam sehari) pada metode ini adalah 544.32 m 3/hari, nilai Qh
(debit pemaikaian air dalam jam) adalah 68.04 m 3/jam, nilai Qh-max (debit saat jam
puncak) adalah 136.08 m3/jam serta Qm-maks (debit puncak pemakaian air dalam
23

menit) adalah 3.402 m3/menit. Keempat nilai debit ini akan dibandingkan dengan dua
metode lainnya untuk menentukan perhitungan kebutuhan air yang akan digunakan.
Hasil perhitungan dengan metode jenis dan jumlah alat plambing disajikan pada
Tabel 4. Jenis ruang saniter yang digunakan pada gedung ini adalah ruang saniter tipe
X. saniter tipe X dipilih karena pola aliran berputar seperti loop. setiap lantai terdapat
1 ruang saniter, sehingga gedung perkantoran berlantai 6 ini memiliki 6 ruang saniter
yang berisi alat – alat plambing. Jenis peralatan plambing yang digunakan pada setiap
ruang saniter adalah Water Closet (WC) dengan tangka gelontor, lavatory (LV) dengan
jenis keran, Urinoir (UR) dengan jenis katup gelontor, dan Faucet (FC) dengan jenis
keran.

Tabel 4 Hasil perhitungan metode jenis dan jumlah alat plambing


Kebutuhan Total Debit
Air 1 x Kebutuhan Debit Faktor Final
Alat Total 1 Penggunaan
Pria Wanita pakai Air per jam Pemakaian Air per
Plambing Gedung per jam
(L/jam) (%) Jam
(L) (L)
(L/jam)
WC 4 5 54 15 810 6 4860 37.4 1817.64
LV 4 4 48 10 480 12 5760 38.2 2200.32
UR 5 0 30 5 150 12 1800 39.5 711.00
FC 4 5 54 25 1350 6 8100 37.4 3029.40
Total 7758.36

Jumlah alat plambing pada saniter tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Kebutuhan
air dalam satu kali pakai didapatkan dari Gambar 10, seperti alat plambing kloset
dengan tipe katup gelontor membutuhkan pemakaian air untuk penggunaan satu kali
sebanyak 13.5 – 16.5 liter. Kebutuhan air satu kali pakai dalam alat plambing yang
digunakan adalah 15 liter, maka total kebutuhan airnya adalah 810 L untuk satu gedung
dengan penggunaan 6 jam. Debit yang dibutuhkan untuk kloset ini adalah 4860
liter/jam. Pemakaian alat plambing memiliki nilai faktor. Nilai faktor tersebut
dipengaruhi oleh jumlah alat plambing dan jenis alat plambing. Faktor pemakaian alat
plambing dapat disajikan pada Gambar 9. Bila jumlah alat plambing tidak ada dalam
kriteria tersebut dapat dilakukan interpolasi. Nilai total debit air per jam semua alat
plambing tersebut adalah 7758.36 liter/jam atau 7.76 m 3/jam. Berikut adalah hasil
kebutuhan Qh, Qd, Qh-maks, dan Qm-maks dengan metode jenis dan jumlah alat
plambing.

Tabel 5. Nilai debit pada metode jenis dan jumlah alat plambing
Kriteria Nilai Satuan
Qh 7.76 m3/jam
Qd 62.07 m3/hari
C1 2.00
C2 3.00
Qh-max 15.52 m3/jam
Qm-max 0.39 m3/menit
24

Gambar 10 Faktor pemakaian alat plumbing


Sumber: Morimura dan Noerbambang 1993

Gambar 11 pemakaian air setiap alat plambing


Sumber: Morimura dan Noerbambang 1993

Hasil perhitungan dengan metode unit beban alat plambing disajikan pada Tabel
6. Pada metode ini penentuan debit berdasarkan jumlah unit alat plambing dalam
saniter tersebut. Nilai unit alat plambing didapatkan dari tabel ketentuan yang disajikan
pada Gambar 10.

Tabel 6. Hasil perhitungan dengan metode unit beban alat plambing


Alat Unit Alat Plambing
UAP Total UAP
Plambing Pria Wanita Total
WC 4 5 18 5 90
LV 4 4 16 2 32
UR 5 0 10 5 50
FC 4 5 18 2 36
Total 208

Jumlah unit alat plambing pada saniter ini adalah 208 UAP, maka jumlah unit
alat plambing dalam satu gedung adalah 1456 UAP. Untuk menentukan aliran serentak
dapat menggunakan grafik hubungan antara unit beban alat plambing dengan laju aliran.
Dari grafik tersebut didapatkan nilai Qm adalah 1.15 m 3/menit. Hasil penentuan laju
aliran disajikan pada Gambar 11. Berikut adalah hasil kebutuhan Qh, Qd, Qh-maks,
dan Qm-maks dengan metode unit beban alat plambing
25

Tabel 7. Nilai debit pada metode jenis dan jumlah alat plambing
Kriteria Nilai Satuan
Total UAP 1 Gedung 1248
Dari grafik didapat aliran
1150 L/menit
serentak (Qm max)
1.15 m3/menit
Qh 23 m3/jam
Qh-max 46 m3/jam
Qd 184 m3/hari

Gambar 12 Hasil grafik penentuan laju aliran

Setelah dilakukannya perhitungan ketiga metode tersebut, nilai Qd, Qh, Qh-maks,
dan Qm-maks dari setiap metode dilakukan perbandingan dan ditentukan nilai debit
yang diambil. Hasil perhitungan kebutuhan air dari ketiga metode tersebut disajikan
pada Tabel 8.
Tabel 8 Hasil perhitungan kebutuhan air

Qm max
Metode yang digunakan Qd (m3/hari) Qh (m3/jam) Qh max (m3/jam)
(m3/menit)

Perhitungan kebutuhan
air berdasarkan jumlah 544.32 68.04 136.08 3.40
penghuni

Perhitungan kebutuhan
air berdasarkan jenis dan 62.07 7.76 15.52 0.39
jumlah alat plambing
Perhitungan kebutuhan
air berdasarkan unit 184.00 23.00 46.00 1.15
beban alat plambing

Hasil laju aliran dari ketiga metode tersebut dipilih dengan metode perhitungan
kebutuhan air berdasarkan unit beban alat plambing. Hal ini dikarenakan hasil yang
didapat menunjukkan kemampuan alat plambing untuk menerima beban, sehingga
26

metode ini lebih mendekati kebenaran dibandingkan dengan metode lainnya yang lebih
banyak menggunakn asumsi.

Perhitungan Dimensi Perpipaan Air Bersih


Perhitungan dimensi perpipaan untuk air bersih dapat dilakukan setelah
dilakukan desain dari saniter yang telah ditentukan. Isometrik perpipaan air bersih pada
gedung ini disajikan pada Gambar 12. Gambar tersebut menggambarkan 2 sistem
dengan warna yang berbeda. Sistem 1 merupakan warna ungu sebagai sistem plambing
pada toilet pria. Sistem 2 merupakan warna hitam sebagai sistem plambing toilet
wanita.

Gambar 13 Isometrik pipa air berisi

Penentuan dimensi pipa perlu diperhatikan kerugian gesek yang diizinkan.


Kerugian gesek ini dapat ditentukan bila diketahui ketinggian pipa dari lantai paling
atas atau lantai 6 dengan dasar roof tank dikurangi dengan tinggi water closet sebagai
alat plambing tertinggi. Selain itu head standar pada alat plambing dipilih 7 m karena
head standar tertinggi pada sistem 1 dan 2 adalah water closet menggunakan katup
gelontor. Hasil kerugian gesek yang diizinkan untuk sistem 1 dan 2 dapat disajikan
pada Tabel 9.
Tabel 9. Kerugian gesek yang diizinkan sistem 1 dan sistem 2
Sistem 1 Sistem 2
Parameter Nilai satuan Parameter Nilai Satuan
H 10.4 M H 10.4 m
H1 7 M H1 7 m
L 27.5 M L 27.5 m
I 19.05 M I 24.95 m
K 2 K 2
H-H1 3.4 M H-H1 3.4 m
L+l 46.55 M L+l 52.45 m
R 36.52 mm/m R 32.41 mm/m
27

Nilai kerugian gesek yang diizinkan pada sistem 1 dan 2 adalah 36.52 mm/m dan
32.41. Nilai tersebut digunakan sebagai batas nilai rasio yang dibutuhkan pada setiap
ukuran pipa yang digunakan. Penentuan ukuran pipa dengan cara mengetahui beban
unit alat plambing. Dengan diketahuinya beban unit alat plambing, maka diketahui laju
alirannya. Laju aliran didapatkan dari grafik pada Lampiran 2. Berdasarkan lampiran
tersebut, pada daerah A-B6 memiliki beban unit alat plambing sebesar 600. Laju
alirannya adalah 558 l/menit. Setelah diketahui laju aliran dan nilai kerugian gesek
yang ditentukan, maka diameter pipa yang akan digunakan dapat ditentukan dengan
grafik kerugian gesek pada pipa. Gedung ini menggunakan jenis pipa PVC sebagai
penyalur air bersih. Hasil penentuan ukuran pipa disajikan pada Lampiran 3 Ukuran
pipa dari roof tank (A) ke pipa utama pada lantai 6 (B6) menggunakan ukuran 100 mm,
sedangkan ukuran pipa dari pipa utama lantai 6 ke unit alat plambing menggunakan
ukuran 60 mm. pipa a6-k6 menggunakan ukuran 65 mm dan pipa k6-o6 menggunakan
ukuran 50 mm. hal ini menunjukkan bahwa semakin jauh jarak alat plambing dari pipa
utama semakin kecil ukuran pipa, selain itu pengaruh lainnya adalah dari beban unit
alat plambing dan laju alirannya. Semakin besar unit alat plambing, semakin besar pula
laju aliran dan ukuran pipanya. Beban unit alat plambing didapatkan berdasarkan
jumlah unit alat plambing yang dihitung dari alat plambing terjauh ke alat plambing
yang terdekat dengan pipa utama secara kumulatif. Prinsip ini juga sama diterapkan
pada sistem 2.
Pengukuran dimensi pipa tidak hanya menentukan diameter pipa yang
digunakan, akan tetapi panjang pipa dan panjang pipa ekivalen perlu ditentukan.
Panjang pipa sesuai dengan gambar isometruk pipa air bersih, sedangkan panjang
ekivalen pipa berdasarkan gambar isomterik pipa air bersih dan tabel panjeng ekivalen
untuk katup dan perlengkapan. Tabel panjang ekivalen disajikan pada Lampiran 4

Perhitungan Kehilangan Tekanan dan Tinggi Roof Tank


Nilai kehilangan tekanan dihitung pada setiap sistem. Head tersebut merupakan
nilai head pada setiap pipa di unit alat bebam plambing. Jumlah kehilangan head pada
sistem 1 adalah 0.865 m dan pada sistem 2 adalah 0.454 m. Hasil perhitungan
penentuan head pada setiap pipa disajikan pada Lampiran 5.
Air dapat mengalir sampai ke titik kritis apabila kehilangan tekanan total kurang
dari head statis yang tersedia. Head statis yang tersedia dipengaruhi dari tinggi gedung
lantai atas dan tinggi Menara roof tank. Head statis yang tersedia adalah 10.5 m dan
kehilangan tekanan total sebesar 8.965 m. Jadi, syarat sudah memenuhi supaya air
dapat mengalir. Kehilangan tekanan perlu diperhitungkan, jika tidak akan menjadi
masalah dalam penerapan lapangan (Satria 2015).
Perhitungan dimensi pipa dari ground reservoir ke roof tank dapat ditentukan
setelah diketahuinya nilai kehilangan tekanan. Penentuan dimensi ini juga didasarkan
pada saat keadaan debit menit puncak, yaitu Qm-maks. Terdapat dua metode untuk
mengetahui diemnsi pipa yang dibutuhkan, yaitu metode grafik kerugian gesek dan
menggunakan rumus. Diameter pipa yang didapatkan berdasarkan grafik kerugian
gesek adalah 125 mm dengan debit Qm-maks 0.015 m3/detik dan diasumsikan
kecepatan aliran sebesar 1.5 m/detik. Pipa yang digunakan adalah pipa jenis PVC.
28

Apabila menggunakan rumus debit, didapatkan pula diameter sebesar 125 mm. Dengan
begitu, diameter yang digunakan adalah 125 mm atau 5 inci.

Perhitungan Dimensi Pipa Air Buangan dan Pipa Vent


Air buangan biasanya mengandung bagian-bagian padar ditampunng ke dalam
bak yang biasa disebut septictank. Pipa pembuangan harus mempunayi ukuran dan
kemiringan yang cukup dan sesuai dengan banyak dan jenis air buangan yang dialirkan.
Perangkap udara perlu di pasang untuk menghindari masuknya udara yang baunya
tidak sedap di saluran pembuangan. Perangkap udara tersebut dapat berbentuk pipa,
tabung, bak kontrol, atau leher angsa (Satria 2005). Skema perpipaan disajikan pada
Gambar 13. Penggunaan diagram isometrik dimaksudkan agar jenis, jumlah, dan
ukuran pipa dapat terlihat secara rinci. Ukuran pipa pembuangan ditentukan
berdasarkan jumlah beban unit alat plambing maksimum yang diijinkan untuk setiap
diameter pipa.
Nilai beban alat plambing dibutuhkan dalam menentukan diameter pipa air
buangan. Nilai unit alat plambing dapat dilihat pada Tabel 9. Selanjutnya ukuran
diameter pipa air buangan dapat di tentukan berdasarkan jumlah UAP yang terlayani
oleh pipa. Pipa cabang mendatar harus mempunyai ukuran sekurang-kurangnya sana
dengan diameter dari alat plambing yang dilayaninya. Diameter minimum pipa air
buangan tiap alat plambing dapat dilihat pada Tabel 9. Dan untuk pipa tegak setidaknya
harus memiliki ukuran diameter yang sama dengan pipa cabang mendatar yang
disambungkan ke pipa tegak tersebut. Perhitungan pipa air buangan ditentukan
berdasarkan banyaknya alat plambing, unit alat plambing dan ukuran diameter
minimum alat plambing. Selanjutnya, disesuaikan dengan yang ada di pasaran.

Tabel 10 Unit beban alat plambing dan diameter minimum untuk pipa air buangan
Alat Plambing Bebat Unit Alat Ukuran diameter
Plambing pipa minimum
Water closet (WC) 4 75
Urinoir (UR) 4 40
Lavatory (LV) 1 32
Floor Drain (FD) 0.5 40
29

Gambar 14. Isometrik pipa pembuangan dan pipa ven

Hasil perhitungan dimensi pipa buangan tersedia pada Lampiran 6. Ukuran pipa
berbeda-beda disesuaikan dengan jenis alat plambing dan jumlah unit alat
plambingnya. Seperti pada sistem 1, pada daerah a-b merupakan alat plambing lavatory
yang memiliki diameter pipa minimum 32 mm berdasarkan Tabel unit alat pumbling
sebagai beban pada Lampiran 7. Diameter yang terpasang pada daerah a-b adalag 32
mm. Akan tetapi, pada daerah m-n merupakan floor drain memiliki diameter minimum
40 mm dan diameter terpasang adalah 70 mm. Hal ini disebabkan karena menyesuaikan
diameter pipa yang terpasang sebelumnya. Daerah sebelum m-n merupakan daerah l-
m yang merupakan water closet yang memiliki diameter minimum 75 mm. Kemiringan
yang dimiliki pada daerah a-e adalah ¼ sedangkan kemiringan pada daerah f-B adalah
1/8 di sistem 1. Sistem 2 memiliki kemiringan 1/8. Kemiringan ini dipengaruhi oleh
diameter yang digunakan. Kemiringan untuk arah mendatar berdasarkan diameter
lainnya dapat dilihat pada Lampiran 8.
Ukuran pipa ven didasarkan pada unit beban alat plambing dari pada
pembuangan yang dilayaninya dan panjang ukuran pipa ven itu sendiri. Hasil
perhitungan dimensi pipa ven dilampirkan pada Lampiran 9. Sistem yang digunakan
sama dengan sistem pada pipa air buangan hanya beda pada daerah. Daerah pada pipa
ven ditentukan dari titik awal pada sistem ke titik cabang sistem, berlaku juga pada
kedua sistem. Diameter pipa ven memiliki diameter yang berbeda-beda. Penentuan
diameter disesuaikan dengan jenis alat plambing dan jumlah unit alat plambingnya.
Seperti contoh pada water closet memiliki UAP 4, diameter minimum yang harus
digunakan adalah 75. Maka, panjang pipa ven disesuaikan dengan panjang jarak antar
alat plambing dan tidak melebihi panjang maksimum yang telah di tentukan. Panjang
maksium pada alat plambing ini adalah 9 m dan diameter ven lupnya adalah 50 mm.
Panjang pipa ven mengikuti panjang pada gambar isometrik. Penentuan dimensi pipa
tegak sama seperti pipa horizontal hanya berbeda pada tabel penentuannya.
30

Penentuan Daya dan Efisiensi Pompa dari Reservoir dan Roof Tank
Persediaan air bersih pada gedung yang telah direncanakan akan melayani 6
lantai dengan ketinggian masing-masing 3.5 m. Luas gedung ini sebesar 32400 m2.
Sistem penyediaan air bersih pada gedung ini menggunakan sistem kombinasi yaitu
secara gravitasi dan juga pompa penunjang. Terdapat dua jenis ruang saniter yang
direncanakan pada gedung, yaitu ruang saniter untuk wanita dan ruang saniter unuk
pria. Tahap awal perencanaan instalasi air bersih harus memperhatikan kebutuhan air
bersih, kapasitas tangki atas, kapasitas tangki bawah, dimensi pipa air bersih,
spesifikasi pompa, waktu Kerja Pompa. Kebutuhan air dan perhirungan kapasitas
ground reservoir dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Perhitungan kapasitas ground reservoir


Suplai PDAM (%) Pemompaan (%)
Selisih suplai
Jam (1) kebutuhan kebutuhan Kumulatif (5)
(%) (2-3)
maksimum (2) maksimum (3)
0--1 4.17 4.17 4.17
1--2 4.17 4.17 8.33
2--3 4.17 4.17 12.50
3--4 4.17 4.17 16.67
4--5 4.17 4.17 20.83
5--6 4.17 4.17 25.00
6--7 4.17 4.17 29.17
7--8 4.17 12.5 -8.33 20.83
8--9 4.17 12.5 -8.33 12.50
9--10 4.17 12.5 -8.33 4.17
10--11 4.17 12.5 -8.33 -4.17
11--12 4.17 12.5 -8.33 -12.50
12--13 4.17 12.5 -8.33 -20.83
13--14 4.17 12.5 -8.33 -29.17
14--15 4.17 12.5 -8.33 -37.50
15--16 4.17 4.17 -33.33
17--18 4.17 4.17 -29.17
18--19 4.17 4.17 -25.00
19--20 4.17 4.17 -20.83
20--21 4.17 4.17 -16.67
21--22 4.17 4.17 -12.50
22--23 4.17 4.17 -8.33
23--24 4.17 4.17 -4.17
Total 100 100
3
VGR 41.38 m /hari

Suplai air dari PDAM diasumsikan sama rata setiap jamnya, maka didapatkan
suplai air perjamnya adalah 4.17 %. Karena gedung direncanakan sebagai gedung
31

perkantoran, maka kebutuhan air diasumsikan 8 jam pemakaian aktif yaitu mulai pukul
tujuh pagi sampai pukul tiga sore. Sehingga persen pemompaan sebesar 12.5%
perjamnya, dari nilai nilai tersebut didapatkan angka kumulatif surplus maksimal dan
defisit maksimal yaitu 29.17 % dan – 37.50%. Selisih angka kumulatif tersebut
dikalikan dengan jumlah pemakaian air seluruh gedung per hari per delapan jam yang
dihitung berdasarkan metode unit beban alat, yaitu sebesar 1.15 m3/menit. Dari
perhitungan diatas didapatkan kapasitas ground reservoir yaitu sebesar 41.38 m3.
Sehingga dimensi bak untuk ground reservoir didapatkan seperti pada Tabel 12.

Tabel 12 Dimensi ground reservoir


Parameter Nilai Satuan
Panjang 3 m
Lebar 3 m
Tinggi efektif 5 m
Freeboard 0.3 m
Volume 41.38 m3

Kapasitas tangka atas atau roof tank dihitung berdasarkan persen kebutuhan air
setiap jamnya. Persen kebutuhan air setiap jamnya diasumsikan seperti pada Tabel 12,
dengan persen pemompaan sama seperti pada perhitungan kapasitas ground reservoir
didapatkan angka kumulatif surplus maksimal dan defisit maksimal yaitu 4.8% dan –
3.1 %. Selisih angka kumulatif tersebut dikalikan dengan jumlah pemakaian air seluruh
gedung per hari per delapan jam yang dihitung berdasarkan metode unit beban alat,
yaitu sebesar 1.15 m3/menit. Dari perhitungan diatas didapatkan kapasitas roof tank
yaitu sebesar 4.90 m3.

Tabel 13. Hasil perhitungan kapasitas roof tank


Selisih suplai
Waktu Kebutuhan air (%) Pemompaan (%) Kumulatif (%)
(%)
0--1 0.5 0.5 0.5
1--2 0.5 0.5 1
2--3 0.5 0.5 1.5
3--4 0.5 0.5 2
4--5 0.8 0.8 2.8
5--6 0.8 0.8 3.6
6--7 1.2 1.2 4.8
7--8 10.8 12.5 -1.7 3.1
8--9 10.8 12.5 -1.7 1.4
9--10 10.8 12.5 -1.7 -0.3
10--11 10.8 12.5 -1.7 -2
11--12 14.8 12.5 2.3 -2
12--13 14.8 12.5 2.3 0.3
13--14 10.8 12.5 -1.7 -1.4
32

14--15 10.8 12.5 -1.7 -3.1


15--16 1.2 1.2 -1.9
17--18 0.8 0.8 -1.1
18--19 0.8 0.8 -0.3
19--20 0.8 0.8 0.5
20--21 0.5 0.5 1
21--22 0.5 0.5 1.5
22--23 0.5 0.5 2
23--24 0.5 0.5 2.5
Volume roof tank yang telah didapatkan maka dapat dihitung dimensi bak
untuk roof tank, dimensi roof tank disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Dimensi roof tank


Parameter Nilai Satuan
Panjang 1 m
Lebar 1 m
Tinggi
efektif 5 m
Freeboard 0.2 m
Volume 4.90 m3

Penggunaan pipa jenis PVC untuk menyalurkan air bersih dari ground reservoir
ke roof tank. Debir penggunaan air per hari selama delapan jam pemakaian sebesar
68.4 m3/jam. Kecepatan aliran diasumsikan sebesar 1.5 m/detik. Dengan diketahui
kecepatan aliran dan debit maka didapatkan diameter pipa 150 mm. agar air mengalir
ke roof tank maka, perlu diinstalasi pompa yang sesuai. Parameter perhitungan head
pompa dapat di sajikan pada Tabel 14. Hasil perhitungan head pompa disajikan pada
Tabel 15 serta Efisensi dan daya pompa disajikan pada Tabel 16.

Tabel 15 Parameter perhitungan head pompa


Parameter Nilai Satuan
Tinggi Gedung = 2100 cm
Tinggi roof tank = 500 cm
Tinggi reservoir = 500 cm
Tinggi menara = 700 cm
Freeboard reservoir = 30 cm
Freeboard ground tank = 20 cm
D = 1.25 m
Q = 0.019 m3/detik
V = 1.5 m/detik
L suction = 6.3 m
c = 100
33

L discharge = 35.2 cm
Jarak reservoir ke pompa = 100 cm
Jarak pompa ke Gedung = 200 cm
Koef (K)
Belokan 90° = 0.5
Gate valve = 0.13
check valve = 0.2
basket strainer = 0.95
Jumlah belokan 90 = 7
Jumlah gate valve = 1
Jumlah check valve = 1
Jumlah basket strainer = 1

Tabel 16 Hasil perhitungan head pompa


Parameter Nilai Satuan
Head pompa = 37.35 m
H Statis = 3268 cm
= 32.68 m
Hsistem = 4.67 m
Mayor Lossess = 0.01 m
Hr suction = 0.00 m
Hr discharge = 0.01 m
Minor Lossess = 0.55 m
Hm Belokan 90 = 0.40 m
Hm Gate Valve = 0.01 m
Hm Check Valve = 0.02 m
Hm Basket Strainer = 0.11 m
Sisatekan = 4.00 m
V2/2g = 0.11 m

Tabel 17 Daya dan efisiensi pompa


Parameter Nilai Satuan
Whp = 5.65 Kwatt/8 jam
Ƴ = 1000 kg/m3
Bhp = 784.25
Ƞ = 90%
Biaya/hari = Rp 7,905
Biaya/bulan = Rp 237,156

Hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa panjang pipa dari ground reservoir ke
pompa adalah 6.3 m dan panjang pipa dari pompa ke roof tank adalah 352.2 m. tinggi
tekanan statis sebesar 32.68 m dan tinggi tekan sistemnya sebesar 4.67 m. tinggi
34

tekanan pompanya adalah 37.35 m. Berdasarkan nilai debit dan tinggi tekannnya, maka
dapat diketahui spesifikasi pompa yang digunakan. Spesifikasi pompa dapat dilihat dari
diagram spesifikasi pompa pada Gambar 14. Hasil dari grafik tersebut, didapatkan
spesifikasi pompa sebesar 150 x 125 – 135. Daya air dan daya poros pompa
membutuhkan daya listrik sebesar 5.65 Kwatt/8 jam dan 784.25 Watt. Hasil penentuan
kapasitas pompa berwarna merah.

Gambar 15 Diagram penentuan kapasitas pompa


35

BAB V
SIMPULAN

Kebutuhan air bersih dapat dengan menggunakan tiga metode, yaitu metode
jumlah penghuni atau luas lantai, metode jenis dan jumlah alat plambing, dan metode
unit beban alat plambing atau fixture unit. Nilai total debit air per jam semua alat
plambing adalah 7758.36 liter/jam atau 7.76 m 3/jam. Jumlah unit alat plambing pada
saniter ini adalah 208 UAP, maka jumlah unit alat plambing dalam satu gedung adalah
1456 UAP. Untuk menentukan aliran serentak dapat menggunakan grafik hubungan
antara unit beban alat plambing dengan laju aliran. Dari grafik tersebut didapatkan nilai
Qm adalah 1.15 m3/menit. Panjang pipa dari ground reservoir ke pompa adalah 6.3 m
dan panjang pipa dari pompa ke roof tank adalah 352.2 m. Tinggi tekanan statis sebesar
33.5 m dan tinggi tekan sistemnya sebesar 57.27 m. tinggi tekanan pompanya adalah
90.77 m. Berdasarkan nilai debit dan tinggi tekannnya, maka dapat diketahui
spesifikasi pompa yang digunakan. Spesifikasi pompa dapat dilihat dari diagram
spesifikasi pompa pada Gambar 14. Hasil dari grafik tersebut, didapatkan spesifikasi
pompa sebesar 150 x 125 – 500. Daya air dan daya poros pompa membutuhkan daya
listrik sebesar 1286.59 watt dan 1431.74 watt.
36

DAFTAR PUSTAKA

Kadoatie, Robert J. Roestam S. 2005. Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu.


Yogyakarta (ID) : Andi.
Kurniawan AP, Sudiyono. 2014. Kapasitas daya dukung jaringan pipa air bersih dan
ven gedung lembaga pengembangan dan penjaminan mutu pendidikan. Jurnal
INERSIA : X(2) : 80-92
Noerbambang SM, Morimura T. 1984. Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem
Plambing. Jakarta (ID) : PT. Pradnya Pramita.
Noerbambang SM, Morimura T. 1991. Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem
Plambing. Jakarta (ID) : PT. Pradnya Pramita.
Noerbambang SM, Morimura T. 2000. Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem
Plambing. Jakarta (ID): Pradnya Paramita.
Noerbambang SM, Morimura T. 2005. Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem
Plambing. Jakarta (ID) : PT. Pradnya Pramita.
Ramachandran. 2016. Nuances of plumbing in high rise buildings. International
Journal of Research in Engineering and Technology. 5 (20) : 20-15.
Raswari. 2007. Teknologi dan Perencanaan Sistem Perpipaan. Jakarta (ID) :
Universitas Indonesia
Rinka DK, Sururi R, Wardhani E. 2014. Perencanaan Sistem Plambing Air Limbah
dengan Penerapan Konsep Green Building pada Gedung Panghegar Resort Dago
GolfHotel. Jurnal Teknik Lingkungan ITENAS. 2(1) : 1-12.
Satria, Dian Putra. 2015. Fenomena Dasar Rugi-Rugi Aliran pada Sistem Perpipaan.
Riau: Universitas Riau
SNI 03-1735-2000. Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan Dan Akses Lingkungan
Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.
SNI 8153:2015. Sistem Plambing Pada Bangunan Gedung.
37

Lampiran 1 Unit alat plambing untuk penyediaan air bersih


38

Lampiran 2 Grafik laju aliran

(a) Untuk unit beban hingga 3000

(b) Untuk unit beban hingga 250


39

Lampiran 3 Hasil dan contoh perhitungan dimensi pipa air bersih

Ukuran
Beban Unit Laju
pipa Ratio Ratio I I' I+I' R(I+I')
Sistem Daerah Alat Aliran
dengan
Plambing
(l/menit) (mm) (mm/m) (m/detik) (m) (m) (m) (mm air)
R < 36.52 mm/m
A-B6 624 558 100 20 1.1 27 17.2 44.2 884.00
B6-a6 104 260 80 19.5 0.81 2 0.9 2.9 56.55
a6-b6 43 175 65 18 0.78 1.5 6 7.5 135.00
b6-c6 41 170 65 17.5 0.75 0.75 0.75 1.5 26.25
c6-d6 36 168 65 17 0.7 0.85 3.6 4.45 75.65
d6-e6 34 165 65 16 0.68 0.75 0.75 1.5 24.00
e6-f6 29 155 65 15 0.65 0.85 3.6 4.45 66.75
1 f6-g6 27 150 65 14.5 0.61 0.75 0.75 1.5 21.75
g6-h6 22 140 65 13 0.58 0.85 3.6 4.45 57.85
h6-i6 20 130 65 11 0.56 0.75 0.75 1.5 16.50
i6-j6 15 120 65 9.5 0.54 0.85 3.6 4.45 42.28
j6-k6 13 110 65 8.5 0.52 0.75 0.75 1.5 12.75
k6-l6 8 95 50 22 0.7 5.75 4.8 10.55 232.10
l6-m6 6 90 50 20 0.65 0.5 0.6 1.1 22.00
m6-n6 4 80 50 18 0.6 0.5 0.6 1.1 19.80
n6-o6 2 60 50 10 0.5 0.5 0.6 1.1 11.00
40

Lampiran 3 Hasil dan contoh perhitungan dimensi pipa air bersih (lanjutan)

Ukuran
Beban Unit Laju
pipa Ratio Ratio I I' I+I' R(I+I')
Sistem Daerah Alat Aliran
dengan
Plambing
(l/menit) (mm) (mm/m) (m/detik) (m) (m) (m) (mm air)
R < 32.4118
a6-af6 61 215 80 15 0.7 5.7 3.9 9.6 144
af6-ae6 59 200 65 30 0.98 0.5 0.9 1.4 42
ae6-ad6 57 198 65 28 0.87 0.5 0.9 1.4 39.2
ad6-ac6 55 195 65 24 0.82 0.5 0.9 1.4 33.6
ac6-ab6 53 190 65 24.5 0.81 6.75 3.15 9.9 242.55
ab6-aa6 48 178 65 18 0.75 0.6 0.75 1.35 24.3
aa6-z6 43 175 65 17 0.7 1.6 3.15 4.75 80.75
z6-y6 38 170 65 16 0.68 0.6 0.75 1.35 21.6
2 y6-x6 33 165 65 15.5 0.64 0.6 0.75 1.35 20.925
x6-w6 28 150 65 15 0.61 0.95 0.75 1.7 25.5
w6-v6 23 145 65 14 0.6 0.85 3.6 4.45 62.3
v6-u6 21 125 65 10.5 0.55 0.75 0.75 1.5 15.75
u6-t6 16 120 50 31.5 0.81 0.85 3 3.85 121.275
t6-s6 14 110 50 28 0.8 0.75 0.6 1.35 37.8
s6-r6 9 100 50 25 0.75 0.85 3 3.85 96.25
r6-q6 7 90 50 20 0.65 0.75 0.6 1.35 27
q6-p6 2 60 40 30 0.7 0.85 2.1 2.95 88.5
41

Lampiran 3 Hasil dan contoh perhitungan dimensi pipa air bersih (lanjutan)

• Contoh perhitungan penentuan kerugian gesek yang diizinkan pada sistem 1


o H = 11.5 – 1.1 = 10.4 m
o H1 = 7 m
o L = 15.5 + 1.5 + 10.5 = 27.5 m
o l = 1.5 + 1.75 + 4 + 8 + 0.7 + 0.8 + 2 + 0.3 = 19.05 m
(10.4−7)
o R = 1000 × 2(27.5+19.05) = 36.52 mm/m
42

Lampiran 4 Tabel Panjang ekivalen


43

Lampiran 5 Hasil dan contoh perhitungan kehilangan tekanan dan tinggi rooftank
Sistem Daerah Ratio Diameter A Debit Debit L Hf
(m/detik) (mm) (cm) (m) (m2) (m3/s) (L/s) (m) (m)
A-B6 1.1 100 10 0.1 0.00785 0.008635 8.635 23.8 0.550869
B6-a6 0.81 80 k8 0.08 0.005024 0.004069 4.06944 2 0.034086
a6-b6 0.78 65 6.5 0.065 0.003317 0.002587 2.586968 1.5 0.030368
b6-c6 0.75 65 6.5 0.065 0.003317 0.002487 2.487469 0.75 0.014121
c6-d6 0.7 65 6.5 0.065 0.003317 0.002322 2.321638 0.85 0.014086
d6-e6 0.68 65 6.5 0.065 0.003317 0.002255 2.255305 0.75 0.01178
e6-f6 0.65 65 6.5 0.065 0.003317 0.002156 2.155806 0.85 0.012282
1 f6-g6 0.61 65 6.5 0.065 0.003317 0.002023 2.023141 0.75 0.009635
g6-h6 0.58 65 6.5 0.065 0.003317 0.001924 1.923643 0.85 0.009947
h6-i6 0.56 65 6.5 0.065 0.003317 0.001857 1.85731 0.75 0.008225
i6-j6 0.54 65 6.5 0.065 0.003317 0.001791 1.790978 0.85 0.008715
j6-k6 0.52 65 6.5 0.065 0.003317 0.001725 1.724645 0.75 0.007172
k6-l6 0.7 50 5 0.05 0.001963 0.001374 1.37375 5.75 0.129373
l6-m6 0.65 50 5 0.05 0.001963 0.001276 1.275625 0.5 0.009809
m6-n6 0.6 50 5 0.05 0.001963 0.001178 1.1775 0.5 0.008459
n6-o6 0.5 50 5 0.05 0.001963 0.000981 0.98125 0.5 0.006037
Total Hf 0.864964
44

Lampiran 5 Hasil dan contoh perhitungan kehilangan tekanan dan tinggi rooftank (lanjutan)
Sistem Daerah Ratio Diameter A Debit Debit L Hf
a6-af6 0.7 80 8 0.08 0.005024 0.003517 3.5168 5.7 0.074157
af6-ae6 0.98 65 6.5 0.065 0.003317 0.00325 3.250293 0.5 0.015441
ae6-ad6 0.87 65 6.5 0.065 0.003317 0.002885 2.885464 0.5 0.012389
ad6-ac6 0.82 65 6.5 0.065 0.003317 0.00272 2.719633 0.5 0.011104
ac6-ab6 0.81 65 6.5 0.065 0.003317 0.002686 2.686466 6.75 0.146536
ab6-aa6 0.75 65 6.5 0.065 0.003317 0.002487 2.487469 0.6 0.011297
aa6-z6 0.7 65 6.5 0.065 0.003317 0.002322 2.321638 1.6 0.026515
z6-y6 0.68 65 6.5 0.065 0.003317 0.002255 2.255305 0.6 0.009424
2 y6-x6 0.64 65 6.5 0.065 0.003317 0.002123 2.12264 0.6 0.008424
x6-w6 0.61 65 6.5 0.065 0.003317 0.002023 2.023141 0.95 0.012205
w6-v6 0.6 65 6.5 0.065 0.003317 0.00199 1.989975 0.85 0.010591
v6-u6 0.55 65 6.5 0.065 0.003317 0.001824 1.824144 0.75 0.007956
u6-t6 0.81 50 5 0.05 0.001963 0.00159 1.589625 0.85 0.025053
t6-s6 0.8 50 5 0.05 0.001963 0.00157 1.57 0.75 0.021603
s6-r6 0.75 50 5 0.05 0.001963 0.001472 1.471875 0.85 0.021728
r6-q6 0.65 50 5 0.05 0.001963 0.001276 1.275625 0.75 0.014713
q6-p6 0.7 40 4 0.04 0.001256 0.000879 0.8792 0.85 0.024805
Total Hf 0.453942
45

Lampiran 5 Hasil dan contoh perhitungan kehilangan tekanan dan tinggi rooftank
(lanjutan)
• Menentukan debit aliran pada daerah A-B6
o V = 1.15 m/detik
o D = 0.1 m
o A = ¼ ×∏ × D2 = 0.0079
o Q = V × A = 8.635 L/detik
• Menentukan kehilangan tekanan
𝑄 8.635
o Hf = (0.00155 ×𝑐 ×𝐷2.63)1.85 × 𝐿 = (0.00155 ×100×0.12.63 )1.85 × 23.8 =
0.5509 m
• Menentukan Hf total
o Hftotal = ∑Hf terbesar + Hf sisa tekan + h alat plambing = 0.865 + 7 + 1.1 = 8.965
m
• Menetukan Hstatis
o Hstatis = h gedung lantai teratas + h Menara roof tank = 3.5 + 7 = 10.5 m
• Menentukan dimensi pipa dari ground reservoir ke roof tank
o Q = V × A = V × ¼ ×∏ × D2
4𝑥𝑄 4 𝑥 0.015
o D = √𝜋 𝑥 𝑉 = √3.14 𝑥 1.5 = 125 m
o Vcheck = Q/A = 0.019/0.0123 = 1.5 m/detik
46

Lampiran 6 Hasil perhitungan pipa buangan

Diameter pipa Diameter Pipa Diameter Pipa


Sistem Daerah Alat Plambing UAP Akumulasi UAP Slope
minimum (mm) Terpasang (mm) Terpakai (inch)

a-b lavatory 1 1 32 32 1.28 1/4


b-c lavatory 1 2 32 32 1.28 1/4
c-d lavatory 1 3 32 32 1.28 1/4
d-e lavatory 1 4 32 32 1.28 1/4
e-f floor drain 0.5 4.5 40 75 3 1/8
f-g water closet 4 8.5 75 75 3 1/8
g-h floor drain 0.5 9 40 75 3 1/8
1 h-i water closet 4 13 75 75 3 1/8
i-j floor drain 0.5 13.5 40 75 3 1/8
j-k water closet 4 17.5 75 75 3 1/8
k-l floor drain 0.5 18 40 75 3 1/8
l-m water closet 4 22 75 75 3 1/8
m-n floor drain 0.5 22.5 40 75 3 1/8
n-o water closet 4 26.5 75 75 3 1/8
o-B floor drain 0.5 27 40 75 3 1/8
47

Lampiran 6 Hasil pipa buangan (lanjutan)

Diameter
Akumulasi pipa Diameter Pipa Diameter Pipa
Sistem Daerah Alat Plambing UAP Slope
UAP minimum Terpasang (mm) Terpakai (inch)
(mm)
p-q floor drain 0.5 0.5 40 50 3 1/8
q-r water closet 4 4.5 75 50 3 1/8
r-s floor drain 0.5 5 40 65 3 1/8
s-t water closet 4 9 75 65 3 1/8
t-u floor drain 0.5 9.5 40 75 3 1/8
u-v water closet 4 13.5 75 75 3 1/8
v-w floor drain 0.5 14 40 75 3 1/8
w-x water closet 4 18 75 75 3 1/8
x-y urinoar 4 22 40 100 4 1/8
2
y-z urinoar 4 26 40 100 4 1/8
z-aa urinoar 4 30 40 100 4 1/8
aa-ab urinoar 4 34 40 100 4 1/8
ab-ac urinoar 4 38 40 100 4 1/8
ac-ad floor drain 0.5 38.5 40 100 4 1/8
ad-ae lavatory 1 39.5 32 100 4 1/8
ae-af lavatory 1 40.5 32 100 4 1/8
af-ag lavatory 1 41.5 32 100 4 1/8
ag-B lavatory 1 42.5 32 100 4 1/8
48

Lampiran 6 Hasil perhitungan pipa buangan (lanjutan)

Diameter pipa Diameter Pipa Diameter Pipa


Sistem Daerah Alat Plambing UAP Akumulasi UAP Slope
minimum (mm) Terpasang (mm) Terpakai (inch)

(o-B) + (ag-
B-A B) 69.5 100 4

lt. 6 - 5 69.5 69.5 100 4 1/8


lt. 5 - 4 69.5 139 125 5 1/8
lt. 4 - 3 69.5 208.5 125 5 1/8
Pipa Tegak
lt.3 - 2 69.5 278 125 5 1/8
lt. 2 - 1 69.5 347.5 150 6 1/8
lt. 1- ground
reservoir 69.5 417 150 6 1/8
49

Lampiran 7 Tabel diameter minimum, perangkap dan pipa buangan alat plambing
50

Lampiran 8 Ketentuan dalam perhitungan dimensi pipa buangan

(a) Kemiringan untuk pipa buangan arah mendatar

(b) beban maksimum UAP yang ditentukan, untuk cabang horizontal dan pipa
tegak buangan
51

Lampiran 9 Hasil perhitungan pipa ven


Diameter
Alat Akumulasi pipa Panjang Pipa Ukuran Pipa
Sistem Daerah UAP
Plambing UAP terpasang Ven (m) Ven (mm)
(mm)
lavatory 1 1 32 0.5 32
lavatory 1 2 32 0.5 32
lavatory 1 3 32 0.5 32
lavatory 1 4 32 1.75 32
floor drain 0.5 4.5 75 5 40
water
closet 4 8.5 75 0.85 40
floor drain 0.5 9 75 0.75 40
water
1 A' - B' closet 4 13 75 0.85 50
floor drain 0.5 13.5 75 0.75 50
water
closet 4 17.5 75 0.85 50
floor drain 0.5 18 75 0.75 50
water
closet 4 22 75 0.85 50
floor drain 0.5 22.5 75 0.75 50
water
closet 4 26.5 75 0.85 50
floor drain 0.5 27 75 0.75 50
Total panjang pipa ven 16.25
floor drain 0.5 0.5 50 0.85 40
water closet 4 4.5 50 0.75 40
floor drain 0.5 5 65 0.85 40
water closet 4 9 65 0.75 40
floor drain 0.5 9.5 75 0.85 40
water closet 4 13.5 75 0.75 50
floor drain 0.5 14 75 0.85 50
water closet 4 18 75 0.9 50
urinoar 4 22 100 0.6 50
2 C' - B'
urinoar 4 26 100 0.6 50
urinoar 4 30 100 1.6 50
urinoar 4 34 100 0.6 50
urinoar 4 38 100 3 50
floor drain 0.5 38.5 100 4.75 50
lavatory 1 39.5 100 0.5 50
lavatory 1 40.5 100 0.5 50
lavatory 1 41.5 100 0.5 50
lavatory 1 42.5 100 0.5 50
Total panjang pipa ven 19.7
52

Lampiran 9 Hasil perhitungan pipa ven (lanjutan)


Diameter
Alat Akumulasi pipa Panjang Pipa Ukuran Pipa
Sistem Daerah UAP
Plambing UAP terpasang Ven (m) Ven (mm)
(mm)
B' - D' (A' - B') + (C' - D') 69.5 100 0.35

lt. 6 - 5 69.5 69.5 100 4 75


lt. 5 - 4 69.5 139 125 4 75
lt. 4 - 3 69.5 208.5 125 4 75
Pipa
Tegak lt.3 - 2 69.5 278 125 4 75
lt. 2 - 1 69.5 347.5 150 4 75
lt. 1- ground
reservoir 69.5 417 150 4 75
53

Lampiran 10 Ketentuan dalam perhitungan dimensi pipa ven

(a) Ukuran dan Panjang pipa tegak ven

(b) Ukuran pipa cabang ven dengan lup


54

Lampiran 11 Contoh perhitungan perhitungan kebutuhan air bersih


• Metode jumlah penghuni atau luas lantai
o Luas tiap lantai Gedung = luas lantai 1 – Luas lantai 2 = (100 × 60) –
(20 × 30) = 5400 m2
o Luas total Gedung 5 lantai = 5400 m2 × 6 = 32400 m2
o Luas lantai efektif = 70 % × 32400 m2 = 22680 m2
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 22680
o Jumlah penghuni Gedung = 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 ℎ𝑢𝑛𝑖𝑎𝑛 = 5 = 4536 orang
4536
o Jumlah penghuni ditiap lantai = = 756 orang
6
𝑙𝑡
o Pemakaian air rata-rata = 4536 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 × 100 ℎ𝑎𝑟𝑖 = 453.6 m3/hari
o Qd = pemakaian rata-rata + (%kebutuhan lain-lain × pemakaian rata-
rata) = 453.6 + (20% × 453.6) = 544.32 m3/hari
Qd 544.32
o Qh =jam operasional kantor = 8 = 68.04 m3/jam
o Qhmax = Qh × C1 = 68.04 × 2 = 136.08 m3/jam
o Qmmax =(Qh × C2) ÷ 60 = 3.402 m3/menit

• Metode jenis dan jumlah alat plambing


o Penentuan faktor pemakaian
▪ Diketahui jumlah lavatory (Xn) = 48, maka
• Y1 = 39
• Y2 = 38
• X1 = 40
• X2 = 50
𝑋𝑛−𝑋1 48−40
▪ Yn = 𝑌1 − [(𝑌1 − 𝑌2) × 𝑋2−𝑋1 = 39 − [(39 − 38) × 50−40
= 38.2%
o Qh = Qh tipe Y = 7.76 m3/jam
o Qd = Qh × T = 7.76 × 8 = 62.07 m3/hari

• Metode unit beban alat plambing


o Total UAP pada saniter tipe Y = 208
o Total UAP pada saniter tipe Y untuk 1 gedung = 208 × 6 lantai = 1248
o Debit aliran berdasarkan grafik (Qm-max) = 1.15 m3/,menit
60 × Qm−max 60 × 1.15
o Qh = = = 23 m3/jam
C2 3
o Qh-max = C1 × Qh = 2 X 23 = 46 m3/jam
55

Lampiran 12 Contoh perhitungan penentuan kapasitas ground reservoir dan


rooftank
• Metode analisis
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑢𝑝𝑙𝑎𝑖 100%
o Presentasi suplai air bersih per jam = = =
24 𝑗𝑎𝑚 24 𝑗𝑎𝑚
4.17 %𝑗𝑎𝑚
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑢𝑝𝑙𝑎𝑖 100%
o Pemompaan setiap jam = = = 12.5 %𝑗𝑎𝑚
8 𝑗𝑎𝑚 8 𝑗𝑎𝑚
• Menentukan VGR = (surplus maks – defisit maks)% Qd
= (29.17 – (37.50))% × 62.07 m3/hari = 41.38 m3/hari
• Menentukan VRT = (surplus maks – defisit maks)% Qd
= (4.8 – (-3.1))% × 62.07 m3/hari = 4.90 m3/hari
• Perhitungan head pompa =
o Head pompa = Hstatis + Hsistem = 33.5 + 57.27 = 90.77 m
o Hstatis = (2100 + 500 + 500 + 700 + 30 +20) = 33.5 m
o Hsistem = 0.29 + 52.75 + 4 + 0.23 = 57.27 m
𝑄 0.019
o Hr suction = (0.00155 ×𝑐 ×𝐷2.63 )1.85 × 𝐿 = (0.00155 × 100 ×1.252.63)1.85 ×
6.3 = 0.04 m
𝐾𝑉 2 1.5×1.522
o Hm belokan 90 = = 7× = 38.62 m
2𝑔 2×9.81
56

Lampiran 13 Denah toilet


57

Lampiran 14 Denah ground reservoir dan rooftank


58

Lampiran 15 3D Bangunan gedung 6 lantai

Anda mungkin juga menyukai