Dengan ini kami menyatakan bahwa laporan besar PTLT III berjudul
“Perancanaan Plambing Gedung 6 Lantai” adalah benar karya kami dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir laporan ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis kami kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2019
Tim Penyusun
iii
ABSTRAK
ABSTRACT
Water is one component of the source of life for humans. Based on this, from
daily human activities emerged the presence of clean water and waste water. Clean
water is water that meets physical requirements and can be used in everyday life.
Whereas waste water is all liquid that is discharged, both containing human waste and
the rest of the industrial process. Plumbing system planning research is carried out in
three stages, namely the calculation of clean water requirements, calculation of pipeline
dimensions, and headloss friction calculations. The study began with the design of a
clean water supply plan, sanitary space plan and isometric drawing of a 6-story building
using AutoCAD software. The total value of water flow per hour for all plumbing tools
is 7758.36 liters / hour or 7.76 m3 / hour. The number of plumbing units in this sanitary
unit is 208 UAP, so the number of plumbing units in one building is 1456 UAP. The
length of the pipe from the ground reservoir to the pump is 6.3 m and the length of the
pipe from the pump to the roof tank is 352.2 m. Pump specifications are 150 x 125-
500. Water power and shaft power require 1286.59 watts and 1431.74 watts.
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-Nya sehingga laporan akhir ini berhasil diselesaikan. Laporan akhir yang
dilaksanakan sejak bulan september 2019, dengan judul Perencanaan Plambing Di
Gedung 6 Lantai.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen mata kuliah Praktikum Teknik
Lingkungan Terpadu III selaku pembimbing. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga laporan akhir ini bermanfaat.
Tim penyusun
v
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
buangan dan ven, sistem pencegah kebakaran dan sistem air hujan (Soufyan, 1991).
Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan sistem plambing dimulai dengan
rencana konsep rencana, rencana dasar, rencana pendahuluan, dan gambar gambar
pelaksanaan, dengan memperhatikan koordinasi dan keserasian bagian-bagian
konstruksi serta peralatan gedung.
Perkembangan sistem plambing dalam suatu konstruksi pula yang menjadi
tantangan bagi seorang insinyur sipil untuk menemukan teknik terbaik dari segi
pemasangan, perawatan dan pemilihan alat sanita yang baik sehingga dapat menjadi
instalasi pemipaan yang kokoh. Hal inilah yang menjadi landasan penting bagi
mahasiswa untuk mengetahui teknik yang baik dan benar mengenai proses
perencanaan dan pemasangan system plumbing. Dalam hal ini kami menganalisis
sistem plumbing di Gedung 6 lantai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air bersih berasal dari air baku yang telah mengalami pengolahan. Air baku itu
sendiri dapat berasal dari berbagai macam sumber daya air. Definisi dalam UU Sumber
Daya Air (UU RI No. 7 Tahun 2004) menyebutkan bahwa sumber daya air adalah
semua air yang terdapat pada, di atas maupun di bawah permukaan tanah, termasuk
dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di
darat (Kodoatie dan Sjarief 2005). Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan sistem
distribusinya atau plambing yang baik.
Alat plambing adalah semua peralatan yang dipasang di dalam maupun di luar
gedung untuk menyediakan air panas atau air dingin, serta digunakan untuk
menyalurkan air buangan (Noerbambang dan Morimura, 2000). Sedangkan menurut
Raswari (2007), sistem plambing terdiri dari tiga bagian yaitu penyediaan air atau
supply (dimana sumber air berasal), perlengkapan pipa atau fixtures (dimana air
digunakan), serta saluran penyaluran air buangan dan ven atau drain-waste-vent
(dimana panyaluran air setelah digunakan). Plambing juga merupakan seni dan
teknologi perpipaan dan peralatan untuk menyediakan air bersih ke tempat yang
dikehendaki (baik dalam hal kualitas, kuantitas, dan kontinuitas yang memenuhi
syarat) dan juga membuang air limbah dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemari
bagian penting lainnya untuk menjaga kondisi higenis dan kenyamanan yang
diinginkan (Noerbambang dan Morimura 1991). Dengan demikian istilah peralatan
plambing, meliputi peralatan untuk penyediaan air bersih / air minum, peralatan untuk
penyediaan air panas, peralatan untuk pembuangan dan vent, peralatan saniter,
peralatan pemadam kebakaran, peralatan penyediaan gas, peralatan untuk mencuci,
berbagai instalasi pipa lainnya (Noerbambang dan Morimura, 2000).
Fungsi peralatan plambing dalam sistem penyediaan air bersih adalah untuk
meyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup.
Tujuan utama dari sistem penyediaan air bersih adalah untuk menyediakan air yang
cukup berlebih, namun saat ini ada pembatasan dalam jumlah air yang bisa diperoleh
karena pertimbangan penghematan energi dalam perencanaan sistem plambing air
bersih, terdapat hal penting yang harus diperhatikan, yaitu kualitas air yang akan
didistribusikan, sistem penyediaan air yang akan digunakan, pencegahan pencemaran
air dalam sistem, laju aliran dalam pipa, kecepatan aliran dan tekanan air, serta
permasalahan yang mungkin timbul jika dilakukan penggabungan antara cadangan air
untuk air bersih dan pencegahan kebakaran. keterbatasan sumber air. Sistem jaringan
pipa merupakan komponen utama dari sistem distribusi air bersih suatu perkotaan.
4
Selain itu, peralatan plambing ditujukan juga dalam pencegahan kebakaran, penyaluran
gas, dan penyaluran air hujan dalam suatu bangunan (Rinka 2014).
Sistem penyediaan air bersih yang banyak digunakan, dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
c) Pipa tegak air kotor yaitu pipa tegak yang mengalirkan air kotor dari pipa cabang-
cabang mendatar.
d) Pipa atau saluran pembuangan gedung yaitu pipa pembuangan dalam gedung
yang mengumpulkan air kotor, air bekas, dan air hujan dari pipa-pipa tegak air
buangan.
e) Riol gedung yaitu pipa di halaman gedung yang menghubungkan antara
pembuangan gedung dengan instalasi pengolahan atau dengan riol umum.
Pipa pembuangan harus mempunyai ukuran dan kemiringan yang cukup, sesuai
dengan banyaknya dan jenis air buangan yang harus dialirkan agar mampu mengalirkan
dengan cepat air buangan yang biasanya mengandung bagian-bagian padat.
Kemiringan pipa dapat dibuat sama atau lebih dari satu per diameter pipanya (dalam
mm).
Pipa ven adalah pipa instalasi yang berfungsi untuk mengeluarkan udara yang
terjebak di dalam instalasi pipa air buangan. Menurut Noerbambang dan Morimura
(2005) disebutkan tujuan pemasangan pipa ven yaitu :
1. Menjaga sekat perangkap dari efek tekanan atau efek siphon.
2. Untuk menjaga kelancaran air di dalam pipa pembuangan.
3. Dapat mensirkulasikan udara di dalam semua jaringan pipa pembuangan
Jenis-jenis sistem pipa ven (Noerbambang dan Morimura, 2005) diantaranya :
1. Ven tunggal, pipa ini dipasang untuk melayani satu alat plambing dan
disambungkan pada sistem ven yang lainnya atau langsung ke udara
luar/terbuka.
2. Ven lup, pipa ven ini melayani dua atau lebih alat plambing (maksimum 8)
dan disambungkan ke ven pipa tegak.
3. Ven pipa tegak, merupakan perpanjangan dari pipa tegak buangan, diatas
cabang mendatar pipa air buangan yang paling tinggi.
4. Ven bersama, pipa ven ini dimana pipa ven dipasang untuk melayani dua alat
plambing yang dipasang bertolak belakang.
5. Ven basah, dimana pipa ven ini berfungsi menerima air buangan dari alat
plambing selain kloset.
8
6. Ven pelepas, dimana pipa ven ini berfungsi untuk melepas tekanan udara
dalam pipa pembuangan
7. Ven balik, pipa bagian ven tunggal yang membelok kebawah setelah bagian
tegak keatas sampai lebih tinggi dari muka air banjir alat plambing.
8. Ven yoke, yaitu pipa ven yang menghubungkan pipa tegak air buangan pada
pipa tegak ven
Pengaliran air dari sumber air baku menuju tangki atas (roof tank) maupun dari
tangki atas (roof tank) menuju keseluruh rumah direncanakan menggunakan pipa PVC.
Penentuan dimensi pipa air bersih dihitung berdasarkan kebutuhan air bersih dan letak
alat plambing yang terjauh dari tangki atas (roof tank). Dalam menentukan diameter
pipa yang akan digunakan terlebih dahulu pembuatan jalur pipa air bersih harus
diselesaikan agar mengetahui berapa alat plambing yang harus dilayani dan apa saja
alat plambing yang digunakan. Setelah pembuatan jalur pipa air bersih selesai untuk
mempermudah dalam menentukan diameter pipa maka pemberian tanda untuk setiap
alat plambing yang digunakan dan pada setiap cabang pipa diberian tanda, Penentuan
jalur pipa akan dilakukan berdasarkan denah yang didapatkan dari data lapangan dan
pada shaft pipa yang telah tersedia. Jalur yang di rencanakan adalah dengan sistem
terpisah, dimana jalur pipa air bersih kelas satu terpisah dengan jalur pipa air bersih
kelas dua. Perhitungan diameter pipa dilakukan dengan menghitung akumulasi beban
alat plambing yang akan dilayani berdasarkan SNI 03-7065-2005. Setelah
mengakumulasikan beban alat plambing, akan di dapatkan diameter pipa. Dasar-dasar
dalam penentuan pipa dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain, laju aliran dengan unit
beban alat plambing, pipa baja karbon, kecepatan aliran dalam pipa 2 m/detik atau
kurang (Noerbambang dan Morimura, 1991).
Berdasarkan jumlah penghuni tidak diketahui dapat diperkirakan berdasarkan
luas lantai efektif serta menetapkan kepadatan hunian misalnya 5-10 m3/orang dengan
memilih standar pemakaian air per orang sehari berdasarkan jenis penggunaan gedung,
jumlah pemakaian air per hari seluruh gedung dapat dihitung. Berdasarkan jenis dan
jumlah alat plambing sebagai contoh dapat ditinjau sebuah gedung apartemen untuk 50
keluarga dimana untuk 30 keluarga disediakan satu kamar tidur untuk 20 keluarga
disediakan dua kamar tidur. Perlengkapan untuk setiap keluarga disediakan satu kloset
duduk dengan penggelontor satu bak mandi, satu bak cuci tangan, dan satu bak cuci
dapur. Untuk penggunaan bersama seluruh penghuni gedung disediakan delapan bak
cuci pakaian (Noerbambang dan Morimura, 1991).
9
Plambing adalah seni dan teknologi perpipaan dan peralatan untuk menyediakan
air bersih ke tempat yang dikehendaki (baik dalam hal kualitas, kuantitas, dan
kontinuitas yang memenuhi syarat) dan juga membuang air limbah dari tempat-tempat
tertentu tanpa mencemari bagian penting lainnya untuk menjaga kondisi higienis dan
kenyamanan yang diinginkan. Plambing merupakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan pelaksanaan pemasangan pipa dengan peralatannya di dalam gedung atau
gedung yang berdekatan yang bersangkutan dengan air hujan, air buangan, air minum
termasuk reservoir yang dihubungkan dengan sistem kota atau sistem lain yang
dibenarkan. Tangki reservoir merupakan tempat menyimpan (menimbun) air, minyak
dan sebagainya sebelum disalurkan pada suatu tempat. Penentuan dimensi tangki
reservoir dihitung berdasarkan kebutuhan air maksimum (Herbianto 2017).
Tekanan yang tersedia dalam instalasi mempunyai peranan yang sangat penting
untuk mendistribusikan air ke ruman-rumah maupun ke alat saniter. Oleh karena itu
pada pipa distribusi harus memiliki tekanaan yang cukup dan stabil agar distribusi air
dapat merata ke seluruh daerah dengan kecepatan dan tekanan yang cukup bila setiap
saat digunakan. Apabila penyediaan air dilaksanakan oleh PAM (Perusahaan Air
Minum) maka tekanan yang tersedia pada pipa induk harus stabil agar distribusi air
dapat menjangkau ke seluruh daerah konsumen, dengan kecepatan dan tekanan yang
memadai meskipun daerah tersebut cukup tinggi. Tetapi apabila penyediaan air minum
disediakan sendiri oleh pemilik maka tinggi reservoir yang disediakan harus dapat
memberikan tekanan yang memadai sehingga pada alat-alat saniter yang paling kritis
sekalipun dapat terpenuhi kebutuhan airnya. Kerugian gesek yang diizinkan telah
dilakukan terhadap alat plambing mulai dari tingkat tertinggi, karena disini akan
diperoleh tekanan sisa yang paling rendah (Noerbambang dan Morimura, 1991).
Jaringan instalasi diusahakan sependek mungkin dan penggunaan fitting-fitting
nya di usahakan seminimal mungkin. Penggunaan jaringan yang terlalu panjang di
samping biaya yang tinggi juga berakibat pada kehilangan tekanan karena panjangnya
pipa maupun kontraksi karena banyaknya fitting. Penggunaan alat-alat instalasi seperti
stop kran, gate valve, float valve, bib tap, pilar tap dan sebagainya semakin besar hal
ini mempengaruhi pengaliran air dalam jaringan instalasi maupun dalam alat-alat
saniter.
Ekuivalen panjang pipa, untuk memudahkan perhitungan besarnya kehilangan
tekanan yang disebabkan karena penggunaan fitting biasanya diperhitungkan dengan
cara menambahkan harga panjang pipa yang diperhitungkan dengan harga ekuivalen
dari fitting fitting yang digunakan. Disamping kehilangan tekanan yang disebabkan
karena menggunakan fitting, kehilangan tekanan juga bertambah karena menggunakan
alat-alat saniter (Kurniawan dan Sudiyono 2014). Head adalah ukuran energi yang
10
diberikan ke air pada kapasitas dan kecepatan operasi tertentu, sehingga air dapat
mengalir dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi.
Apabila tekanan air yang kurang mencukupi maka dapat menimbulkan kesulitan
dalam pemakaian air. Namun tekanan yang berlebihan juga dapat menimbulkan rasa
sakit akibat terkena pancaran air serta akan mempercepat kerusakan peralatan
plambing dan juga menambah kemungkinan untuk timbulnya pukulan air. Besarnya
tekanan air yang baik berkisar dalam suatu daerah yang agak lebar dan bergantung pada
persyaratan pemakai atau alat yang harus dilayani. Disamping itu, beberapa macam
peralatan plambing tidak dapat berfungsi dengan baik apabila tekanan airnya kurang
dari suatu batas minimum (Noerbambang dan Morimura, 2005). Tekanan minimum
yang dibutuhkan oleh alat plambing dapat dilihat pada tabel 2.
Roof tank atau tangki atap merupakan reservoir yang dipergunakan untuk
melayani fluktuasi kebutuhan air bersih pada saat-saat tertentu (Noerbambang dan
Morimura 1984). Roof tank biasanya diletakkan di atas pelat beton atau menara dari
besi siku yang dilas. Ketinggian antara plafond dengan dasar Tangki air sebaiknya
sekitar 2 meter untuk mendapatkan tekanan air pada kran antara 5 sampai 20 psi. Untuk
rumah tinggal sering dijumpai menggunakan ground tank dan roof tank sekaligus. Jadi
air dari ground tank akan ditarik ke roof tank menggunakan pompa sedangkan air dari
roof tank akan mengalir ke kran-kran air secara gravitasi (Ramachandran 2016).
12
BAB III
METODOLOGI
Mulai
Selesai
Kriteria bangunan meliputi luas tiap lantai gedung dan luas total gedung 12 lantai.
Luas efektif perkantoran berkisar 60%-70% ditentukan 70% dan kepadatan gedung
berkisar 5-12 m2 ditentukan 7 m2 sehingga diperoleh luas lantai efektif, jumlah
13
penghuni gedung, dan jumlah penghuni tiap lantai pemakaian air gedung perkantoran
yang dapat dihitung dengan persamaan (1), persamaan (2) dan persamaan (3).
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 (𝑚2 ) = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑘𝑎𝑛𝑡𝑜𝑟(%) × 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑚2 )(1)
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑢𝑛𝑖 𝑔𝑒𝑑𝑢𝑛𝑔 (𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔) = ............................. (2)
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 ℎ𝑢𝑛𝑖𝑎𝑛
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑢𝑛𝑖 𝑔𝑒𝑢𝑑𝑛𝑔 (𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔)
𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑢𝑛𝑖 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 (𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔) = ................ (3)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖
𝑃𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 (𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖) = 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑢𝑛𝑖 (𝑜𝑟𝑔) × 100 (L/org/hari) ... (4)
𝑄𝑑 = 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 + (20% × 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎) ... (5)
𝑄𝑑
𝑄ℎ = 𝑇
..................................................................................................................... (6)
Keterangan:
𝑄𝑑 = pemakaian air rata-rata harian (m3/hari)
𝑄ℎ = pemakaian air rata-rata tiap jam (m3/hari)
𝑇 = jam operasional kantor (jam/hari)
Pemakaian air pada jam puncak dengan C1 berkisar antara 1.5-2.0 ditentukan
sebesar 2.0 sehingga dapat dihitung air pada jam puncak (Q h-max) dengan persamaan
(7). Pemakaian air pada menit puncak dengan C 2 berkisar antara 3.0-4.0 ditentukan
4.0 sehingga dapat dihitung air padamenit puncak (Qm-max) dengan persamaan (8).
𝑄ℎ−𝑚𝑎𝑥 = 𝑄ℎ × 𝐶1 .......................................................................................... (7)
𝑄ℎ
𝑄𝑚−𝑚𝑎𝑥 = × 𝐶2 ........................................................................................... (8)
60
Keterangan:
𝑄ℎ−𝑚𝑎𝑥 = pemakaian air pada jam puncak (m3/jam)
𝑄𝑚−𝑚𝑎𝑥 = pemakaian air pada menit puncak (m3/jam)
𝑄𝑑 = pemakaian air rata-rata harian (m3/hari)
𝑄ℎ = pemakaian air rata-rata tiap jam (m3/hari)
𝐶1 = konstanta pemakaian air pada jam puncak
𝐶2 = konstata pemakaian air pada menit puncak
14
Alat plambing yang digunakan ditentukan antara lain water closet (WC), lavatory
(LV), urinoir (UR), faucet (FC). Jumlah alat plambing pada ruang saniter pria dan
wanita ditentukan dan ditotalkan satu gedung. Total kebutuhan air dapat dihitung
dengan persaman (9). Penggunaan per jam ditentukan sehingga diperoleh debit per jam
pada persamaan (10). Nilai faktor pemakaian air pada alat plambing ditentukan dari
tabel pada Lampiran 2 kemudian dihitung debit final air per jam pada persamaan (11).
Nilai Qh diperoleh dari total debit final air per jam (m 3/jam). Nilai Qd, Q(h-max), dan
Q(m-max) dapat dihitung berturut-turut dengan persamaan (12) dan persamaan
sebelumnya yaitu (7) dan (8).
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 (𝐿) = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑙𝑎𝑡 × 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 1 𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 (𝐿) . (9)
𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 (𝐿/𝑗𝑎𝑚) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 (𝐿) × 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛 (/𝑗𝑎𝑚) ........... (10)
𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑓𝑖𝑛𝑎𝑙 (𝐿/𝑗𝑎𝑚) = 𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡 (𝐿/𝑗𝑎𝑚) × 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 ............... (11)
𝑄𝑑 = 𝑄ℎ × 𝑇 ................................................................................................. (12)
Keterangan:
𝑄𝑑 = pemakaian air rata-rata harian (m3/hari)
𝑄ℎ = pemakaian air rata-rata tiap jam (m3/hari)
𝑇 = jam operasional kantor (jam/hari)
Penentuan uni beban alat plambing dilakukan dengan tabel unit beban alat
plambing untuk penyediaan air dingin pada Lampiran 3 pada masing-masing alat
plambing yang digunakan pada ruang saniter gedung. Jumlah alat plambing pada ruang
saniter baik pria maupun wanita dijumlahkan sehingga diperoleh total unit dari masing-
masing alat. Total unit beban alat plambing (UAP) dapat dihitung seperti pada
persamaan (13). Total UAP 1 gedung dihitung dari jumlah lantai gedung kemudian
diplot ke grafik hubungan unit beban plambing dengan laju aliran pada Lampiran 3
sehingga diperoleh nilai Q(m-max). Pemakaian air seluruh dedung per jam (Qh) dapat
dihitung dengan persamaan (14) sedangkan pemakaian air pada jam puncak ((Qh-max))
dan Qd berturut-turut dapat dihitung dengan persamaan (7) dan (12).
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝐴𝑃 = 𝑈𝐴𝑃 × 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑝𝑙𝑎𝑚𝑏𝑖𝑛𝑔 ...................................... (13)
60 ×𝑄𝑚−𝑚𝑎𝑥
𝑄ℎ = ........................................................................................... (14)
𝐶2
Keterangan:
𝑄𝑚−𝑚𝑎𝑥 = pemakaian air pada menit puncak (m3/jam)
𝑄ℎ = pemakaian air rata-rata tiap jam (m3/hari)
𝐶1 = konstanta pemakaian air pada jam puncak
15
Hasil perhitungan nilai kebutuhan air dengan tiga metode yang digunakan
kemudian dibuat ke dalam matriks. Nilai Qd, Qh, Q (m-max) dan Q(m-max) dibandingkan
pada setiap metode. Metode yang lebih mendekati kebenaran dipilih sebagai metode
penentuan nilai kebutuhan pemakaian air. Selanjutnya, perhitungan dimensi pipa
dilakukan pada penelitian. Langkah perhitungan kebutuhan air bersih disajikan pada
Gambar 5.
Mulai
Selesai
Isometrik perpipaan air bersih yang telah dibuat digunakan sebagai acuan
dalam perhitungan dimensi pipa. Perhitungan kerugian gesek yang diizinkan dilakukan
dengen penentuan sistem pipa terlebih dahulu. Perhitungan head (H) dari roof tank ke
alat plambing tertinggi dapat dihitung dengan tinggi lantai atas dengan dasar roof tank
dikurangi dengan tinggi water closet sebagai alat plambing tertinggi. Head static
standar tertinggi pada sistem ditentukan pada water closet menggunakan katup
gelomtor sebesar 7 m. Panjang dari pipa utama ke percabangan serta panjang cabang
ke alat plambing terakhir dihitung. Nilai koefisien sistem pipa (K) ditentukan sehingga
dapat dihitung kerugian gesek yang diizinkan (R) dengan persamaan (15).
(𝐻−𝐻1 )
𝑅 = 1000 ∗ 𝐾 (𝐿+𝑙) .................................................................................... (15)
Keterangan:
R = Kerugian gesek yang diizinkan (mm/m)
H = Head statik pada alat plambing (m)
H1 = Head standar pada alat plambing (m)
K = Koefisien sistem pipa (2-3)
L = Panjang pipa lurus, pipa utama (m)
L = Panjang pipa lurus, pipa cabang (m)
Beban unit alat plambing dihitung pada tiap daerah alat plambing sesuai dengan
tabel unit alat plambing pada Lampiran 3. Laju aliran ditentukan berdasarkan grafik
unit beban pada Lampiran 3 sesuai dengan unit alat plambing pada tiap daerah. Ukuran
pipa (mm), ratio kerugian gesek (mm/m) yang diinginkan dan ratio (m/detik)
ditentukan berdasarkan nomogram Hazen-Williams untuk pipa baja karbon pada
Lampiran 4. Nilai panjang daerah (l) diperoleh dari gambar isometrik pipa air bersih,
selain itu panjang ekivalen (l’) diperoleh dari gambar isometrik pipa dan tabel panjang
ekivalen untuk katup dan perlengkapan lainnya pada Lampiran 5. Selanjutnya dihitung
panjang (l) dijumlah dengan panjang ekivalen (l’) serta dihitung kerugian gesek dikali
dengan panjang dan panjang ekivalen. Ukuran pipa diperhatikan jika terdapat ukuran
pipa terkecil maka dilakukan perhitungan ukuran pipa baru dengan langkah yang sama.
Langkah perhitungan dimensi pipa dapat dilihat pada Gambar 6.
17
Mulai
Penentuan:
1. Beban unit alat plambing
2. Head dan Head static
3. Kerugian gesek (R)
4. Laju airan (l/menit), Rasio (mm/m dan m/detik)
dan ukuran pipa dari nomogram
5. Panjang (l) dan panjang ekivalen (l’)
Selesai
𝑄 = 𝑉 × 𝐴 ..................................................................................................... (17)
𝑄 1.85
𝐻𝑓 = [0.00155 ×𝑐×𝐷2.63] × 𝐿 ..................................................................... (18)
Nilai:
1. Rasio (m/detik)
2. Diameter (mm)
3. Panjang (m)
Penentuan:
1. Hmenara roof tank
2. H alat plambing,
3. Hf sisatekan
4. H gedung lantai teratas
Perhitungan:
1. Luas penampang pipa (m2)
2. Debit aliran (L/detik)
3. Kehilangan tekan (Hf) (m)
4. Hf total (m)
5. Head statis yang tersedia (m)
T
idak Hftotal < Hstatis
yang tersedia
Y
a
Selesai
Langkah berikutnya untuk membuat tabel perhitungan dimensi pipa air buangan
dan pipa ven. Kolom sistem, daerah, alat plambing, UAP, dan akumulasi UAP sama
dengan praktikum sebelumnya tentang perhitungan dimensi pipa air bersih. Namun
unit keran diganti menjadi floor drain. Selanjutnya yaitu penentuan diameter dengan
memplotkan unit alat plambing, kemudian untuk diameter pipa terpasang dipilih
mengikuti pipa minimum namun dengan ukuran semakin mendekati pipa induk maka
diameter semakin besar. Lalu dilakukan perhitungan konversi dari mm menjadi satuan
inchi. Sedangkan untuk diameter pipa tegak. Kemudian penentuan slope pipa dengan
memplotkan diameter pipa dengan tabel.
Selanjutnya yaitu dilakukan perhitungan dimensi untuk pipa ven. Hal yang dilauka
pertama kali yaitu dihitungnya panjang pipa ven untuk setiap daerah.
Mulai
Penentuan dimensi pipa air buangan (diameter Penentuan dimensi pipa ven (diameter minimum dan
minimum, diameter terpasang, dan slope) diameter terpasang)
Selesai
Selisih suplai = Presentase suplai air bersih per jam- Pemompaan setiap jam...(23)
20
Keterangan :
Vgr = Volume (m3/detik)
Qd = Debit air (m3/detik)
P = Panjang (m)
T = Tinggi efektif (m)
Penentuan pipa air bersih dari ground reservoir ke roof tank dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut. Koefesisen belokan 90o adalah 0,5, Gate valve
adalah 0,13, Check valve adalah 0,2, Basket strainer adalah 0,95. Setelah diketahui
dimensi yang dibutuhkan, plotkan ke grafik (groundfos)
4𝑥𝑄
D=√ ..........................................................................................................(28)
𝑥𝑉
𝑄
V= ...................................................................................................................(29)
𝐴
Head pompa = Hstatis + Hsistem ............................................................................(30)
Hstatis = tinggi gedung+panjang pipa dari reservoar+freeboar reservoir +
freeboard roof tank ......................................................................……(31)
𝑣2
Hsistem= Mayor losses+Minor losses+Sisa tekan+ .....................................(32)
2𝑔
Mayor losses = Hr suction + Hr discharge .......................................................(33)
Q 1,85
Hr suction = 2,63 x L ...........................................................(34)
0,00155 𝑥 𝐶 𝑥 𝐷
Q 1,85
Hr discharge = 2,63 x L .......................................................(35)
0,00155 𝑥 𝐶 𝑥 𝐷
K x 𝑣2
Minor losses = .............................................................................................(36)
2𝑔
Keterangan :
D = Diameter pipa (m)
Q = Debit air (m3/detik)
V = Kecepatan aliran (m/detik)
A = Luas penampang (m)
L = Panjang salurang (m)
K = Koefesisen belokan 90o, Gate valve, Check valve, Basket strainer
21
G = Garvitasi (m2/detik)
C = Koefisien Hazen Williams (c=100 untuk pipa baja karbon)
Penentuan daya dan efisiensi pompa dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut.
𝛾𝑥𝑄𝑥𝐻
Whp = .....................................................................................................(37)
75
𝑊ℎ𝑝
Bhp = ............................................................................................................(38)
𝜂
Keterangan :
Whp = Water House power atau daya air
𝛾 = berat jenis zat cair (kg/m3)
H = Total head pompa (m)
Q = Debit air (m3/detik)
L = Panjang salurang (m)
Bhp = Broke horse power atau daya poros
𝜂 = Efisiensi pompa (90%)
Berikut ditampilkan prosedur penelitian yang dapat dilihat pada gambar 1.
Mulai
Hitung dimensi pipa air bersih dari ground reservoir ke roof tank
Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Luas gedung yang direncanakan adalah 32400 m2 dengan jumlah lantai sebanyak
6 lantai. Jumlah penghuni dalam gedung ini mencakup sebanyak 4536 orang dengan
tiap lantai dapat dihuni sebanyak 756 orang. Pemakaian air rata-rata di gedung
perkantoran sebesar 100 liter/hari (Morimura dan Noerbambang 1993). Nilai Qd (debit
pemakaian air bersih dalam sehari) pada metode ini adalah 544.32 m 3/hari, nilai Qh
(debit pemaikaian air dalam jam) adalah 68.04 m 3/jam, nilai Qh-max (debit saat jam
puncak) adalah 136.08 m3/jam serta Qm-maks (debit puncak pemakaian air dalam
23
menit) adalah 3.402 m3/menit. Keempat nilai debit ini akan dibandingkan dengan dua
metode lainnya untuk menentukan perhitungan kebutuhan air yang akan digunakan.
Hasil perhitungan dengan metode jenis dan jumlah alat plambing disajikan pada
Tabel 4. Jenis ruang saniter yang digunakan pada gedung ini adalah ruang saniter tipe
X. saniter tipe X dipilih karena pola aliran berputar seperti loop. setiap lantai terdapat
1 ruang saniter, sehingga gedung perkantoran berlantai 6 ini memiliki 6 ruang saniter
yang berisi alat – alat plambing. Jenis peralatan plambing yang digunakan pada setiap
ruang saniter adalah Water Closet (WC) dengan tangka gelontor, lavatory (LV) dengan
jenis keran, Urinoir (UR) dengan jenis katup gelontor, dan Faucet (FC) dengan jenis
keran.
Jumlah alat plambing pada saniter tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Kebutuhan
air dalam satu kali pakai didapatkan dari Gambar 10, seperti alat plambing kloset
dengan tipe katup gelontor membutuhkan pemakaian air untuk penggunaan satu kali
sebanyak 13.5 – 16.5 liter. Kebutuhan air satu kali pakai dalam alat plambing yang
digunakan adalah 15 liter, maka total kebutuhan airnya adalah 810 L untuk satu gedung
dengan penggunaan 6 jam. Debit yang dibutuhkan untuk kloset ini adalah 4860
liter/jam. Pemakaian alat plambing memiliki nilai faktor. Nilai faktor tersebut
dipengaruhi oleh jumlah alat plambing dan jenis alat plambing. Faktor pemakaian alat
plambing dapat disajikan pada Gambar 9. Bila jumlah alat plambing tidak ada dalam
kriteria tersebut dapat dilakukan interpolasi. Nilai total debit air per jam semua alat
plambing tersebut adalah 7758.36 liter/jam atau 7.76 m 3/jam. Berikut adalah hasil
kebutuhan Qh, Qd, Qh-maks, dan Qm-maks dengan metode jenis dan jumlah alat
plambing.
Tabel 5. Nilai debit pada metode jenis dan jumlah alat plambing
Kriteria Nilai Satuan
Qh 7.76 m3/jam
Qd 62.07 m3/hari
C1 2.00
C2 3.00
Qh-max 15.52 m3/jam
Qm-max 0.39 m3/menit
24
Hasil perhitungan dengan metode unit beban alat plambing disajikan pada Tabel
6. Pada metode ini penentuan debit berdasarkan jumlah unit alat plambing dalam
saniter tersebut. Nilai unit alat plambing didapatkan dari tabel ketentuan yang disajikan
pada Gambar 10.
Jumlah unit alat plambing pada saniter ini adalah 208 UAP, maka jumlah unit
alat plambing dalam satu gedung adalah 1456 UAP. Untuk menentukan aliran serentak
dapat menggunakan grafik hubungan antara unit beban alat plambing dengan laju aliran.
Dari grafik tersebut didapatkan nilai Qm adalah 1.15 m 3/menit. Hasil penentuan laju
aliran disajikan pada Gambar 11. Berikut adalah hasil kebutuhan Qh, Qd, Qh-maks,
dan Qm-maks dengan metode unit beban alat plambing
25
Tabel 7. Nilai debit pada metode jenis dan jumlah alat plambing
Kriteria Nilai Satuan
Total UAP 1 Gedung 1248
Dari grafik didapat aliran
1150 L/menit
serentak (Qm max)
1.15 m3/menit
Qh 23 m3/jam
Qh-max 46 m3/jam
Qd 184 m3/hari
Setelah dilakukannya perhitungan ketiga metode tersebut, nilai Qd, Qh, Qh-maks,
dan Qm-maks dari setiap metode dilakukan perbandingan dan ditentukan nilai debit
yang diambil. Hasil perhitungan kebutuhan air dari ketiga metode tersebut disajikan
pada Tabel 8.
Tabel 8 Hasil perhitungan kebutuhan air
Qm max
Metode yang digunakan Qd (m3/hari) Qh (m3/jam) Qh max (m3/jam)
(m3/menit)
Perhitungan kebutuhan
air berdasarkan jumlah 544.32 68.04 136.08 3.40
penghuni
Perhitungan kebutuhan
air berdasarkan jenis dan 62.07 7.76 15.52 0.39
jumlah alat plambing
Perhitungan kebutuhan
air berdasarkan unit 184.00 23.00 46.00 1.15
beban alat plambing
Hasil laju aliran dari ketiga metode tersebut dipilih dengan metode perhitungan
kebutuhan air berdasarkan unit beban alat plambing. Hal ini dikarenakan hasil yang
didapat menunjukkan kemampuan alat plambing untuk menerima beban, sehingga
26
metode ini lebih mendekati kebenaran dibandingkan dengan metode lainnya yang lebih
banyak menggunakn asumsi.
Nilai kerugian gesek yang diizinkan pada sistem 1 dan 2 adalah 36.52 mm/m dan
32.41. Nilai tersebut digunakan sebagai batas nilai rasio yang dibutuhkan pada setiap
ukuran pipa yang digunakan. Penentuan ukuran pipa dengan cara mengetahui beban
unit alat plambing. Dengan diketahuinya beban unit alat plambing, maka diketahui laju
alirannya. Laju aliran didapatkan dari grafik pada Lampiran 2. Berdasarkan lampiran
tersebut, pada daerah A-B6 memiliki beban unit alat plambing sebesar 600. Laju
alirannya adalah 558 l/menit. Setelah diketahui laju aliran dan nilai kerugian gesek
yang ditentukan, maka diameter pipa yang akan digunakan dapat ditentukan dengan
grafik kerugian gesek pada pipa. Gedung ini menggunakan jenis pipa PVC sebagai
penyalur air bersih. Hasil penentuan ukuran pipa disajikan pada Lampiran 3 Ukuran
pipa dari roof tank (A) ke pipa utama pada lantai 6 (B6) menggunakan ukuran 100 mm,
sedangkan ukuran pipa dari pipa utama lantai 6 ke unit alat plambing menggunakan
ukuran 60 mm. pipa a6-k6 menggunakan ukuran 65 mm dan pipa k6-o6 menggunakan
ukuran 50 mm. hal ini menunjukkan bahwa semakin jauh jarak alat plambing dari pipa
utama semakin kecil ukuran pipa, selain itu pengaruh lainnya adalah dari beban unit
alat plambing dan laju alirannya. Semakin besar unit alat plambing, semakin besar pula
laju aliran dan ukuran pipanya. Beban unit alat plambing didapatkan berdasarkan
jumlah unit alat plambing yang dihitung dari alat plambing terjauh ke alat plambing
yang terdekat dengan pipa utama secara kumulatif. Prinsip ini juga sama diterapkan
pada sistem 2.
Pengukuran dimensi pipa tidak hanya menentukan diameter pipa yang
digunakan, akan tetapi panjang pipa dan panjang pipa ekivalen perlu ditentukan.
Panjang pipa sesuai dengan gambar isometruk pipa air bersih, sedangkan panjang
ekivalen pipa berdasarkan gambar isomterik pipa air bersih dan tabel panjeng ekivalen
untuk katup dan perlengkapan. Tabel panjang ekivalen disajikan pada Lampiran 4
Apabila menggunakan rumus debit, didapatkan pula diameter sebesar 125 mm. Dengan
begitu, diameter yang digunakan adalah 125 mm atau 5 inci.
Tabel 10 Unit beban alat plambing dan diameter minimum untuk pipa air buangan
Alat Plambing Bebat Unit Alat Ukuran diameter
Plambing pipa minimum
Water closet (WC) 4 75
Urinoir (UR) 4 40
Lavatory (LV) 1 32
Floor Drain (FD) 0.5 40
29
Hasil perhitungan dimensi pipa buangan tersedia pada Lampiran 6. Ukuran pipa
berbeda-beda disesuaikan dengan jenis alat plambing dan jumlah unit alat
plambingnya. Seperti pada sistem 1, pada daerah a-b merupakan alat plambing lavatory
yang memiliki diameter pipa minimum 32 mm berdasarkan Tabel unit alat pumbling
sebagai beban pada Lampiran 7. Diameter yang terpasang pada daerah a-b adalag 32
mm. Akan tetapi, pada daerah m-n merupakan floor drain memiliki diameter minimum
40 mm dan diameter terpasang adalah 70 mm. Hal ini disebabkan karena menyesuaikan
diameter pipa yang terpasang sebelumnya. Daerah sebelum m-n merupakan daerah l-
m yang merupakan water closet yang memiliki diameter minimum 75 mm. Kemiringan
yang dimiliki pada daerah a-e adalah ¼ sedangkan kemiringan pada daerah f-B adalah
1/8 di sistem 1. Sistem 2 memiliki kemiringan 1/8. Kemiringan ini dipengaruhi oleh
diameter yang digunakan. Kemiringan untuk arah mendatar berdasarkan diameter
lainnya dapat dilihat pada Lampiran 8.
Ukuran pipa ven didasarkan pada unit beban alat plambing dari pada
pembuangan yang dilayaninya dan panjang ukuran pipa ven itu sendiri. Hasil
perhitungan dimensi pipa ven dilampirkan pada Lampiran 9. Sistem yang digunakan
sama dengan sistem pada pipa air buangan hanya beda pada daerah. Daerah pada pipa
ven ditentukan dari titik awal pada sistem ke titik cabang sistem, berlaku juga pada
kedua sistem. Diameter pipa ven memiliki diameter yang berbeda-beda. Penentuan
diameter disesuaikan dengan jenis alat plambing dan jumlah unit alat plambingnya.
Seperti contoh pada water closet memiliki UAP 4, diameter minimum yang harus
digunakan adalah 75. Maka, panjang pipa ven disesuaikan dengan panjang jarak antar
alat plambing dan tidak melebihi panjang maksimum yang telah di tentukan. Panjang
maksium pada alat plambing ini adalah 9 m dan diameter ven lupnya adalah 50 mm.
Panjang pipa ven mengikuti panjang pada gambar isometrik. Penentuan dimensi pipa
tegak sama seperti pipa horizontal hanya berbeda pada tabel penentuannya.
30
Penentuan Daya dan Efisiensi Pompa dari Reservoir dan Roof Tank
Persediaan air bersih pada gedung yang telah direncanakan akan melayani 6
lantai dengan ketinggian masing-masing 3.5 m. Luas gedung ini sebesar 32400 m2.
Sistem penyediaan air bersih pada gedung ini menggunakan sistem kombinasi yaitu
secara gravitasi dan juga pompa penunjang. Terdapat dua jenis ruang saniter yang
direncanakan pada gedung, yaitu ruang saniter untuk wanita dan ruang saniter unuk
pria. Tahap awal perencanaan instalasi air bersih harus memperhatikan kebutuhan air
bersih, kapasitas tangki atas, kapasitas tangki bawah, dimensi pipa air bersih,
spesifikasi pompa, waktu Kerja Pompa. Kebutuhan air dan perhirungan kapasitas
ground reservoir dapat dilihat pada Tabel 11.
Suplai air dari PDAM diasumsikan sama rata setiap jamnya, maka didapatkan
suplai air perjamnya adalah 4.17 %. Karena gedung direncanakan sebagai gedung
31
perkantoran, maka kebutuhan air diasumsikan 8 jam pemakaian aktif yaitu mulai pukul
tujuh pagi sampai pukul tiga sore. Sehingga persen pemompaan sebesar 12.5%
perjamnya, dari nilai nilai tersebut didapatkan angka kumulatif surplus maksimal dan
defisit maksimal yaitu 29.17 % dan – 37.50%. Selisih angka kumulatif tersebut
dikalikan dengan jumlah pemakaian air seluruh gedung per hari per delapan jam yang
dihitung berdasarkan metode unit beban alat, yaitu sebesar 1.15 m3/menit. Dari
perhitungan diatas didapatkan kapasitas ground reservoir yaitu sebesar 41.38 m3.
Sehingga dimensi bak untuk ground reservoir didapatkan seperti pada Tabel 12.
Kapasitas tangka atas atau roof tank dihitung berdasarkan persen kebutuhan air
setiap jamnya. Persen kebutuhan air setiap jamnya diasumsikan seperti pada Tabel 12,
dengan persen pemompaan sama seperti pada perhitungan kapasitas ground reservoir
didapatkan angka kumulatif surplus maksimal dan defisit maksimal yaitu 4.8% dan –
3.1 %. Selisih angka kumulatif tersebut dikalikan dengan jumlah pemakaian air seluruh
gedung per hari per delapan jam yang dihitung berdasarkan metode unit beban alat,
yaitu sebesar 1.15 m3/menit. Dari perhitungan diatas didapatkan kapasitas roof tank
yaitu sebesar 4.90 m3.
Penggunaan pipa jenis PVC untuk menyalurkan air bersih dari ground reservoir
ke roof tank. Debir penggunaan air per hari selama delapan jam pemakaian sebesar
68.4 m3/jam. Kecepatan aliran diasumsikan sebesar 1.5 m/detik. Dengan diketahui
kecepatan aliran dan debit maka didapatkan diameter pipa 150 mm. agar air mengalir
ke roof tank maka, perlu diinstalasi pompa yang sesuai. Parameter perhitungan head
pompa dapat di sajikan pada Tabel 14. Hasil perhitungan head pompa disajikan pada
Tabel 15 serta Efisensi dan daya pompa disajikan pada Tabel 16.
L discharge = 35.2 cm
Jarak reservoir ke pompa = 100 cm
Jarak pompa ke Gedung = 200 cm
Koef (K)
Belokan 90° = 0.5
Gate valve = 0.13
check valve = 0.2
basket strainer = 0.95
Jumlah belokan 90 = 7
Jumlah gate valve = 1
Jumlah check valve = 1
Jumlah basket strainer = 1
Hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa panjang pipa dari ground reservoir ke
pompa adalah 6.3 m dan panjang pipa dari pompa ke roof tank adalah 352.2 m. tinggi
tekanan statis sebesar 32.68 m dan tinggi tekan sistemnya sebesar 4.67 m. tinggi
34
tekanan pompanya adalah 37.35 m. Berdasarkan nilai debit dan tinggi tekannnya, maka
dapat diketahui spesifikasi pompa yang digunakan. Spesifikasi pompa dapat dilihat dari
diagram spesifikasi pompa pada Gambar 14. Hasil dari grafik tersebut, didapatkan
spesifikasi pompa sebesar 150 x 125 – 135. Daya air dan daya poros pompa
membutuhkan daya listrik sebesar 5.65 Kwatt/8 jam dan 784.25 Watt. Hasil penentuan
kapasitas pompa berwarna merah.
BAB V
SIMPULAN
Kebutuhan air bersih dapat dengan menggunakan tiga metode, yaitu metode
jumlah penghuni atau luas lantai, metode jenis dan jumlah alat plambing, dan metode
unit beban alat plambing atau fixture unit. Nilai total debit air per jam semua alat
plambing adalah 7758.36 liter/jam atau 7.76 m 3/jam. Jumlah unit alat plambing pada
saniter ini adalah 208 UAP, maka jumlah unit alat plambing dalam satu gedung adalah
1456 UAP. Untuk menentukan aliran serentak dapat menggunakan grafik hubungan
antara unit beban alat plambing dengan laju aliran. Dari grafik tersebut didapatkan nilai
Qm adalah 1.15 m3/menit. Panjang pipa dari ground reservoir ke pompa adalah 6.3 m
dan panjang pipa dari pompa ke roof tank adalah 352.2 m. Tinggi tekanan statis sebesar
33.5 m dan tinggi tekan sistemnya sebesar 57.27 m. tinggi tekanan pompanya adalah
90.77 m. Berdasarkan nilai debit dan tinggi tekannnya, maka dapat diketahui
spesifikasi pompa yang digunakan. Spesifikasi pompa dapat dilihat dari diagram
spesifikasi pompa pada Gambar 14. Hasil dari grafik tersebut, didapatkan spesifikasi
pompa sebesar 150 x 125 – 500. Daya air dan daya poros pompa membutuhkan daya
listrik sebesar 1286.59 watt dan 1431.74 watt.
36
DAFTAR PUSTAKA
Ukuran
Beban Unit Laju
pipa Ratio Ratio I I' I+I' R(I+I')
Sistem Daerah Alat Aliran
dengan
Plambing
(l/menit) (mm) (mm/m) (m/detik) (m) (m) (m) (mm air)
R < 36.52 mm/m
A-B6 624 558 100 20 1.1 27 17.2 44.2 884.00
B6-a6 104 260 80 19.5 0.81 2 0.9 2.9 56.55
a6-b6 43 175 65 18 0.78 1.5 6 7.5 135.00
b6-c6 41 170 65 17.5 0.75 0.75 0.75 1.5 26.25
c6-d6 36 168 65 17 0.7 0.85 3.6 4.45 75.65
d6-e6 34 165 65 16 0.68 0.75 0.75 1.5 24.00
e6-f6 29 155 65 15 0.65 0.85 3.6 4.45 66.75
1 f6-g6 27 150 65 14.5 0.61 0.75 0.75 1.5 21.75
g6-h6 22 140 65 13 0.58 0.85 3.6 4.45 57.85
h6-i6 20 130 65 11 0.56 0.75 0.75 1.5 16.50
i6-j6 15 120 65 9.5 0.54 0.85 3.6 4.45 42.28
j6-k6 13 110 65 8.5 0.52 0.75 0.75 1.5 12.75
k6-l6 8 95 50 22 0.7 5.75 4.8 10.55 232.10
l6-m6 6 90 50 20 0.65 0.5 0.6 1.1 22.00
m6-n6 4 80 50 18 0.6 0.5 0.6 1.1 19.80
n6-o6 2 60 50 10 0.5 0.5 0.6 1.1 11.00
40
Lampiran 3 Hasil dan contoh perhitungan dimensi pipa air bersih (lanjutan)
Ukuran
Beban Unit Laju
pipa Ratio Ratio I I' I+I' R(I+I')
Sistem Daerah Alat Aliran
dengan
Plambing
(l/menit) (mm) (mm/m) (m/detik) (m) (m) (m) (mm air)
R < 32.4118
a6-af6 61 215 80 15 0.7 5.7 3.9 9.6 144
af6-ae6 59 200 65 30 0.98 0.5 0.9 1.4 42
ae6-ad6 57 198 65 28 0.87 0.5 0.9 1.4 39.2
ad6-ac6 55 195 65 24 0.82 0.5 0.9 1.4 33.6
ac6-ab6 53 190 65 24.5 0.81 6.75 3.15 9.9 242.55
ab6-aa6 48 178 65 18 0.75 0.6 0.75 1.35 24.3
aa6-z6 43 175 65 17 0.7 1.6 3.15 4.75 80.75
z6-y6 38 170 65 16 0.68 0.6 0.75 1.35 21.6
2 y6-x6 33 165 65 15.5 0.64 0.6 0.75 1.35 20.925
x6-w6 28 150 65 15 0.61 0.95 0.75 1.7 25.5
w6-v6 23 145 65 14 0.6 0.85 3.6 4.45 62.3
v6-u6 21 125 65 10.5 0.55 0.75 0.75 1.5 15.75
u6-t6 16 120 50 31.5 0.81 0.85 3 3.85 121.275
t6-s6 14 110 50 28 0.8 0.75 0.6 1.35 37.8
s6-r6 9 100 50 25 0.75 0.85 3 3.85 96.25
r6-q6 7 90 50 20 0.65 0.75 0.6 1.35 27
q6-p6 2 60 40 30 0.7 0.85 2.1 2.95 88.5
41
Lampiran 3 Hasil dan contoh perhitungan dimensi pipa air bersih (lanjutan)
Lampiran 5 Hasil dan contoh perhitungan kehilangan tekanan dan tinggi rooftank
Sistem Daerah Ratio Diameter A Debit Debit L Hf
(m/detik) (mm) (cm) (m) (m2) (m3/s) (L/s) (m) (m)
A-B6 1.1 100 10 0.1 0.00785 0.008635 8.635 23.8 0.550869
B6-a6 0.81 80 k8 0.08 0.005024 0.004069 4.06944 2 0.034086
a6-b6 0.78 65 6.5 0.065 0.003317 0.002587 2.586968 1.5 0.030368
b6-c6 0.75 65 6.5 0.065 0.003317 0.002487 2.487469 0.75 0.014121
c6-d6 0.7 65 6.5 0.065 0.003317 0.002322 2.321638 0.85 0.014086
d6-e6 0.68 65 6.5 0.065 0.003317 0.002255 2.255305 0.75 0.01178
e6-f6 0.65 65 6.5 0.065 0.003317 0.002156 2.155806 0.85 0.012282
1 f6-g6 0.61 65 6.5 0.065 0.003317 0.002023 2.023141 0.75 0.009635
g6-h6 0.58 65 6.5 0.065 0.003317 0.001924 1.923643 0.85 0.009947
h6-i6 0.56 65 6.5 0.065 0.003317 0.001857 1.85731 0.75 0.008225
i6-j6 0.54 65 6.5 0.065 0.003317 0.001791 1.790978 0.85 0.008715
j6-k6 0.52 65 6.5 0.065 0.003317 0.001725 1.724645 0.75 0.007172
k6-l6 0.7 50 5 0.05 0.001963 0.001374 1.37375 5.75 0.129373
l6-m6 0.65 50 5 0.05 0.001963 0.001276 1.275625 0.5 0.009809
m6-n6 0.6 50 5 0.05 0.001963 0.001178 1.1775 0.5 0.008459
n6-o6 0.5 50 5 0.05 0.001963 0.000981 0.98125 0.5 0.006037
Total Hf 0.864964
44
Lampiran 5 Hasil dan contoh perhitungan kehilangan tekanan dan tinggi rooftank (lanjutan)
Sistem Daerah Ratio Diameter A Debit Debit L Hf
a6-af6 0.7 80 8 0.08 0.005024 0.003517 3.5168 5.7 0.074157
af6-ae6 0.98 65 6.5 0.065 0.003317 0.00325 3.250293 0.5 0.015441
ae6-ad6 0.87 65 6.5 0.065 0.003317 0.002885 2.885464 0.5 0.012389
ad6-ac6 0.82 65 6.5 0.065 0.003317 0.00272 2.719633 0.5 0.011104
ac6-ab6 0.81 65 6.5 0.065 0.003317 0.002686 2.686466 6.75 0.146536
ab6-aa6 0.75 65 6.5 0.065 0.003317 0.002487 2.487469 0.6 0.011297
aa6-z6 0.7 65 6.5 0.065 0.003317 0.002322 2.321638 1.6 0.026515
z6-y6 0.68 65 6.5 0.065 0.003317 0.002255 2.255305 0.6 0.009424
2 y6-x6 0.64 65 6.5 0.065 0.003317 0.002123 2.12264 0.6 0.008424
x6-w6 0.61 65 6.5 0.065 0.003317 0.002023 2.023141 0.95 0.012205
w6-v6 0.6 65 6.5 0.065 0.003317 0.00199 1.989975 0.85 0.010591
v6-u6 0.55 65 6.5 0.065 0.003317 0.001824 1.824144 0.75 0.007956
u6-t6 0.81 50 5 0.05 0.001963 0.00159 1.589625 0.85 0.025053
t6-s6 0.8 50 5 0.05 0.001963 0.00157 1.57 0.75 0.021603
s6-r6 0.75 50 5 0.05 0.001963 0.001472 1.471875 0.85 0.021728
r6-q6 0.65 50 5 0.05 0.001963 0.001276 1.275625 0.75 0.014713
q6-p6 0.7 40 4 0.04 0.001256 0.000879 0.8792 0.85 0.024805
Total Hf 0.453942
45
Lampiran 5 Hasil dan contoh perhitungan kehilangan tekanan dan tinggi rooftank
(lanjutan)
• Menentukan debit aliran pada daerah A-B6
o V = 1.15 m/detik
o D = 0.1 m
o A = ¼ ×∏ × D2 = 0.0079
o Q = V × A = 8.635 L/detik
• Menentukan kehilangan tekanan
𝑄 8.635
o Hf = (0.00155 ×𝑐 ×𝐷2.63)1.85 × 𝐿 = (0.00155 ×100×0.12.63 )1.85 × 23.8 =
0.5509 m
• Menentukan Hf total
o Hftotal = ∑Hf terbesar + Hf sisa tekan + h alat plambing = 0.865 + 7 + 1.1 = 8.965
m
• Menetukan Hstatis
o Hstatis = h gedung lantai teratas + h Menara roof tank = 3.5 + 7 = 10.5 m
• Menentukan dimensi pipa dari ground reservoir ke roof tank
o Q = V × A = V × ¼ ×∏ × D2
4𝑥𝑄 4 𝑥 0.015
o D = √𝜋 𝑥 𝑉 = √3.14 𝑥 1.5 = 125 m
o Vcheck = Q/A = 0.019/0.0123 = 1.5 m/detik
46
Diameter
Akumulasi pipa Diameter Pipa Diameter Pipa
Sistem Daerah Alat Plambing UAP Slope
UAP minimum Terpasang (mm) Terpakai (inch)
(mm)
p-q floor drain 0.5 0.5 40 50 3 1/8
q-r water closet 4 4.5 75 50 3 1/8
r-s floor drain 0.5 5 40 65 3 1/8
s-t water closet 4 9 75 65 3 1/8
t-u floor drain 0.5 9.5 40 75 3 1/8
u-v water closet 4 13.5 75 75 3 1/8
v-w floor drain 0.5 14 40 75 3 1/8
w-x water closet 4 18 75 75 3 1/8
x-y urinoar 4 22 40 100 4 1/8
2
y-z urinoar 4 26 40 100 4 1/8
z-aa urinoar 4 30 40 100 4 1/8
aa-ab urinoar 4 34 40 100 4 1/8
ab-ac urinoar 4 38 40 100 4 1/8
ac-ad floor drain 0.5 38.5 40 100 4 1/8
ad-ae lavatory 1 39.5 32 100 4 1/8
ae-af lavatory 1 40.5 32 100 4 1/8
af-ag lavatory 1 41.5 32 100 4 1/8
ag-B lavatory 1 42.5 32 100 4 1/8
48
(o-B) + (ag-
B-A B) 69.5 100 4
Lampiran 7 Tabel diameter minimum, perangkap dan pipa buangan alat plambing
50
(b) beban maksimum UAP yang ditentukan, untuk cabang horizontal dan pipa
tegak buangan
51