Anda di halaman 1dari 28

STUDI KELAYAKAN PERENCANAAN FONDASI TIANG

BETON COR (STRAUSS), FONDASI TELAPAK DAN

PONDASI MENERUS PADA KLINIK PRATAMA

MUHAMMADIYAH KABUPATEN SUMBAWA

SKRIPSI

ALFIANSYAH

11.05.12.0443

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA

UNIVERSITAS SAMAWA (UNSA)

SUMBAWA BESAR

2015
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sumbawa merupakan kota yang sedang berkembang di Provinsi Nusa

Tenggara Barat dengan pesat, baik pembangunan sarana fisik maupun non

fisik. Selain merenovasi bangunan yang sudah ada juga dilaksanakan

pembangunan kembali karena untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang

terus berkembang. Diantara pembangunan dibidang sarana fisik tersebut

antara lain Pembangunan Klinik Pratama Muhammadiyah Kabupaten

Sumbawa yang merupakan tempat berobat dan merawat orang yang sakit.

Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

laju pertumbuhan yang demikian pesat khususnya di Indonesia, telah

memicu meningkatnya kuantitas dan kualitas konstruksi bangunan. Hal ini

terjadi seiring dengan kebutuhan masyarakat akan sarana fisik yang terus

meningkat. Dengan demikian merupakan sebuah tantangan ke depan pada

para calon engineer untuk menghadapi persaingan secara global, terlebih

lagi dengan banyaknya tenaga asing yang masuk ke Indonesia merupakan

suatu tantangan tersendiri. Maka dari itu harus mempersiapkan diri mulai

sekarang untuk lebih giat belajar baik secara formal (kuliah di kampus)

maupun tidak formal (seminar, kursus, magang dan lain-lain). Dengan

demikian kelak dapat percaya diri untuk menghadapi semua ini.


Pada perencanaan pembangunan gedung bertingkat tinggi harus

diperhatikan beberapa aspek penting, seperti lingkungan, sosial, ekonomi,

serta aspek keamanan. Untuk itu diperlukan suatu perencanaan yang matang

sehingga setiap hambatan yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang

dapat teratasi dengan baik. Hal tersebut haruslah menjadi landasan utama

dalam setiap pekerjaan khususnya di bidang Teknik Sipil seperti pembuatan

gedung, jalan, waduk, bendung, saluran irigasi, jembatan dan struktur-

struktur yang lainnya.

Semua struktur bangunan yang ada di atas tanah didukung oleh sistem

pondasi pada permukaan tanah. Pondasi merupakan bagian dari suatu sistem

rekayasa yang meneruskan beban yang ditopang dan beratnya sendiri

kepada dan kedalam tanah dan batuan yang terletak dibawahnya. Pemilihan

sistem pondasi yang digunakan pada dasarnya merupakan studi alternatif

ekonomis. Hal-hal yang ikut dipertimbangkan tidak hanya material dan

tenaga kerja, tetapi juga biaya-biaya lainnya. Cara cara mengatasi agar

seminimal mungkin kerusakan pada bangunan didekatnya dan waktu yang

digunakan untuk membangun. Selain itu perlu juga diperhatikan bahwa

pada waktu pelaksanaan pembangunan struktur tidak boleh merusak

lingkungan sekitar. Dimana lokasi proyek yang dikerjakan juga dekat

dengan sungai maka struktur pondasi yang direncanakan haruslah mampu

memenuhi syarat layak tidaknya digunakan.

Melihat permasalahan tersebut, penulis beranggapan bahwa penting

adanya untuk melakukan studi kelayakan perencanaan pondasi pada klinik


pratama muhammadiyah kabupaten Sumbawa. Mengingat klinik merupakan

fasilitas umum yang harus menjamin keselamatan dan kenyaman setiap

orang yang berada didalamnya. Maka dari itu, dalam pembagunan klinik,

perlu diperhtikan secara teliti dalam hal kelayakan dengan mengetahui sifat-

sifat tanahnya, bisa dengan tes lapangan maupun tes laboratorium sebelum

pembangunan pondasi. Selain tes lapangan atau laboratorium, kita juga

harus mengetahui perumusan untuk menghitung daya dukung pondasi, baik

pondasi dangkal ataupun pondasi dalam. Oleh karena itu penulis tertarik

untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam bentuk karya tulis dalam

judul Studi Kelayakan Perencanaan Pondasi Tiang Beton Cor (Strauss),

Pondasi Telapak Dan Pondasi Menerus Pada Klinik Pratama

Muhammadiyah Kabupaten Sumbawa .

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis

menemukan permasalahan yang penting untuk dibahas lebih lanjut. Adapun

permasalahan tersebut yaitu ditinjau dari lokasi perencanaan bangunan

rumah sakit tersebut yang berdekatan dengan sungai, apakah sudah layak

atau tidak pondasi bangunan tersebut digunakan berdasarkan data yang ada?

1.3 BATASAN MASALAH

Untuk menghindari pembahasan yang menyimpang dari pokok

permasalahan, penulis memberikan batasan-batasan mengenai ruang lingkup


permasalahan yang ingin dibahas sehingga dengan demikian skripsi ini

dapat diuraikan secara sistematis. Adapun ruang lingkup permasalahan yang

akan dibahas adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini hanya dilakukan dilokasi pembangunan Klinik Pratama

Muhammadiyah kabupaten Sumbawa.

2. Penelitian ini hanya membahas tentang kelayakan struktur bawah yaitu

pondasi tiang beton cor (straus), pondasi telapak dan pondasi menerus

pada pembangunan Klinik Pratama Muhammadiyah kabupaten Sumbawa

dari segi teknis dan ekonomis.

1.4 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui

syarat kelayakan perencanaan pondasi tiang benton cor (strauss), pondasi

telapak dan pondasi menerus pada Klinik Pratama Muhammadiyah.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Bagi Pemerintah

Sebagai bahan masukan bagi pemerintah (khususnya dinas yang terkait)

untuk mengetahui layak atau tidak pondasi tersebut.

2. Bagi mahasiswa

Sebagai referensi bagi mahasiswa yang ingin meneliti tentang pondasi

khususnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TANAH

Pemahaman tentang posisi dan kondisi tanah harus dimiliki oleh orang

yang akan membangun. Kondisi tanah merupakan keadaan tanah yang

berkaitan dengan kekerasan tanah seperti tanah yang lembek berlempung,

tanah pasir atau tanah keras. Tanah sebagai tempat mendirikan bangunan

otomatis akan terbebani oleh berat bangunan tersebut dengan segala efeknya

seperti berat sendiri dan beban hidup. Tanah berguna sebagai bahan

bangunan pada berbagai macam pekerjaan sipil dan sebagai pendukung

pondasi bangunan.

2.1.1 Pengertiaan Tanah

Tanah (soil) yaitu kumpulan butir butir mineral alam yang

dihasilkan oleh pelapukan dari batu batu dan butir butir yang

mudah dipisah pisahkan satu sama lain, bila perlu dengan bantuan

air. Batu (rock) adalah butir butir tanah yang dipersatukan oleh

gaya kohesi yang kuat dan permanen.

2.1.2 Fungsi Tanah

Tanah memiliki 5 fungsi yaitu :

a. Tempat tumbuh dan berkembangnya tanaman,

b. penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur

unsur hara),
c. penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh,

hormon, vitamin, asam-asam organik, antibiotik, toksin anti

hama, dan enzim yang dapat meningkatkan ketersediaan hara)

dan siklus hara, dan

d. sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena

terlibat langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan

primer dan sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak

negatif karena merupakan hama dan penyakit tanaman,

e. lokasi pembangunan berbagai infrastruktur, seperti bangunan

rumah, kantor, supermarket, jalan, terminal, stasiun, bandara, dll.

2.1.3 Penyelidikan Tanah

Tanah sebagai suatu tempat bagi manusia untuk hidup dan

berkembang memiliki banyak fungsi. Untuk itu perlu diadakan

penyelidikan mengenai tanah yang kita tempati. Tanah pondasi

biasanya merupakan bahan yang susunannya amat rumit dan

beraneka ragam. Walaupun sifat fisik dan mekaniknya dapat

diketahui dengan penyelidikan tanah atau pengujian tanah, namun

hasilnya tak sesuai benar dengan kenyataan.

Dalam desain pondasi, kita dapat membuat dengan cara yang

rasional tanpa seorang desainer yang memiliki konsepsi dari akibat

yang diterima sifat-sifat fisis tanah. Penyelidikan tanah sangatlah

penting dilaksanakan untuk memperoleh pendekatan dari sifat tanah

asli. Elemen - elemen penyelidikan tanah sangat tergantung dari


jenis proyek yang akan dilaksanakan, penyelidikan tanah di lapangan

bertujuan untuk mengetahui kondisi tanah dan jenis lapisannya.

Penyelidikan tanah ini dilakukan dengan berbagai cara, seperi :

a. Sondir, test sondir dilakukan dengan menggunakan alat sondir

yang dapat mengukur nilai perlawanan konus (Cone Resistance)

dan hambatan lekat (Lokal Friction) secara langsung dilapangan.

Hasil penyondiran disajian dalam bentuk diagram sondir yang

memperlihatkan hubungan antara kedalaman sondir dibawah

muka tanah dan besarnya nilai perlawanan konus (qc) serta

jumlah hambatan pelekat (TF).

b. Deep Boring, Deep boring dilaksanakan dengan menggunakan

mesin bor untuk mendapatkan contoh tanah. Pekerjaan Standard

Penetration Test juga dilakukan pada pekerjaan boring.

c. Standard Penetration Test, Standard Penetration Test

dilaksanakan pada lubang bor setelah pangambilan contoh tanah

pada setiap beberapa interval kedalaman. Hasil SPT ini disajikan

dalam bentuk diagram pada boring log.

2.1.4 Daya Dukung Tanah

Daya dukung tanah didefiniskan sebagai kekuatan maksimum

tanah menahan tekanan dengan baik tanpa menyebabkan terjadinya

failure. Sedangkan failure pada tanah adalah penurunan (sattlement)


yang berlebihan atau ketidakmampuan tanah melawan gaya geser

dan untuk meneruskan beban pada tanah. (Bowles J.E, 1992).

Gambar 2.1. Daya Dukung Batas Dari Tanah Pondasi . (Bowles J.E, 1992).

Gambar diatas menunjukkan bahwa apabila beban bekerja

pada tanah pondasi dinaikan maka penurunan akan meningkat

dengan cepat setelah gaya telah mencapai gaya tertentu dan

kemudian penurunan akan terus berlanjut, meskipun beban tidak

ditambah lagi. Perhitungan daya dukung tanah menggunakan rumus

Terzhagi yaitu :

1. Untuk pondasi menerus.


qu= c . Nc +q . Nq + 0,5 B . N (1)

2. Untuk pondasi persegi


qu= 1,3 c . Nc +q . Nq + 0,4 B . N (2)

3. Untuk pondasi lingkaran


qu= 1,3 c . Nc +q . Nq + 0,3 B . N (3)

dengan notasi :
qu = daya dukung tanah ultimit.
B = lebar fondasi
D = kedalaman pondasi.

= besar volume tanah.


q = D (surcharge load).
c = kohesi tanah.
= sudut geser tanah

Nc , Nq dan N adalah faktor daya dukung tanah (bearing-capacity

factors) yang besarnya tergantung dari sudut geser tanah. Jadi untuk
menghitung daya dukung tanah, perlu diketahui berat volume tanah

() , kohesi tanah (c) dan sudut geser tanah ().

2.2 DEFINISI PONDASI

Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan

langsung dengan tanah, atau bagian bangunan yang terletak dibawah

permukaan tanah yang mempunyai fungsi memikul beban bagian bangunan

yang lainnya diatasnya.

Pondasi merupakan bagian struktur dari bangunan yang sangat

penting, karena fungsinya adalah menopang bangunan diatasnya, maka

proses pembangunannya harus memenuhi persyaratan utama sebagai

berikut.:

a. Cukup kuat menahan muatan geser akibat muatan tegak ke bawah.

b. Dapat menyesuaikan pergerakan tanah yang tidak stabil (tanah gerak)

Tahan terhadap pengaruh perubahan cuaca.

c. Tahan terhadap pengaruh bahan kimia.


Pembuatan pondasi dihitung berdasarkan hal-hal berikut :

a. Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban hidup,

mati serta beban-beban lain dan beban- beban yang diakibatkan gaya-

gaya eksternal.

b. Jenis tanah dan daya dukung tanah.

c. Bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempat.

d. Alat dan tenaga kerja yang tersedia.

e. Lokasi dan lingkungan tempat pekerjaan.

f. Waktu dan biaya pekerjaan.

Dalam perencanaan pondasi untuk suatu struktur dapat digunakan

beberapa macam tipe pondasi. Pemilihan pondasi berdasarkan fungsi

bangunan atas (upper structure) yang akan dipikul oleh pondasi tersebut,

besarnya beban dan beratnya bangunan atas, keadaan tanah dimana

bangunan tersebut didirikan dan berdasarkan tinjauan dari segi ekonomi.

2.3 JENIS-JENIS PONDASI

Secara umum jenis-jenis struktur bawah (pondasi) menurut Zainal

(1995) dibedakan atas dua bagian yaitu pondasi dangkal (shallow

foundation) dan pondasi dalam (deep foundation). tergantung dari letak

tanah kerasnya dan perbandingan kedalaman dengan lebar pondasi. Pondasi

dangkal kedalamannya kurang atau sama dengan lebar pondasi (D B) dan

dapat digunakan jika lapisan tanah kerasnya terletak dekat dengan

permukaan tanah. Sedangkan pondasi dalam digunakan jika lapisan tanah


keras berada jauh dari permukaan tanah. Pondasi dapat digolongkan

berdasarkan kemungkinan besar beban yang harus dipikul oleh pondasi.

Jenis jenis pondasi menurut Hary Christiady (2006) adalah :

a) Pondasi telapak yaitu pondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung

kolom.

b) Pondasi memanjang pondasi yang berguna untuk mendukung dinding

memanjang atau sederetan kolom - kolom yang berjarak sangat dekat,

sehingga bila dipakai pondasi telapak sisi - sisinya akan berimpit satu

sama lain.

c) Pondasi rakit yang berguna untuk mendukung bangunan yang terletak

pada tanah lunak, atau digunakan bila susunan kolom - kolom jaraknya

sedemikian dekat ke semua arahnya, sehingga bila dipakai pondasi

telapak sisi - sisinya akan berimpit satu sama lain.

d) Pondasi sumuran adalah bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan

pondasi tiang, digunakan bila tanah dasaryang kuat terletak pada

kedalaman yang relatif dalam.

e) Pondasi tiang digunakan bila tanah pondasi pada kedalaman yang normal

tidak mampu mendukung bebannya, sedangkan tanah keras terletak pada

kedalaman yang sangat dalam.

Eduart Nawi menyatakan, ada beberapa macam jenis - jenis pondasi yaitu :

a) Pondasi dinding, Pondasi ini terdiri dari jalur slab disepanjang dinding,

tebalnya lebih dari pada tebal dinding. Tulangan utamanya terletak tegak

lurus terhadap arah dinding.


b) Tulangan kolom yang terisolasi bebas, Jenis pondasi ini cukup ekonomis

apabila digunakan untuk beban yang relatif kecil untuk pondasi yang

teletak di atas batu karena pondasi ini terdiri atas slab segiempat atau

bujur sangkar.

c) Pondasi gabungan, Pondasi ini menerima beban dari dua atau lebih

kolom. pondasi gabungan diperlukan apabila kolom dinding harus ada

pada garis gabungan, dan slab pondasinya tidak terletak pada garis

bangunnan.

d) Pondasi tiang, Pondasi ini sangat penting apabila tanahnya lunak sampai

kedalaman yang cukup besar. tiang tersebut dipancang sampai kepada

batuan yang keras atau sampai kedalaman yang cukup untuk memberikan

tahanan gesekan. Tiang tersebut merupakan tiang pracetak atau beton

pratekan dan ada juga yang terbuat dari bahan baja atau kayu. Setiap

tiang harus mempunyai kepala tiang (pile cap) dari beton yang ditulangi

pada kedua arah.

e) Pondasi rakit atau pondasi terapung, Pondasi ini digunakan apabila daya

dukung tanah yang diizinkan sangat kecil pada kedalaman yang cukup

besar.

Untuk membantu memilih jenis pondasi, Peck (1953) memberikan


rumus yaitu :

Untuk Pondasi Dangkal (4)

Untuk Pondasi Dalam (5)


Gambar 2.2. Peralihan gaya pada pondasi (Peck, 1953)
a. Pondasi dangkal
b. Pondasi dalam

2.4 PONDASI TIANG BETON COR (STRAUSS)

Pondasi tiang termasuk jenis pondasi dalam. Bagian ini akan

membahas tinjauan yang harus dilakukan dalam merencanakan pondasi

tiang beton cor.

2.4.1 Pondasi Strauss

Pondasi ini mempunyai karakteristik khusus karena cara untuk

pelaksanaanya yang dapat mengakibatkan perbedaan prilakunya

dibawah pembebanan dibandingkan tiang pancang. (H.C. Hardiyatmo,

2002)

Pondasi tiang mengalihkan beban kepada tanah melalui dua

mekanisme : gesekan selimut dan tahanan ujung. Gesekan selimut

diperoleh sebagai akibat adhesi atau perlawanan geseran antara

selimut tiaang dengan tanah disekitarnya, sedangkan tahanan ujunng

timbul karena desakan ujung pondasi terhadap tanah. (K. Nakazawa,

1983).
2.4.2 Kapasitas Dukung Bored Pile Dari Hasil SPT

Standard Penetration Test (SPT) adalah sejenis percobaan

dinamis dengan memasukkan suatu alat yang dinamakan spit spoon ke

dalam tanah. Dengan percobaan ini akan diperoleh kepadatan relatif

(relatitive density), sudut geser tanah () berdasarkan nilai jumlah

pukulan (N). (K. Nakazawa, 1983).

Perkiraan kapasitas daya dukung pondasi bored pile pada tanah

pasir dan silt didasarkan pada data uji lapangan SPT, ditentukan

dengan perumusan sebagai berikut :

Daya dukung ujung pondasi bored pile (end bearing), (Reese &

Wright, 1977).

Qp = Ap.qp (6)
Untuk tanah koesif :
qp = 9 Cu (7)
Cu = (8)

Dimana :
N = Nilai rata rata SPT
Daya dukung selimut bored pile (skin friction), (Reese & Wright,
19770.
Qs = f . L . p (9)

Pada tanah kohesif :


F= (10)
Dimana :
factor adhesi

- Berdasarkan penelitian Reese & Wright (1977)


0,55.
- Metode kulhaway (1984), bedasarakan rafik Undrained Shearing

Resistance vs. Adhesion Faktor.

Kohesi tanah, ton/m2

Pada tanah non kohesif :


Untuk N < 60
ton/ft2

qs = 2/3 N ton/ft2

untuk 53 < N < 100 maka f diperoleh dari kerelasi langsung dengan
N-SPT (Reese & Wright, 1977).

Gambar 2.3. Tahanan Geser Selimut Bore Pile pada Tanah Pasiran
(Reese & Wright, 1977).

2.4.3 Pile Cap

Dalam merencanakan pile cap harus dipenuhi persyaratan

kekakuan gaya geser nominal beton yang harus lebih besar dari pons

yang terjadi. Hal ini sesuai yang disyaratkan pada SNI 03-2847-2002

pasal 13.12.2.

Kuat geser satu arah :


Vc < 1/6 x fc x bw x d (11)
Kuat geser dua arah :

Vc = ( ) (fc) ( ) bo.d (12)

Tetapi tidak boleh kurang dari


Vc < fc bo d (13)

2.5 PONDASI TELAPAK

Pondasi telapak yang berdiri sendiri (individual footing) biasa


digunakan untuk menumpu kolom bangunan, tugu/menara, tangki air, pilar
jembatan, cerobong asap dan lain konstruksi bangunan sipil. Pondasi telapak
umumnya berbentuk bujur sangkar atau persegi panjang. Pada pondasi
telapak yang mendukung beban sentris tanpa momen, bentuk pondasi dapat
digunakan bujur sangkar, bila beban sentris yang bekerja berupa gaya tekan
V, maka plat pondasi akan memberikan desakan pada tanah sebesar :
P = ton/m2 (14)

A = luas pondasi

Gambar 2.4. Beban sentris tanpa momen


(Ir. Rudy Gunawan. 1990)

Sebaliknya tanah akan memberikan desakan pada plat pondasi dengan q = p

Jika beban yang bekerja pada pondasi adalah gaya sentris V bersama dengan

momen M, maka biasa digunakan pondasi berbentuk persegi panjang dan

analisa hitungan adalah sebagai berikut :

a. Karena V akan timbul desakan terbagi rata


P1 = (15)

b. Karena pengaruh momen M, akan timbul momen perlawanan (momen

kopel) M oleh P.

P = ( ) ( ) bx . P2 . bx (16)
M = P (2) (1/3) . bx
= . bx . P2 . by (2/3) bx
= (1/6) . bx2 . P2 (17)
Dari M = M

Maka P2 = (18)

(+) adalah tanda gaya desak di kanan,


(-) adalah tanda gaya desak di kiri.

c. Pengaruh kombinasi V dan M.

Pmax = (19)
( )

Pmax = (20)
( )

Atau Pext =
( )

Pmin 0 adalah syarat agar pada dasar fondasi hanya terjadi tegangan desak

saja, sebab tanah tidak dapat menahan tegangan tarik.

V sentris dengan momen M = V.e, dengan e adalah eksentrisitas dari gaya


vertical V.

Gambar 2.5. Tegangan tarik dengan momen


(Ir. Rudy Gunawan. 1990)

Pada keadaan Pmin = 0, maka :


0= ( )
( )

=0
( )

e = . bx dan Pmax = (21)

Jadi e = (1/6) . bx adalah batas dimana pada dasar fondasi hanya


terjadi tegangan desak saja, bila e > (1/6) . bx , pada dasar pondasi teoritis
akan terjadi tegangan tarik sebagian, maka rumus

Pext = ( ) hanya berlaku untuk : e l (1/6) . bx l (22)

2.5.1 Design Terhadap Geser

Ketebalan plat pondasi memberikan dukungan yang sangat besar

kekuatan geser pondasi.

Aksi Balok : SNI hal 49

Vc = 1/6 fc bw d > Vn ~ Vu / (23)

bw = lebar plat pondasi

d = tinggi efektif

Aksi plat : SNI hal 50

Vc = (1+2 / c) (fc/6) bo d (24)

c = sisi panjang / sisi pendek

bo = keliling penampang kritis (lokasi d/2)

2.5.2 Daya Dukung Telapak

Kapasitas dukung ultimit tanah menurut Terzhagi dan Peck (1943) :

Rumus Kapasitas Daya Dukung Menurut Terzhagi


Pondasi Lajur / Menerus Segi empat

qUlt= c . Nc +q . Nq + 0,5 B . N (25)

Pondasi Segi empat

qUlt= c.Nc+(1+0,3.B/L +Df .Nq+0,5 B.N(1-0,2B/L) (26)

Pondasi Lingakaran

qu= 1,3 c . Nc +q . Nq + 0,3 B . N (27)

Tabel 1. Nilai Faktor Daya Dukung menurut Terzhagi


,o Nc Nq N
0 5,71 1 0
10 9,6 2,7 1,2
15 12,9 4,4 2,5
10 17,7 2,7 5
34 52,6 36,5 36
48 258,3 287,9 780,1
50 347,5 415,1 1153,2
Sumber : Terzhagi dan Peck (1943)

Atau dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

Nc = 1/tan x (a2/(2 x cos2 (45 + /2) 1) (28)

Nq = a2/(2 x cos2 (45 + /2) ) = Nc x tan + 1 (29)

Ng = x tan x (Kp / cos2 1 ) (30)

2.6 PONDASI MENERUS

Pondasi menerus biasanya digunakan untuk pondasi dinding, terutama

digunakan pada bangunana/rumah tinggal tidak bertingkat, seluruh beban

atap/beban bangunan umumnya dipikul oleh kolom dan dinding, diteruskan

ke tanah melalui pondasi menerus sepanjang dinding bangunan.


Pondasi menerus hanya mempertimbangkan berat beban yang bekerja

tanpa mempertimbangkan beban momen yang terjadi, yang oleh karena itu

kurang tepat apabila dipakai pada konstruksi bangunan yang berat /

bertingkat tinggi. Untuk bangunan kecil di atas tanah baik, pondasi menerus

dinding bata cukup diletakkan pada kedalaman 60 80 cm di bawah

muka tanah, bila dinding 1 bata, kedalaman pondasi biasanya 80 100 cm,

sedang konstruksi pondasi cukup dari pasangan batu, lebar dasar pondasi

umumnya dibuat tidak kurang dari 2,5 kali tebal tembok.

Dasar perhitungan pondasi menerus batu kali :

syarat yang harus dipenuhi (31)

Dimana :
= Tekanan yang terjadi
= Daya dukung tanah
= Berat konstruksi diatas
= Berat sloof
= Berat tanah urug
= Berat dinding
= Berat pondasi
A = Luas penampang bawah

Bila diketahui beban-beban dari struktur atas dan daya dukung tanah,

maka pondasi batu kali dapat ditentukan.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 UMUM

Metode Penelitian adalah penyelidikan suatu masalah secara

sistematis, kritis, ilmiah, dan lebih formal dan umumnya bertujuan untuk

menemukan, mengembangkan, atau menguji kebenaran suatu pengetahuan

yang memiliki kemampuan deksripsi dan atau prediksi (Suhardjono, 1993).

3.2 LOKASI STUDI

Adapun lokasi studi kelayakan pondasi tiang beton cor (strauss),

pondasi telapak dan pondasi menerus di daerah pembangunan rumah sakit

islam kabupaten Sumbawa bertempat di jalan Hasanuddin Kelurahan Bugis

Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Gambar 3.1. Lokasi Penelitian (Dokumentasi Pribadi, 2015)


Gambar 3.2. Lokasi Penelitian (Citra Satelite, Google Earth 2013)

3.3 METODE PENGUMPULAN DATA

Data-data yang akan digunakan sebagai dasar dalam pembuatan serta

penyusunan laporan tugas akhir dapat dikelompokkan dalam dua jenis data

yaitu data primer dan data sekunder.

3.3.1 Data Primer

Data primer adalah data-data yang didapatkan melalui peninjauan dan

pengamatan langsung di lapangan. Pengamatan ini mencakup lokasi rencana

proyek, luas areal proyek, kondisi topografi dan keadaan umum proyek.

Pengamatan langsung tersebut didapat data-data sebagai berikut :

1. Data Proyek

Nama Proyek : PKU Muhammadiyah

Lokasi Proyek : Jalan Hasanuddin Kelurahan Bugis


Fungsi Bangunan : Klinik

Pemilik Proyek : Swakelola Muhammadiyah

Jumlah Lantai : 4 (empat) Lantai

Penyelidikan Tanah : Data Sondir

Struktur Bangunan Bawah : Pondasi Tiang Beton Cor (strauss),

Pondasi Telapak & Pondasi Menerus

2. Struktur Utama

Struktur utama pada bangunan gedung terdiri dari pelat, balok, dan

kolom, menggunakan baja castella BJ41, sedangkan untuk struktur

bawah (pondasi tiang beton cor (strauss), pondasi telapak dan pondasi

menerus) menggunakan beton ready mix K-225.

3.3.2 Data sekunder

Data sekunder merupakan data pendukung yang dipakai dalam proses

dan penyusunan Laporan Tugas Akhir. Yang merupakan klasifikasi data

sekunder adalah data tanah, literatur-literatur penunjang, grafik, tabel, dan

peta/denah yang berkaitan erat dengan proses perancangan struktur

bangunan.

Langkah yang dilakukan setelah mengetahui data-data yang

diperlukan adalah menentukan metode pengumpulan data.

Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan adalah :

a. Observasi

Observasi yaitu pengumpulan data melalui peninjauan dan pengamatan

langsung di lapangan.
b. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan mengambil data-data dari

hasil penyelidikan, tes, uji laboratorium, pedoman, bahan acuan, maupun

standart yang diperlukan dalam perencanaan bangunan melalui

perusahaan ataupun instansi pemerintah terkait.

3.4 METODE PERHITUNGAN DAN ANALISIS

Setelah data-data yang diperlukan terkumpul, dapat dilakukan proses

perhitungan pondasi tiang beon cor (strauss), pondasi telapak dan menerus

serta menganalisis terhadap struktur pondasi pada pembangunan Gedung

Klinik Pratama Muhammadiyah kabupten Sumbawa yaitu :

1. Perhitungan Struktur Atas

Perihitungan pembebanan maksimum pada kolom-kolom yang ditumpu

langsung oleh pondasi konstruksi telapak.

2. Analisis pondasi tiang beton cor (strauss), telapak dan menerus

Menganalisis hasil perhitungan struktur pondasi konstruksi pondasi

tiang beton cor (strauss), telapak dan menerus yang terjadi.


3.5 BAGAN ALIR PENELITIAN

MULAI

PERSIAPAN

PENGUMPULAN DATA

ANALISA DATA TEKNIS ANALISA DATA EKONOMIS

a. Menghitung Kapasitas Daya


Estimasi
Dukung / Kemampuan Pondasi
Rencana Anggaran Biaya
b. Menghitung Penurunan
Tunggal

Tidak Tidak

Analisa Hasil Analisa Hasil


Perhitungan Perhitungan
(Layak) (Hemat)

Ya Ya

KESIMPULAN

SELESAI
3.6 RENCANA KEGIATAN PENULISAN PROPOSAL PENELITIAN

Bulan / Minggu Ke -
Mei Juni Juli Agustus September Oktober
No. Jenis Kegiatan KET
2015 2015 2015 2015 2015 2015
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan

2 Pengajuan Judul & Dosen Pembimbing

3 Persetujuan Judul & Dosen Pembimbing

4 Pembuatan & Pengesahan Proposal Penelitian

5 Seminar Proposal Penelitian

6 Pelaksanaan, Penyusunan & Bimbingan

7 Pengajuan Seminar & Pendadaran Penelitian

8 Seminar Penelitian

9 Pendadaran Penelitian

10 Revisi, Pengesahan dan Penjilidan Penelitian

Keterangan : Rencana Kegiatan Penelitian Proposal


DAFTAR PUSTAKA

Bowles J.E. 1977. Foundation Analysis and Design, Fifth Edition. New York,
The McGraw Hill Companies, Inc.

Bowles, J. E. 1962. Fondation Analysis and Design, McGraw-Hill Book Co.,


New York, The McGraw Hill Companies, Inc.

Gunawan, Rudy. 1990. Pengantar Teknik Pondasi. Yogyakarta, Kanisius


(Anggota IKAPI)

Hardiyatmo C, Hary. 2002. Teknik Pondasi 1. Yogyakarta, Penerbit Beta


Offset.

Hardiyatmo, C. Hary. 2003. Teknik Fondasi 2, Yogyakarta, Penerbit Beta


Offset.

Ibrahim, H.B. 1993. Rencana dan Estimasi Real of Cost. Jakarta, Penerbit PT.
Bumi Aksara.

Suryolelono, K. Basah. 2004. Perancangan Fondasi. Yogyakarta, Penerbit PT.


Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai