TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pendahuluan
bendungan, atau jalan yang bertumpu pada tanah harus didukung oleh
pada bangunan tersebut termasuk berat sendiri pondasi. Jika lapisan tanah
cukup keras dan mampu untuk memikul beban bangunan maka pondasi
1. Daya dukung pondasi harus lebih besar daripada beban yang bekerja
pada pondasi.
Fungsi bangunan atas (upper structure) yang akan dipikul oleh pondasi.
11
bagian konstruksi yang dapat dibuat dari beton, kayu, atau baja yang
bangunan beban yang bekerja padanya (Sardjono HS, 1988). Atau apabila
tanah yang mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat
bangunan dan seluruh beban yang bekerja berada pada lapisan yang sangat
dalam dari permukaan tanah, kedalaman > 8 m (Bowles, 1991). Jika hasil
kurang keras serta besarnya hasil estimasi penurunan tidak dapat diterima,
tahanan ujung (end bearing) dan peletakan tiang dengan tanah (friction).
Tiang dukung ujung (End Bearing Pile) adalah tiang yang kapasitas
12
kemiringan yang dapat dicapai oleh tiang pancang tergantung dari alat
2.2. Tanah
(terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang
telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas
13
Tanah terdiri dari 3 komponen yaitu udara, air, dan bahan padat.
sebagian atau seluruhnya dapat terisi oleh air atau udara. Jika rongga terisi
air seluruhnya maka tanah dikatakan dalam kondisi jenuh. Jika terisi udara
dan air maka dikatakan tanah pada kondisi jenuh sebagian. Dan jika tanah
tersebut tidak mengandung air sama sekali atau kadar airnya nol maka
14
Seperti telah dijelaskan bahwa tanah terdiri dari bahan padat, air
dan udara sehingga pada kenyataan tidak pernah dijumpai tanah berdiri
sendiri. Dalam ilmu mekanika tanah, volume tanah dibagi dua bagian yaitu
volume butir dan volume pori. Volume pori terdiri atas volume udara dan
volume air. Oleh sebab itu berbagai parameter tanah akan mempengaruhi
tanah, berat jenis tanah, kadar air tanah, kerapatan butiran, angka pori,
sudut geser tanah, dan sebagainya. Hal tersebut dapat diketahui dengan
tanah, karena itu tidak akan ada dua jenis tanah dengan deskripsi yang
15
Jika tanah akan dikerjakan pada kondisi tak terganggu, misalnya untuk
klasifikasi cukup penting dan berguna jika tanah yang ditinjau akan
tanah atau air ke luar secara teknis sangat kecil, maka proses deformasi
tanah akibat beban luar dapat ditinjau sebagai suatu gejala atau akibat dari
penyusutan pori.
2.3. Pondasi
dibatasi agar penurunan yang terjadi masih dalam batasan yang dapat
kedalaman (D) di bawah permukaan tanah yang besarnya kurang dari lebar
16
seperti tekanan angin, gempa bumi dan lain-lain serta tidak boleh terjadi
seperti tembok retak, lantai ubin pecah dan pintu jendela yang sukar
harus diletakkan pada lapisan tanah yang cukup keras/padat serta kuat
struktur yang ada di atas muka tanah dan gaya-gaya lain yang bekerja ke
baik bila tanah tersebut mempunyai kuat dukung tinggi dan sebagai
17
tergantung dari beban yang akan ditahan dan kedalaman tanah kerasnya.
lateral dari bawah pondasi, khusus untuk pondasi tapak dan rakit.
pertumbuhan tanaman.
perlindungan lingkungan.
18
didasarkan atas kekuatan tanah atau daya dukung tanah. Letak tanah kuat
tetapi pada tanah lunak harus dipasang konstruksi pondasi dalam, dengan
yang menerima beban tidak lebih dari 1 - 2 m dari permukaan tanah atau
berdiri dengan pelebaran kaki di atas tanah dasar yang keras dan padat.
19
oleh tanah. Pondasi dangkal ini digunakan apabila beban yang diteruskan
ke tanah tidak terlalu besar. Misalnya, rumah sederhana satu lantai, dua
Pondasi Umpak
pada rumah adat, rumah kayu, atau rumah tradisional jaman dulu.
20
Bahan dasarnya adalah batu kali dan sering kita temui pada
21
atau rawa yang lapisan tanah kerasnya berada jauh dari permukaan
mulai dari 20, 30 dan 40 cm. Pengerjaannya dengan mesin bor atau
secara manual. Di atas pondasi bor mini ada blok beton (pile cap
22
23
permukaan tanah atau D/B bernilai sekitar 4 dan biasanya digunakan untuk
kerja pada struktur pondasi cukup berat dan letak tanah keras atau
lapisan tanah dengan daya dukung tinggi relatif tidak terlalu dalam.
24
dalam. Bahan utama dari tiang adalah kayu, baja, dan beton. Tiang
pancang yang terbuat dari bahan ini adalah dipikul, dibor atau
25
Tiang franki adalah salah satu dari tiang beton yang dicor di
tempat.
26
pengecoran.
mesin bor atau alat mini crane hingga menemukan daya dukung
tanah yang sangat kuat untuk menopang pondasi. Setelah itu besi
kemudian dicor dengan beton. Alat bored pile mini crane dapat
27
daya dukung (bearing capacity) yang cukup untuk memikul beban berat
bangunan dan beban yang diterimanya atau apabila tanah pendukung yang
mempunyai daya dukung yang cukup letaknya sangat dalam. Pondasi tiang
beban ke tanah yang lebih dalam. Pondasi tiang sudah digunakan sebagai
28
driving yang menyerupai mekanisme pile driving saat ini. Tiang baja
(Steel pile) sudah digunakan selama 1800 dan Tiang beton (concrete pile)
sistem pile driving melalui penemuan mesin uap dan mesin diesel.
pancang apabila tanah dasar tidak mempunyai kapasitas daya pikul yang
tidak stabil dan kurang keras atau apabila besarnya hasil estimasi
metode yang tepat untuk pekerjaan di atas air, seperti jetty atau dermaga.
informasi mengenai :
2. Daya dukung tiang pancang sendiri (baik single atau group pile).
tambahan).
29
bekerja pada sisi tiang pancang dan bekerja ke arah bawah sehingga
bekerja. Negative skin friction berbeda dengan positif skin friction, karena
positif skin friction justru membantu memberikan gaya dukung pada tiang
perlawanan geser disisi-sisi tiang, dengan arah kerja yang berlawanan dari
arah gaya luar yang bekerja ataupun gaya dari negative skin friction.
akibat proses konsolidasi ini tiang mengalami gaya geser dorong ke arah
bawah yang bekerja pada sisi-sisi tiang (karena terbebani). Keadaan ini
disebut sebagai keadaan tiang mengalami gaya geser negatif (negative skin
friction). Jika jumlah gaya-gaya sebagai akibat dari beban luar dan gaya
geser negatif ini melebihi gaya dukung tanah yang diizinkan, akan terjadi
air tanah pada tanah yang lembek, dimana kondisi tersebut memungkinkan
luar yang bekerja pada kepala tiang tidak melebihi gaya dukung tiang yang
30
tersebut bertambah.
31
pondasi dengan bahan material kayu dapat digunakan pada suatu dermaga.
khusus, seperti dalam tanah yang sangat lembek dimana tanah tersebut
bila tiang pancang harus menembus tanah keras atau tanah kerikil.
Tiang kayu akan tahan lama dan tidak mudah busuk jika tiang
dalam keadaan selalu terendam penuh di bawah muka air tanah. Tiang
pancang kayu akan lebih cepat rusak atau busuk jika dalam keadaan kering
menahan muatan lebih besar dari 25 sampai 30 ton untuk setiap tiang.
Tiang ini sangat cocok untuk daerah rawa dan daerah-daerah yang
32
cukup tua, berkualitas baik dan tidak cacat, contohnya kayu berlian. Tiang
toleransi yang diijinkan. Semua kayu lunak yang digunakan untuk tiang
secara panas dan dingin harus digunakan. Beberapa kayu keras dapat
tiang pancang sampai penampang melintang menjadi bulat dan tegak lurus
terhadap panjangnya dan diberi bahan pengawet sebelum pur (pile cap)
tersebut telah dipotong di bawah permukaan air tanah yang terendah yang
diperkirakan. Jika digunakan pur (pile cap) dari beton, kepala tiang
33
(pusat sepatu sama dengan pusat tiang pancang) dan dipasang dengan
kuat pada ujung tiang. Bidang kontak antara sepatu dan kayu harus cukup
Pemancangan
ujung dan menyebabkan retak tiang pancang dan harus dihindari dengan
membatasi tinggi jatuh palu dan jumlah penumbukan pada tiang pancang.
berada sesumbu dengan palu, tegak lurus terhadap panjang tiang pancang.
Penyambungan
dari dua batang atau lebih, permukaan ujung tiang pancang harus dipotong
penyambung baja, atau profil baja seperti profil kanal atau profil siku yang
34
c. Mudah untuk pemotongannya apabila tiang kayu ini sudah tidak dapat
d. Tiang pancang kayu ini lebih baik untuk friction pile dari pada untuk
apabila tiang ini menerima beban horizontal yang tidak tetap, tiang
pancang kayu ini akan melentur dan segera kembali ke posisi setelah
beban horizontal tersebut hilang. Hal seperti ini sering terjadi pada
a. Karena tiang pancang harus selalu terletak di bawah muka air tanah
yang terendah agar dapat tahan lama, jika air tanah yang terendah itu
letaknya sangat dalam, hal ini akan menambah biaya untuk penggalian.
35
kecil dibandingkan tiang pancang yang di buat dari baja atau beton
terutama pada daerah yang muka air tanahnya sering naik dan turun.
c. Pada waktu pemancangan pada tanah yang berbatu (gravel) ujung tiang
pancang kayu dapat berbentuk berupa sapu atau dapat pula ujung tiang
tersebut hancur. Apabila tiang kayu tersebut kurang lurus, maka pada
d. Tiang pancang kayu tidak tahan terhadap benda-benda yang agresif dan
Keuntungannya yaitu :
vertikal.
Kerugiannya yaitu :
maka pada daerah yang berpenduduk padat di kota dan desa, akan
36
Yaitu tiang pancang dari beton bertulang yang dicetak dan dicor
dalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat
dan dipancangkan. Karena tegangan tarik beton adalah kecil dan praktis
dianggap sama dengan nol, sedangkan berat sendiri beton adalah besar,
cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada waktu
Tiang pancang ini dapat memikul beban yang besar (>50 ton untuk
setiap tiang), hal ini tergantung dari dimensinya. Dalam perencanaan tiang
pancang beton precast ini panjang tiang harus dihitung dengan teliti, sebab
segi empat, segi delapan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
37
b. Dapat di hitung baik sebagai end bearing pile maupun friction pile.
c. Karena tiang pancang beton ini tidak berpengaruh oleh tinggi muka air
tanah seperti tiang pancang kayu, maka disini tidak memerlukan galian
d. Tiang pancang beton dapat tahan lama sekali, serta tahan terhadap
a. Karena berat sendirinya maka transportnya akan mahal, oleh karena itu
38
d. Bila panjang tiang pancang kurang, karena panjang dari tiang pancang
ini tergantung dari pada alat pancang (pile driving) yang tersedia maka
penyambung khusus.
39
lubang terlebih dahulu dalam tanah dengan cara mengebor tanah seperti
b. Tidak ada resiko rusak dalam transport karena tiang tidak diangkat.
kotor akibat tanah yang diangkut dari hasil pengeboran tanah tersebut.
40
gilas biasa, tetapi tiang pancang pipa dan kotak dapat digunakan dan akan
beton precast. Jadi pemakaian tiang ini akan sangat bermanfaat jika kita
terhadap teksture tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah dan
a. Pada tanah yang memiliki teksture tanah yang kasar/kesap, maka karat
yang terjadi karena adanya sirkulasi air dalam tanah tersebut hampir
b. Pada tanah liat (clay) yang mana kurang mengandung oxygen maka
c. Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak di bawah lapisan
tanah yang padat akan sedikit sekali mengandung oxygen maka lapisan
pasir tersebut juga akan akan menghasilkan karat yang kecil sekali pada
41
adanya bahan-bahan organis dari air tanah. Hal ini dapat ditanggulangi,
memoles tiang baja tersebut dengan (coaltar) atau dengan sarung beton
bagian tiang yang terletak di atas tanah dapat dicegah dengan pengecatan
Jika korosi pada tiang pancang baja mungkin dapat terjadi, maka
dan/atau digunakan logam yang lebih tebal jika daya korosi dapat
tiang baja yang terekspos, dan setiap panjang yang terpasang dalam tanah
yang terganggu di atas muka air terendah, harus dilindungi dari korosi.
sumbu palu. Sebelum pemancangan, pelat topi, batang baja atau pantek
harus ditambatkan pada pur, atau tiang pancang dengan panjang yang
42
alinyemen dan posisi yang benar pada ruas-ruas tiang pancang. Jika tiang
pancang pipa atau kotak akan diisi dengan beton setelah pemancangan,
H atau profil baja gilas lainnya. Namun jika tiang pancang akan dipancang
baja tuang atau dengan mengelaskan pelat atau siku baja untuk menambah
ketebalan baja. Tiang pancang pipa atau kotak dapat juga dipancang tanpa
sepatu, tetapi jika ujung dasarnya tertutup diperlukan, maka penutup ini
dapat dikerjakan dengan cara mengelaskan pelat datar, atau sepatu yang
telah dibentuk dari besi tuang, baja tuang atau baja fabrikasi.
43
Yaitu tiang pancang yang terdiri dari dua bahan yang berbeda yang
dengan bahan yang berbeda, misalnya dengan bahan beton di atas muka air
tanah dan bahan kayu tanpa perlakuan apapun disebelah bawahnya. cara
ini diabaikan karena biaya dan kesulitan yang timbul dalam sambungan.
Tiang ini terdiri dari tiang pancang kayu untuk bagian yang di
bawah permukaan air tanah sedangkan bagian atas adalah beton. Kita telah
mengetahui bahwa kayu akan tahan lama/awet bila terendam air, karena
itu bahan kayu disini diletakan di bagian bawah yang mana selalu terletak
pancang kayu tersebut dan ini harus terletak di bawah muka air tanah
yang terendah.
dalam casing dan terus dipancang sampai mencapai lapisan tanah keras.
44
ditarik ke luar dari casing. Beton dicor ke dalam casing sampai penuh
Tipe tiang ini hampir sama dengan tipe di atas hanya bedanya tiang
ini memakai shell yang terbuat dari bahan logam tipis permukaannya di
tiang pancang kayu ini harus diperhatikan benar-benar agar kepala tiang
c. Setelah mencapai lapisan tanah keras core ditarik ke luar lagi dari
casing.
sehingga dapat masuk pada ujung atas tiang pancang kayu tersebut.
e. Beton kemudian dicor ke dalam shell. Setelah shell cukup penuh dan
padat casing ditarik ke luar sambil shell yang telah terisi beton tadi
ditahan terisi beton tadi ditahan dengan cara meletakkan core di ujung
atas shell.
45
b. Core ditarik ke luar dari casing dan tiang pancang kayu dimasukkan
c. Setelah sampai pada lapisa tanah keras core dike luarkan lagi dari
d. Beton ditumbuk dengan core sambil casing ditarik ke atas sampai jarak
e. Core ditarik lagi ke luar dari casing dan casing diisi dengan beton lagi
46
Tiang pancang composit seperti ini sering dibuat oleh The Mac
Place concrete.
c. Setelah sampai pada tanah keras kemudian core ditarik ke atas kembali.
casing hingga bertumpu pada penumpu yang terletak di ujung atas tiang
e. Shell yang telah terisi dengan beton ditahan dengan core sedangkan
casing ditarik ke luar dari tanah. Lubang disekeliling shell diisi dengan
47
Prinsip tiang hampir sama dengan tiang franki biasa hanya bedanya
pada bagian atas dipergunakan tiang beton precast biasa atau tiang profil
H dari baja.
a. Pipa dengan sumbat beton dicor terlebih dahulu pada ujung bawah pipa
baja dipancang dalam tanah dengan drop hammer sampai pada tanah
keras. Cara pemasangan ini sama seperti pada tiang franki biasa.
pipa diisi lagi dengan beton dan terus ditumbuk dengan drop hammer
sambil pipa ditarik lagi ke atas sedikit sehingga terjadi bentuk beton
seperti bola.
c. Setelah tiang beton precast atau tiang baja H masuk dalam pipa sampai
d. Rongga disekitar tiang beton precast atau tiang baja H diisi dengan
akibat dari perlawanan tanah keras pada ujung tiang. Tiang yang
48
Dari hasil sondir dapat dipakai kira- kira harga perlawanan konus S
≥ 150 kg/cm2 untuk lapisan non kohesif, dan S ≥ 70 kg/cm2 untuk kohesif.
ujung tiang. Umumnya tiang dukung ujung berada dalam zone tanah yang
mencapai batuan dasar atau lapisan keras lain yang dapat mendukung
akibat dari gesekan antara tanah dengan sisi-sisi tiang pancang, atau
dengan kata lain kemampuan tiang pancang dalam menahan beban hanya
Hal ini bisa terjadi karena pada dasarnya kenyataan di lapangan mengenai
49
Pada kenyataan seperti ini praktis daya dukung yang didapat adalah
dari gesekan antara sisi tiang dengan tanah disekelilingnya namun bukan
berarti perlawanan di ujungnya kita anggap melempem atau tidak ada, tapi
sebagai kombinasi antara friction pile (tumpuan sisi) dan end bearing pile
dinding tiang dan tanah disekitarnya (Gambar 2.15). Tahanan gesek dan
50
Yaitu tiang pancang yang dicetak dan dicor di dalam acuan beton
1. Cara penumbukan
2. Cara penggetaran
3. Cara penanaman
51
yang ke luar dari ujung serta keliling tiang, sehingga tidak dapat
Tiang yang dicor di tempat (Cast in Place Pile) ini menurut teknik
2. Cara penggalian
yang masih sangat sederhana dan merupakan cara konvensional. Hal ini
dapat dilihat dengan cara pembuatan pondasi dalam, yang pada umumnya
bantuan tenaga mesin, yang memiliki kemampuan lebih baik dan lebih
canggih.
52
besar seperti tiang kayu, tiang beton pejal, tiang beton prategang (pejal
ujung terbuka, tiang baja H, tiang baja bulat ujung terbuka, dan tiang ulir.
menggali atau mengebor tanah seperti bored pile, yaitu tiang beton yang
alat pemukul yang dapat berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul
getar atau pemukul yang hanya dijatuhkan. Skema dari berbagai macam
53
Pemukul jatuh terdiri dari blok pemberat yang dijatuhkan dari atas.
alat ini hanya dipakai pada volume pekerjaan pemancangan yang kecil.
atau uap yang terkompresi, sedangkan gerakan turun ram disebabkan oleh
beratnya sendiri. Energi pemukul aksi tunggal adalah sama dengan berat
dan energi output biasanya lebih tinggi daripada pemukul aksi tunggal.
Terdiri dari silinder, ram, balok anvil dan sistem injeksi bahan
bakar. Pemukul tipe ini umumnya kecil, ringan dan digerakkan dengan
dihasilkan adalah jumlah benturan dari ram ditambah energi hasil dari
54
(b) Pemukul aksi rangkap. Balok besi panjang dalam kedudukan bawah
menekan S2, yang membuka klep masuk dan menutup klep buang di
B dan menutup klep masuk dan membuka klep buang di A; palu
kemudian naik oleh tekanan uap di B. Balok besi panjang dalam
kedudukan atas menekan S1, yang menutup klep masuk B dan
membuka klep buang; klep A buang menutup; uap masuk dan
mempercepat balok besi panjang ke bawah.
55
(d) pemukul getar. Sumber tenaga luar (motor listrik atau pompa
hidraulik yag digerakkan listrik) memutar pemberat eksentrik dalam
arah relatif yang diperlihatkan. Komponen gaya horisontal saling
meniadakan/komponen-komponen gaya vertikal saling memperkuat.
Gambar 2.16. Skema Pemukul Tiang Pancang: (a) Pemukul aksi tunggal (single
acting hammer), (b) Pemukul aksi rangkap (double acting hammer), (c) Pemukul
diesel (diesel hammer), (d) Pemukul getar (vibratory hammer)
(Sumber : Joseph E. Bowles)
56
yang memelihara lingkungan dan sudah tentu dapat merusak hak milik
pancang kedalamnya, atau yang lebih rumit lagi mengisi rongga dengan
1. Biaya yang dikeluarkan lebih murah dari pada tipe pondasi dalam yang
57
ini mempunyai tegangan tekan yang besar dan mempunyai daya tahan
Kelebihan :
58
Kekurangan :
pondasi.
2.5.1. Pemboran
terperinci.
59
1. Bor tangan
bor tangan biasanya digunakan hanya bila sisi-sisi lubang bor tidak
memerlukan penyangga (tanah tidak terlalu keras) dan bila tidak terdapat
Bor tangan yang umum digunakan yaitu bor spiral, bor helical, bor
60
kedalaman yang lebih besar dan untuk mengumpulkan contoh tanah yang
tidak terganggu yang digerakkan dengan motor penggerak alat bor. Untuk
-Pemboran dengan air, dilakukan untuk bahan yang lunak dan lepas.
-Bor cepat dan pemotong inti, dilakukan untuk lempung, lanau, pasir
berlanau.
dimana contoh tanah tidak terganggu oleh longsoran. Untuk tanah lunak
(soft soil) pengeboran harus dilakukan dengan casing berputar, drilling rod
dan ujung casing diberi mata bor. Bila ditemui tanah keras maka pemboran
61
contoh tanah, tabung contoh (tube sample) ditutup dengan parafin untuk
mencegah penguapan pada contoh tanah tersebut serta diberi kode titik bor
inchi dan ID (internal diameter) 2 7/8 inchi, dengan tebal tabung 1/16
sumur untuk mengetahui susunan tanah, warna tanah, tekstur tanah, dan
62
atau susunan kimianya. Contoh tanah yang benar-benar asli tidak mungkin
tanah dan mengukur besarnya gaya atau jumlah pukulan yang diperlukan,
kita dapat menentukan dalamnya berbagai lapisan tanah yang berbeda dan
dinamis yang dilakukan dalam satu lubang bor. Pengujian pada proyek ini
dan panjang 24 inchi dengan tipe split spoon sample dan menggunakan
jatuh bebas dari pendorong tersebut adalah 30 inchi (75 cm). Tabung SPT
63
15 cm ketiga (2 x 15 = 30 cm).
percobaan sondir. Selain itu, contoh tanah terganggu dapat diperoleh untuk
Dapat diketahui jenis tanah dan ketebalan dari setiap lapisan tanah.
64
SPT dinyatakan dalam pukulan per 30 cm. Jika tabung contoh tidak dapat
cm dan masing-masing bagian tahap harus dicatat pada pencatatan log bor.
penetrasi. Metode uji ini dilakukan pada berbagai jenis tanah atau batuan
65
Drillig Log.
2.6. Kalendering
pipa baja) untuk mengetahui daya dukung tanah secara empiris melalui
Jika dari bacaan tinggi bacaan sudah bernilai ≤ 1 cm, maka pemancangan
sudah siap dihentikan. Itu artinya tiang sudah menencapai titik tanah keras,
tiang pancang itu sendiri seperti pada topi tiang pancang atau badan tiang
66
disyaratkan, final set 3 cm untuk 10 pukulan terakhir, atau bisa dilihat dari
hammer.
67
4. Menjalankan pemukulan.
7. Tahap ini bisa dilakukan 2-3 kali agar memperoleh grafik yang bagus.
biasanya kena oli dan grafiknya jadi kurang valid karena tertutup oli.
dukungnya.
68
tekan secara dinamik pada pondasi dalam, baik itu tiang pancang atau
tiang bor, integritas tiang, dan energy dari hammer yang mengacu pada
Deep Foundations).
69
pasang sensor secara berlawanan. Satu pasang sensor terdiri dari pengukur
70
yang dipasang di bawah kepala tiang (minimum jarak dari kepala tiang ke
cm) sehingga ada jarak bebas pada saat tumbukan. Kedua sensor tersebut
dan regangan. Gelombang tekan akan merambat dari kepala tiang ke ujung
bawah tiang (toe) setelah itu gelombang tersebut akan dipantulkan kembali
menuju kepala tiang dan ditangkap oleh sensor. Gelombang yang diterima
gelombang ini akan menjadi dasar bagi analisa dimana gelombang pantul
yang diberikan oleh reaksi tanah akibat kapasitas dukung ujung dan gerak
dekat kepala tiang atau pada posisi sensor setelah ada impact dari
71
gelombang naik (wave up), dengan kecepatan yang sama. Sehingga dapat
Dan metode dinamik ini menggunakan effect dari refleksi gelombang naik
pada velocity dan force yang terukur dekat kepala tiang untuk
kemudian direkam dan diproses Pile Driving Analyzer (PDA) model PAX.
dan kecepatan (velocity) yang diukur oleh PDA. Kegunaan program ini
72
R = F + Zv + F − Zv …………………….....…...........(2.1)
Dimana :
R = tahanan tanah total
t1 = waktu impact dari tumbukan
t2 = t1 + 2L/c (dimana L adalah panjang tiang)
Z = EA/c = A √(Er) (dikenal dengan “impedance”)
73
R = J × Z × V ..………………………………………......….(2.2)
Dimana :
Jc = nilai damping factor, tergantung dari jenis tanah
Z = pile impedance (Z=EA/c)
Vtoe = velocity pada ujung tiang, didapatkan dari force and
velocity yang terukur dekat kepala tiang, berdasarkan prinsip
dari teori wave mechanics
( ) ( )
R = F + Zv + (F − Zv ) ..………….........…(2.3)
74
dukung yang bersifat salah satu dari dua kondisi berikut, yaitu refusal dan
ultimate.
PDA dan CAPWAP pada kondisi ini adalah benar-benar daya dukung
ultimate atau batas yang dimiliki oleh pondasi tiang yang diuji.
pondasi tiang.
75
pengujian PDA, pada umumnya akan diambil satu grafik dan data yang
dukung pondasi tiang yang diuji yang pada umumnya diambil data
yang digunakan.
76
adalah 2.
77
Code IBC 2000 ASCE (20-96) For driven pile types ASCE
PDCA AASHTO AS2159-95
Year 2000 1996 (non-driven piles)
2001 1992 1995 40 to 100T >100T
Design loads >40T 16 to 40 T >100T
Static analysis
3.50 3.5 6.00 2.12 to 3.44 NA NA NA NA
Notes :
Dynamic testing 1.9 to 2.1 2.00 1.72 to 2.12 1.6 to 2.0 1.7 to 2.0 2.0 to 2.4 2.6 to 3.6
2.25
Notes : A B “a, f, g” h h h h
Static testing 1.8 to 2.0 1.53 to 1.93 1.5 to 1.8 1.6 to 1.9 1.8 to 2.2 2.3 to 3.2
2.00 2.00
Notes : D “f, g” h h H h
Notes :
G “lower SF if>15% dynamic or >3% static, and extensive site
a dynamic testing requires signal matching
investigation with careful construction control”
b requires correlating static test
H “depends on pile type, site variabillity, load conditions, etc.”
c dynamic formula for sands only – not clays
J not specifically addreesed
d <2% static
NA - not applicable
e >1% static or >3% dynamic
NR - not recommended
f higher SF if <3% dynamic or <1% static
Sehingga target waktu, biaya dan mutu yang ditetapkan dapat tercapai.
78
tidak berlebihan.
perubahan iklim, dan perubahan kadar air. Bila tanah yang lebih besar
yang sedikit lebih dalam yang daya dukung tanahnya lebih besar.
Karena dengan peletakan dasar pondasi yang sedikit lebih dalam akan
3. Ukuran dan kedalaman pondasi yang ditentukan dari daya dukung izin
79
haruslah dapat menopang berat alat. Jika elevasi akhir kepala tiang
memancang tiang yang sesuai dengan jenis tanah dan jenis tiang
Berat palu pada jenis drop hammer sebaiknya tidak kurang dari jumlah
80
pancang antara lain pile (tiang pancang), alat pancang (dapat berupa
Tiang pancang disusun seperti piramida, dialasi dengan kayu 5/10 dan
pondasi yang akan dipancang, dimana alat pemancang ini harus berdiri
81
Lead
Rangka baja dengan dua bagian paralel sebagai pengatur tiang agar
pada saat tiang dipancang arahnya benar. Jadi leader berfungsi agar
Blok Anvil
Bahan yang dibuat dari baja coar yang diletakkan di atas tiang
Bantalan (cushion)
Dibuat dari kayu keras atau bahan lain yang ditempatkan diantara
penutup tiang (pile cap) dan puncak tiang untuk melindungi kepala tiang
dari kerusakan.
Ram
82
C. Proses Pengangkatan
titik pancang.
penyusunan tiang beton, baik itu dari pabrik ke trailer ataupun dari
83
adalah jarak antara kepala tiang dengan titik angker berjarak L/3.
84
4. Tiang didirikan di samping driving lead dan kepala tiang dipasang pada
helmet yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala
tiang.
5. Setelah tiang pancang berdiri, lalu diantara kepala penumbuk dan tiang
seberapa dalam tiang dapat dipancang, dan daya dukung tiang. Kepala
Tiang pancang diikatkan pada sling yang terdapat pada alat, lalu ditarik
85
tiang diklem dengan center gate pada dasar driving lead agar posisi
pertama.
86
di atas kepala tiang pada mesin pancang. Berat penumbuk, tinggi jatuh
87
1. Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang
8. Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang telah ditentukan.
88
2. Toleransi
3. Penetrasi
Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah meter
4. Final set
adalah palu dari hammer sudah mental tinggi, biasanya dalam tiap alat
pancang sudah ada ukurannya, jika sudah pada posisi seperti itu maka
dari bacaan tinggi bacaan sudah bernilai 1 cm atau lebih kecil, maka
89
seperti pada topi tiang pancang atau badan tiang pancang itu sendiri.
dinamis yang dilakukan dalam satu lubang bor dengan memasukkan alat
yang dinamakan split spoon ke dalam tanah dan banyak digunakan untuk
kepadatan relatif (relative density), sudut geser tanah (ø) berdasarkan nilai
τ = c + σ tan ø ………………………….…….........................(2.4)
Dimana :
90
berikut :
geser sebesar :
ø = √12N + 15 .………….......……………….……...........…(2.5)
ø = 0,3N + 27 .………………………….…….................…(2.6)
angka penetrasi standart dengan sudut geser tanah dan kepadatan relatif
untuk tanah berpasir, secara perkiraan dapat dilihat pada Tabel (2.7).
91
pada uji SPT, dapat diketahui hubungan empiris tanah non kohesi seperti
sudut geser dalam (ø), indeks densitas dan berat isi tanah basah (γwet).
Hubungan empirisnya dapat dilihat pada Tabel (2.8) dan Tabel (2.9).
Tabel 2.8. Hubungan antara Harga N-SPT, Sudut Geser Dalam dan
Kepadatan Relatif
(Sumber : Sosrodarsono & Nakazawa, 2005)
tidak mempunyai arti karena hanya mempunyai partikel kasar (Tabel 2.9).
Harga berat isi yang dimaksud sangat tergantung pada kadar air.
Tabel 2.9. Hubungan antara Harga N-SPT dan Berat Isi Tanah
(Sumber : Braja, 1995)
Tanah tidak Harga N <10 10 - 30 30 – 50 >50
kohesif Berat isi γ kN/ m3 12 – 16 14 - 18 16 – 20 18 – 23
92
tanah, hal ini berarti bahwa tinggi muka air tanah banyak mempengaruhi
daya dukung pasir. Tanah di bawah air mempunyai berat isi efektif yang
Tanah dikatakan mempunyai daya dukung yang baik dari hasil uji
merupakan nilai yang teliti. Dalam pelaksanaan, hasil sondir lebih dapat
dipercaya daripada percobaan SPT. Hal yang juga perlu diperhatikan yaitu
Q = 40 x N x A ≤ 1600 × A ……...…........................…(2.7)
Qs = 2 x N x p x Li …………......….……….........................…(2.8)
Dimana :
Q = tahanan ujung ultimate (kN)
NSPT = jumlah pukulan yang diperlukan dari percobaan SPT = Ncor
93
Gambar 2.40. Nilai N-SPT untuk Desain Tahanan Ujung pada Tanah Pasiran
(Sumber : Mansyhur Irsyam)
Q = 9 x c x A …………….….......……........................…..(2.9)
Qs = α x c x p x Li …………….……….......................….........(2.10)
Dimana :
cu = kohesi undrained (kN/m2) = NSPT x x 10
94
Jika energi masuk (energy input) diketahui maka dapat kita estimasikan
sebagai gaya (Rdu) yang menghasilkan penetrasi sebesar s dan energi yang
E = Rdu s + ∆E …………….………...............................…..(2.11)
95
Dimana :
Rdu = Wr h
S+C
.…………......….……….......................…...(2.13)
Pada umumnya nilai C diambil 0,1” (0,254 cm) untuk pemukul dengan
mesin tenaga uap, dan untuk pemukul jatuh (drop hammer) bernilai 1”
yang disarankan oleh Sander (1851) dengan faktor aman (FS) diambil 6.
disempurnakan menjadi :
2
Rdu = ef×Wr× h
S+0,25
× Wr×n ×Wp
Wr+Wp
..............……….…...............................(2.14)
Dimana :
ef = effisiensi hammer (%) (Tabel 2.10)
Wr = berat hammer (Ton)
Wp = berat pile (Ton) (Tabel 2.11)
S = penetrasi pukulan per cm (cm)
n = koefisien restitusi = 0,4 (Tabel 2.12)
h = tinggi jatuh hammer (Tabel 2.13)
96
97
×
P = × × , ...........………….......….………..................(2.15)
× ×
Dimana :
η = effisiensi alat pancang (Tabel 2.14)
E = energi alat pancang (Tabel 2.15)
L = panjang tiang pancang
Ep = modulus elastisitas tiang
98
beban aksial dan beban lateral. Pondasi tiang dapat menahan beban lateral
yang bekerja pada dinding penahan tanah, dimana beban lateral berasal
dari tekanan tanah lateral yang mendorongnya seperti yang terlihat pada
Gambar (2.43a). Pondasi tiang juga dapat menahan beban lateral seperti
beban angin yang bekerja pada struktur bangunan tingkat tinggi seperti
struktur rangka baja atau gedung pencakar langit seperti yang terlihat pada
gaya tarik dan gaya tekan. Pondasi tiang juga dapat menahan dinding turap
yang menyangga pada pondasi tiang seperti Gambar (2.43d). Pondasi tiang
hempasan gelombang air laut, angin, dan benturan kapal pada konstruksi
99
(d) (e)
Gambar 2.43. Aplikasi Pondasi Tiang dalam Menahan Beban Lateral
Gaya lateral yang terjadi pada tiang bergantung pada kekakuan atau
tipe tiang, jenis tanah, penanaman ujung tiang ke dalam pelat penutup
kepala tiang, sifat gaya-gaya dan besar defleksi. Jika gaya lateral yang
harus didukung tiang sangat besar, maka dapat digunakan tiang miring.
jenis tanah yang ditinjau dalam hal ini adalah tanah kohesif dan tanah non-
100
ikatan tiang terdiri dari 2 tipe, yaitu tiang ujung jepit (fixed-end pile) dan
tiang ujung bebas (free-end pile). Jika kepala tiang dapat berinteraksi dan
berkepala bebas (free head). Jika kepala tiang hanya bertranslasi maka
disebut dengan kepala jepit (fixed head). Menurut McNulty (1956), tiang
yang disebut berkepala jepit (fixed head) adalah tiang yang yang ujung
atasnya terjepit dalam pile cap paling sedikit sedalam 60 cm, sedangkan
tiang berkepala bebas (free head) adalah tiang yang tidak terjepit ke dalam
pile cap atau terjepit ke dalam pile cap kurang dari 60 cm.
akan dibahas lebih lanjut sebagai metode analisis yang dipakai dalam
penelitian ini.
b. Defleksi yang terjadi akibat beban yang bekerja harus masih dalam
batas-batas toleransi.
Pondasi tiang tunggal terdiri dari dua klasifikasi yaitu pondasi tiang
pendek dan pondasi tiang panjang. Langkah pertama yang perlu kita
101
apakah tiang tersebut berperilaku sebagai tiang panjang atau tiang pendek.
T yang dikaitkan dengan panjang tiang yang tertanam dalam tanah (L)
Tabel 2.16. Kriteria Pondasi Tiang Pendek dan Pondasi Tiang Panjang
(Sumber : Tomlinson, 1977)
Modulus Tanah (K) Modulus Tanah
Tipe Tiang Bertambah Dengan (K)
Kedalaman Konstan
Kaku L ≤ 2T L ≤ 2R
Tidak Kaku L ≥ 4T L ≥ 3,5R
modulus tanah (K) yang tidak konstan untuk sembarang tanah, tetapi
R= ..........................…………….………..........(2.16)
Dimana :
E = modulus elastisitas bahan tiang (kg/cm2)
I = momen Inersia tiang (cm4)
L = panjang tiang pancang (cm)
K = khd = k1/1,5 = modulus tanah
k1 = modulus reaksi subgrade dari Terzaghi (Tabel 2.17)
102
dan tanah granuler, modulus tanah dapat dianggap bertambah secara linier
kekakuan untuk modulus tanah yang tidak konstan (T) dinyatakan oleh
persamaan :
T= ...........................…………….………..........(2.17)
Dimana :
kg
E = modulus elastis tiang = 4700 √fc′ cm
103
104
ini bahwa tanah adalah salah satu dari non-kohesif saja (c = 0) atau kohesif
saja (f = 0), oleh karena itu, tiang pada setiap tipe tanah dianalisis secara
terpisah. Broms juga menyatakan bahwa tiang pendek kaku (short rigid
pile) dan tiang panjang lentur (long flexible pile) dianggap terpisah. Tiang
dianggap tiang pendek kaku (short rigid pile) jika L/T ≤ 2 atau L/R ≤ 2
dan dianggap tiang panjang lentur (long flexible pile) jika L/T ≥ 4 atau
L/R ≥ 3,5.
105
rotasi, sedangkan untuk tiang ujung jepit bergerak secara lateral dalam
bentuk translasi.
tanah sampai kedalaman 1,5 kali diameter (1,5D) dianggap sama dengan
nol dan konstan sebesar 9cu untuk kedalaman yang lebih besar dari 1,5D
Beban lateral yang bekerja pada kedua jenis tiang tersebut akan
serta momen pada tiang ujung bebas untuk tiang pendek (kaku) (L/R ≤2),
terhadap gaya lateral akan ditentukan oleh tahanan tanah disekitar tiang.
momen pada tiang ujung bebas untuk tiang panjang (elastis) (L/R ≥ 3,5),
gaya lateral akan ditentukan oleh momen maksimum yang dapat ditahan
106
(b)
Gambar 2.46. Defleksi dan Mekanisme Keruntuhan Pondasi Tiang dengan
Kondisi Kepala Tiang Bebas Akibat Beban Lateral pada Tanah Kohesif (a)
Pondasi Tiang Pendek, (b) Pondasi Tiang Panjang
(Sumber : Hardiyatmo, 2002)
f = Hu / (9cu.D) ..........................................……......................(2.18)
Mmaks = Hu e + 3 D 2 + f − 1 2 f(9c × D × f)
= Hu e + 3 D 2 + f − 1 2 f × Hu
= Hu e + 3 D 2 + 1 2 f
107
Mmaks = 9 4 D × g × cu ..........................…………….........(2.20)
di atas, diperoleh :
Hu = 9c x D (L − g − 1,5D) ...........................……...................(2.22)
gaya lateral akan ditentukan oleh momen maksimum yang dapat ditahan
dan Hu/cud2.
108
terjadi pada tubuh tiang yang tertanam di dalam tanah sama dengan
momen yang terjadi di ujung atas tiang yang terjepit oleh pile cap.
pondasi tiang dengan kondisi kepala tiang terjepit dapat dilihat pada
Gambar (2.48).
(a)
109
Dimana :
Hu = beban lateral (kN)
D = diameter tiang (m)
cu = kohesi tanah (kN/m2)
L = panjang tiang (m)
g = jarak dari lokasi momen maksimum sampai dasar tiang (m)
Hu = ....................................……......…..............(2.25)
( , , )
110
yang diperhitungkan.
pu = 3 po Kp ..................……......…...................................(2.26)
Dimana :
bawah tiang. Tekanan yang terjadi dianggap dapat digantikan oleh gaya
terpusat yang bekerja pada ujung bawah tiang. Dengan mengambil momen
111
sehingga :
Hu = 1,5γ D Kp f2 ...........................……......…..........................(2.28)
f = 0,82 ...........................……......….........................(2.29)
Mmaks = Hu (e + 1,5f).................................……................................(2.30)
112
Jika tiang ujung jepit yang kaku (tiang pendek), keruntuhan tiang
Hu = 1,5γ D L2 Kp ........................……......…..............................(2.31)
f=0,82 D·Kp ·γ
........................……......….............................(2.32)
Momen maksimum :
2
Mmax = 3 Hu ·L ........................……......…............................(2.33)
Momen leleh :
Dimana :
Hu = beban lateral (kN)
Kp = koefisien tekanan tanah pasif
Mmax = momen maksimum (kN-m)
My = momen leleh (kN-m)
L = panjang tiang (m)
D = diameter tiang (m)
f = jarak momen maksimum dari permukaan tanah (m)
= berat isi tanah (kN/m3)
e = jarak beban lateral dari permukaan tanah (m)
113
(b)
Gambar 2.50. Defleksi dan Mekanisme Keruntuhan Pondasi Tiang dengan
Kondisi Kepala Tiang Terjepit Akibat Beban Lateral pada Tanah Granular;
(a) Pondasi Tiang Pendek, (b) Pondasi Tiang Panjang
(Sumber : Hardiyatmo, 2002)
Sedangkan untuk tiang ujung jepit yang tidak kaku (tiang panjang),
Hu = ..................……......…..................................(2.35)
Hu
f=0,82 .................……......…..................................(2.36)
D·Kp ·γ
114
menjadi :
Hu = ....................……......…................................(2.37)
,
Dimana :
Hu = beban lateral (kN)
Kp = koefisien tekanan tanah pasif = tan2(45o+ ø/2)
My = momen ultimit (kN-m) (Tabel 2.11)
D = diameter tiang (m)
f = jarak momen maksimum dari permukaan tanah (m)
= berat isi tanah (kN/m3)
e = jarak beban lateral dari permukaan tanah (m) = 0
Nilai beban lateral (Hu) untuk pondasi tiang pendek dan panjang dapat
(a) (b)
Gambar 2.51. Kapasitas Beban Lateral pada Tanah Granuler;
(a) Tiang Pendek, (b) Tiang Panjang
(Sumber : Tomlinson, 1977)
2.11. Faktor Keamanan
115
116
maupun tiang bor yang berdiameter kecil sampai sedang (600 mm),
(working load) yang terjadi lebih kecil dari 10 mm untuk faktor aman yang
berbutir kasar dan tanah-tanah berbutir halus yang tidak jenuh, karena
117
untuk pondasi tiang tunggal tidak perlu ditinjau karena penurunan tiang
akibat konsolidasi dari tanah relatif kecil. Hal ini disebabkan karena
pondasi tiang direncanakan terhadap kuat dukung ujung dan kuat dukung
.
S= …………......................................................(2.38)
.
Dimana :
I = I . R . R .R ……………………………………….….....(2.39)
.
S= ………………………………………….....(2.40)
.
Dimana :
I = I . R . R .R ………………………………………….....(2.41)
Keterangan :
S = besar penurunan yang terjadi untuk tiang tunggal
Q = besar beban yang bekerja
D = diameter tiang
Es = modulus elastisitas tanah
I0 = faktor pengaruh penurunan tiang yang tidak mudah mampat
(Incompressible) dalam massa semi tak terhingga (Gambar 2.52)
Rμ = faktor koreksi angka poisson untuk μ=0,3 (Gambar 2.53)
Rk = faktor koreksi kemudahmampatan tiang (Gambar 2.54)
Rh = faktor koreksi untuk ketebalan lapisan yang terletak pada
tanah keras (Gambar 2.55)
118
.
K = …....................………………………..........(2.42)
Dimana :
R = ….................……………………….............(2.43)
Dengan :
K = faktor kekakuan tiang
Ep = modulus elastisitas dari bahan tiang (kN/ m2)
Ep = 4700 . √ ….................…………………………..........(2.44)
Es = modulus elastisitas tanah di sekitar tiang (kN/ m2)
Es = 3 . qc ….................…………………………..........(.2.45)
Eb = modulus elastisitas tanah di dasar tiang (kN/ m2)
Eb = 10. Es ….................…………………………..........(2.46)
119
Gambar 2.53. Faktor Koreksi Angka Poisson, Rµ (Poulus dan Davis, 1980)
120
121
122
dimana penurunan pondasi yang terletak pada tanah berbutir halus yang
jenuh dapat dibagi menjadi tiga komponen. Penurunan total adalah jumlah
Dengan :
( ).
Se( ) = ….................…......……………....…….........(2.48)
.
.
Se( ) = ….................………….………………....…..(2.49)
.
.
Se( ) = ….................…………..………………...…..(2.50)
.
Dimana :
Qwp = daya dukung yang bekerja pada ujung tiang dikurangi daya
dukung friction (kN)
Qws = daya dukung friction (kN)
Ap = luas penampang tiang pancang (m2)
L = panjang tiang pancang (m)
Ep = modulus elastisitas dari bahan tiang (kN/ m2)
ξ = koefisien dari skin friction, ambil 0,67 (Gambar 2.57)
D = diameter tiang (m)
qp = daya dukung ultimit (kN)
Cp = koefisien empiris, ambil 0,02 (Tabel 2.21)
Cs = konstanta Empiris
123
Nilai ξ tergantung dari unit tahanan friksi (kulit) alami (the nature
Nilai ξ = 0,5 untuk bentuk unit tahanan fiksi alaminya berbentuk seragam
pada tanah lempung atau lanau. Nilai ξ = 0,67 untuk bentuk unit tahanan
Gambar 2.57. Variasi Jenis Bentuk Unit Tahanan Friksi (Kulit) Alami
Terdistribusi Sepanjang Tiang Tertanam ke Dalam Tanah
(Sumber : Bowles, 1993)
124
elemen, yaitu elemen tanah dan elemen struktur atau pondasi itu sendiri.
Tekanan (P) dan defleksi (y) pada suatu titik direlasikan dengan
P= kh ×y ........................……......…............................(2.52)
d4 y
Ep ·Ip · =-P·B .........................……......…...........................(2.53)
dz4
Dimana :
Ep = modulus elastisitas tiang
Ip = momen inersia penampang tiang
z = kedalaman
B = lebar atau diameter tiang
Dari Persamaan (2.52) dan (2.53) diperoleh persamaan defleksi tiang
E ∙I ∙ + k ∙ B ∙ y = 0 ...............……......….........................(2.54)
secara analitis maupun secara numerik. Untuk solusi secara analitis mudah
Gleser, 1953).
125
(2.54) ditulis dalam bentuk finite difference untuk titik i sebagai berikut :
Dengan :
Khi ·L4 ·B
αi =6+ ........................……......…............................(2.57)
Ep ·Ip ·n4
Dimana :
n = banyaknya interval sepanjang tiang
Khi = koefisien reaksi tanah dalam arah horizontal di titik i
Persamaan (2.57) dapat ditetapkan dari titik 2 sampai n sehingga
(disebut juga plane elements), dan 3D. Untuk alasan biaya, sebisa mungkin
3D Foundation adalah program tiga dimensi kedua yang dirilis tahun 2004.
126
hingga 2 dimensi untuk analisis bantaran sungai yang terdiri dari tanah
Di dalam elemen terdapat dua jenis titik, yaitu titik nodal dan juga
titik integrasi. Titik nodal adalah titik yang menghubungkan elemen satu
titik integrasi adalah adalah titik yang berada di dalam elemen. Dari titik
127
dilakukan, tetap tidak ada jaminan bahwa program Plaxis bebas dari
seperti slope stability, seepage, dan konsolidasi. Selain itu Plaxis juga
ini terlebih dahulu harus memahami dan mengerti tentang teori pemodelan
128
5. Calculation.
material tanah dan pondasi yang mempunyai sifat-sifat teknis dari masing-
129
struktur yang padat dan kaku di dalam tanah. Input parameter berupa
E= ........................……......…............................(2.58)
μ= ........................……......…...........................(2.59)
Simulasi geoteknik dengan menggunakan metode elemen hingga
model soft soil, hardening soil, jointed rock, Hoek dan Brown serta model
pada titik tersebut tegangan tidak lagi dipengaruhi oleh regangan. Input
masukan, yaitu :
- Modulus kekakuan tanah atau modulus Young (E) dan Poisson rasio (μ)
- Sudut geser dalam tanah (Ø) dan kohesi (c) yang memodelkan perilaku
130
keruntuhan tanah dapat didekati dengan cukup baik, serta efek dari
dilatansi dapat disertakan dalam model ini. Model Mohr – Coulomb juga
Akibat dari asumsi nilai E yang konstan maka prediksi deformasi dalam
Mohr – Coulomb tidak akan tepat. Selain itu pada model Mohr – Coulomb
dan tidak tergantung pada tegangan yang bekerja, dan tidak ada prilaku
atas, kondisi tanah awal memiliki peran penting dalam masalah tanah yang
131
Ko = ........................……......…...........................(2.60)
Dimana :
= ........................……......…...........................(2.61)
Secara umum nila μ bervariasi dari 0,2 sampai 0,4 namun untuk
Nilai kohesi c dan sudut geser dalam ø diperoleh dari uji geser seperti uji
pada tanah pasir dilantasi tergantung dari kerapatan dan sudut geser ø
dimana Ψ= ø - 30°. Jika ø < 30° maka Ψ=0. Sudut dilantasi Ψ bernilai
sudut geser dalam, jenis tanah dengan daya rembesan, konsistensi tanah
132
133
( )
E ′= ,
....................................................................(2.67)
E ′ = 0,8 Es ......................................................................(2.68)
134
Tabel 2.23. Korelasi N-SPT dengan Modulus Elastisitas pada Tanah Lempung
(Sumber : Randolph, 1978)
Penetration Shear Young’s
Shear
Subsurface resistance 50 Poisson’s strengh Modulus
Modulus
condition range N (%) Ratio (v) Su Range Es
Range G (psi)
(bpf) (psf) (psi)
Very soft 2 0,020 0,5 250 170-340 60-110
Soft 2-4 0,020 0,5 375 260-520 80-170
Medium 4-8 0,020 0,5 750 520-1040 170-340
Stiff 8-15 0,010 0,45 1500 1040-2080 340-690
Very stiff 15-30 0,005 0,40 3000 2080-4160 690-1390
Hard 30 0,004 0,35 4000 2890-5780 960-1930
40 0,004 0,35 5000 3470-6940 1150-2310
60 0,0035 0,30 7000 4860-9720 1620-3420
80 0,0035 0,30 9000 6250-12500 2080-4160
100 0,003 0,25 11000 7640-15270 2540-5090
120 0,003 0,25 13000 9020-18050 3010-6020
135
Cone
Shear
Penetration Friction Poisson penetr Relatief Young’s
Subsurface Modulus
Resistance Angle Ratio ation Density Modulus
condition Range G
range (N) Ø (deg) (μ) qc=4N Dr(%) Range Es (psi)
(psi)
Very loose 0-4 28 0,45 0-16 0-15 0-440 0-160
Losse 4-10 28-30 0,4 16-40 15-35 440-1100 160-390
Medium 10-30 30-36 0,35 40-120 35-65 1100-3300 390-1200
120-
Dense 30-50 36-41 0,3 65-85 3300-5500 1200-1990
100
200-
Very dense 50-100 41-45 0,2 85-100 5500-11000 1990-3900
400
pekerjaan mekanika tanah. Nilai sebesar 0,5 biasanya dipakai untuk tanah
jenuh dan nilai 0 sering dipakai untuk tanah kering dan tanah lainnya
Untuk nilai poisson ratio efektif (μ’) diperoleh dari hubungan jenis
tanah, konsistensi tanah dengan poisson ratio seperti terlihat pada Tabel
μ'< 0,5.
Tabel 2.25. Hubungan Jenis Tanah, Konsistensi dan Poisson’s Ratio (μ)
(Sumber : Hardiyatmo, 1994)
136
kering dengan satuan volume tanah. Berat jenis tanah kering dapat
jenuh air dengan satuan volume tanah jenuh. Dimana ruang porinya terisi
penuh oleh air. Nilai dari berat jenis tanah jenuh didapat dengan
menggunakan rumus :
γsat = ......................................................................(2.69)
Dimana :
Gs : specific gravity
e : angka pori
γw : berat isi air
Nilai-nilai dari Gs, e dan γw didapat dari hasil pengujian tanah
akibat tegangan yang bekerja pada tanah. Deformasi dapat terjadi akibat
adanya kombinasi keadaan kritis dari tegangan normal dan tegangan geser.
Nilai dari sudut geser dalam didapat dari engineering properties tanah,
137
6. Kohesi (c)
sudut geser tanah, kohesi merupakan parameter kuat geser tanah yang
keadaan kritis dari tegangan normal dan geser. Nilai dari kohesi didapat
dari engineering properties, yaitu dengan triaxial test dan direct shear test.
7. Permeabilitas (k)
tanah untuk dapat mengalirkan atau merembeskan air (atau jenis fluida
menggunakan rumus :
k= ......................................................................(2.71)
Untuk tanah yang berlapis-lapis harus dicari nilai permeabilitas untuk arah
kv = ...................................................................(2.72)
⋯
138
8. Sudut Dilatansi( )
dilatansi, tetapi pada tanah pasir, besar sudut ini tergantung pada
kepadatan relatif (Dr) dan sudut geser dalamnya yang dinyatakan dengan
persamaan berikut :
= Ø-30 ......................................................................(2.74)
139