PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Pondasi Dalam.
Pondasi dalam adalah pondasi yang meneruskan beban bangunan ke
tanah keras atau batu yang terletak jauh dari permukaan, contoh pondasi
dalam seperti, pondasi sumuran, dan pondasi tiang.
Tanah Keras
2. Tiang bor
sebuah tiang bor yang dikonstruksikan dengan cara penggalian sebuah
lubang bor yang kemudian diisi dengan material beton dengan memberikan
penulangan terlebih dahulu.
Kedua jenis tiang diatas dibedakan karena mekanisme pemikulan beban yang
relatif tidak sama dan konsekuensinya secara empirik menghasilkan daya dukung
yang berbeda, pengendalian mutu secara berbeda dan cara evaluasi yang tersendiri
untuk masing-masing jenis tiang tersebut. (Paolus P R, Buku manual Foundation)
n
Rtot=Rrakit + ∑ R tiang ,i ≥ Stot
i=1
Keterangan :
Rtot = tahanan total (tanpa satuan)
Rrakit = tahanan rakit (tanpa satuan)
Rtiang = tahanan tiang (tanpa satuan)
Stot = beban total struktur (MN)
Menurut (Randolph, 1994) ada tiga filosofi desain yang berbeda mengenai
pondasi tiang-rakit, yaitu :
1. Pendekatan konvensional
Pendekatan konvensional didasari desain tiang sebagai sebuah grup yang
akan menahan persentase beban terbesar, sementara persentase sisanya akan
ditahan oleh pondasi rakit.
a. Kurva 1
menggambarkan pendekatan konvensional di mana perilaku
keseluruhan dari sistem pondasi tiang-rakit dikuasai oleh perilaku grup
tiang. Kurva 1 juga menunjukkan adanya linearitas yang besar pada
penurunan akibat beban rencana karena mayoritas beban ditanggung oleh
tiang
b. Kurva 2
merepresentasikan pendekatan creeppiling di mana tiang-tiang bekerja
pada faktor keamanan yang cukup rendah, namun karena hanya terdapat
sedikit tiang, maka pondasi rakit menahan beban yang lebih besar
dibandingkan dengan Kurva 1.
c. Kurva 3
mengilustrasikan sistem pondasi tiang-rakit dengan pendekatan
kontrol penurunan differensial sehingga tiang hanya digunakan
sebagai pereduksi penurunan yang terjadi.
Konsekuensi dari pendekatan terakhir ini adalah hubungan antara beban dan
penurunan bisa jadi tidak bersifat linear pada batas beban rencana, tetapi
sistem pondasi tiang rakit secara keseluruhan memiliki tingkat keamanan
yang cukup sementara batas izin penurunan dapat diperoleh. Oleh karena itu,
desain pada Kurva 3 jauh lebih ekonomis dibandingkan desain pada Kurva 1 dan
Kurva 2.
Menurut Poulos (2001), De Sanctis (2001) dan Viggiani (2001) telah
mengklasifikasikan pondasi tiang-rakit ke dalam dua buah klasifikasi besar.
Klasifikasi pertama disebut sebagai pondasi tiang rakit “kecil” di mana alasan
utama untuk menambahkan tiang pada pondasi rakit adalah untuk meningkatkan
faktor keamanan. Klasifikasi kedua disebut sebagai pondasi tiang-rakit “besar”
dimana daya dukung pondasi rakit didesain pada batas yang cukup untuk
menahan beban dengan faktor keamanan yang masuk akal, sementara tiang
digunakan untuk mengurangi perbedaan penurunan yang terjadi. Dalam
beberapa kasus pada klasifikasi kedua, lebar dari pondasi rakit sangat besar
dibandingkan dengan panjang tiang
Factor kapasitas dukung Nc, untuk bentuk fondasi tertentu diperoleh dari
mengalikan factor bentuk Sc dengan Nc pada fondasi memanjang yang besarnya
dipengaruhi oleh kedalaman fondasi ( Df )
Persamaan (1) Fondasi Permukaan
Nc( permukaan)=5.14 ; untuk fondasi memanjang
Nc( permukaan)=6.20 ; untuk fondasi lingkaran dan bujur sangkar
Persamaan (2) Fondasi pada kedalaman 0< Df ,2.5 B
Df
(
Nc= 1+0.2
B )
Nc( permukaan)
Tabel 2.1 dan 2.2 digunakan untuk mencari koefisien yang dibutuhkan dalam
menghitung daya dukung fondasi rakit berdasarkan bentuk fondasi dan kondisi tanah.
(Laksmana & Prihatiningsih, 2020)
Kapasitas ultimit tiang dalam tanah kohesif adalah jumlah tahanan ujung
tiang dan tahanan gesek dinding tiang. Persamaan kapasitas ultimitnya didasarkan
pada Persamaan dibawah ini.
Qult=Qb+Qf
dengan,
Qult = Kapasitas ultimit (kg).
Qb = Tahanan ujung bawah ultimit (kg).
Qf = Tahanan gesek dinding ultimit (kg).
qb=. Nc
dengan,
¿ = Kohesi pada kondisi undrained ujung tiang (kg/cm2).
Nc = Faktor kapasitas dukung.
Nc umumnya diambil sama dengan 9 (Skempton, 1951).
cd =αd . Suf
dengan,
cd = Adhesi antara dinding tiang dengan tanah sekitar (kg/cm2)
αd = Faktor adhesi.
Suf = Kohesi pada kondisi undrained selimut tiang (kg/cm2).
Faktor adhesi atau nilai α untuk tanah lunak dengan nilai c u dibawah 25
kN/m2 = 1, dapat dilihat pada gambar 2.5.
Adhesion Factor
Beban maksimum yang dapat ditahan oleh sistem raft-piled foundation lebih
besar dibandingkan total penjumlahan beban yang dapat ditahan oleh tiang-tiang dan
telapak yang memberikan distribusi terhadap sistem tersebut. Meskipun tiang-tiang
memberikan distribusi yang lebih besar pada sistem tiang rakit, akan tetapi perilaku
beban- perpindahan untuk sistem tersebut lebih mendekati perilaku beban-
perpindahan telapak. (Hakam.A, 2008).
Efisiensi dari sistem raft-piled foundation dapat melampaui nilai lebih besar
dari 100% (terjadi sinergity impact dalam bentuk satu sistem), akan tetapi untuk
keperluan praktis, kapasitas daya dukung sistem raft-piled foundation dapat
ditetntukan dari penjumlahan dari kapasitas masingmasing pile ditambah dengan
kapasitas dari raft diatas pile. Hakam. A,(2008) mengusulkan formula untuk
mengesitmasi daya dukung total untuk raft-piled foundationyang berada diatas tanah
lunak dengan rumusan sebagai berikut :
Q T =Q R + Σ(Q P +Q S)
Dengan :
QT = kapasitas dukung total Raft piles foundation
QR = kapasitas Rakit
QP = kapasitas ujung tiang
QS = kapasitas sisi atau gesek tiang
Bentuk umum dari kapasitas daya dukung batas (ultimate load capacity) raft
foundation pada tanah lunak dapat diliat dari rumus dibawah ini :
Q u=¿¿
Dengan :
Cu = kohesi kondisi undrained pada tanah dibawah dasar pondasi
Ab = luas penampang dasar pondasi
Nc* = factor kapasitas daya dukung yang nilainya bervariasi
tergantung nilai sudut geser dalam tanah
Factor kapasitas daya dukung untuk tanah lempung lunak dalam kondisi
pembebanan undrained dengan sudut geser dalam tanah sama dengan nol, nilai Nc∗¿
adalah 5.14 (berdasarkan metoda Mayerhof). Ft adalah factor yang mendefinisikan
bentuk dari keruntuhan geser tanah pendukung dibawah pondasi. Untuk keruntuhan
local nilainya 0.867, untuk keruntuhan jeblok (punch failure) seperti pada tanah
lempung lunak nilai Ft tersebut berkurang dari nilai diatas yakni 0.45 (Hakam dkk,
2005), untuk fondasi rakit persegi panjang dengan panjang berkisar dua kali lebarnya
nilai QR harus direduksi dengan factor 0.77 sebagai pengganti factor bentuk (shape
factor). Untuk tanah lempung jenuh undrained dengan sudut geser dalam tanah sama
dengan nol, daya dukung batas dari ujung tiang adalah :
Q P= A P c u( p) N c
Dengan :
Cu( p) = kohesi tanah tak ter drainase pada ujung tiang
Ap = luas penampang ujung tiang
Nc = factor daya dukung ujung, nilai Nc dapat diambil sebesar 9
untuk metode Mayerhof dan 5.7 untuk metode janbu.
Total tahanan geser sepanjang tiang dapat dihitung dengan menjumlahkan unit
tahanan tiang, f tiap bagian panjang ∆L sebagai :
Qs =Σ(f θ ∆ L)
Dengan :
θ = keliling tiang untuk bagian / selang panjang tiang ∆L, untuk keperluan
perencanaan praktis, kapasitas daya dukung batas selanjutnya dibagi dengan factor
keamanan SF bernilai 1.5 hingga 4.0.
nilai unit tahanan geser f yang disumbangkan oleh interaksi tanah dengan sisi
tiang sepanjang penanaman dapat dihitung dengan menggunakan beberapa formula
yang tersedia.metode yang diberikan umumnya mengasumsikan adanya tahanan geser
diakibatkan tahanan pasif tanah sepanjang sisi tiang. Untuk metode yang digunakan
nilai Cu unit tahanan geser sisi tiang persatuan luas sisi tiang dapat ditentukan dengan
(metode λ) antara tiang dan tanah dengan persamaan dibawah ini :
f =a c u
Dengan α adalah factor adhesi empiris. Nilai α berada pada rentang 1 untuk
Cu≤ 50 kN /m2, kemudian secara berangsur berkurang menjadi 0.5 untuk
Cu=100 kN / m2 dan menjadi 0.25 untuk Cu≥ 250 kN /m2.
q 'u=Re +q u
Dengan :
qu ’ = Kapasitas dukung ultimit pada beban vertical eksentris (kN/m 2)
ℜ = factor reduksi akibat beban eksentris
q u= kapasitas dukung ultimit untuk beban vertical dipusat fondasi (kN/
m 2)
Pada (Gambar 2.6b) terlihat bahwa e/B = 0.5 , kapasitas beban pada
kapasitas dukung ultimit sama dengan nol ( ℜ=0) . Jikae /B=0 atau beban penuh
( ℜ=1)
Mayerhof (1953) menganggap bahwa pengaruh eksentrisitas beban pada
kapasitas dukung adalah mereduksi dimensi fondasi. Bila area fondasi sebenarnya B
dan L, akibat pengaruh beban yang eksentris, mayerhof mengusulkan koreksi untuk
lebar dan pamjangnya yang dinyatakan dalam dimensi efektif fondasi B’ dan L’,
untuk eksentrisitas beban satu arah (Gambar 2.7a) dimensi efektif fondasi
dinyatakan sebagai berukut.
Jika beban eksentris pada arah lebarnya, lebar eketif fondasi dinyatakan
sebagai beikut L :
Jika eksentrisitas beban dua arah yaitu ex dan ey maka lebar efektif fondasi
(B’) ditentukan sedemikian hingga resultan beban terletak dipusat berat area efektif
A’ (Gambar 2.7b). Komponen vertical beban total ultimit (Pu’) yang dapat didukung
oleh fondasi dengan beban eksentris dinyatakan oleh :
Dalam persamaan diatas apabila hitungan didasarkan pada tinjauan kapasitas dukung
ultimit neto (qun), beban yang terhitung merupakan beban ultimit neto.(Sataloff et
al., n.d.)