Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS BERAT JENIS, KADAR AIR, DAN KLASIFIKASI

TANAH RAWA TERHADAP DAYA DUKUNG PADA SUATU


KONSTRUKSI

Nama Anggota :
Chintia Dwiyundani Suharto (F44190083)
Farhan (F44190084)
Ahmad Rijani Hasby (F44190092)
Albert Rumario Bleskadit (F44190107)
Halomoan Pratama P. Manalu (F44190109)

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2021
Abstrak: Perkembangan teknologi dalam bidang industri yang semakin pesat mengakibatkan
pembangunan suatu konstruksi semakin meningkat, akibatnya lahan tanah kosong menjadi
kebutuhan yang sangat penting untuk melakukan pembangunan. Diperlukan tanah dengan kondisi
kuat menahan beban diatasnya dan menyebarkan beban tersebut secara merata agar konstruksi
bangunan yang ditopang dapat berfungsi dengan semaksimal mungkin.Kondisi tanah di semua
wilayah tidak seluruhnya memiliki kualitas yang baik untuk dijadikan tempat dibangunnya suatu
infrastruktur, salah satunya yaitu tanah rawa. Terdapat masalah dalam pembuatan suatu
konstruksi pada area tanah rawa yang memiliki daya dukung tanah yang rendah. Daya dukung
rendah tanah rawa disebabkan oleh karakteristik dari tanah tersebut, dimana tanah tidak mampu
untuk menahan beban yang berat di atasnya. Penjelasan-penjelasan di atas menjadi dasar
pelaksanaan praktikum ini untuk menentukan karakteristik dan klasifikasi tanah rawa. Pengujian
dilakukan untuk mengetahui kadar air, berat jenis, dan klasifikasi tanah berdasarkan gradasi
tanahnya agar dapat mengetahui karakteristik dari tanah rawa yang ingin dijadikan lahan
pembangunan. Pengujian ini dilakukan berdasarkan standar ASTM (American Standard Testing
and Material) D854 – 14 pada pengujian specific gravity , ASTM D2116 – 10 untuk pengujian
kadar air dan ASTM D 422 untuk pengujian gradasi tanah. Hasil pengujian didapat persentase
kadar air pada tanah rawa yang diperoleh sebesar 0,318 % dan berat jenis sebesar 2,897 g/cm3
yang merupakan tanah yang dapat diklasifikasikan sebagai tanah berpasir dengan gradasi buruk.
Daya dukung yang rendah dari tanah rawa dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan
kekuatan antar butir, yang mana digunakan bahan tambahan yang dapat memperkuat kaitan
antar butir atau membuat air dalam pori itu menjadi beku.
Kata kunci: Berat jenis, Gradasi, Kadar air, Tanah rawa

Abstract: The rapid development of technology in the industrial sector has resulted in an
increasing number of construction developments, as a result of which vacant land has become a
very important requirement for development. It is necessary to have soil with a strong condition to
withstand the loads above it and to spread the load evenly so that the construction of t he
supported buildings can function as much as possible. The soil conditions in all areas are not all
of good quality to be used as a place for infrastructure to be built, one of which is swampland.
There is a problem in making a construction in swampland areas that have low soil bearing
capacity. The low bearing capacity of swamp land is caused by the characteristics of the land,
where the soil is not able to withstand the heavy loads on it. The explanations above form the basis
for the implementation of this practicum to determine the characteristics and classification of
swamp land. Tests are carried out to determine the moisture content, specific gravity, and soil
classification based on the gradation of the soil in order to find out the characteristics of the
swamp land that wants to be used as development land. This test is carried out based on ASTM
(American Standard Testing and Material) standards D854-14 for specific gravity testing, ASTM
D2116-10 for moisture testing and ASTM D 422 for soil grading testing. The test results showed
that the percentage of water content in swamp land obtained was 0.318% and a specific gravity of
2.897 g / cm3, which is a soil that can be classified as sandy soil with poor gradations. The low
bearing capacity of marsh soils can be increased by increasing the strength between grains, which
means that additives are used that can strengthen the bonds between grains or make the water in
the pores freeze.
Keywords: Density, Gradation, Marshland, Water content

PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi dalam bidang industri yang semakin pesat
mengakibatkan pembangunan suatu konstruksi semakin meningkat, akibatnya
lahan tanah kosong menjadi kebutuhan yang sangat penting untuk melakukan
pembangunan. Meningkatnya kebutuhan akan suatu konstruksi ini mempengaruhi
kebutuhan tanah sebagai unsur utamanya. Tanah merupakan bagian penting yang
tak dapat dipisahkan dalam keseharian manusia. Adapun untuk membangun suatu
konstruksi diperlukan tanah dengan kondisi yang baik dan kuat untuk menunjang
suatu konstruksi dalam menjalankan fungsinya. Tanah berfungsi juga sebagai
pendukung pondasi daripada suatu konstruksi bangunan. Maka, diperlukan tanah
dengan kondisi kuat menahan beban diatasnya dan menyebarkan beban tersebut
secara merata agar konstruksi bangunan yang ditopang dapat berfungsi dengan
semaksimal mungkin. Tanah sebagai dasar berdirinya suatu pekerjaan konstruksi
sering mengalami masalah pergerakan tanah, terutama terjadi pada tanah - tanah
dengan kondisi lunak (Allowenda et al. 2018).
Kondisi tanah di semua wilayah tidak seluruhnya memiliki kualitas yang baik
untuk dijadikan tempat dibangunnya suatu infrastruktur, salah satunya yaitu tanah
rawa. Terdapat masalah dalam pembuatan suatu konstruksi pada area tanah rawa
yang memiliki daya dukung tanah yang rendah. Daya dukung rendah tanah rawa
disebabkan oleh karakteristik dari tanah tersebut, dimana tanah tidak mampu
untuk menahan beban yang berat di atasnya. Hal-hal tersebut yang menjadikan
tanah rawa tidak dapat digunakan sebagai lahan pembangunan. Oleh karena itu
perlu adanya usaha untuk meningkatkan daya dukung tanah yang dilakukan
dengan mengetahui kadar air, berat jenis, dan gradasi pada tanah rawa tersebut.
Peningkatan daya dukung dilakukan dengan melakukan perbaikan tanah
berdasarkan informasi dari karakteristik tanahnya.
Kadar air tanah adalah perbandingan antara berat air yang dikandung didalam
tanah dengan berat total sampel tanah, dimana kadar air didalam tanah dinyatakan
dalam persen. Jumlah air yang dapat ditahan oleh tanah dinyatakan atas dasar
berat atau volume. Berat jenis adalah perbandingan antara massa total fase padat
tanah Ms dan volume fase padat padat V s. Massa bahan organik dan anorganik
diperhitungan sebagai massa padatan tanah dalam penentuan berat jenis partikel
tanah, dimana berat jenis partikel mempunyai satuan Mg.m-3 atau g.cm-3.
Penentuan berat jenis partikel penting apabila diperlukan ketelitian pendugaan
ruang pri total. Berat jenis partikel berhubungan langsung dengan berat volume
tanah,volume udara tahan, serta kecepatan sedimentasi partikel di dalam zat cair.
Penetuan tekstur tanah dengan metode sedimentasi, perhitungan-perhitungan
perpindahaan partikel oleh angin dan air memerlukan data berat jenis partikel
(Hillel 1982).
Uji klasifikasi tanah dalam pengujian berikut ini adalah dengan melakukan uji
gradasi butiran struktur tanah asli yang digunakan untuk mengidentifikasi jenis
dan sifat tanah asli sebagai media pengujian. Korelasi antara gradasi material
timbunan dengan kepadatan dan kuat geser tanah yaitu semakin besar Cc/Cu
(tanah semakin homogen) maka semakin kecil γdmax, nilai kohesi (c) dan sudut
geser dalam (ϕ). Sebaliknya, jika Cc/Cu semakin kecil (tanah semakin heterogen)
maka semakin besar γdmax, nilai kohesi (c) (Prihatin dan Wahyudi 2009) dan
sudut geser dalam (ϕ) dan semakin besar ukuran dari partikel pasir maka sudut
geser pasir (ϕ) akan semakin meningkat. (Hakam et al. 2010). Uji klasifikasi tanah
akan menghasilkan informasi jenis tanah berdasarkan pesrentase kandungan
komponen-komponen tanah.
Tanah rawa memiliki daya dukung yang rendah sehingga tanah rawa harus
ditingkatkan. Meningkatkan daya dukung tanah dapat dilakukan dengan
menambahkan material pozzolan yaitu semen dan abu terbang (fly ash). Semen
merupakan bahan pengikat yang biasanya digunakan dalam pembuatan suatu
konstruksi beton. Semen Portland merupakan istilah dari semen hidrolik
dikarenakan ketika semen dicampurkan dengan air akan terjadi proses hidrasi
(mengeras) dan menjadi suatu massa yang padat dan memiliki kuat tekan. Abu
terbang merupakan limbah padat yang terbentuk dari hasil sisa pembakaran batu
bara. Reaksi pozzolan merupakan perubahan sifat dari suatu material yang
memiliki senyawa silika dan alumina yang pada awalnya tidak memiliki sifat
sementasi, akan tetapi karena bentuknya yang halus dan dengan adanya air (H2O)
maka senyawa tersebut akan bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida
(Ca(OH)2) dan membentuk proses sementasi. Hasilnya tanah rawa dapat
distabilisasi dengan baik sehingga daya dukung dari tanah rawa tersebut
meningkat dan mampu untuk menahan bangunan .
Penjelasan-penjelasan di atas menjadi dasar pelaksanaan praktikum ini untuk
menentukan karakteristik dan klasifikasi tanah rawa. Pengujian dilakukan untuk
mengetahui kadar air, berat jenis, dan klasifikasi tanah berdasarkan gradasi
tanahnya agar dapat mengetahui karakteristik dari tanah rawa yang ingin dijadikan
lahan pembangunan. Data hasil pengujian akan menjadi dasar perbaikan tanah
rawa agar dapat digunakan sebagai lahan untuk pembangunan infrastruktur yang
memiliki tingkat beban yang tinggi. Perbaikan tanah dapat dilakukan dengan
memberikan bahan tambahan ke dalam tanah untuk menambah kekuatan tanah.

METODOLOGI
Praktikum PBL berjudul “Analisis Berat Jenis, Kadar Air, dan Klasifikasi
Tanah Rawa Terhadap Daya Dukung Pada Suatu Konstruksi” ini dilaksanakan di
rumah masing-masing dengan menggunakan aplikasi zoom meetings. Penelitian
ini berfokus pada analisis mengenai properties dan klasifikasi dari tanah rawa
berdasarkan standar ASTM. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data-data
sekunder dari literatur, seperti jurnal, buku, dan karya ilmiah lain yang telah
melakukan pengujian terhadap tanah rawa. Data-data yang dikumpulkan dalam
proses analisis yaitu kadar air, berat jenis, dan gradasi tanah, dimana data tersebut
akan menjadi dasar analisis. Praktikum ini akan menghasilkan rekomendasi
terhadap kualitas dan stabilitas penggunaan tanah rawa pada pembangunan
infrastruktur.
Mulai

Persiapan alat, bahan, dan


sampel tanah

Pemeriksaan sampel : Kadar


Air, Berat Jenis

Pemeriksaan gradasi sampel

Analisis dan simpulan

Selesai

Gambar 1. Diagram alir penelitian

Pengujian ini dilakukan berdasarkan standar ASTM (American Standard


Testing and Material) D854 – 14 pada pengujian specific gravity , ASTM D2116
– 10 untuk pengujian kadar air dan ASTM D 422 untuk pengujian gradasi tanah.
Pengolahan data – data pada pengujian menggunakan persamaan – persamaan
berikut:

( ) ..................... ................................(1)

( ) (
………………………………………………………..…(2)
)

…………………………………………………………………………(3)

………………………………………………………………….…(4)

Keterangan:
Gs : Berat jenis
Ma : berat piknometer (g)
Mb : berat piknometer dan bahan kering (g)
Mc : berat piknometer, bahan, dan air (g)
MD : Berat piknometer +air setelah di kalibrasi (g)
Cu : Koefisien keseragaman
Cc : Koefisien gradasi
D10 : Diameter butiran dimana 10% dari total butiran lolos/lebih kecil dari
diameter tersebut
D30 : Diameter butiran dimana 30% dari total butiran lolos/lebih kecil dari
diameter tersebut
D60 : Diameter butiran dimana 60% dari total butiran lolos/lebih kecil dari
diameter tersebut

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil yang diperoleh berdasarkan pengujian dan analisis di laboratorium
Geoteknik fakultas teknik UNSRAT untuk mendapatkan sifat fisik dan sifat
mekanik dari sampel tanah rawa yang akan di stabilisasi. Berikut pengujian yang
telah dilaksanakan.
Sampel yang dimiliki akan dilakukan pengujian terhadap kadar air dan berat
jenis. Hasil dari pengujian kadar air didapatkan hasil persentase kadar air sisa
yang berada di dalam sampel tanah rawa yang telah diambil dan dijemur (Tabel
1). Adapun pengujian ini juga didapatkan nilai berat jenis dari tanah (Tabel 2).

Tabel 1. Hasil pengujian kadar air


No Parameter A B
1 Berat Cawan (gram) 5.67 5.22
2 Berat Cawan+ Tanah basah (gram) 59.67 58.33
3 Berat Cawan + tanah kering (gram) 59.5 58.16
4 Berat air (gram) 0.17 0.17
5 Berat Tanah Kering (gram) 53.83 52.94
6 Kadar (%) 0.3158 0.3211
7 Kadar Air rata-rata (%) 0.3185
(sumber: Gunawan et al. 2018)

Tabel 2. Hasil pengujian berat jenis


No Parameter A B
1 Berat Piknometer (gram) 33.31 31.85
2 Berat piknometer + tanah (gram) 41.39 41.87
3 Berat piknometer + tanah + air (gram) 136.67 137.07
4 Berat piknometer+air (gram) 130.13 130.45
5 Berat jenis (gram/cm3) 2.85 2.95
6 Berat jenis rata-rata (gram/cm3) 2.897
(sumber: Gunawan et al. 2018)

Kadar air dan berat jenis dari tanah rawa tersebut dipengaruhi oleh komponen-
komponen tanah yang terkandung, dimana air menjadi salah satu komponen yang
cukup dominan dalam kandungan tanah rawa. Tingginya jumlah air dalam tanah
rawa mempengaruhi struktur dan kekuatan dari tanah rawa. Hal ini menyebabkan
tanah rawa tidak mampu menahan beban yang terlalu berat secara terus-menerus.
Tanah rawa jika akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur perlu
dilakukan perbaikan tanah untuk memperbaiki dan meningkatkan stabilitas
tanahnya.
Adapun dilakukan juga pengujian gradasi pada tanah rawa. Hasil pengujian ini
didapatkan jumlah tertahan dari masing-masing nomor ayakan untuk
mendapatkan gradasi dari butiran tanah yang akan menunjukkan jenis dari tanah
yang di uji. Berikut data yang diperoleh:

Grafik 1. Hubungan Ukuran Butiran dengan Persentase Lolos


(sumber: Gunawan et al. 2018)

Berdasarkan grafik kurva gradasi di atas didapatkan nilai dari D60 = 0.41606 mm,
D30 = 0.24833 mm dan D10 = 0.14937 mm. Perhitungan koefisien keseragaman
(CU) dan koefisien gradasi (CC) diperoleh hasil sebagai berikut:

Kesimpulan dari hasil di atas tanah dapat diklasifikasikan sebagai tanah berpasir
dengan gradasi buruk. Hal ini dikarenakan nilai C u dan Cc tidak memenuhi range
Cu ≥ 6 dan 1≤ Cc ≤3 yang ditetapkan sebagai standar tanah dengan gradasi baik.
Gradasi yang buruk pada tanah rawa menyebabkan tanah tersebut memiliki
struktur tanah yang tidak bagus yang berakibat pada kekuatan tanah untuk
menahan beban di atasnya.

SIMPULAN
Terdapat masalah dalam pembuatan suatu konstruksi pada area tanah rawa
yang memiliki daya dukung tanah yang rendah. Usaha untuk meningkatkan daya
dukung tanah yang dilakukan dengan diketahuinya kadar air, berat jenis, dan
gradasi pada tanah rawa tersebut. Kadar air pada tanah rawa yang diperoleh
sebesar 0,318 % dengan memiliki berat jenis sebesar 2,897 g/cm3. Adapun tanah
rawa termasuk dalam tanah yang dapat diklasifikasikan sebagai tanah berpasir
dengan gradasi buruk. daya dukung yang rendah dari tanah rawa dapat
ditingkatkan dengan cara meningkatkan kekuatan antar butir, yang mana
digunakan bahan tambahan atau injeksi bahan pengikat yang dapat memperkuat
kaitan antar butir-butir atau membuat air dalam pori itu menjadi beku sehingga
tanah menjadi lebih kokoh.

SARAN
Tanah rawa apabila digunakan sebagai lahan jalur lalu lintas atau lahan untuk
suatu konstruksi perlu dilakukan perbaikan tanah terlebih dahulu agar tidak
menimbulkan masalah yang besar karena kurangnya daya dukung dari tanah rawa.

DAFTAR PUSTAKA
Allowenda A, Priadi E, Aprianto. 2018. Analisa modulitas elastisitas dalam
memprediksi besarnya dalam memprediksi besarnya keruntuhan lateral
dinding penahan tanah pada tanah lunak. Jurnal PWK, Laut, Sipil, Tambang.
5(2): 1-13.
Gunawan WN, Manoppo FJ, Sarajar A. 2018. Analisis stabilitas tanah rawa
terhadap embankment jalan tol Manado Bitung dengan menggunakan semen
yang dipadukan dengan abu terbang (fly ash). Jurnal Sipil Statik . 6(3): 189-
198.
Hakam A, Yuliet R, Donal R. 2010. Studi pengaruh penambahan tanah lempung
pada tanah pasir pantai terhadap kekuatan geser tanah. Jurnal Rekayasa Sipil,
6(1): 11–22.
Hillel D. 1982. Introduction to Soil Physics. New York (US): Academic Press.
Prihatin K dan Wahyudi H. 2009. Korelasi antara Gradasi Material Timbunan
Reklamasi dengan Kepadatan dan Kuat Geser Tanah . ISBN No. 978- 979-
18342-0-9, E19–E28.

Anda mungkin juga menyukai